Makalah Ulumul Qur'an.docx

  • Uploaded by: Nuzilla Sa'adilamroe
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ulumul Qur'an.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,364
  • Pages: 20
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Al-Qur’an adalah kalamullah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. Sebagai risalah yang universal. Dan merupakan sebuah petunjuk bagi semua manusia yang lengkap dan komprehensif. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah swt., dan ia adalah kitab yang senantiasa dipelihara oleh Allah sampai hari akhir nanti. Kita tidak bisa memahami al-Qur’an dengan baik hanya bermodalkan alQur’an terjemahan. Untuk memahamial-Qur’an dengan benar perlu didukung oleh ilmu-ilmu yang berbicara khusus tentang persoalan al-Qur’an dari segi asbab al nuzul, cara pengumpulan al-Quran, cara membaca (ilmu qira’at), ayat-ayat muhkam dan mutasyabih, I’rab al-Qur’an, kisah-kisah dalam al-Qur’an, tafsir alQur’an dan lain sebagainya. Semua itu dibahas tuntas dalam ulumul Qur’an. Ulumul Qur’an adalah salah satu jalan yang bisa membawa kita dalam memahami al-Qur’an. Kita juga perlu mengetahui pengertian Ulumul Qur’an, ruang lingkup pembahasan, tujuan, serta sejarah dan perkembangan ulumul Qur’an serta siapa saja tokoh-tokoh penting yang berperang dalam mendongkrak munculnya ilmu ini.

A. Rumusan Masalah 1) Apa pengertian ‘ulumul-Qur’an ? 2) Apa saja ruang lingkup pembahasan ‘ulumul-Qur’an ? 3) Apa tujuan mempelajari ‘ulumul-Qur’an ? 4) Bagaimana sejarah perkembangan ‘ulumul-Qur’an?

B. Tujuan Pembahasan 1) Mengetahui pengertian ‘ulumul-Qur’an

1

2) Mengetahui ruang lingkup pembahasan ‘ulumul-Qur’an 3) Mengetahui tujuan dari ‘ulumul Qur’an 4) Mengetahui sejarah-sejarah perkembangan ‘ulumul Qur’an

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian ‘Ulum al-Qur’an Semua umat muslim pasti mengetahui bahwa al-Qur’an adalah kalam Allah yang mulia, mukjizat nabi Muhammad yang paling besar dan abadi yang diturunkan melalui malaikat Jibril sebagai pedoman hidup manusia. Istilah ‘Ulum al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata ‘ulum dan al-Qur’an. ‘Ulum adalah bentuk plural dari kata ‘ilm. ‘Ilm sendiri maknanya alfahmu wa al-idrak (pemahaman dan pengetahuan). Kemudian, pengertiannya dikembangkan kepada kajian berbagai masalah yang beragam dengan standar ilmiah.1 Adapun al-Qur’an, banyak para ulama berbeda pandangan dalam mendefinisikannya. Qara’a mempunyai arti mengumpulakan dan menghimpun, dan qira’ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam suatu ucapan yang terusun rapi. Quran pada mulanya seperti qira’ah, yaitu masdar (infinitive) dari kata qara‟a, qira‟atan qur‟anan, Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al-Qiyamah 17-18: Artinya :Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (dalam dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.2 Adapun menurut ulama ushul, ulama fiqh, dan ulama bahasa di definisikan sebagai : ‫ف ِم ْن‬ ِ ‫اح‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫م ا َ ْل ُم ْع ِج ِز اَ ْل ُمت َ َعبَّد ُ ِبتِ ََل َوتِ ِه ا َ ْل َم ْنقُو ُل ِبالتَّ َوات ُ ِر ا َ ْل َم ْكتُو‬.‫ك َََل ُم هللاِ ال ُمن ََّز ُل َع َلى نَ ِب ِِّي ِه ُم َح َّم ٍد ص‬ َ ‫ب فِى ا َ ْل َم‬ ‫اس‬ ُ ‫س ْو َرةٍ ا َ ْلفَاتِ َح ِة اِلَى‬ ُ ‫ا َ َّو ِل‬ ِ ‫ورةٍ ال َّن‬ َ ‫س‬ “Kalam Allah yang diturunkan kapada Nabi-Nya, Muhammad SAW yang lafadzhlafazhnya mengandung mukjizat, membacanya mengandung nilai ibadah

1

Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi ILMU AL-QUR’AN, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006) hlm. 10 Muhammad Roihan Daulay, Jurnal Thariqah Ilmiah STUDI PENDEKATAN ALQURAN , Vol. 01, No. 01 Januari 2014,. hlm. 32-33 2

