BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Diperkirakan 15 juta bayi di seluruh dunia lahir prematur (<37 minggu kehamilan) setiap tahun (World Health Organization, 2017). Kelahiran prematur ini terdiri dari 9,6% kelahiran hidup di Amerika Serikat pada tahun 2016. Di Taiwan, angka ini tetap 8,5-9,9% selama dekade terakhir (Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, 2016). Kelahiran prematur adalah penyebab utama kematian neonatal (World Health Organization, 2017), dan mengurangi angka kematian ini adalah salah satu tujuan dari agenda 2030 PBB (PBB, 2017). Oleh karena itu, penting bahwa dokter memusatkan perhatian pada kesehatan populasi yang rapuh ini. Bayi prematur biasanya dirawat di unit perawatan intensif neonatal (NICU), di mana mereka menjalani prosedur invasif berulang. Prosedur ini dapat mengakibatkan rasa sakit, stres, mengganggu siklus tidur bayi dan kualitas tidur bayi yang merupakan pengaruh penting pada kesehatan bayi prematur (Linhares, 2015). Tidur bayi prematur di NICU sering terganggu dan terpecah-pecah. Tidur adalah kebutuhan fisiologis manusia yang penting, yang bermanfaat untuk pematangan sistem saraf pusat, konsolidasi memori, sekresi hormon pertumbuhan, penyimpanan energi, dan pemulihan penyakit (Pishkar Mofrad, 2016).
Gangguan tidur yang dialami oleh bayi prematur di NICU dapat mempengaruhi perkembangan
otak
dan
menghasilkan
neurobehavioral
negatif,
terutama
dalam
pembelajaran dan memori. Lingkungan kacau NICU dapat mengganggu kemampuan bayi untuk memodulasi keadaan tidur-bangun mereka (Pishkar Mofrad, 2016). Bayi prematur membutuhkan bantuan pengasuh dalam mengatur keadaan tidurbangun mereka, dengan mengurangi stres lingkungan dan menyesuaikan kegiatan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, penting untuk mengembangkan intervensi suportif untuk memfasilitasi tidur bayi untuk mengurangi pengaruh negatif gangguan tidur di NICU (Smith, 2017),. Bayi prematur adalah bayi lahir sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008). Prematuritas merupakan kasus terbesar dari semua pasien yang masuk ke NICU. Prematuritas menjadikan bayi beresiko tidak saja untuk komplikasi neonatal ( misalnya, hiperbilirubinemia dan sindrom gawat napas, yang paling tinggi pada bayi preterm ) namun juga untuk faktor risiko tinggi lainnya ( misalnya, anomali bawaan yang dikaitkan dengan prematuritas ).
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu, dengan berat badan lahir rendah (Whaley dan Wong, 2004). Pengertian yang lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (WHO, 2001). Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat lahir kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012). Kebanyakan aspek mengenai neonatus risiko tinggi ada hubungannya dengan insidens prematuritas, namun penyebab sebenarnya prematuritas tidak diketahui pada sebagian besar kasus. Insidens prematuritas paling rendah pada kelas ekonomi menengah ke atas, karena wanita hamil biasanya dalam kondisi kesehatan yang baik, cukup gizi, dan mendapat asuhan pranatal awal dan komprehensif. Insidensnya tertinggi terjadi pada kelas sosial ekonomi rendah dengan kombinasi dengan keadaan yang buruk. Faktor lain seperti kehamilan multipel, hipertensi akibaat kehamilan, dan masalah plasenta yang mengganggu perjalanan normal gestasi sebelum perkembangan fetal selesai, berperan terhadap sebagian besar kelahiran preterm. Banyak perhatian telah ditujukan pada efek intervensi perkembangan awal baik pada bayi normal dan preterm. Bayi merespon berbagai jenis rangsangan sedangkan lingkungan dan aktivitas NICU menimbulkan rangsang berlebihan. Konsekuensinya, bayi di NICU rentan terhadap rangsang tidak perlu yang bisa berbahaya. Misalnya, tingkat kebisingan yang dihasilkan oleh peralatan pemantau, alarm, dan aktivitas unit umum .
Beberapa intervensi suportif telah ditunjukkan untuk membantu menstabilkan bayi dan mempertahankan tidur. Integritas tidur dapat dipertahankan dengan memodifikasi lingkungan NICU untuk mengurangi tingkat kebisingan dan cahaya dan menyesuaikan kegiatan pengasuhan (Levy et al., 2017). B. TUJUAN 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi dan menganalisis trend dan issue serta riset dalam proses asuhan keperawatan di NICU.
