Makalah Tugas Ibu Nova.docx

  • Uploaded by: RYAN
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tugas Ibu Nova.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,128
  • Pages: 20
MAKALAH PERSALINAN DAN PASCA PERSALINAN

Disusun Oleh : Kelompok II

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)MATARAM T.A 2018/2019

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melahirkan merupakan fungsi yang bersifat fisiologis. Wajar apabila para ibu ingin melaksanakan fungsi ini dengan cara yang mereka pertimbangkan paling tepat. Anggapan individu sebelum hamil, media dan latar belakang sosial serta cultural merupakan hal-hal yang turut berperan terhadap harapan sang ibu mengenai persalinan. Keselamatan ibu dan janin atau bayi baru lahir harus menjadi tujuan utama. Kelahiran dianggap sebagai suatu pengalaman yang membahagiakan dan memperkaya batin (David Liu, 2008). Angka kematian ibu merupakan suatu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5 adalah meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu (KemenPPPA, 2011). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia (SDKI) tahun 2007 memperlihatkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2012 meningkat menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia antara lain disebabkan oleh perdarahan sebanyak 28 %, eklampsi sebanyak 24 %, infeksi sebanyak 11 %, komplikasi masa puerperium sebanyak 8 %, Abortus 5 %, partus lama 5 %, Emboli obstetrik 3 % dan lain-lain 11 % (KemenPPPA, 2011). Lima pilar utama dalam strategi penurunan AKI adalah keluarga berencana, ANC yang berkualitas, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayanan obstetrik emergensi, serta pelayanan nifas bagi ibu dan bayi (Kemenkes, 2012). Selain resiko yang dihadapi selama persalinan, perahlian dari dalam uterus menjadi mandiri berada diluar uterus merupakan periode paling kritis kedua pada kehidupan neonates. Kesalah penatalaksanaan atau kegagalan untuk mengantisipasi kesulitan mengakibatkan kerusakan yang tdk diinginkan atau keamtian bayi baru lahir. Pada setiap kelahiran petugas yang telah dilatih melakukan resusitasi neonatal harus ada (David A. Curnock,2010). Masa nifas (puerperium) dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Wiknjosastro, 2008). Pada masa nifas ini terjadi perubahanperubahan fisiologis maupun psikologis, yakni : perubahan fisik, involusi uterus dan pengeluaran lokhia, laktasi atau pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh lainnya serta perubahan psikis (Maryunani, 2009). Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan sosial. Baik di negara maju maupun negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan

konsekuensi ekonomi, di samping ketidaktersediaan pelayanan atau rendahnya fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Wiknjosastro, 2008). B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Bagaimana konsep dasar asuhan persalinan ? 2. Jelaskan benang merah asuhan persalinan ? 3. Jelaskan asuhan persalinan kala I (pembukaan) ? 4. Jelaskan asuhan persalinan kala II (pengeluaran janin) ? 5. Jelaskan asuhan persalinan kala III (pengeluaran plasenta) ? 6. Jelaskan asuhan persalinan kala IV (observasi) ? 7. Jelaskan perawatan pasca persalinan (nifas) ? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penanganan persalinan dan pasca persalinan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan persalinan. b. Untuk mengetahui benang merah asuhan persalinan. c. Untuk mengetahui asuhan persalinan kala I (pembukaan). d. Untuk mengetahui asuhan persalinan kala II (pengeluaran janin). e. Untuk mengetahui asuhan persalinan kala III (pengeluaran plasenta). f. Untuk mengetahui asuhan persalinan kala IV (observasi). g. Untuk mengetahui perawatan pasca persalinan (nifas).

