Makalah Transkultural Keperawata 2 Fix.docx

  • Uploaded by: Ega permata sari
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Transkultural Keperawata 2 Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,800
  • Pages: 13
MAKALAH TRANSKULTURAL KEPERAWATAN PADA SUKU SUNDA

Disusun oleh : Kelompok 2

1. 2. 3. 4. 5.

Ega Permata Helmi Saputra Herry Rizaldi Priskila Astiani Teguh Adi Priyono

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALANGKA RAYA JURUSAN KEPERAWATAN DIPLOMA III REGULER XX 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Transkultural Keperawatan Pada Suku Sunda ini dengan baik dan lancar. Terima kasih pula kami ucapkan kepada Bapak Untung Halajur, S.SiT., S.Pd., M.Kes yang telah memberikan tugas dan sekaligus sebagai pembimbing dalam penyusunan makalah ini. Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas mata kuliah Antropologi Kesehatan. Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat dan edukasi mengenai sejarah perkembangan suku Sunda dan praktik kesehatan suku Sunda. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.

Palangka Raya, 15 Maret 2019 Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTARi DAFTAR ISIii BAB I PENDAHULUAN1 A. Latar Belakang3 B. Rumusan Masalah4 C. Tujuan4 BAB II PEMBAHASAN5 A. Tinjau Sosial Budaya5 B. Tinjauan Keperawatan 16 BAB III PENUTUPAN4 A. Kesimpulan5 B. Saran6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai- nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras, yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) menurut Leininger ( 1991 ). Leininger beranggapan bahwa sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapan asuhan keperawatan kepada klien.

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia” (Leininger, 2002).

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa,

karsa manusia yang menjadi

sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia. Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat bernilai, karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga menjadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.

Suku sunda merupakan salah satu suku yang ada dari ribuan suku yang ada di Indonesia.

Suku Sunda (Urang Sunda) adalah kelompok etnis yang berasal dari

bagian barat pulau Jawa, Indonesia, dengan istilah Tatar Pasundan yang mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, Jakarta, Lampung dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda tersebar diberbagai wilayah Indonesia, dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya.

Berdasarkan penjabaran mengenai transkultural nursing dan suku Sunda di atas, maka di dalam makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai ragam transkultural nursing pada suku Sunda.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana budaya suku Sunda ? 2. Bagaimana budaya suku Sunda dapat mempengaruhi kesehatan ? 3. Bagaimana transkultural nursing pada suku Sunda ?

C. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mahasiswa mampu mendiskripsikan tentang kesehatab transkultural suku Sunda Tujuan Khusus 1.

Mengetahui bagaimana budaya suku Sunda?

2.

Mengetahui bagaimana suku Sunda dapat mempengaruhi kesehatan ?

3.

Mengetahui bagaimana transkultural nursing pada suku Sunda ?

BAB II PEMBAHASAN A. TINJAUAN SOSIAL BUDAYA SUKU SUNDA Jawa Barat terletak di bagian barat pulau Jawa yang dibatasi oleh lautan jawa dan DKI Jakarta di sebelah utara.sistem kekerabatan orang sunda banyak dipengaruhi agama Islam yang secara adat diteruskan secara turun-temurun. Satu keluarga besar disebut sabandoyot atau sakulawedet. Sejarah “Sunda” yang dimaksud disini bersifat umum berdasarkan data atau tulisan terbatas yang digunakan menurut data dan penelitian arkeologis, tanah sunda telah dihuni oleh masyarakat sunda secara sosial sejak lama sebelum tarikh masehi. Situs purbakala di ciampea (Bogor), Kelapa Dua (jakarta), daratan tinggi (Bandung), dan cangkuang (Garut) memberibukti dan informasi bahwa koleksi-koleksi tersebut telah didiamioleh kelompok masyarakat yang memiliki. Sistem kepercayaan, organisasi sosial, sistem mata pencaharian, pola pemukiman, dan lain sebagainya sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat sederhana.

Secara historis, Provinsi daerah jawa barat ditetapkan berdasarkan Undang-Undang No.11 tahun 1950 dengan Bandung sebagai ibu kotanya. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah berpedoman pada Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah yang dalamperkembangan terakhir mulai diberlakukan. Dengan terbentuknya provinsi Banten pada bulan November tahun 2000,jumlah pemerintah Kota/ kabupaten di Jawa Barat terdiri atas 16 kabupaten, yaitu karawang, Bekasi, Purwokerto, Subang,Bogor, Sukabumi, cianjur, Bandung, Tasikmalaya, ciamis,Garut, Sumedang,Majalengka, cirebon, Indramayu, Kuningan, dan 8 kota,yaitu

Bandung, Bogor, Sukabum,i, Cirebon,Bekasi, Depok, Cimahi,dan Tasikmalaya (per Oktober 2002).

