Makalah Tsf-5.docx

  • Uploaded by: Suci Asmoro
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tsf-5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,029
  • Pages: 12
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat, taufiq, hidayah, dan karunia-Nya saya dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini saya membahas mengenai “Evaluasi Sediaan Nanopartikel” Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Slawi, 27 November 2017

Penyusun

1

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

1

Daftar Isi

2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

3

1.2 Rumusan Masalah

4

1.3 Tujuan Penelitian

4

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengenalan Umum Nanopartikel

5

2.2 Cara Mengevaluasi Uji Stabilitas Sediaan Nano

6

2.3 Jenis-Jenis Stabilitas Yang Umum Dikenal

7

2.4 Efek yang Tidak Diinginkan yang Potensial dari Ketidakstabilan Sediaan Farmasi

8

2.5 Ruang Lingkup dan Alasan Uji Stabilitas

9

2.6 Masa Kadaluwarsa Sediaan Nano

9

2.7

10

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

BAB I PENDAHULUAN 2

1.1 Latar Belakang Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikulat atau partikel padat dengan jarak ukuran 1 - 1000 nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan diikat dalam matriks nanopartikel. Bergantung pada metode pembuatan, nanopartikel, nanospheres dan nanokapsul dapat diperoleh. Nanokapsul merupakan sistem dimana obat berada dalam rongga yang dikelilingi oleh membrane polimer yang unik, sedangkan nanospheres merupakan sistem matriks dimana obat terdispersi secara fisik dan secara merata. Dalam tahun-tahun terakhir ini, nanopartikel polimerik terbiodegradasi, terutama yang dilapisi dengan polimer hidrofilik digunakan sebagai alat penghantaran obat yang potensial karena kemampuannya untuk bersirkulasi dalam waktu yang diperpanjang dalam organ target, sebagai pembawa DNA dalam terapi gen, dan kemampuannya untuk menghantarkan protein, peptida dan gen (Langer, 2000; Bhadra, et al., 2000; Kommareddy, et al., 2005; Lee dan Kim, 2005). Tujuan utama dalam mendesain nanopartikel sebagai sistem penghantaran adalah untuk mengontrol ukuran partikel, sifat permukaan dan pelepasan bahan aktif secara farmakologi untuk mencapai aksi spesifik target dari obat dengan kecepatan terapeutik yang optimal dan dosis regimen. Walaupun liposom telah digunakan sebagai pembawa potensial dengan keuntungan yang unik seperti melindungi obat dari degradasi, bertarget ke tempat aksi dan mengurangi efek toksik dan efek samping, namun penggunaannya terbatas karena sifatnya yang bermasalah seperti efisiensi enkapsulasi yang rendah, obat yang larut air mudah lepas dengan cepat dalam komponen darah, dan stabilitas penyimpanan yang rendah. Di lain pihak, nanopartikel polimerik memiliki beberapa keuntungan spesifik dibanding liposom. Sebagai contoh, nanopartikel polimerik membantu meningkatkan stabilitas dari obat dan protein dan menghasilkan sifat pelepasan terkontrol (Vila, et al., 2002; Mu dan Feng, 2003).

3

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan sediaan nanopartikel? 2. Bagaimana cara mengevaluasi uji stabilitas sediaan farmasi sediaan nano? 3. Bagaimana cara mengevaluasi masa kadaluarsa sediaan nano? 4. Bagaimana cara mengevaluasi masa simpan sediaan nano?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui yang dimaksud dengan sediaan nanopartikel. 2. Mengetahui cara uji stabilitas sediaan farmasi sediaan nano. 3. Mengetahui cara mengevaluasi masa kadaluarsa sediaan nano. 4. Mengetahui cara mengevaluasi masa simpan sediaan nano.