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Asuhan Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin. (Asri Hidayat.,2010). Persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang di mulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selam proses persalinan, bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37- 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Paduan Peserta, hal:13) Jadi kesimpulan persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi yang dikandung selama 37 – 42 minggu, presentasi belakang kepala / ubun-ubun kecil di bawah sympisis melalui jalan lahir biasa, keluar dengan tenaga ibu sendiri, disusul dengan pengeluaran plasenta dan berlangsung kurang dari 24 jam. Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik. Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat. Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010). 2. Teori Terjadinya Persalinan Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu: Penurunan kadar progesterone, Teori oxytosin, peregangan otot-otot uterus yang berlebihan (destended uterus), pengaruh janin, teori prostaglandin. Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori-teori yang kompleks, faktorfaktor hormonal pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus pengaruh saraf da nutrisi disebut sebagai fakotr-faktor yang mengakibatkan partus mulai. Perubahanperubahan dalam biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari berlangsungnya partus antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan progesterone. Seperti diketahui progesterone merupakan penenang bagi otot-otot uterus menurunnya kadar kedua hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai (Asri Hidayat dan Sujiatini, 2008). 3. Tahapan Persalinan

Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai pembukaan lengkap kala1 dibagi menjadi 2 fase : fase laten(serviks 1-3 cm-dibawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif( serviks 4-10 cm/lengkap) membutuhkan waktu 6 jam. Kala II atau kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada muti Kala III atau kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebihb dari 30 menit. Kala IV atau kala pengawasan : kala IV dimulai dari saat lahirnya p;asenta sampai 2 jam pertama post partum (Asri Hidayat 2008) 4. Tanda-Tanda persalinan Persalinan dimulai bila ibu sudah dalam impart (saat uterus berkontraksi menyebabkan perubahan pada serviks membuka dan meipis), berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Tanda dan gejala menjalan persalinan antara lain : perasaan distensi berkurang (lightening), perubahan serviks, persalinan palsu, ketuban pecah, blood show, lonjakan energy, gangguan pada saluran cerna. Gejala inpartus menurut (Mochtar, 2000 ), yaitu: a. Kekuatan his semakin sering terjaidi dan teratur dengaHIn jarak kontraksi yang semakin pendek. b. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah. c. Dapat disertai pecah ketuban. d. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu: perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan serviks. 5. Faktor yang Berperan dalam Persalinan a. Power ( Kekuatan ) Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot-otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik. Retraksi adalah pemendekan otot-otot rahim yang bersifat menetap setelah adanya kontraksi. His yang normal adalah timbulnya mula-mula perlahan tetapi teratur, makin lama bertambah kuat sampai kepada puncaknya yang paling kuat kemudian berangsur-angsur menurun menjadi lemah. His tersebut makin lama makin cepat dan teratur jaraknya sesuai dengan proses persalinan sampai anak dilahirkan. His yang normal mempunyai sifat : kontarksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim, kontraksi bersifat simetris, fundal dominan yaitu menjalar ke seluruh otot rahim, kekuatannya seperti memeras isi rahim, otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim, bersifat involunter yaitu tidak dapat diatur oleh parturient. Tenaga meneran merupakan kekuatan lain atau tenaga sekunder yang berperan dalam persalinan, tenaga ini digunakan pada saat kala II dan untuk membantu mendorong bayi keluar, tenaga ini berasal dari otot perut dan diafragma. Meneran

memberikan kekuatan yang sangat membantu dalam mengatasi resistensi otot-otot dasar panggul. Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik. Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan karena hypotonic/atonia uteri dan hypertonic/tetania uteri. b. Passanger (Muatan) Passenger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala. Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang. c. Passage (Jalan Lahir) Passage adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal. Rongga-rongga panggul yang normal adalah : pintu atas panggil hampir berbentuk bundar, sacrum lebar dan melengkung, promontorium tidak menonjol ke depan, kedua spina ischiadica tidak menonjol kedalam, sudut arcus pubis cukup luas (90100), ukuran conjugata vera (ukuran muka belakang pintu atas panggul yaitu dari bawah simpisis ke promontorium) ialah 10-11 cm, ukuran diameter transversa (ukuran melintang pintu atas panggul) 12-14 cm, diameter oblique (ukuran sserong pintu atas panggul) 12-14 cm, pintu bawah panggul ukuran muka melintang 10-10,5 cm. Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan hambatan persalinan apabila : panggul sempit seluruhnya, panggul sempit sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul. Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah meregang, apabila terdapat kekakuan pada jaringan, maka otot-otot ini akan mudah ruptur. Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang kaku (pada primi tua primer atau sekunder dan serviks yang cacat atau skiatrik), serviks gantung (OUE terbuka lebar, namun OUI tidak terbuka), serviks konglumer (OUI terbuka, namun OUE tidak terbuka), edema serviks (terutama karena kesempitan panggul, sehingga serviks terjepit diantara kepala dan jalan lahir dan timbul edema), terdapat vaginal septum, dan tumor pada vagina. d. Psyche (Psikologis) Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar. Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.