2. Tujuan Khusus a)
Untuk mengetahui definisi bayi prematur.
b)
Untuk mengetahui kebutuhan tidur bayi premature diruang NICU.
c)
Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang dilakukan di ruang NICU pada bayi prematur .
d)
Untuk mengetahui efek dari bundle perawatan terhadap peningkatan kualitas tidur bayi premature diruang NICU.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan teori 2.1 Konsep Bayi Prematur 2.1.1 Definisi Bayi Prematur Menurut definisi WHO, bayi prematur adalah bayi lahir sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi prematur lahir dengan berat badan kurang 2500 gram (Surasmi, dkk, 2003). Definisi Bayi Prematur Menurut WHO, bayi prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke-37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). The American Academy of Pediatric, mengambil batasan 38 minggu untuk menyebut prematur. Bayi prematur adalah bayi yang lahir di bawah dari 37 minggu atau berat bayi kurang dari 2.500 gram (Manuaba, 2008). Bayi premature adalah bayi yang lahir sebelum minggu ke 37, atau sama dengan 37 minggu tanpa memperhatikan berat badan lahir, dihitung dari mulai hari pertama menstruasi terakhir, dianggap sebagai periode kehamilan memendek. Prematuritas dan berat lahir rendah biasanya terjadi secara bersamaan, terutama diantara bayi dengan berat 1500 gr atau kurang saat lahir. Keduanya berkaitan dengan terjadinya peningkatan morbilitas dan mortalitas neonatus, (Donna L Wong 2004).
Bayi prematur adalah bayi yang dilahirkan dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu, dengan berat badan lahir rendah (Whaley dan Wong, 2004). Pengertian yang lain tentang bayi prematur adalah bayi yang lahir hidup dan dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu dari hari pertama menstruasi terakhir (WHO, 2001). Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat lahir kurang dari 2500 gram (Royyan, 2012). Dari beberapa pengertian diatas disimpulkan bahwa bayi prematur adalah Bayi prematur merupakan bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang atau sama dengan 37 minggu, tanpa memperhatikan berat badan lahir (Wong, 2008). Bayi premature adalah bayi yang lahir belum cukup bulan. Berasarkan kesepakatan WHO, belum cukup bulan ini dibagi lagi menjadi 3, yaitu : 1. Kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 37 minggu. 2. Sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 34 minggu. 3. Amat sangat kurang bulan adalah bayi yang lahir pada usia kurang dari 28 minggu.(Martono, Hari. 2007) Prematur adalah kelahiran bayi pada saat masa kehamilan kurang dari 259 hari dihitung dari terakhir haid / menstruasi ibu. (Hasuki, Irfan. 2007) Prematuritas murni adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu. (Hassan, Rusepno. 2005)
2.1.2 Etiologi a. Faktor Maternal Toksemia, hipertensi, malnutrisi / penyakit kronik, misalnya diabetes mellitus kelahiran premature ini berkaitan dengan adanya kondisi dimana uterus tidak mampu untuk menahan fetus, misalnya pada pemisahan premature, pelepasan plasenta dan infark dari plasenta b. Faktor Fetal Kelainan Kromosomal (misalnya trisomi autosomal), fetus multi ganda, cidera radiasi (Sacharin. 1996) Faktor yang berhubungan dengan kelahiran premature : a. Kehamilan - Malformasi Uterus - Kehamilan ganda - TI. Servik Inkompeten - KPD - Pre eklamsia - Riwayat kelahiran premature - Kelainan Rh b. Penyakit - Diabetes Maternal - Hipertensi Kronik - UTI - Penyakit akut lain
c. Sosial Ekonomi - Tidak melakukan perawatan prenatal - Status sosial ekonomi rendah - Malnutrisi - Kehamilan remaja
Faktor Resiko Persalinan Prematur : a. Resiko Demografik - Ras - Usia (<> 40 tahun) - Status sosio ekonomi rendah - Belum menikah - Tingkat pendidikan rendah b. Resiko Medis - Persalinan dan kelahiran premature sebelumnya - Abortus trimester kedua (lebih dari 2x abortus spontan atau elektif) - Anomali uterus - Penyakit-penyakit medis (diabetes, hipertensi) - Resiko kehamilan saat ini : Kehamilan multi janin, Hidramnion, kenaikan BB kecil, masalah-masalah plasenta (misal : plasenta previa, solusio plasenta), pembedahan abdomen, infeksi (misal : pielonefritis, UTI), inkompetensia serviks, KPD, anomaly janin
c. Resiko Perilaku dan Lingkungan - Nutrisi buruk - Merokok (lebih dari 10 rokok sehari) - Penyalahgunaan alkohol dan zat lainnya (mis. kokain) - Jarang / tidak mendapat perawatan prenatal d. Faktor Resiko Potensial - Stres - Iritabilitas uterus - Perestiwa yang mencetuskan kontraksi uterus - Perubahan serviks sebelum awitan persalinan - Ekspansi volume plasma yang tidak adekuat - Defisiensi progesteron - Infeksi (Bobak, Ed 4. 2005)