3

diturunkan secara mutawatir dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Alfatihah sampai akhir surat An-Naas”.3 Adapun berikut ini definisi ‘Ulum al-Qur’an menurut para ulama : 1) Manna al-Qaththan ‫العلم الذي يتناول األبحاث المتعلقة بالقرآن من حيث معرفة أسباب النزول وجمع القرآن وترتيبه ومعرفة‬ ‫المكي والمدني والناسخ والمنسوخ والمحكم والمتشابه إلى غير ذلك مما له صلة بالقرآن‬ “Ilmu yang meliputi beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an, baik dari segi pengetahuan tentang sebab-sebab turun ayat, pengumpulan AlQur’an dan penyusunannya, pengetahuan tentang makki dan madani, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyâbih dan lain sebagainya yang berhubungan dengan Al-Qur’an.”4 2) Muhammad ‘Abd al-Azhim az-Zarqani ‫مباحث تتعلِّق بالقران الكريم من ناحية نزوله وترتيبه وجمعه وكابته وقراءته وتفسيره واعجازه وناسخه‬ ِّ ‫ومنسوخه ودفع ال‬ ‫شبه عنه ونحو ذالك‬ “Beberapa pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur’an al-Karim, baik dari segi turunnya, susunannya, pengumpulannya, penulisannya, qiraahnya, tafsirnya, kemukjizatannya, nasikh dan mansukhnya, dan menolak tuduhan-tuduhan terhadapnya dan lain-lain semacamnya.”5 Dari kedua definisi diatas, dapat disimpukan bahwa ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi nuzul-nya, jam-nya, susunannya, I’jaz-nya, penjelasan gharib-nya, tafsir-nya, penolakan terhadap apa saja yang dapat menimbulkan keraguan terhadap alQur’an , dan lain-lain yang berkaitan dengan al-Qur’an. Ulumul Qur’an berbeda dengan ilmu yang hanya membahas satu macam ilmu seperti i’jaz al-Qur’an, sebagai salah satu cabang ulumul Qur’an. Dengan demikian, ulumul Qur’an adalah ilmu yang dapat membantu untuk membaca al-Qur’an, dan mengungkap kebenaran al-Qur’an.6

3

Syamsu Nahar, Studi Ulumul Qur’an,(Medan: Perdana Publishing, 2015), hlm. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an,(Yogyakarta: ITQAN Publishing, 2013), hlm. 2 5 Ibid., hlm. 2 6 Naqiyah Mukhtar, ULUMUL QUR’AN, (Purwokerto: STAIN Press, 2013), hlm. 6 4

4

B. Ruang Lingkup Pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an Ulumul Qur’an adalah segala pembahasan mengenai Al-Qur’an baik langsung maupun tidak langsung. Ruang lingkup Ulumul Qur’an dapat Dari definisi ulumul quran di atas maka dapat diketahui bahwa ruang lingkup terlihat dalam daftar isi sebelumnya. Mula-mula dibahas tentang pengertian Al-Qur’an, baik secara etimologis maupun terminologis, termasuk di dalamnya tentang wahyu. Kemudian dibahas tentang bagaimana cara Al-Qur’an turun dari Allah SWT ke Lauh Mahfûzh, dari Lauh Mahfûzh ke Baitul ‘Izzah di langit dunia, dan dari Baitul ‘Izzah kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian membahas tentang makkiyah dan madaniyah, apa yang menjadi ukuran satu surat atau ayat dikelompokkan menjadi makkiyah dan madaniyah, apakah tempat turunnya, waktu turunnya atau sasaran kepada siapa pesan-pesan Al-Qur’an disampaikan. Para ulama juga tidak lupa membahas tentang ayat yang pertama dan terakhir turun secara mutlak dan juga yang pertama dan terakhir turun dalam tema-tema tertentu.7 Pembahasan dilanjutkan mengenai sejarah pengumpulan Al-Qur’an, baik dari sisi hafalan maupun

penulisannya, mulai dari zaman Rasulullah SAW,

zaman Khalifah Abu Bakar ash-Shiddîq dan zaman Khalifah Utsmân ibn ‘Affân. Tidak lupa pada bagian ini dikemukakan beberapa tuduhan tentang pengumpulan Al-Qur’an dan jawaban terhadap tuduhan-tuduhan tersebut. Setelah itu membahas tentang ayat dan surat, berapa jumlah ayat dan surat-surat Al-Qur’an, susunan ayat dan surat-surat, dan juga penamaan masing-masing surat, apakah susunan dan penamaan itu bersifat tauqîfi atau taufîqi? yang kemudian membahas tentang asbâb an-nuzûl yaitu peristiwa yang terjadi atau pertanyaan yang diajukan kepada Nabi Muhammad SAW kemudian turun Al-Qur’an (satu ayat atau beberapa ayat atau satu surat) meresponnya. Ulumul quran juga membahas tentang turunnya AlQur’an dalam tujuh huruf sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW. Apa yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut, apakah tujuh dialek bahasa Arab, atau ada pengertian lain. Para ulama tidak satu kata dalam masalah 7

