MAKALAH “ KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I “
Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier pada Kasus Kegawatdaruratan Pasien Stroke
Dosen Pengampu : Mira, Ns., M. Kep
DISUSUN OLEH :
Kelompok 3
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN NERS A FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN TAHUN AJARAN 2018/2019
ANGGOTA KELOMPOK
NAMA
NPM
NORMULIANI
1614201110102
NURUL ELMA
1614201110103
NURUL ISLAMY
1614201110104
NURUL JANNAH
1614201110105
RIBKA YULIANA
1614201110106
RIKE DWI PANDANI
1614201110108
RISKO
1614201110109
ROSSY ARLYANI
1614201110110
SASMITA DEWI
1614201110111
SEPTEA WULANDARI
1614201110112
SITI ALFIAH KHUMAIRA
1614201110113
SITI HAMSYIAH
1614201110114
SITI MUNAWARAH
1614201110115
SRI WAHYUNA
1614201110117
WAHYU ARIYADI
1614201110118
WIDYA FEBRIANA
1614201110119
YUNI KHAIRUNISA
1614201110120
ZANA RAISSA
1614201110121
Upaya-Upaya Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier pada Kasus Kegawatdaruratan Pasien Stroke
A. Definisi Stroke Stroke adalah kumpulan dari tanda dan gejala hilangnya fungsi dari saraf pusat fokal atau global yang disebabkan karena adanya gangguan peredaran darah ke otak secara mendadak berlangsung lebih dari 24 jam yang dapat menimbulkan kelumpuhan sampai kematian(McKevitt, 2011).
B. Upaya Pencegahan Menurut Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia, upaya yang dilakukan untuk pencegahan penyakit stroke yaitu : 1. Pencegahan Primordial Tujuan pencegahan primordial adalah mencegah timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Pencegahan primordial dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi kesehatan, seperti berkampanye tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang dapat menarik perhatian masyarakat. Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program pendidikan kesehatan masyarakat, dengan memberikan informasi tentang penyakit stroke melalui ceramah, media cetak, media elektronik dan billboard (Pinzon, 2010).
2. Pencegahan Primer Tujuan pencegahan primer adalah mengurangi timbulnya faktor risiko stroke bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup sehat bebas stroke, antara lain :
a) Menghindari : Rokok, stress, alkohol, kegemukan, konsumsi garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin, kokain dan sejenisnya. b) Mengurangi : Kolesterol, kalori, garam dan asupan lemak dalam makanan. c) Mengendalikan : Hipertensi, DM, penyakit jantung (misalnya fibrilasi atrium, infark miokard akut, penyakit jantung reumatik). d) Menganjurkan : Konsumsi gizi yang seimbang seperti, makan banyak sayuran, buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, sereal dan susu rendah lemak serta dianjurkan berolahraga secara teratur 3 - 4 kali seminggu (Dian, 2012) Referensi menjelaskan lebih rinci mengenai upaya pencegahan primer pada pasien stroke yaitu sebagai berikut: a. Mengatur Pola Makan yang Sehat Konsumsi makanan tinggi lemak dan kolesterol dapat meningkatkan resiko terkena serangan stroke. Sebaliknya mengkonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan kolesterol dapat mencegah terjadinya stroke. Beberapa jenis makanan yang dianjurkan untuk pencegahan primer terhadap stroke adalah : 1. Makanan dari berbagai biji-bijian yang membantu menurunkan kadar kolesterol : a) Serat larut yang banyak terdapat dalam biji-bijian seperti beras merah, bulgur, jagung dan gandum b) Oat atau beta glucan akan menurunkan kadar kolesterol total dan LDL, menurunkan tekanan darah dan menekan nafsu makan bila dimakan di pagi hari (memperlambat pengosongan usus). c) Kacang kedelai beserta produk olahannya dapat menurunkan lipid serum, menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL dan trigliserida tetapi tidak mempengaruhi kadar kolesterol HDL d) Kacang-kacangan (termasuk biji kenari dan kacang mede) menurunkan kolesterol LDL dan mungkin mencegah aterosklerosis. Mekanisme