2.1.3. Patofisiologi Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah.
Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan. Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya fungsi plasenta menurun dan memaksa bayiuntuk keluar sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar. Persalinan preterm dapat diperkirakan dengan mencari faktor resiko mayor atau minor. Faktor resiko minor ialah penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam pada kehamilan lebih dari 12 minggu, riwayat pielonefritis, merokok lebih dari 10 batang perhari, riwayat abortus pada trimester II, riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2 kali Faktor resiko mayor adalah kehamilan multiple, hidramnion, anomali uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, serviks mendatar atau memendek kurang dari 1 cm pada kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari 1 kali, riwayat persalinan preterm sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat operasi konisasi, dan iritabilitas uterus.
Pasien tergolong resiko tinggi bila dijumpai 1 atau lebih faktor resiko mayor atau bila ada 2 atau lebih resiko minor atau bila ditemukan keduanya. (Kapita selekta, 2000 : 274)
2.1.4. Klasifikasi pada bayi premature : a. Bayi prematur digaris batas 37 mg, masa gestasi 2500 gr, 3250 gr 16 % seluruh kelahiran hidup Biasanya normal Masalah : - Ketidak stabilan - Kesulitan menyusu - Ikterik - RDS mungkin muncul Penampilan : - Lipatan pada kaki sedikit - Payudara lebih kecil - Lanugo banyak - Genitalia kurang berkembang
b. Bayi Prematur Sedang 31 mg – 36 gestasi 1500 gr – 2500 gram 6 % - 7 % seluruh kelahiran hidup Masalah : - Ketidakstabilan - Pengaturan glukosa - RDS - Ikterik - Anemia - Infeksi - Kesulitan menyusu Penampilan : - Seperti pada bayi premature di garis batas tetapi lebih parah - Kulit lebih tipis, lebih banyak pembuluh darah yang tampak
c. Bayi Sangat Prematur 24 mg – 30 mg gestasi 500 gr – 1400 gr 0,8 % seluruh kelahiran hidup Masalah : semua
Penampilan : - Kecil tidak memiliki lemak - Kulit sangat tipis - Kedua mata mungkin berdempetan (Bobak. Ed 4. 2005)
Karakteristik Bayi Prematur : o Ekstremitas tampak kurus dengan sedikit otot dan lemak sub kutan o Kepala dan badan disporposional o Kulit tipis dan keriput o Tampak pembuluh darah di abdomen dan kulit kepala o Lanugo pada extremitas, punggung dan bahu o Telinga lunak dengan tulang rawan min dan mudah terlipat o Labia dan clitoris tampak menonjol o Sedikit lipatan pada telapak tangan & kaki
Kondisi yang menimbulkan masalah bayi prematur : a. Sistem Pernapasan ~ Otot-otot pernapasan susah berkembang ~ Dinding dada tidak stabil ~ Produksi surfaktan penurunan ~ Pernafasan tidak teratur dengan periode apnea dan sianosis ~ Gangguan reflek dan batuk
b. Sistem Pencernaan ~ Ukuran Lambung Kecil ~ Enzim penurunan ~ Garam Empedu Kurang ~ Keterbatasan mengubah glukosa menjadi glikogen ~ Keterbatasan melepas insulin ~ Kurang koordinasi reflek menghisap dan menelan c. Kestabilan Suhu ~ Lemak subkutaneus sedikit, simpanan glikogen & lipid sedikit ~ Kemampuan menggigil menurunan ~ Aktivitas kurang d. Sistem Ginjal ~ Ekskresi sodium meningkat ~ Kemampuan mengkonsentrasi & mengeluarkan urin menurun ~ Jumlah tubulus glomerulus tidak seimbang untuk protein, as. Amino & sodium e. Sistem Syaraf ~ Respon untuk stimulasi lambat ~ Reflek gag, menghisap & menelan kurang ~ Reflek batuk lemah ~ Pusat kontrol pernafasan, suhu & vital lain belum berkabung