Pada dasarnya orang sunda mengalami empat periode sejarah di bidang keagamaan dan kepercayaan, yaitu masa animisme dan dinamisme, masa pengaruh hindu, masa pengislaman, dan masa pengaruh agama khatolik, serta protestan yang di bawa oleh para penjajah selama kurang lebih tiga abad. Secara antropologi budaya,orang sunda adalah mereka yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu bahasa sunda secara dialek dalam kehidupan sehari-hari dan bertempat tinggal di daerah jawa barat yang sering disebut tanah pasundan atau tatar sunda.

Menurut penyelidikan Atmamiharja (1958), kata sunda mempunyai arti dalam beberapa bahasa sebagai berikut. Sansekerta

: Sunda artinya tenaga, bersinar,nama dewa wisnu, nama satria buta dalam cerita “Upa Sunda dan Ni Sunda”

Kawai

: Sunda artinya air,tumpukan,pangkat, waspada.

Jawa

: Sunda artinya bersusun/menyusun,berganda, kata atau suara,naik dan terbang

Sunda

: sunda artinya bagus,indah,unggul,cantik,menyenangkan

B. PENGARUH SUKU SUNDA TERHADAP KESEHATAN

Dalam praktik kesehatan, suku Sunda menggunakan orang pintar (dukun). Hal ini masih mendominasi dalam upaya menolong masyarakat yang mengalami gangguan kesehatan . Bila dukun tidak berhasil atau sakit tidak sembuh-sembuh , biasanya mereka baru pergi ke petugas kesehatan . Selain ke dukun , mereka juga biasanya pergi ke kyai jika mereka menganggap penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan secara medis.

Dukun dipercaya mampu mengobati berbagai penyakit dengan menggunakan doa – doa atau mantera. Dosa tersebut dapat diambil dari bahasa Al-quran yang biasanya sering ditulis ppada sehelai kain atau kertas. Keterampilan dukun tersebut biasanya diturunkan kepada anak cucunya. Akan tetapi, ada juga yang berguru di tempattempat yang dipercaya sebagai tempat keramat. Biasanya merupakan tempat-tempat para wali dimakamkan, seperti Banten dan Cirebon. Mereka berguru dengan yang melakukan semedi / bertapa dan kadang disertai puasa. Tempat yang sering dilakukan untuk semedi biasanya di gua-gua atau di gunung-gunung yang dianggap memiliki kemampuan supranatural. Semedi dilakukan sampai berbulan-bulan bahkan sampai bertahun-tahun.

Praktik dukun tersebut dapat digolongkan pada dua golongan besar yaitu golongan hitam dan golongan putih . Praktik dukun golongan hitam dianggap memiliki kemampuan membuat orang sakit saampai meninggal, mencari kekayaan, dan membuat keluarga menjadi tidak rukun. Praktik dukun golongan putih dianggap memiliki kemampuan mencarikan jodoh dan merukunkan keluarga. Selain praktik perdukunan, keluarga Sunda juga mengenal obat-obatan tradisional dengan menggunakan borehan atau urut menggunakan minyak cimande.

Suku Sunda percaya bahwa penyakit yang diderita tidak hanya dapat disembuhkan oleh petugas kesehatan, tetapi juga oleh dukun. Bila diantara mereka mengalami gangguan kesehatan, mereka lebih memilih membeli obat di warung atau pergi ke dukun yang dipercayai. Apabila sakit yang dideritanya semakin parah atau tidak sembuh-sembuh, mereka pergi ke puskesmas. Hal tersebut dipraktikan oleh suku Sunda terutama untuk golongan menengah ke bawah. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat suku Sunda yang mencari bantuan dukun sebagian besar karena alasan faktor ekonomi.

C. TRANSKULTURAL NURSING PADA SUKU SUNDA

Asuhan keperawatan pada etnik Sunda sebaiknya dilakukan dengan menggunakan pendekatan budaya (transcultural nursing). Pendekatan budaya dilakukan karena dipandang lebih sensitif. Pendekatan budaya bermakna bahwa asuhan keperawatan keluarga dimulai dengan keinginan masyarakat, sesuai dengan kebiasaan masyarakat,

sesuai sumber daya masyarakat, sesuai dengan kemampuan masyarakat, dan sesuai dengan struktur serta nilai-nilai yang dianut masyarakat. Pelaksanaan asuhan keperawatan sebaiknya mengimplikasikan hal-hal berikut.