e. Penolong

Memilih Penolong persalian yang berkompeten, seperti: bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang terlatih. f. Posisi Saat Bersalin Apabila saat kita sedang melakukan proses persalinan, posisi yang paling baik dalam bersalin adalah posisi semi fowler. B. Benang Merah Asuhan Persalinan Lima aspek dasar/lima benang merah yang penting dan saling terkait dalam persalinan yang bersih dan aman adalah (Asuhan Persalinan Normal,2010) : 1. Membuat keputusan klinik Membuat keputusan klinik dilakukan dengan melalui proses pemecahan masalah yang sistematik yaitu mengumpulkan dan analisa informasi, membuat diagnosa kerja (menentukan kondisi yang dikanji normal atau bermasalah), membuat rencana tindakan yang sesuai diagnose, melaksanakan rencana tindakan dan mengevaluasi hasil asuhan/tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi yang baru lahir. Proses tersebut bisa disimpulkan menjadi 4 langkah pengambilan keputusan klinik, yaitu : a. Pengumpulan Data Data yang terkumpul diklasifikasi dalam data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang dikeluhkan oleh pasien didapatkan dengan metode pengumpulan data wawancara. Data obyektif adalah data yang bisa diperoleh pemeriksa dengan pemerikasaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan observasi. b. Diagnosa Data yang terkumpul kemudian dilakukan analisis data untuk selanjutnya dirumuskan diagnosa. Perhatikan bahwa mungkin terdapat sejumlah diagnose banding atau ganda. Pengumpulan data untuk merumuskan diagnose bukan proses linear melainkan proses sirkuler(melingkar) yang berlangsung terus menerus.selanjutnyan dilakukan antisipasi masalah/penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosa dibuat. c. Penatalaksanaan Asuhan Penatalaksanaan asuhan diawali dengan membuat rencana yang selanjutnya pelaksanaan rencana asuhan. Dalam penatalaksanaan asuhan yang perlu diperhatikan adalah :    Susun rencana panatalaksanaan yang memadai bagi ibu dan BBL.  Terdapat beberapa pilihan intervensi efektif, diskusikan dengan ibu/ keluarga.    Laksanakan rencana secara tepat waktu dan mengacu keselamatan klien. d. Evaluasi Penatalaksanaan yang telah dilaksankan dievaluasi untuk menilai tingkat efektifitasnya. Membuat keputusan klinik adalah komponen esensial dalam asuhan bersih dan aman pada ibu selama persalinan atau kelahiran, nifas dan BBL. Proses membuat suatu keputusan klinik memungkinkan dihasilkannhya