f. Infeksi ~ Pembentukan antibodi kurang ~ Tidak ada immunoglobulin M ~ Kemotaksis terbatas ~ Opsonization penurunan ~ Hypo fungsi kel. adrenal g. Fungsi Liver ~ Kemampuan mengkonjugasi billirubin ~ Penurunan Hb setelah lahir
2.1.5. Komplikasi Umum Pada Bayi Prematur a. Sindrom Gawat Napas (RDS) Tanda Klinisnya : Mendengkur, nafas cuping hidung, retraksi, sianosis, peningkatan usaha nafas, hiperkarbia, asiobsis respiratorik, hipotensi dan syok b. Displasin bronco pulmaner (BPD) dan Retinopati prematuritas (ROP) Akibat terapi oksigen, seperti perporasi dan inflamasi nasal, trakea, dan faring. (Whaley & Wong, 1995) c. Duktus Arteriosus Paten (PDA) d. Necrotizing Enterocolitas (NEC)
(Bobak. 2005)
2.1.6. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Perawatan di Rumah Sakit Mengingat belum sempurnanya kerja alat – alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi sertamencegah kekurangan vitamin dan zat besi. a. Pengaturan suhu Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bai yang relative lebih luas bila dibandingkan dengan berat badan, kurangnya jaringan lemak di bawah kulit dan kekurangan lemak coklat (brown flat). Untuk mencegah hipotermia perlu diusahakan lingkunagn yang cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat konsumsi okigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi di rawat di dalam incubator maka suhu untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35 ˚C dan untuk bayi dengan berat badan 2 – 2,5 kg adalah 34 ˚C agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 ˚C. Kelembapan incubator berkisar antara 50% - 60%. Kelembapan yang lebih tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan. Suhu incubator dapat diturunkan 1˚C perminggu untuk bayi dengan berat badan 2 kg dan secara berangsur – angsur ia dapat di letakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27˚C - 29˚C.
Bila incubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol – botol hangat disekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekitar 36˚C - 37˚C adalah dengan memakai alat “perspexheat shield” yang diselimutkan pada bayi dalam incubator. Alat ini digunakan untuk menghilangkan panas karena radiasi. Akhir – akhir ini telah mulai digunakan incubator yang dilengkapi dengan alat temperature sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu incubator dikontrol oleh alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan lahir yang rendah. Bayi dalam incubator hanya dipakaikan popok. Hal ini mungkin untuk pengawasan mengenai keadaan umum, perubahan tingkah laku, warna kulit, pernafasan, kejang dan sebagainya sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini – dininya dan tindakan serta pengobatan dapat dilaksanakan secepatnya. b. Pemberian ASI pada bayi premature Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh ibu pada bayinya, juga untuk bayi premature. Komposisi ASI yang dihasilkan ibu yang melahirkan premature berbeda dengan komposisi ASI yang dihasilkan oleh ibu yang melahirkan cukup bulan dan perbedaan ini berlangsung selama kurang lebih 4 minggu.