kerja menambah ekskresi asam empedu, meningkatkan aktifitas esterogen dari isoflavon, memperbaiki elastisitas arterial dan meningkatkan aktivitas antioksidan yang menghalangi oksidasi LDL. 2. Makanan lain yang berpengaruh terhadap prevensi stroke a) Makanan/zat yang membantu mencegah peningkatan homosistein seperti asam folat, vitamin B6, B12 dan riboflavin b) Susu yang mengadung protein, kalsium, zinc, dan B12 mempunyai efek proteksi terhadap stroke c) Beberapa jenis ikan tuna dan ikan salmon, mengandung omega-3 eicosapentenoic acid (EPA) dan docosahexonoic acid (DHA) yang merupakan pelindung jantung dengan efek melindungi terhadap resiko kematian mendadak. d) Makanan yang kaya vitamin dan anti oksidan: vitamin C,E, betakaroten seperti yang banyak terdapat pada sayur-sayuran, buah-buahan dan bijibijian. Buah-buahan dan sayur-sayuran hijau dan jeruk untuk menurunkan resiko stroke dan buah sumber Kalium yang kuat mencegah mortalitas akibat stroke terutama buah pisang dan apel. e) Teh hitam dan hijau yang mengandung antioksidan. Di dalam teh hijau terkandung antioksidan yang dapat mencegah terjadinya kerusakan sel. Bahkan, teh hijau mengandung komponen antioksidan yang lebih kuat dibanding vitamin E dan vitamin C.
b. Melakukan Olah Raga yang Teratur Melakukan aktivitas fisik yang mempunyai nilai aerobic (jalan cepat, bersepeda, berenang dan lain-lain) secara teratur minimal 30 menit, dan minimal tiga kali per minggu akan dapat menurunkan tekanan darah, memperbaiki control diabetes, memperbaiki kebiasaan makan, menurunkan berat badan dan meningkatkan kadar kolesterol HDL. Pola makan sehat dan olah raga teratur adalah pengobatan utama bagi penderita obesitas dan mencegah stroke.
c. Menghentikan Rokok 1. Merokok menyebabkan peninggian koagulabilitas, viskositas darah, meninggikan kadar fibrinogen, mendorong agregasi platelet, meninggikan tekanan darah, meningkatkan hematokrit dan menurunkan HDL dan meningkatkan LDL kolesterol 2. Berhenti merokok juga memperbaiki fungsi endotel 3. Perokok pasif, risiko sama dengan perokok aktif
d. Menghindari Minum Alkohol dan Penyalahgunaan Obat Penyalahgunaan obat seperti kokain , heroin, fenil propanolamin dan mengkonsumsi alcohol dalam dosis berlebihan dan jangka panjang (alcohol abuse) akan menyebabkan tekanan darah meningkat, memudahkan terjadinya stroke hemoragik. Konsentrasi alcohol yang tinggi dapat memicu terjadinya emboli (penggumpalan), dan ischemia (kurangnya darah dalam jaringan), yang disebabkan oleh perubahan konsentrasi darah dan kontraksi pembuluh darah. Kondisi inilah yang mengawali terjadinya stroke.
e. Memelihara Berat Badan Layak Obesitas mudah mendapatkan penyakit jantung, stroke dan DM. Angka obesitas pada anak-anak dan dewasa muda pada dekade terakhir ini meningkat dan jarang berolahraga. Sehingga stroke dan penyakit jantung pada usia muda meningkat. Obesitas dapat dicegah dengan mengubah perilaku makan tidak sehat dan melakukan olah raga teratur. Disarankan untuk menurunkan berat badan dengan target BMI < 25 kg/m2, garis lingkar pinggang < 80 cm dan untuk wanita <90 cm untuk laki-laki f. Pemakaian kontrasepsi oral Pemakaian kontrasepsi oral terutama pada wanita perokok atau disertai dengan faktor resiko lain atau pernah mengalami kejadian tromboemboli sebelumnya, mempunyai resiko tinggi mendapat serangan stroke. Untuk itu
disarankan untuk menghentikan pemakaian kontrasepsi oral dan mencari alternative lain untuk KB.