keputusan yang benar dan tepat waktu bagi asuhan spesifik yang diperlukan seorang ibu dan BBL(mencegah terjadinya komplikasi dan memungkinkan pengenalan dini tanda dan gejala adanya penyulit. 2. Asuhan Sayang Ibu Asuhan sayang ibu dan bayi adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan ibu. Membayangkan asuhan saying ibu/ASI adalah dengan menyakan pada diri kita sendiri”apakah asuhan seperti ini yang saya inginkan untuk keluarga saya yang sedang hamil”. Salah satu prinsip asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami dan keluarga selama persalinan. Beberapa contoh penerapan asuhan saying ibu saat persalinan adalah : a. Panggil ibu sesuai nama, hargai dan perlakukan ibu sesuai martabatnya. b. Jelaskan asuhan yang akan diberikan sebelum memulai asuhan. c. Jelaskan proses persalinan pada ibu dan keluarga. d. Anjurkan ibu bertanya, membicarakan rasa takut/khawatirnya dan dengarkan. e. Anjurkan ibu ditemani keluarga/suaminya. f. Ajarkan suami dan keluarga bagaimana cara memperhatikan dan mendukung ibu. g. Hargai privasi ibu. 3. Pencegahan inveksi/ PI Tujuan PI adalah melindunfi ibu, BBL, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lain sehingga mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Pencegahan Infeksi juga bertujuan untuk menurunkan resiko penularan penyakit berbahaya (hepatitis, HIV/AIDS). Ada beberapa tindakan yang akan sering kita temui dalam PI, yang perlu diketahui pengertiannya. Tindakan tersebut antara lain adalah asepsis, tehnik aseptic, antiseptic, dekontaminasi, desinfeksi, cuci bilas, desinfeksi tingkat tinggi dan sterilisasi. Definisi dari tindakan-tindakan tersebut antara lain : a. Asepsis adalah suatu tindakan untuk mencegah masuknya mikroorganisme kedalam tubuh. b. Tehnik aseptic adalah suatu tindakan membuat prosedur lebih aman dengan menurunkan jumlah atau menghilangkan seluruh mikroorganisme pada kulit, jarinagn dan istrumen hingga tingkat yang aman. c. Antisepsis adalah suatu tindakan PI dengan cara membunuh/menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit/ jaringan tubuh. d. Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang dilakukakn untuk memastikan bahwa petugas kesehatan dapat menangani secara aman berbagai benda yang terkontaminasi dengan darah, dan cairan tubuh. e. Mencuci dan membilas adalah suatu tindakan untuk menghilangkan darah , cairan tubuh atau benda asing dari kulit/instrument. f. Desinfeksi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme pada benda mati/instrument. g. Desinfeksi tingkat tinggi/DTT adalah suatu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri.

h. Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora pada benda mati/instrument. Prinsip Pencegahan Infeksi yang perlu kita pegang adalah : a. Setiap orang harus dianggap menularkan penyakit. b.‘setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi. c. Permukaan benda yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tidak utuh harus dianggap terkontaminasi dan harus segera diproses secara benar. d. Jika ragu alat/benda telah diproses maka alat/benda tersebut dianggap terkontaminasi. e. Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan total, tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan PI secara benar dan konsisten. 4. Pencatatan (Dokumentasi) Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu atau bayinya. Partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan. 5. Rujukan Rujukan dalam kondisi tepat waktu dan optimal ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal, namun sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi rujukan yang mampu utnuk melaksanakankasus gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir seperti : a. Pembedahan, termasuk bedah sesar. b. Tranfusi darah. c. Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau cunam. d. Pemberian antibiotic intravena. e. Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir.

C. Asuhan Persalinan Kala I (Pembukaan)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Menurut Rohani dkk (2011) inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran-pergeseran ketika serviks mendatar dan membuka. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm (pembukaan lengkap). Proses ini terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm dan aktif (7 jam) dimana serviks membuka antara 3-10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama fase aktif. Pada pemulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturient (ibu yang sedang bersalin) masih dapat berjalan-jalan. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan Kunve Friedman, diperhitungkan pembukaan multigravida 2 cm per jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan (Sulasetyawati dan Nugraheny, 2010, hlm. 7). Menurut Friedmen, fase percepatan memulai fase persalinan dan mengarah ke fase lengkung maksimal adalah waktu ketika pembukaan serviks terjadi paling cepat dan meningkat dari tiga sampai empat sentimeter sampai sekitar 8 sentimeter. Pada kondisi normal kecepatan pembukaan konstanta, rata-rata tiga sentimeter per jam, dengan kecepatan maksimal tidak lebih dari 1,2 sentimeter per jam pada nulipara. Pada multipara, kecepatan rata-rata pembukaan selama fase lengkung maksimal 5,7 sentimeter per jam. Fase perlambatan adalah fase aktif. Selama waktu ini, kecepatan pembukaan melambat dan serviks mencapai pembukaan 8 sampai 10 sentimeter sementara penurunan mencapai kecepatan maksimum penurunan ratarata nulipara adalah 1,6 sentimeter per jam dan normalnya paling sedikit 1,0 sentimeter per jam. Pada multipara, kecepatan penurunan rata-rata 5,4 sentimeter per jam, dengan kecepatan minimal 2,1 sentimeter per jam (Varney, 2004, hlm. 679). Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan kebidanan pada kala I yaitu : Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; Pemantauan terus-menerus vital sign; Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; Pemberian hidrasi bagi pasien; Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; Memfasilitasi dukungan keluarga.