Sering kali terjadi kegagalan menyusui pada ibu yang melahirkan premature. Hal ini disebabkan oleh karena ibu stres, ada perasaan bersalah, kurang percaya diri, tidak tahu memerah ASI pada bayi prematur refleks hisap dan menelan belum ada atau kurang, energi untuk menghisap kurang, volume gaster kurang, sering terjadi refluks, peristaltik lambat. Agar ibu yang melahirkan prematur dapat berhasil memberikan ASI perlu dukungan dari keluarga dan petugas, diajarkan cara memeras ASI dan menyimpan ASI perah dan cara memberikan ASI perah kepada bayi prematur dengan sendok, pipet ataupun pipa lambung. 1) Bayi prematur dengan berat lahir >1800 gram (> 34 minggu gestasi) dapat langsung disusukan kepada ibu. Mungkin untuk hari – hari pertama kalau ASI belum mencukupi dapat diberikan ASI donor dengan sendok / cangkir 8 – 10 kali sehari. 2) Bayi prematur dengan berat lahir 1500- 1800 gram (32 – 34 minggu), refleks hisap belum baik, tetapi refleks menelan sudah ada, diberikan ASI perah dengan sendok / cangkir, 10 – 12 kali sehari. Bayi prematur dengan berat lahir 1250 – 1500 gram (30 – 31 minggu), refleks hisap dan menelan belum ada, perlu diberikan ASI perah melalui pipa orogastrik 12X sehari. 3) Bayi prematur dengan berat lahir <1250
c. Makanan bayi Pada bayi prematur, reflek hisap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan protein 3 – 5 gram/ hari dan tinggi kalori (110 kal/ kg/ hari), agar berat badan bertambah sebaik – baiknya. Jumlah ini lebih tinggi dari yang diperlukan bayi cukup bulan. Pemberian minum dimulai pada waktu bayi berumur 3 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan penghisapan cairan lambung. Hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esophagus dan mencegah muntah. Penghisapan cairan lambung juga dilakukan setiap sebelum pemberian minum berikutnya. Pada umumnya bayi denagn berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu pada ibunya. Bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram kurang mampu menghisap air susu ibu atau susu botol, terutama pada hari – hari pertama, maka bayi diberi minum melalui sonde lambung (orogastrik intubation). Jumlah cairan yang diberikan untuk pertama kali adalah 1 – 5 ml/jam dan jumlahnya dapat ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Banyaknya cairan yang diberikan adalah 60mg/kg/hari dan setiap hari dinaikkan sampai 200mg/kg/hari pada akhir minggu kedua.
d. Mencegah infeksi Bayi prematur mudah sekali terserang infeksi. Ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi kurang, relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum baik oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan yang dimulai pada masa perinatal memperbaiki keadaan sosial ekonomi, program pendidikan (nutrisi, kebersihan dan kesehatan, keluarga berencana, perawatan antenatal dan post natal), screening (TORCH, Hepatitis, AIDS), vaksinasi tetanus serta tempat kelahiran dan perawatan yang terjamin kebersihannya. Tindakan aseptik antiseptik harus selalu digalakkan, baik dirawat gabung maupun dibangsal neonatus. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi silang melalui para dokter, perawat, bidan, dan petugas lain yang berhubungan dengan bayi. Untuk mencegah itu maka perlu dilakukan : 1. Diadakan pemisahan antara bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi 2. Mencuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah memegang bayi 3. Membersihkan temapat tidur bayi segera setelah tidak dipakai lagi (paling lama seorang bayi memakai tempat tidur selama 1 minggu untuk kemudian dibersihkan dengan cairan antisptik) 4. Membersihkan ruangan pada waktu – waktu tertentu 5. Setiap bayi memiliki peralatan sendiri
6. Setiap petugas di bangsal bayi harus menggunakan pakaian yang telah disediakan 7. Petugas yang mempunyai penyakit menular dilarang merawat bayi 8. Kulit dan tali pusat bayi harus dibersihkan sebaik – baiknya 9. Para pengunjung hanya boleh melihat bayi dari belakang kaca e. Minum cukup Selama dirawat, pihak rumah sakit harus memastikan bayi mengkonsumsi susu sesuai kebutuhan tubuhnya. Selama belum bisa menghisap denagn benar, minum susu dilakukan dengan menggunakan pipet. f. Memberikan sentuhan Ibu sangat disarankan untuk terus memberikan sentuhan pada bayinya. Bayi prematur yang mendapat banyak sentuhan ibu menurut penelitian menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih cepat daripada jika si bayi jarang disentuh. g. Membantu beradaptasi Bila memang tidak ada komplikasi, perawatan di RS bertujuan membantu bayi beradaptasi dengan limgkungan barunya. Setelah suhunya stabil dan dipastikan tidak ada infeksi, bayi biasanya sudah boleh dibawa pulang. Namunada juga sejmlah RS yang menggunakan patokan berat badan. Misalnya bayi baru boleh pulang kalau beratnya mencapai 2kg kendati sebenarnya berat badan tidak berbanding lurus dengan kondisi kesehatan bayi secara umum.(Didinkaem, 2007).