Yunahar Ilyas, op.cit., hlm. 3

5

ini. Sejalan dengan itu juga dibahas tentang qirâah atau cara baca Al-Qur’an yang bersumber dari cara baca Rasulullah SAW. Qirâah mana yang dapat diterima dan mana yang ditolak, apa kriterianya dan siapa saja imam-imam qirâah yang masyhur.8 Selanjutnya dibahas tentang nâsikh mansûkh, apakah terdapat nâsikh mansûkh dalam Al-Qur’an. Sebagian ulama menolak adanya nâsikh mansûkh dalam Al-Qur’an, sebagian lagi menerima bahkan sangat mudah menetapkan satu ayat dimansukh oleh ayat-ayat yang lain, sehingga jumlah nâsikh mansûkh sangat banyak, tetapi ada juga yang ambil jalan tengah, yaitu menerima dengan sangat selektif

setelah

mencoba

menggabungkan

ayat-ayat

yang

kelihatannya

bertentangan dengan menggunakan pendekatan tahapan hukum, takhshîsh hukum yang umum dan sejenisnya. Kemudian dibahas tentang muhkam dan mutasyâbih, apa yang dimaksud dengan muhkam dan mutasyâbih, apa saja aspek-aspek tasyâbuh, bagaimana sikap para ulama terhadap ayat-ayat mutasyâbihât, dan apa hikmah dengan adanya ayat-ayat mutasyâbihât dalam Al-Qur’an. Tidak lupa juga dibahas tentang munâsabah dalam Al-Qur’an, yaitu hubungan antara satu ayat dengan ayat sebelum dan sesudahnya. Hubungan antara satu surat dengan surat sebelum dan sesudahnya. Didalam ulumul quran juga membahas tentang kisahkisah di dalam Al-Qur’an, macam-macam kisah di dalam Al-Qur’an, kenapa beberapa bagian dari kisah Al-Qur’an diulang-ulang dalam beberapa tempat, apakah ada kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang fiktif.9 Mukjizat Al-Qur’an juga merupakan pembahasan sendiri. Dibahas tentang mukjizat Al-Qur’an dari aspek bahasa, sejarah, ramalan masa depan dan aspek ilmu pengetahuan. Terakhir dibahas tentang tafsir Al-Qur’an, pengertian tafsir, bentuk, metode dan corak atau warna penafsiran. Termasuk juga dalam pembahasan ini pembahasan tentang Tafsir Al-Qur’an tematis atau at-tafsîr almaudhû’i.10

8

Ibid., hlm. 4 Yunahar Ilyas, loc.cit. 10 Ibid., hlm. 5 9

6

Berdasarkan penjelasan diatas dapat di simpulkan bahwa ruang lingkup ulumul Qur’an terdiri dari enam pembahasan, yaitu:11 1. Pembahasan turunnya al-Quran (nuzul al-Quran) Persoalan ini menyangkut tiga hal : a) Waktu dan tempat turunnya al-Quran (auqat nuzul wa mawathin al-nuzul) b) Sebab-sebab turunnya al-Quran (asbab al-nuzul) c) Sejarah turunya al-Quran (tarikh al-nuzul) 2. Pembahasan sanad (rangkaian para periwayat) Persoalan ini menyangkut enam hal : a) Riwayat mutawatir b) Riwayat ahad c) Riwayat syadz d) Macam-macam qira’at nabi e) Para perawi dan penghapal al-Quran f) Cara-cara penyebaran riwayat (tahammul) 3. Pembahasan qira’at (cara pembacaan al-Quran) Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini : a) Cara berhenti (waqaf) b) Cara memulai (ibtida’) c) Imalah d) Bacaan yang diperpanjang (mad) e) Bacaan hamzah yang diringankan f) Bunyi huruf yang sukun dimasukkan pada bunyi sesudahnya (idgham) 4. Pembahasan kata-kata al-Quran Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut ini : a) Kata-kata al Quran yang asing (gharib) b) Kata-kata al-Quran yang beubah-ubah harakat akhirnya (mu’rab) c) Kata-kata al-Quran yang mempunyai makna serupa (homonim) 11

Syamsu Nahar, op.cit., hlm. 2-4

7

d) Padanan kata-kata al-Quran (sinonim) e) Isti’arah, dan f) Penyerupaan (tasybih) 5. Pembahasan makna-makna al-Quran yang berkaitan dengan hukum Persoalan Pembahasan makna-makna al-Quran yang berkaitan dengan hukum. Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut : a) Makna umum (‘am) yang tetap keumumannya b) Makna umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus c) Makna umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunah d) Nash e) Makna lahir f) Makna global (mujmal) g) Makan yang diperinci (mufashshal) h) Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq) i) Makna yang dapat dipahami dari konteks pembicaraan (mafhum) j) Nash yang petunjuknya tidak melahirkan keraguan (muhkam) k) Nash yang musykil ditafsirkan karena terdapat kesamaran didalamnya (mutasyabih) l) Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang terdapat pada kata itu sendiri (musykil) m) Ayat-ayat yang “menghapus” dan yang “dihapus” (nasikhmansukh) n) Ayat-ayat yang didahulukan (muqaddam) o) Ayat yang diakhirkan (mu’akhkhar) 6. Pembahasan makna al-Quran yang terkait dengan kata-kata al-Quran Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini : a) Berpisah (fashl) b) Bersambung (washl) c) Uraian singkat (i’jaz) d) Uraian panjang ( ithnab) e) Uraian seimbang (musawah)