D. Asuhan Persalinan Kala II (Pengeluaran Janin) Kala II mulai bila pembukaan serviks lengkap. Umumnya pada akhir kala I atau pembukaan kala II dengan kepala janin sudah masuk dalam ruang panggul, ketuban pecah sendiri.Bila ketuban belum pecah, ketuban harus dipecahkan. Kadang-kadang pada permulaan kala II wanita tersebut mau muntah atau muntah disertai rasa ingin mengedan kuat. His akan lebih timbul sering dan merupakan tenaga pendorong janin pula. Di samping itu his, wanita tersebut harus dipimpin

meneran pada waktu ada his. Di luar ada his denyut jantung janin harus diawasi (Wiknjosastro, 1999, hlm.194). Menurut Wiknjosastro (2008, hlm.77) gejala dan tanda kala II persalinan adalah: 1. Ibu merasa ingin meneran bersamaan adanya kontraksi; 2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau vaginanya; 3. Vulva-vagina dan sfingter ani membuka; 4. Meningkatnya pengeluaran lender bercampur darah. Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut: a. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; b. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin; c. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan; d. Perawatan tubuh wanita; e. Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; f. Persiapan persalinan; g. Penatalaksanaan kelahiran; h. Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. E. Asuhan Persalinan Kala III (Pengeluaran Plasenta) Partus kala III disebut pula kala uri. Kala III ini, seperti dijelaskan tidak kalah pentingnya dengan kala I dan II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Kala uri dimulai sejak dimulai sejak bayi lahir lengkap sampai plasenta lahir lengkap. Terdapat dua tingkat pada kelahiran plasenta yaitu : 1. Melepasnya plasenta dari implantasi pada dinding uterus; 2. Pengeluaran plasenta dari kavum uteri (Wiknjosastro, 1999, hlm. 198). Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hlm. 8) lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut: 1. Uterus mulai membentuk bundar; 2. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta dilepas ke segmen bawah Rahim; 3. Tali pusat bertambah panjang; 4. Terjadi perdarahan. Asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut: a. Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya; b. Lakukan manajemen aktif kala III; c. Pantau kontraksi uterus; d. Berikan dukungan mental pada pasien; e. Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; f. Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum).

F. Asuhan Persalinan Kala IV (Observasi)

Setelah plasenta lahir lakukan rangsangan taktil (masase uterus) yang bertujuan untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.Lakukan evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang dengan pusat sebagai patokan. Umumnya, fundus uteri setinggi atau beberapa jari di bawah pusat. Kemudian perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum. Lakukan evaluasi keadaan umum ibu dan dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala IV (Wiknjosastro, 2008, hlm. 110). Menurut Sulisetyawati dan Nugraheny (2010) kala IV mulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Kala IV dilakukan observasi terhadap perdarahan pascapersalinan, paling sering terjadi 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kesadaran pasien 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. 3. Kontraksi uterus 4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV persalinan adalah: a. Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. c. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. d. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. e. Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman. f. Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. g. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI. h. Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. i. Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi. G. Perawatan Pasca Persalinan (Nifas) 1. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai, dan berakhir setelah kirakira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2005). Masa nifas (Puerperium) adalah periode dimana organ-organ reproduksi kembali kepada keadaan sebelum hamil, lama masa nifas ini 6 minggu. (Farrer, 2000).