2. Perawatan di rumah a. Minum susu Bayi prematur membutuhkan susu yang berprotein tinggi. Namun dengan kuasa Tuhan, ibu – ibu hamil yang melahirkan bayi prematur dengan sendirinya akan memproduksi ASI yang proteinnya lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Sehingga diusahakan untuk selalu memberikan ASI eksklusif, karena zat gizi yang terkandung didalamnya belum ada yang menandinginya dan ASI dapat mempercepat pertumbuhan berat anak. b. Jaga suhu tubuhnya Salah satu masalah yang dihadapi bayi prematur adalah suhu tubuh yang belum stabil. Oleh karena itu, orang tua harus mengusahakan supaya lingkungan sekitarnya tidak memicu kenaikan atau penurunan suhu tubuh bayi. Bisa dilakukan dengan menempati kamar yang tidak terlalu panas ataupun dingin. c. Pastikan semuanya bersih Bayi prematur lebih rentan terserang penyakit dan infeksi. Karenanya orang tua harus berhati – hati menjaga keadaan si kecil supaya tetap bersih sekaligus meminimalisir kemungkinan terserang infeksi. Maka sebaiknya cuci tangan sebelum memberikan susu, memperhatikan kebersihan kamar.
d. BAB dan BAK BAB dan BAK bayi prematur masih terhitung wajar kalau setelah disusui lalu dikeluarkan dalam bentuk pipis atau pup. Menjadi tidak wajar apabila tanpa diberi susu pun bayi terus BAB dan BAK. Untuk kasus seperti ini tak ada jalan lain kecuali segera membawanya ke dokter. e. Berikan stimulus yang sesuai Bisa dilakukan dengan mengajak berbicara, membelai, memijat, mengajak bermain, menimang, menggendong, menunjukkan perbedaan warna gelap dan terang, gambar – gambar dan mainan berwarna cerah.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemantauan glukosa darah terhadap hipoglikemia Nilai normal glukosa serum : 45 mg/dl 2. Pemantauan gas darah arteri Normal untuk analisa gas darah apabila kadar PaO2 50 – 70 mmHg dan kadar PaCO2 35 – 45 mmHg dan saturasi oksigen harus 92 – 94 %. 3. Kimia darah sesuai kebutuhan v Hb (Hemoglobin) Hb darah lengkap bayi 1 – 3 hari adalah 14,5 – 22,5 gr/dl v Ht (Hematokrit) Ht normal berkisar 45% - 53%
v LED darah lengkap untuk anak – anak Menurut : Westerfreen : 0 – 10 mm/jam Wintrobe : 0 – 13 mm/jam v Leukosit (SDP) Normalnya 10.000/ mm³. pada bayi preterm jumlah SDP bervariasi dari 6.000 – 225.000/ mm³. v Trombosit Rentang normalnya antara 60.000 – 100.000/ mm³. v Kadar serum / plasma pada bayi premature (1 minggu) Adalah 14 – 27 mEq/ L v Jumlah eritrosit (SDM) darah lengkap bayi (1 – 3 hari) Adalah 4,0 – 6,6 juta/mm³. v MCHC darah lengkap : 30% - 36% Hb/ sel atau gr Hb/ dl SDM MCH darah lengkap : 31 – 37 pg/ sel MCV darah lengkap : 95 – 121 µm³ v Ph darah lengkap arterial prematur (48 jam) : 7,35 – 7,5
2.2 Konsep Dasar Pola Tidur 2.2.1 Pengertian dan Fungsi Tidur Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan kesejahteraan (Potter & Perry, 2005). Tidur adalah proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun (Mubarak & Chayatin, 2008). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidur adalah proses fisiologis yang terjadi dalam keadaan bawah sadar dimana persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun, bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan.
7
2.2.2 Fungsi Tidur Pada Prematur Fungsi tidur antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi otak, homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh (Lumbantobing, 2004). Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktifitas normal pada bagian jaringan otak (Kozier, 2004) Beberapa bayi tidur 22 jam perhari, bayi lain lahir 12 jam sampai 14 jam perhari. Sekitar 20%-30% tidur adalah tidur REM. Pertama- pertama bayi terbangun setiap 3 sampai 4 jam,makan dan kemudian kembali tidur. Periode terjaga penuh mengalami peningkatan secara betaha-,tahap selama beberapa bulan pertama. Pada bulan keempat, sebagian bayi tidur sepanjang malam dan menetapkan pola tidur siang yang bervariasi pada setiap individu. Namun mereka umum nya terbagun lebih awal di pagi hari. Diakhir tahun pertama, seorang bayi biasanya tidur siang sebanyak 1 atau 2 kali sehari dan tidur 14 jam tiap 24 jam. Sekitar setengah dari waktu tidur bayi di habiskan pada tahap tidur ringan. Selama tidur ringan,bayi melakukan sebagian besar aktivitas seperti bergerak,
2.3
Unit Perawatan Intensif Neonatus (NICU) Unit perawatan intensif merupakan bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan khusus. Perawatan intensif ditujukan untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. Unit tersebut menyediakan kemampuan, sarana, dan peralatan khusus untuk menunjang fungsi vital, serta keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut (White dkk., 2005).