8

f) Pendek (qashr) C. Tujuan ‘Ulum Al-Qur’an Sebagaimana ilmu-ilmu yang lain ulumul-Qur’an memiliki tujuan mempelajari ilmu tersebut, dan tujuan mempelajari ulumul-Qur’an adalah untuk mencapai hal-hal, sebagai berikut :12 a) Untuk mengetahui segala ikhwal kitab al-Qur’an sejak turunya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW., sampai keadaan kitab itu hingga sekarang. Sebab, dengan ulumul Qur’an itu bisa diketahui bagaimana wahyu al-Qur’an itu turun dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW., dan bagaimana beliau menerima dan membacanya, serta bagaimana

beliau

mengajarkannya

kepada

para

sahabat

serta

menerangkan tafsiran ayat-ayatnya kepada mereka. Dan dengan ilmu itu dapat diketahui pula perhatian umat islam terhadap kitab sucinya pada tiap-tiap abad serta usaha-usaha mereka mereka dalam memelihara, menghafalkan, menafsirkan dan mengistimbatkan hukum-hukum ajaran alQur’an dan sebagainya. b) Untuk dijadikan alat bantu dalam membaca lafal-lafal ayatnya, memahami isi kandungannya, menghayati dan mengamalkan aturan-aturan/hukum ajarannya serta untuk menyelami rahasia dan hikmah disyariatkannya sesuatu peraturannya /hukum dalam kitab itu. Sebab, hanya dengan mengetahui dan menguasai pembahasan-pembahasan ulumul qur’an inilah, orqang baru akan bisa membaca lafal ayat-ayatnya dengan baik, sesuai dengan aturan. Dan dengan ulumul qur’an itu pula, orang akan bisa mengerti

isi

kandungan

al-Qur’an,

baik

yang

berupa

segi-segi

kemukjizatannya, atau segi hukum-hukum petunjuk ajarannya, sesuai dengan keterangan-keterangan dari ilmu ‘ijazul Qur’an, ilmu tafsiril Qur’an, dan ilmu ushulil fiqh, yang juga berupa bidang-bidang pembahasan dari ulumul qur’an itu.

12

Abdul Djalal, ULUMUL QUR’AN, (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), hlm. 20-21

9

c) Untuk dijadikan senjata pamungkas guna melawan orang-orang non muslim yang mengingkari kewahyuan al-Qur’an dan membantah tuduhan orang-orang orientalis, yang menyatakan tentang sumber-sumber alQur’an itu dari Muhammad SAW. atau dari orang-orang tertentu, yang tiap-tiap abad ada saja orang yang melemparkan tuduhan-tuduhan keji terhadap kitab al-Qur’an. Kalau umat islam berkewajiban membela agamanya, jelaslah kewajiban pertama yang harus dibelanya adalah membela

eksistensi

dan

fungsi

kitab

suci

al-Qur’an

dengan

mempertahankan kesucian, kemuliaan dan kegunaannya. D. Sejarah Perkembangan ‘Ulumul Qur’an Al Quran merupakan kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW dalam bentuk mushaf-mushaf yang diturunkan secara berangsur-angsur. Pertumbuhan dan perkembangan Al Quran ketika itu terus berlangsung karena apa yang diterima Nabi, beliau sampaikan kepada para sahabat, dan sahabatpun menyampaikan kepada sahabat lainnya. Proses perkembangan dan pertumbuhan yang begitu cepat disebabkan karena al-Quran turun dengan menggunakan bahasa Arab, sehingga para sahabat yang memang orang Arab cepat memahaminya, apabila mereka menemukan kesulitan mereka dapat bertanya langsung kepada Nabi sehingga perkembanganya cukup menggembirakan13. Dalam pertumbuhan dan perkembangan Ulumul Quran berlangsung melalui beberapa fase, fase-fase tersebut sebagai berikut: 1. Fase sebelum kodifikasi Pada masa Rasulullah saw, hingga masa kekhalifahan Abu Bakar (12 H– 13 H) dan Umar (12 H-23H) ilmu Al-Qur’an masih diriwayatkan secara lisan. Ketika zaman kekhalifaan Usman (23H-35H) dimana orang Arab mulai bergaul dengan orang-orang non Arab, pada saat itu Usman memerintahkan supaya kaum 13

Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran (Perdana Publishing, Medan, 2015), hlm. 6.