4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Umum Nanopartikel Perhatian dalam nanoteknologi meningkat secara pesat dalam bidang ilmiah termasuk penghantaran obat, nanoimaging, dan aplikasi yang berhubungan dengan medis lainnya. Nanopartikel dapat dibuat dalam banyak bentuk dan ukuran yang berbeda-beda dengan menggunakan material organik dan inorganik. Akan tetapi, secara defenisi, partikel ini harus berada dalam kisaran ukuran 1-1000 nm. Karena penggunaan nanopartikel dalam penghantaran obat dan nanomedicine selalu dibutuhkan untuk pemberian secara parenteral, yang telah ada dan terus menjadi kebutuhan utama pada penggunaan pembawa polimer baik bersifat biokompatibel dan biodegradabel. Ulasan ini akan fokus pada aplikasi dari nanoteknologi untuk menghantarkan agen terapetik dan diagnostik menggunakan nanopartikel polimer biodegradabel untuk penghantaran sistemik, lokal dan bertarget (Chakravarthi dan Dennis, 2008). Keuntungan menggunakan nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat adalah sebagai berikut (Mohanraj dan Chen, 2006): 1. Ukuran partikel dan sifat permukaan dari nanopartikel dapat dimanipulasi dengan mudahm untuk mencapai target obat baik secara aktif maupun pasif setelah pemberian secara parenteral. 2. Nanopartikel penghantar obat dapat mengontrol dan memperpanjang pelepasan obat pada saat tranportasi dan pada sisi lokalisasi, mengubah distribusi organ dari obat, dan berikutnya mempengaruhi klirens dari obat sehingga dapat mencapai peningkatan efikasi terapetik obat dan mengurangi efek samping. 3. Pelepasan secara terkontrol dan sifat degradasi partikel dapat diatur sesuai dengan pemilihan jenis matriks. Drug loading secara relatif tinggi dan obat dapat dimasukkan ke dalam sistem tanpa reaksi kimia, ini merupakan faktor penting untuk memelihara aktivitas obat. 4. Mengarahkan obat ke organ target dapat dicapai dengan melekatkan ligan target pada permukaan partikel atau menggunakan tuntunan magnet. 5

5. Sistem dapat diberikan dalam berbagai rute seperti oral, nasal, parenteral, intraokular dan lain-lain. Disamping keuntungan tersebut, nanopartikel memiliki keterbatasan. Sebagai contoh, ukurannya yang kecil dan area permukaan yang luas dapat menyebabkan agregasi, menyebabkan penanganan fisik nanopartikel sangat sulit dalam bentuk cair dan padat. Sebagai tambahan ukuran partikel yang kecil dan area permukaan yang luas menghasilkan keterbatasan drug loading dan pelepasan yang cepat. Masalah ini harus ditanggulangi sebelum nanopartikel digunakan secara klinis atau dibuat secara komersial (Mohanraj dan Chen, 2006).

2.2 Cara Mengevaluasi Uji Stabilitas Sediaan Farmasi Sediaan Nano Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, mutu, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat dikatakan stabil apabila masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, artinya sifatsifat khasnya sama seperti pada saat dibuat. Terdapat 5 jenis stabilitas yang dikenal, yaitu stabilitas kimia, fisika, mikrobiologi, terapi, dan toksikologi (Agoes 2001). Stabil secara kimia berarti dapat mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi yang tertera pada etiket dalam batas yang dinyatakan pada spesifikasi. Stabil secara fisika berarti dapat mempertahankan sifat fisika awal, meliputi penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi, dan kemampuan untuk disuspensikan. Obat murni dalam bentuk padat, cair, atau gas biasanya lebih stabil daripada formulasi obat. Ketika obat diformulasikan menjadi suatu sediaan farmasi, dekomposisi menjadi lebih cepat karena adanya eksipien (pengisi), kelembapan, dan pengolahan. Ketidakstabilan formulasi obat dapat dideteksi antara lain dari perubahan dalam penampilan fisik: warna, bau, rasa, dan teksturmya. Ketidakstabilan fisik dapat menyebabkan perubahan kinerja yang tidak diinginkan seperti berkurangnya kelarutan, keterterimaan secara hayati, atau bahkan kegagalan produk. Ketidakstabilan kimia akan menyebabkan berkurangnya potensi khasiat, menimbulkan efek samping, atau bahkan ketidakamanan produk. Uji stabilitas bertujuan menunjukkan mutu senyawa aktif atau jenis produk farmasi di bawah pengaruh faktor lingkungan, seperti suhu, kelembapan, dan pencahayaan. Suhu dan 6