8
Unit perawatan intensif pertama kali muncul dan berkembang tahun 19401950an di Amerika Serikat. Perkembangan unit perawatan intensif berawal dari kejadian epidemic poliomyelitis di Eropa dan Amerika Utara pada tahun 1947– 1948, banyak pasien meninggal karena paralisis otot pernapasan (Luce dan White, 2009). Penggunaan pipa napas endotrakeal (endotracheal tube) dan alat bantu napas baik secara manual atau mekanis adalah cara optimal untuk mengamankan pernapasan. Hal ini mengubah konsep hidup dan mati, serta membuka lembaran baru dalam sejarah ilmu kedokteran dan pasien yang mengalami henti napas dapat dipertahankan hidup (Luce dan White, 2009; White dkk., 2005). Unit perawatan intensif neonatus merupakan ruang perawatan intensif neonatus dengan kegawatan/sakit kritis di rumah sakit. Unit perawatan intensif diperlukan untuk perawatan neonatus yang memerlukan penanganan khusus dan neonatus dengan risiko tinggi mengalami kematian.
9
Penanganan pasien neonatus pada dasarnya tidak bisa disamakan atau disatukan dengan pasien dengan keluhan dan penyakit lain. Neonatus memerlukan penanganan dan perlakuan khusus karena memiliki risiko kematian yang tinggi (Powers dan Lund, 2005). Ruang perawatan khusus neonatus terdiri dari tiga tingkat berdasarkan derajat kesakitan, risiko masalah, dan kebutuhan pengawasan. Tingkat pertama adalah untuk neonatus dengan risiko rendah, yaitu: bayi sehat, bayi berat lahir lebih dari 2000 gram, dan bayi rawat gabung (perawatan bersama ibu). Tingkat kedua adalah untuk neonatus dengan risiko tinggi tetapi belum memerlukan pengawasan intensif, yaitu bayi dengan berat lahir kurang dari 2000 gram, bayi dengan persalinan bermasalah, bayi yang menderita sakit seperti diare, infeksi, dan bayi kuning yang memerlukan terapi sinar. Tingkat ketiga merupakan unit perawatan intensif neonatus untuk neonatus dengan risiko tinggi dan memerlukan pengawasan ketat (White dkk., 2005). Unit perawatan intensif neonatus dilengkapi dengan peralatan khusus sehingga dapat dilakukan observasi ketat. Peralatan di NICU pada masing-masing rumah sakit tidak sama tetapi umumnya beberapa peralatan yang umum ada yaitu: (1) Feeding tube; merupakan selang kecil yang dimasukkan melalui mulut sampai lambung untuk memasukkan air susu ibu (ASI) atau susu formula. (2) Infant warmer; merupakan tempat tidur dengan penghangat di atasnya. (3) Inkubator; merupakan tempat tidur kecil yang tertutup plastik keras transparan, dengan lubang pada samping untuk jalan memeriksa bayi dan suhu dapat diatur sesuai kondisi bayi. (4) Jalur infus; sebuah kateter kecil fleksibel yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah vena umumnya pada lengan dan kaki, atau kateter yang dimasukkan ke umbilikus. Jalur infus diperlukan untuk kebutuhan cairan dan
obat-obatan. (5) Monitor; bayi disambungkan ke monitor melalui elektrode dan dapat terekam tanda-tanda vital antara lain laju jantung, pernapasan, tekanan darah, suhu dan kandungan (saturasi) oksigen dalam darah. (6) Alat terapi sinar; digunakan untuk bayibayi yang kadar bilirubinnya di atas normal dan memerlukan terapi sinar. (7) Bubble CPAP (Continuous Positive Airway Pressure); merupakan alat yang mempertahankan tekanan positip pada saluran napas bayi dengan pernapasan spontan. (8) Ventilator; merupakan suatu alat (mesin) yang memompa dan mengatur aliran udara ke dalam saluran pernapasan bayi melalui pipa (pipa endotrakea) (White dkk., 2005).