10

muslimin berpegangan pada mushaf induk, dan membakar mushaf lainnya yang mengirimkan mushaf kepada beberapa daerah sebagai pegangan. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh Usman dalam mereproduksikan naskah AlQur’an berarti beliau telah meletakkan dasar ilm rasm al-Qur’an.14 Penafsiran nabi hanya disampaikan hanya kepada sahabat yang lain dan tabi’in dengan periwayatan dari mulut ke mulut. Ada beberapa sebab mengapa penafsiran nabi sebagai bagian dari ulumul Quran tidak ditulis oleh para sahabat, yaitu: a. Ada larangan dari Rasul menulis sesuatu selain Al Quran, karena dikhawatirkan perhatian para sahabat menjadi terbagi, tidak sepenuhnya kepada Al Quran, padahal proses penurunan Al Quran ketika itu masih berlangsung. Atau khawatir bercampurnya Al Quran dengan sesuatu yang bukan Al Quran. b. Para sahabat tidak merasa perlu menulisnya, sebab mereka orang-orang dhabit, dan jika ada problem mereka dapat langsung bertanya kepada nabi. c. Banyak para sahabat yang tidak pandai menulis. Dengan demikian perjalanan Ulumul Quran sampai pada masa Umar Bin Khattab. Adapun para perintis Ulumul Quran pada abad 1 ( sebelum Kodifikasi ) dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Dari kalangan sahabat: Khulafa’ al-Rasyidin, Ibn ‘Abas, Ibn Mas’ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Abu Musa al-‘Asy’ari, dan Abdullah bin Zubair. b. Dari kalangan tabi’in : Mujahid, Atha’ bin Yasar, Ikrimah, Qatadah, AlHasan Al- Bashri, Sa’id bin Jubair, Zaid bin Aslam. c. Dari kalangan tabi’ut tabi’in: Malik bin Anas Priode sebelum kodifikasi tersebut terjadi pada abad I H.15 2. Fase kodifikasi

14 15

Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulum Al Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm. 26. Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran (Perdana Publishing, Medan, 2015), hlm. 9.

11

Pada masa kekhalifaan Ali bin Abi Thalib, (35H-40H) beliau telah memerintahkan Abu al-Aswad al-Duwali (w.69 H) untuk meletakkan kaedahkaedah bahasa Arab. Usaha yang dilakukan oleh Ali tersebut, dipandang sebagai peletakan dasar ilmu I’rab al-Qur’an.16 Perintah Ali inilah yang mengawali semangat untuk mengkodifikasikan ilmu-ilmu agama dan bahasa Arab. Pengkodifikasian ini semakin berkembang ketika kejayaan Islam berada dibawah pemerintahan Bani Umayyah dan pemerintahan Bani Abbasiyah. Adapun kondisi pertumbuhan Ulumul Quran sebagaimana ditulis para ulama adalah sebagai berikut: a. Fase kedua ( abad III dan X Hijriah ) Pada masa ini, kajian studi alquran sudah mulai berkembang yang ditandai dengan banyaknya ulama yang mengkhususkan kajian studi alquran pada satu pokok pembahasan, seperti pembahasan tentang asbabun nuzul, nasikh dan mansukh, gharibil quran dan ilmu-ilmu lainnya yang menyangkut tentang alquran. Tidak ketinggalan pembahasan terhadap tafsir alquran pada masa ini juga telah menjamur.17 Pada abad kedua hijriah, upaya pembukaan ulum al-Qur’an mulai dilakukan, namun pada masa ini perhatian ulama lebih banyak terfokus pada tafsir. Diantara ulama tafsir pada masa ini adalah : 1) Sufyan Sau’ry (w.161 H) 2) Sufyan bin Uyainah (w.198 H). 3) wakil-wakil al-Jarah (w.197 H), 4) Sybah bin al-Hajjaj (w.160 H). 5) Muqatil bin Sulaiman (w.150 H). Tafsir-tafsir mereka umumnya memuat pendapat-pendapat sahabat dan tabi’in.18 Istilah tafsir menurut Taufiq Adnan Amal berasal dari kata fassara yang berarti menjelaskan, menerangkan, menyingkap atau menampakkan – secara khusus bermakna penjelasan atas al-Qur’an atau ilmu tentang penafsiran kitab suci tersebut. Sinonim untuk untuk kata ini adalah syarh atau ta’wil. Istilah syarh 16

Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm. 26. Muhammad Roihan Daulay, studi pendekatan Al Quran…hlm.39. 18 Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm. 27. 17

12

tidak digunakan dalam perbendaharaan tafsir, sekalipun memiliki makna senada, karena telah menjadi terminologi teknis dalam ilmu-ilmu hadits untuk komentar atas hadits. Sementara kata ta’wil – berasal dari kata ‘awl’, yakni kembali ke asal , di dalam al-Qur’an bermakna akibat, kesudahan, masih tetap eksis dalam perbendaharaan kajian-kajian al-Qur’an.19 Dengan meluasnya pengkajian terhadap studi alquran maka para ulama alquran pada saat itu bersepakat untuk menggabungkan seluruh kajian-kajian mereka dalam satu bentuk pembahasan yang dinamakan dengan Ulumul Quran. b. Fase ketiga Setelah wafatnya Imam As-Syuyuthi (911 H), perkembangan studi Alquran mengalami kemundurun, yaitu dengan terhentinya gerakan penulisan Ulumul Quran. Baru setelah abad XV Hijrah atau abad modern gerakan penulisan dan pengkajian tersebut muncul dan berkembang kembali. Hal ini ditandai dengan banyak bermunculan ulama yang mengarang Ulumul Quran dan menulis kitabkitabnya, baik tafsir maupun macam-macam kitab Ulumul Quran lainnya.20 Pada abad ini muncullah Muhammad ibn Jarir al-Tabariy (w.310 H) yang menyusun kitab tafsir yang bermutu karena banyak memuat hadis-hadis sahih, ditulis dengan rumusan yang baik. Di samping itu, juga memuat I’rab dan kajian pendapat. Pada masa ini juga telah disusun beberapa ulum al Qur’ani yang masing-masing berdiri sendiri, antara lain: 1) Ali ibn al-Madiniy (w.234 H) menyusun kitab tentang asbab al-nuzul, 2) Abu Ubaid al-Qasim ibn Sallam (w.224 H) menyusun kitab tentang naskh dan mansukh. 3) Ibnu Qutaibah (w.276 H) menyusun kitab tentang musykil al-Qur’an, 4) Muhammad bin Ayyub al-Darls (294 H) menyusun tentang ayat yang turun di Mekah dan Madinah.