kelembapan udara sangat memengaruhi stabilitas obat dan dapat mengganggu sifat organoleptik, fisikokimia, dan mikrobiologi obat. Uji stabilitas sediaan farmasi dapat dilakukan dalam jangka panjang atau dalam jangka waktu yang dipercepat. Uji stabilitas jangka panjang dilakukan pada periode waktu minimum 12 bulan pada kondisi suhu (25±2) oC dan RH (60±5)%, sedangkan uji stabilitas dipercepat dilakukan pada kondisi yang mempercepat penguraian atau pada kondisi ekstrem, yaitu selama 6 bulan pada suhu (30±2) oC dan RH (60±5)% (ICH 2003) atau selama 3 bulan pada suhu (40±2)oC dan RH (75±5)% (Agoes 2001). Uji jangka panjang dilakukan pada suhu kamar untuk mendapatkan data yang sahih sesuai rekomendasi penyimpanan (bergantung pada fluktuasi suhu, kelembapan, dan pencahayaan sepanjang tahun). Di sisi lain, uji stabilitas dipercepat hanya dilakukan untuk memperoleh petunjuk awal dari usia guna dan untuk meneliti atau memperoleh informasi apabila sediaan pada kondisi “stres” seperti karena pengaruh suhu dan kelembapan (misalnya, selama transportasi). Uji stabilitas harus dilakukan dalam pengembangan produk, agar sediaan yang dihasilkan dapat diramalkan stabilitasnya selama usia penggunaan (Agoes 2001).

2.3 Jenis Stabilitas yang Umum dikenal 1. Stabilitas Kimia Uji stabilitas kimia bertujuan untuk mempertahankan keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam Batasan spesifikasi. Misalnya : Laju reaksi, Orde Reaksi, dan Kondisi Penyimpanan. Kondisi penyimpanan yang dimaksud diantaranya: * Pengaruh Suhu : persamaan Arhenius * Pengaruh Kelembaban * Pengaruh Cahaya * Teori Keadaan Transisi * Pengaruh Pelarut * Pengaruh Kekuatan Ion * Pengaruh Tetapan Dielektrik * Pengaruh Katalis : katalis asam-basa spesifik, katalis asam basa umum 7

2. Stabilitas Fisika Stabilitas fisika bertujuan untuk mempertahankan sifat fisika awal dari sediaan : Penampilan, kesesuaian, keseragaman, disolusi, disintegrasi, kekerasan, kemampuan disuspensikan. 3. Stabilitas Mikrobiologi Stabilitas mikrobiologi bertujuan untuk sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan (jumlah koloni dsb), zat mikroba yang ada harus dapat mempertahankan efektifitas sediaan dalam batas yang ditetapkan. 4. Stabilitas Terapi Efek terapi tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan. 5. Stabilitas Tosikologi Tidak terjadi peningkatan toksisitas yang bermakna selama waktu simpan, misalnya tidak terbentuk senyawa Epi dan Anhidro dalam suspense sediaan tetrasiklin.

2.4 Efek tidak diinginkan yang potensial dari ketidakstabilan produk farmasi: a. Hilangnya zat aktif b. Naiknya konsentrasi zat aktif c. BA berubah d. Hilangnya keseragaman kandungan e. Menurunnya status mikrobiologis f. Hilangnya elegansi produk dan “patient acceptability” g. Pembentukan hasil urai yang toksik h. Hilangnya kekedapan kemasan i. Menurunnya kualitas label j. Modifikasi factor hubungan fungsional

8

2.5 Ruang lingkup dan alasan uji stabilitas 



Ruang lingkup: 1.

Bahan baku obat dan eksipien

2.

R&D formulasi

3.

Bahan uji klinik

4.

Obat untuk dipasarkan

5.

Reformulasi, perubahan tempat pembuatan, mengtasi kesulitan, keluhan pasien

6.

Produk dalam distribusi

7.

Penyimpanan produk oleh pasien

8.