2. Pembagian Nifas Nifas dibagi dalam 3 periode :

a. Puerperium Dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 minggu. b. Puerperium Intermedial, yaitu kepulihan yang menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Remote Puerperium, yaitu waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, atau bulanan atau tahunan. 3. Perawatan Pasca Persalinan a. Mobilisasi Karena habis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya Trombosis dan Tromboemboli. Pada hari Ke 2 diperbolehkan duduk, haari ke 3 jalan-jalan dan hari ke 4dan 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisaasi di atas mempunyai variasi, bergantung pada komplikaasi persalinan, nifas dan sembuhnya lukaluka Ibu yang melahirkan secara normal bisa melakukan mobilisasi 6 jam setelah melahirkan dan 8 jam setelah melahirka untuk ibu yang menjalani operasi cesar kemudian ibu dianjurkan melaksanakan mobilisasi dini, misalnya ibu miring kanan-miring kiri, turun dari tempat tidur, belajar duduk, dan berjalan sendiri. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke3 diperbolehkan jalan-jalan, dan hari ke 4 atau ke 5 sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi ini bertujuan agar sirkulasi darah menjadi lancar, menghindari pembengkakan, dan mencegah trombosis. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka. (Sinsin, 2009). Mobilisasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Setelah proses persalinan yang normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infus, atau kateter dan tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi ke WC dengan dibantu satu atau 2 jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, ia harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mengayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien sectio caesarea biasanya mulai mobilisasi dini 24–36 jam sesudah melahirkan. Jika pasien menjalani analgesia epidural, pemulihan sensibilitas yang total harus dibuktikan dahulu sebelum mobilisasi dimulai (Farrer,1999). b. Diet Diet untuk ibu masa nifas harus banyak mengandung protein, besi, serta kalsium, vitamin serta serat makanan dan harus mencakup 3000 ml cairan yang 1000 ml diantaranya berupa susu. Asupan kalori per hari harus di tingkatkan sampai 2700 kalori (11.500 kilojoule). (Farrer,1999). c. Miksi

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Bila kandung kemih penuh wanita sulit kencing. Sebaiknya dilakukan kateterisasi. Stres inkontinensia dapat terjadi hanya sementara dan akan menghilang setelah tonus otot dasar panggulnya membaik. d. Defikasi Buang air besar harus dilakukan 3–4 kali setelah melahirkan. e. Perawatan payudara Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk mengurus bayinya. Perubahan-perubahan terjadi pada kelenjar payudara : - Poliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah - Keluar cairan susu jolog dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning-putih susu. - Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana venavena berdilatasi sehingga tampak jelas. - Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang, maka timbul pengaruh hormon laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. f. Cuti hamil dan bersalin Menurut undang-undang bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah bersalin. g. Pemeriksaan pasca persalinan Pemeriksaan post natal antara lain meliputi : - Pemeriksaan umum : TTV, keluhan dan sebagainya. - Keadaan umum : kesadaran, selera makan dan lain-lain. - Payudara, ASI, putting susu. - Dinding perut, perineum, kandung kemih dan rektum. - Sekret yang keluar misalnya lokia, flour albus. - Keadaan alat-alat kandungan.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan persentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri Hidayat.,2010). Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu: Penurunan kadar progesterone, Teori oxytosin, peregangan otot-otot uterus yang berlebihan (destended uterus), pengaruh janin, teori prostaglandin. Tanda dan gejala menjalan persalinan antara lain : perasaan distensi berkurang (lightening), perubahan serviks, persalinan palsu, ketuban pecah, blood show, lonjakan energy, gangguan pada saluran cerna. Faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu : Power (Kekuatan), Passanger (Muatan), Passage (Jalan Lahir), Psyche (Psikologis), Penolong, Posisi Saat Bersalin. Lima benang merah dalam asuhan persalinan adalah : Membuat keputusan klinik, Asuhan Sayang Ibu, Pencegahan inveksi/ PI, Pencatatan (Dokumentasi), Rujukan. Menurut Sulistyawati dan Nugraheny (2010, hal. 75) asuhan-asuhan kebidanan pada kala I yaitu : a. Pemantauan terus menerus kemajuan persalinan menggunakan partograf; b. Pemantauan terus-menerus vital sign; c. Pemantauan terus menerus terhadap keadaan bayi; d. Pemberian hidrasi bagi pasien; e. Menganjurkan dan membantu pasien dalam upaya perubahan posisi dan ambulansi; f. Mengupayakan tindakan yang membuat pasien nyaman; g. Memfasilitasi dukungan keluarga. Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 150) asuhan kala II persalinan merupakan kelanjutan tanggung jawab bidan pada waktu pelaksanaan asuhan kala I persalinan, yaitu sebagai berikut : a. Evaluasi kontinu kesejahteraan ibu; b. Evaluasi kontinu kesejahteraan janin; c. Evaluasi kontinu kemajuan persalinan; d. Perawatan tubuh wanita; e. Asuhan pendukung wanita dan orang terdekatnya beserta keluarga; f. Persiapan persalinan; g. Penatalaksanaan kelahiran; h. Pembuatan keputusan untuk penatalaksanaan kala II persalinan. Asuhan kala III persalinan adalah sebagai berikut : a. Memberikan pujian kepada pasien atas keberhasilannya; b. Lakukan manajemen aktif kala III; c. Pantau kontraksi uterus; d. Berikan dukungan mental pada pasien;