g. Penanganan Stress dan Berisirahat yang Cukup 1. Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari 2. Mengendalikan stress dengan cara berpikir positif sesuai dengan jiwa sehat menurut WHO, menyelesaikan pekerjaan satu demi satu, bersikap ramah dan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Mensyukuri hidup yang ada. Stress kronis meningkatkan tekanan darah. Penanganan stress menghasilkan relaxation response yang menurunkan denyut jantung, menurunkan tekanan darah. 3. Tidak melakukan hubungan seksual diluar nikah
3. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan bagi mereka yang pernah menderita stroke. Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke tidak berlanjut menjadi kronis. Tindakan yang dilakukan adalah : a) Menggunakan obat-obatan dalam pengelolaan dan pencegahan stroke, sepertit Asetosal (asam asetil salisilat) digunakan sebagai obat antiagregasi trombosit pilihan pertama dengan dosis berkisar antara 80-320mg/hari, antikoagulan oral diberikan pada penderita dengan faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan katup) dan kondisi koagulopati yang lain (Dian, 2012) b) Mengontrol faktor risiko stroke melalui modifikasi gaya hidup, misalnya mengkonsumsi obat antihipertensi yang sesuai pada penderita hipertensi, mengkonsumsi obat hipoglikemik pada penderita diabetes, diet rendah lemak dan mengkonsumsi obat antidislipidemia pada penderita dislipidemia, berhenti merokok, berhenti mengkonsumsi alkohol, hindari kelebihan berat badan dan kurang gerak, serta menghindari stress (Misbach, 2011 )
c) Melibatkan peran serta keluarga seoptimal mungkin, yang dapat mengatasi krisis sosial dan emosional penderita stroke dengan cara memahami kondisi baru bagi pasien pasca stroke yang bergantung pada orang lain (Dian, 2012)
4. Pencegahan Tersier Berbeda dari pencegahan primer dan sekunder, pencegahan tersier ini dilihat dari 4 faktor utama yang mempengaruhi penyakit, yaitu gaya hidup, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan. Pencegahan tersier ini merupakan rehabilitasi yang dilakukan pada penderita stroke yang telah mengalami kelumpihan pada tubuhnya agar tidak bertambah parah dan dapat mengalihkan fungsi anggota badan yang lumpuh pada anggota badan yang masih normal, yaitu dengan cara; a) Gaya hidup; reduksi stress, exercise sedang, dan berhenti merokok.. b) Lingkungan; menjaga keamanan dan keselamatan (tinggal dirumah lantai pertama menggunakan Wheel-chair) dan dukungan penuh dari keluarga. c) Biologi; kepatuhan berobat terapi fisik dan bicara d) Pelayanan kesehatan; emergency medical technic dan asuransi (Dian, 2012)
Pencegahan tersier dapat juga dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga. a. Rehabilitasi Fisik Pada rehabilitasi ini, penderita mendapatkan terapi yang dapat membantu proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang pertama adalah fisioterapi, diberikan untuk mengatasi masalah gerakan dan sensoris penderita seperti masalah kekuatan otot, duduk, berdiri, berjalan, koordinasi dan keseimbangan serta mobilitas ditempat tidur. Terapi yang kedua adalah terapi okupasional (Occupational Therapist), diberikan untuk melatih
kemampuan penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. Terapi yang ketiga adalah terapi wicara dan bahasa, diberikan untuk melatih kemampuan penderita dalam menelan makanan dan minuman dengan aman serta dapat berkomunikasi dengan orang lain. b. Rehabilitasi Mental Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih, mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami akan mengakibatkan penderita kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan melakukan konsultasi dengan psikiater atau ahli psikologi klinis. c. Rehabilitasi Sosial Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke menghadapi masalah sosial seperti, mengatasi perubahan gaya hidup, hubungan perorangan, pekerjaan, dan aktivitas senggang. Selain itu, petugas sosial akan memberikan informasi mengenai layanan komunitas lokal dan badan-badan bantuan sosial, seperti mandi, memakai baju, makan dan buang air. (Pinzon, 2010).
DAFTAR PUSTAKA Dian, N. (2012). Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada PAsien Stroke Rawat Inap Di Rumah Sakit Krakatau Medika Tahun 2011. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 30-31. Misbach, J. (2011 ). Guideline Stroke (Edisi Revisi). Jakarta: Perhimpunan Dokter Specialis Saraf Indonesia ( PERDOSSI). Pinzon, R. A. (2010). Awas Stroke: pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan & Pencegahan. Yogyakarta: Penerbit ANDI.