19

Ani Umi Maslahah, Al Quran, Tafsir, dan Ta’wil dalam perspektif sayyid Abu Al-A’la AlMaududi…hlm.31. 20 Muhammad Roihan Daulay, studi pendekatan Al Quran…hlm.40.

13

5) Dan Muhammad ibn Khalf ibn al-Mirzaban (w.309) menyusun kitab alHawiy fiy Ulum al-Qur’an.21 c. Fase keempat Pada fase ini lahir beberapa kitab ulum al-Qur’an, seperti: Aja’ib ulum alQur’an karya Abu Bakar Muhammad ibn al-Qasim al-Anbary (w.328 H), dalam kitab ini dibahas tentang kelebihan dan kemuliaan Al-Qur’an, turunnya AlQur’andalam tujuh huruf, penulisan mushaf, jumlah surah, ayat dan kata dalam Al-Qur’an. Di samping itu, Abu al-Hasan al-Asy’ary (w.324 H) menyusun kitab al-Mukhtazan fiy Ulum al-Quran, Abu Bakar al-Sajastaniy (w.330 H) menyusun kitab tentang Garib al-Qur’an, Abu Muhammad al-Qasab Muhammad ibn Ali alKarkhiy (w.sekitar 360 H) menyusun kitab Nakt al-Qur’an al-Dallah al-Bayan fiy Anwa al-Ulum wa al-Ahkam al-Munabbiah’an Ikhtilaf al-Anam. Pada masa ini juga Muhammad ibn Ali al-Adfawiy (w.388 H) menyusun al-Istigna’ fiy Ulum alQur’an.22 d. Fase ke lima Pada pada abad ke 5 muncullah Ali bin Ibrahim ibn Sa’id al Hufiy (w.430 H) yang menghimpun bagian-bagian dari ulum al Qur’an dalam karyanya al-Burhan fiy Ulum al-Qur’an. Dalam kitabnya ini, beliau membahas Al-Qur’anmenurut suruh dalam mushaf, selanjutnya beliau menguraikannya berdasarkan tinjauan alNahwu dan al-Lugah, kemudian mensyarahnya dengan tafsir bi al-Masur dan tafsir bi al-Ma’qul, lalu dijelaskan pula tentang waqaf (aspek qira’at), bahkan tentang hokum yang terkandung dalam ayat. Atas dasar inilah maka uluma menganggap al-Hofiy sebagai tokoh pertama yang membukukan ulumul Qur’an.23 Diantara ulama yang berjasa dalam pengembangan Ulumul Quran pada abad ini adalah : 1) Ali bin Ibrahim bin Sa’id al-Hufi (w. 430 H) menyusun kitab al-Burhan fi Ulum al-Quran.

21

Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm. 27. Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm. 27-28. 23 Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm.28. 22

14

2) Abu ‘Amr al-Dani (w. 444 H) menyusun kitab al-Taisir fi Qira’at alSab’ah dan kitab al-Muhkam fi al-Naqth.24 e. Fase keenam Ibn al-Jauziy (w.597 H) menyusun kitab Funun al-Afinan fiy Ulum alQur’an, dan kitab al-Mujtaba fiy Ulum Tata’allaq bi al-Qur’an. Selanjutnya disusul oleh Alamuddin al-Sakhawiy (w.641 H) 25 Ulama yang terkenal pada abad ini anatara lain : 1. Abu al-Qasim bin Abdu al-Rahman al-Suhaili (w. 581 H) menyusunkitab Mubhamat al-Quran, kitab ini menjelaskan maksud kata-kata al-Quran yang tidak jelas, apa atau siapa yang dimaksudkan. 2. Ibn al-Jauzi (w. 597 H) menyusun kitab Funun al-Afnan fi ‘Aja’ib alQuran dan kitab al-Mujtab fi ‘Ulum tata’allaq bi al-Quran.26 f. Fase ketujuh Pada abad ke 7 H dengan kitabnya yang berjudul Jamal al-Qurra wa Kamal al-Iqara, kemudian Abu Syamah (w.665 H) menyusun kitab al-Mursyid al-Wajid fiy Ma Yata’allahq bi al-Qur’an al-Aziz. Pada abad ini mulai berkembang ilmu Majaz al-Quran dan ilmu

Qira’at.