e. Berikan informasi mengenai apa yang harus dilakukan oleh pasien dan pendamping agar proses pelahiran plasenta lancer; f. Jaga kenyamanan pasien dengan menjaga kebersihan tubuh bagian bawah (perineum). Menurut Rohani dkk (2011, hlm. 234) secara umum asuhan kala IV persalinan adalah : a. Pemeriksaan fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit jam ke 2. Jika kontraksi uterus tidak kuat, masase uterus sampai menjadi keras. b. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan perdarahan tiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam ke 2. c. Anjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi. d. Bersihkan perineum dan kenakan pakaian yang bersih dan kering. e. Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya, bantu ibu posisi yang nyaman. f. Biarkan bayi didekat ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. g. Bayi sangat bersiap segera setelah melahirkan. Hal ini sangat tepat untuk memberikan ASI. h. Pastikan ibu sudah buang air kecil tiga jam pascapersalinan. i. Anjurkan ibu dan keluarga mengenal bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi serta tanda-tanda bahaya ibu dan bayi. Masa nifas (Puerperium) adalah mulai partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Prawirohardjo, 2005) Nifas dibagi dalam 3 periode : a. Puerperium Dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 minggu. b. Puerperium Intermedial, yaitu kepulihan yang menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. c. Remote Puerperium, yaitu waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sempurna bisa berminggu-minggu, atau bulanan atau tahunan. B. Saran Diharapkan, dengan adanya makalah ini, para petugas kesehatan dalah hal ini bidan, dokter dan kesmas dapat mampu bekerja sama dalam menekan angka kematian ibu dan anak, serta dapat mencapai derajat kesehatan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika. Hidayat, Asri. Sujiyatini, (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan, Yogyakarta : Nuha Medika. Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Rohani. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Sulisetyawati, A. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Saadong Djuhadiah.2010.Asuhan Kebidanan Persalinan Normal: Makassar Sarwono. (2002) Prinsip-Prinsip Keperawatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika. Sinsin, L. (2009). Masa Kehamilan dan Persalinan. PT. Elex Media Komputindo T Y Liu, David. (2008) Manual Persalinan Edisi 3, Jakarta : EGC Varney's Midwifery, 4th Ed. (4 ed., Vol. 2). (4, Ed., & L. M. Trisetyati, Trans.) Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Wiknjosastro, G. H. (2008). Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta: JNP-KR.

Related Documents

Makalah Ibu Nana.docx
June 2020 16
Makalah Ibu Mia.docx
December 2019 26
Makalah Ibu Elya.docx
April 2020 16
Makalah Ibu Intan.docx
June 2020 15
Makalah Cover Ibu Ina.docx
September 2019 22

More Documents from "Damhari"