Stabilitas in vivo

Alasan uji stabilitas: 1.

Kepentingan pasien

2.

Reputasi produsen

3.

Mengikuti peraturan

4.

Membuat data base yang penting untuk formulasi produk lain

2.6 Masa Kadaluwarsa Sediaan Nano

Pada etiket tertera nama sediaan, untuk sediaan cair tertera persentase atau jumlah zat aktif dalam volume tertentu, cara pemberian, kodisi penyimpanan dan tanggal kadaluarsa; nama pabrik pembuat dan atau pengimpor serta nomer lot atau batch yang menunjukkan identitas. Nomor lot dan nomor batch dapat memberikan informasi tentang riwayat pembuatan lengkap meliputi seluruh proses pengolahan, sterilisasi, pengisian, pengemasan dan penandaan (Anonim, 1995). Etiket diberi tanda bahwa sediaan tidak digunakan secara injeksi. Hal ini disebabkan karena larutan irigasi digunakan untuk merendam, membilas, mencuci luka yang terluka. Pemberian larutan irigasi memungkinkan sejumlah zat dari larutan dapat memasuki aliran darah secara langsung melalui pembuluh darah luka yang terbuka atau membrane mukosa yang lecet. Penentuan masa kadaluarsa infuse : Tanggal kadaluwarsa obat (expiration date) adalah tunggal yang memnunjukkan efektivitas dan keamanan obat untuk dipergunakan.

9

Faktor yang mempengaruhi kadaluwarsa obat adalah: 1. Suhu penyimpanan obat Jika suatu obat tidak disimpan sesuai dengan aturan suhunya, maka ada kemungkinan jauh sebelum tanggal kadaluwarsa yang tercantum obat itu sudah rusak. 2. Waktu paruh penyimpanan obat (shelf life) Shelf life adalah waktu yang diperlukan obat agar memiliki daya kerja hingga tinggal separuhnya saja. Tiap kenaikan suhu penyimpanan 10°C dapat mengurangi waktu paruhnya sebanyak 50%. Dengan demikian, bila obat yang seharusnya pada suhu 5°C dan mempunyai waktu paruh 4 tahun disimpan pada suhu 15°C, maka waktu paruh penyimpanan menurun menjadi 2 tahun, begitu seterusnya. Berkurangnya waktu penyimpanan obat pun berarti bertambah cepatnya waktu kadaluarsa obat atau obat sudah rusak walaupun tanggal kadaluarsa masih jauh. Obat-obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa antara lain antibiotic 2 sampai 5 tahun, sera, vaksin 6 bulan sampai 1 tahunsetelah pembuatan pabrik dan obat-obat injeksi lainnya. Untuk sediaan infuse, hampir sama dengan obat yang lain, penentuan masa kadaluarsa biasanya 10 hari setelah batas akhir kadaluarsa yang tertera dalam kemasan. Tetapi masa kadaluarsa juga sangat ditentukan oleh faktorfaktor di atas yaitu suhu penyimpanan dan waktu paruh penyimpanan obat.

10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 1.

Nanopartikel didefinisikan sebagai dispersi partikulat atau partikel padat dengan jarak ukuran 1 - 1000 nm.

2.

Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas spesifikasi yang ditetapkan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan untuk menjamin identitas, kekuatan, mutu, dan kemurnian produk tersebut. Sediaan obat dikatakan stabil apabila masih berada dalam batas yang dapat diterima selama periode penyimpanan dan penggunaan, artinya sifatsifat khasnya sama seperti pada saat dibuat.

3.

Uji stabilitas bertujuan menunjukkan mutu senyawa aktif atau jenis produk farmasi di bawah pengaruh faktor lingkungan, seperti suhu, kelembapan, dan pencahayaan.

3.2 Saran Kami menyadari didalam penyusunan dan pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik lagi.

11

12

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Bioteknologi.docx
April 2020 18
Tugas Bu Okta.docx
December 2019 36
Proposal.docx
April 2020 53
Makalah Tsf-5.docx
December 2019 25
Praktikum I Kapsul.docx
December 2019 25