Ulama yang menaruh perhatian dalam bidang ini adalah : 1. Alamuddin al-Sakhawi (w. 643 H) menyusun kitab Hidayat al-Murtab fi Mustasyabih. 2. Ibn ‘Abd al-Salam (w. 660 H) ia mempelopori penulisan ilmu Majaz alQuran. 3. Abu Syamah (w. 655 H) menyusun kitab al-Mursyid al-Wajiz fi Ulum alQuran tata’allaq bi al-Quran al-‘Aziz.

g. Fase kedelapan Pada abad ke 8 al-Zarkasyi (w.794 H) menyusun kitab al-Burhan fiy Ulum al-Qur’an. Mereka yang bergiat dalam penulisan Ulumul Quran abad ini antara lain adalah : 24

Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran (Perdana Publishing, Medan, 2015), hlm. 11. Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm.28. 26 Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran (Perdana Publishing, Medan, 2015), hlm. 11. 25

15

1. Ibn Abi al-Isba’ menyusun ilmu Bada’i al-Quran yakni ilmu badi’ (tentang keindahan bahasa yang kandungan al-Quran). 2. Ibn al-Qayyim (w. 752 H) menyusun Ilmu Aqsam al-Quran (tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam al-Quran). 3. Najmuddin al-Thufi (w. 716 H) menyusun Ilmu Hujaj al-Quran atau Ilmu Jadal al-Quran (membahasa bukti atau argumentasi yang dipakai al-Quran untuk menetapkan sesuatu. 4. Abu al-Hasan al-Mawardi, menyusun Ilmu Amtsal al-Quran. 5. Badruddin al-Zarkasy (w. 794 H) menyusun kitab al-Burhan fi Ulum al-Quran. 6. Taqiyuddin Ahmad bin Taimiah al-Harrani (w. 728 H) menyusun kitab Ushul al-Tafsir. h. Fase kesembilan Pada abad 9, Jalal al-Din al-Bulqniy (w.824 H) menyusun kitab Mawaqi’ al-Ulum fiy Mawaqi al-Nujum. Pada masa ini pula Jalal al-Din al-Sayoty (w.911 H) menyusun kitab al-Tahbir fiy Ulum al-Tafsir dan kitab al-itqan fiy Ulum alQur’an.27 Perekembangan Ulumul Quran pada masa ini dipandang telah mencapai kesempurnaan. Para ulama abad ini adalah : 1. Jalaluddin al-Bulqini (w. 824 H) menyusun kitab Mawaqi’ al-Ulum min Mawaqi; al-Nujum. 2. Muhammad bin Sulaiman al-Kafiyaji (w. 879 H) menysun kitab al-Taisir fi Qawa’id al-Tafsir. 3. Jalaluddin ‘Abd al-Rahman bin Kamaluddin al-Suyuthi (w. 911 H) menyusun kitab al-Tahbir fi Ulum al-Tafsir. Kemudian ia juga menyusun kitab yang lebih sempurna lagi yang bernama al-Itqan fi Ulum al-Quran, membahas 80 macam ilmu al-Quran. Kitab ini belum ada yang menandingi mutunya sehingga diakui sebagai kitab standard dalam mata pelajaran Ulumul Quran. 27

Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm.28.

16

Setelah wafatnya al-Sayuti pada tahun 911 H, seolah-olah perkembangan ulum al-Qur’an telah mencapai puncaknya, sehingga tidak terlihat penulis-penulis yang memiliki kemampuan seperti beliau. Hal ini menurut Ramli Abdul Wahid (1994) disebabkan karena meluasnya sikap taklid di kalangan umat Islam, yang dalam sejarah ilmu-ilmu agama umumnya mulai berlangsung setelah masa alSayuti (awal abad ke -10 H) sampai akhir abad ke-13 H. Sejak penghujung abad ke-13 H hingga saat ini, perhatian ulama terhadap ulum al-Qur’an bangkit kembali. Pada masa ini pembahasan dan pengkajian AlQur’an tidak hanya terbatas pada cabang-cabang ‘ulum al-Qur’an yang ada sebelumnya, melainkan telah berkembang, misalnya penterjemah Al-Qur’an kedalam bahasa asing. Juga telah disusun berbagai kitab ‘ulum al-Qur’an, diantaranya ada mencakup bagian-bagian (cabang-cabang) ‘ulum al-Qur’an secara keseluruhannya, ada pula yang hanya sebagian. Diantaranya ulama yang menyusun kitab Ulumul Qur’an yang mencakup sebagian besar cabangcabangnya adalah Tahir al-Jazayiri dalam bukunya : al-Tibyan li Ba’d al-Mabahis al-Muta’alliqah bi al-Qur’an pada tahun 1335 H. begitu pula Syekh Mahmud Abu Daqiqah, seorang ulama besar al-Azhar, menyusun kitab tentang ulum alQur’an. Setelah itu, Muhammad Ali selama menyusun kitab Manhaj al-Furqan fiy Ulum al-Qur’an yang mencakup berbagai cabang ilmu-ilmu Al-Qur’an. Kemudian disusul oleh Muhammamd Abd al-Azim al-Zarqaniy dengan bukunya Manihil irfan Fiy Ulum al-Qur’an. Selanjutnya, Ahmad Aliy menyusun kitab Muzakkirah Ulum al-Qur’an dan Subhi Salih menyusun kitab Mabahis fiy Ulum Qur’an. Kitab-kitab lain yang juga lahir pada masa ini adalah Mahabis fiy Ulum alQur’an, karya Manna’ al-Qattan, al-Tibyan fiy Ulum al-Qur’an, karya Ali alSaboni, Ulum al-Qur’an wa al-Hadis, karya Ahmad Muhammad Ali Daud. Dalam bahasa Indonesia dikenal pula T.M. hasbi sh-Shiddieqy dengan karyanya: Ilmu-Ilmu Al-Qur’an.28 i. Fase ke empat belas