Menghargai struktur dan sistem nilai yang dianut keluarga Dalam

memberikan

asuhan

keperawatan,

sangat

penting

mempertimbangkan sistem nilai yang dianut masyarakat. Apabila menganut praktik pra-Islam atau Islam, kita perlu mempertimbangkan dengan menggunakan ketiga startegi intervensi keperawatan. Menerima dan menghargai struktur sistem nilai yang dianut masyarakat Sunda merupakan tonggak awal yang harus ditanamkan oleh perawat agar menuai keberhasilan. Keberhasilan dinilai dari tingkat kemandirian masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. 

Mengevaluasi pemahaman tentang batasan sehat-sakit menurut masyarakat Pengertian sehat-sakit menurut masyarakat diperluas dan diklasifikasikan oleh perawat sehingga masyarakat memiliki budaya sehat yang dapat diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pengkajian sampai evaluasi ke berhasilan, perlu melibatkan orang-orang yang mempunyai peran, termasuk jaringan sosial kultural, misalnya kakek dan nenek, suami atau kelompoknya . Orang Sunda biasanya memberikan dukungan emosional dan bantuan yang besar sehingga sumber – sumber pendukung ini perlu dipertimbangkan untuk dilibatkan. Pada keluarga balita dan lansia atau cacat, bantuan yang diberikan sering tidak bernilai harganya. Oleh karena itu, setiap langkah asuhan keperawatan perlu mempertimbangkan keterlibatan masyarakat yang lebih luas. Perawat perlu melakukan konseling atau pendidikan kesehatan yang dapat melibatkan masyarakat seluas-luasnya.



Aktualisasi praktik kesehatan suku Sunda

Masyarakat Sunda pada kelas sosial rendah seperti petani memiliki pola mencari bantuan pertolongan kesehatan yang sederhana, yaitu pola pertama dari dukun ke petugas kesehatan kembali ke dukun, pola kedua membeli obat diwarung sambil ke dukun, ke tenaga kesehatan kembali ke dukun sambil membeli obat di warung. Risiko yang dapat terjadi dengan pola mencari bantuan kesehatan seperti ini adalah biasanya pasien datang ke petugas kesehatan sudah dalam keadaan lanjut dan dalam keadaan komplikasi atau parah. Dampak yang lebih luas adalah bila mereka datang ke rumah sakit dan tidak tertolong , mereka menganggap tenaga rumah sakit tidak cekatan sehingga jiwa tidak tertolong. Pola ini serupa dengan pola yang dimiliki etnik betawi. Perawat perlu mendeteksi sejak dini pola penanganan kesehatan pada keluarga Sunda yang dibina. Perawat perlu melakukan penyuluhan atau konseling keperawatan dengan melibatkan masyarakat yang lebih luas untuk mengenalkan deteksi di gangguan kesehatan masyarakat. 

Meningkatkan keterbatasan regimen terapeutik dalam keluarga Perawat perlu memberikan dukungan dan pengakuan keberhasilan untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. Perawat perlu menunjukan bukti-bukti perilaku masyarakat yang mendukung upaya kesehatan untuk meningkatkan stabil kesehatan berdasarkan semua sumber-sumber yang dimiliki.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan kata sunda mempunyai arti dalam beberapa bahasa, sansekerta : sunda artinya bertenaga, bersinar, nama dewa wisnu, nama kesatria buta dalam cerita “Upa Sunda dan Ni Sunda”. Kawai : sunda artinya air, tumpukan, pangkat, waspada. Jawa : sunda artinya bersusun/menyusun, berganda, kata atau suara, naik dan terbang. Sunda : sunda artinya bagus, indah, unggul, cantik, dan menyenangkan. Transcultural Nursing merupakan suatu area yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai- nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ) menurut Leininger ( 1991 ). Dalam suku sunda juga masih mempercayai kesehatan alternatif, yaitu kesehatan yang dapat disembuhkan oleh dukun – dukun, digolongkan menjadi hitam dan putih, dengan menggunakan doa-doa yang dipercaya dapat menyembuhkan.

B. Saran Sebagai calon perawat hendaklah nantinya

dalam setiap melakukan proses

keperawatan, tidak membeda-bedakan pasien, baik itu dari segi agama, budaya, status sosial dan sebagainya sehingga pelayanan kesehatan dapat dilakukan secara optimal. Selain itu, dengan adanya makalah ini, para mahasiswa keperawatan dapat mengetahui konsep keperawatan transkultural pada suku Sunda sehingga mulai

sekarang bisa mempersiapkan diri menghadapi beragam perbedaan dengan pasien yang nantinya akan didapatkan di pelayanan kesehatan.

https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Sunda https://www.academia.edu/6525238/Makalah_transcultural_nursing https://www.academia.edu/8160648/Transkultural-nursing

Related Documents


More Documents from "Ersi Ghaisani Masturah"