28

Wahyuddin dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya ... hlm.29.

17

Pada masa ini Universitas Al-Azhar Mesir diakui telah memicu kebangkitan kembali penyusunan kitab-kitab yang membahas tentang al-Quran setelah memasuki abad XIV H karena telah membuka jurusan bidang studi tafsir hadis. Para ulama yang berjasa pada abad ini terkait penyusunan Ulumul Quran antara lain adalah : 1. Syekh Thahir al-Jaziri, yang menyusun kitab al-Tibyan fi Ulum al-Quran. 2. Jalaluddin al-Qasimi, (w. 1332 H) menyusun kitab Mahasin al-Ta’wil. 3. Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqani, menyusun kitab Manahil al-Irfan fi Ulum al-Quran. 4. Muhammad ‘Ali Salamah, menyusun kitab Manhaj al-Furqon fi Ulum alQuran. 5. Syeikh Tanthawi Jauhari, menyusun kkitab al-Jawahir fi Tafsir al-Quran dan al Quran wa Ulum ‘Ashriyyah. 6. Mushthafa Sadiq al-Rafi’i, menyusun kitab I’jaz al-Quran. 7. Sayyid Quthub, menyusun kitab al-Tashwir al-Fani fi al-Quran. 8. Sayyid Imam Muhammad Rasyid Ridha, menyusun kitab Tafisr al-Quran al-Hakim yang terkenal dengan nama tafsir al-Manar. 9. Dr. Subhi al-sahlih, guru besar Islamic Studies dan Fiqhu Lughah pada fakulatas Adab Universitas Libanon, menyusun kitab Mabahits fi’Ulum alQuran. 10. Syeikh Muhammad Mushthafa al-Maraghi, menyusun sebuah risalah yang menerangkan kebolehan kita menterjemahkan al-Quran, ia menulis kitab tafsir al-Maraghi29

29

Syamsu Nahar, Studi Ulumul Quran (Perdana Publishing, Medan, 2015), hlm. 13.

18

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Ulumul Qur’an adalah ilmu-ilmu yang membahas hal-hal yang berhubungan dengan Al-Qur’an dari segi nuzul-nya, jam-nya, susunannya, I’jaznya, penjelasan gharib-nya, tafsir-nya, penolakan terhadap apa saja yang dapat menimbulkan keraguan terhadap al-Qur’an , dan lain-lain yang berkaitan dengan al-Qur’an. Ilmu ini muncul dan berkembang dengan di mulainya kodifikasi alQur’an hingga munculnya para ulama yang secara khusus mengkaji ilmu alQur’an dari abad 3 H sampai abad 14 H

B. SARAN Sebagai umat Islam kita harus memperdalam lagi pengetahuan tentang AlQur’an karena pada zaman modern ini banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui tentang Al-Qur’an.

19

DAFTAR PUSTAKA

Buku ; Nahar, Syamsu, 2015, Studi Ulumul Quran, Medan: Perdana Publishing Djalal, Abdul, 1998, ULUMUL QUR’AN, Surabaya: Dunia Ilmu Mukhtar, Naqiyah, 2013, ULUMUL QUR’AN, Purwokerto: STAIN Press Ilyas, Yunahar, 2013, Kuliah Ulumul Qur’an, Yogyakarta: ITQAN Publishing Al-Qaththan, Syaikh Manna’, 2006,

Pengantar Studi ILMU AL-QUR’AN,

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Jurnal ; Wahyuddin, dan M.Saifulloh, ulumAl Quran, sejarah dan perkembanganya Muhammad Roihan Daulay, studi pendekatan Al Quran Ani Umi Maslahah, Al Quran, Tafsir, dan Ta’wil dalam perspektif sayyid Abu AlA’la Al-Maududi.

20

Related Documents


More Documents from "hilda sr"

Makalah Ulumul Qur'an.docx
November 2019 29