Makalah Teori keperwatan midle range Leininger, betty newman, imogene m king, ida jaen orlando, martha e roger, myra levine
Di Susun Oleh Nama : Ni Komang sari Nim : (201801268) Kelas : d nonreguler
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
1
TAHUN 2018 /2019
2
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugrahnya sehingga kami dapat menyelesaikan “ Makalah Teori Keperawatan Middle Range ” Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan askep ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis, penulis telah berkuasa untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun penulis pun menyadari bahwa kami memiliki keterbatasan dalam menyusun askep ini . Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi tekhnik penulisan, maupun dari isi maka kami mohon maaf dan kritik serta saran dari Dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk sdapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harap ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian .
Palu, 13 maret 2019
Penulis
1
DAFTAR ISI Halaman judul ..................................................................................................i Daftar isi...........................................................................................................ii Kata Pengantar..................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 A. Latar belakan........................................................................................1 B.Tujuan ...................................................................................................1 C. Rumusan masalah.................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3 A......................................................................................................... Teori Keperawatan M Madeleine Leininger................................................3 B..........................................................................................................Teori Keperawatan Menurut Betty Newman..............................................3 C..........................................................................................................Teori Keperawatan Menurut Imogene M King ...........................................4 D.........................................................................................................Teori Keperawatan Ida Jean Orlando Pelletier............................................6 E..........................................................................................................Teori Keperawatan Menurut Myra Estrin Levine........................................6 F..........................................................................................................Teori Keperwatan Mertha Elizabeth Rogers................................................8 BAB III PENUTUP .........................................................................................20 A...........................................................................................................Kesi mpulan .................................................................................................20 B............................................................................................................Saran ..............................................................................................................20 2
Daftar pustaka 2
3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Teori adalah hubungan beberapa konsep atau suatu kerangka konsep atau definisi yang memberikan suatu pandangan sistematis terhadap gejalagejala atau fenomena –fenomena dengan menentukan hubungan spesifik antara konsep tersebut dengan maksud untuk menguraikan, menerangkan, meramalkan dan atau mengendalikan suatu fenomena. Teori dapat diuji, diubah atau digunakan sebagai suatu pedoman dalam penelitian. Teori keperawatan didefinisikan oleh Stevens (1981) sebagai usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan. Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu
lainnya
dan
bertujuan
untuk
menggambarkan,
menjelaskan
memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan keperawatan yang dilakukan. Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka peksa terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan tahu apa yang harus perawat kerjakan. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui Teori Keperawatan M Madeleine Leininger ! 2. Untuk mengetahui Teori Keperawatan Menurut Betty Newman ! 3. Untuk mengetahui Teori Keperawatan Menurut Imogene M King ! 4. Untuk mengetahui Teori Keperawatan Ida Jean Orlando Pelletier ! 5. Untuk mengetahui Teori Keperawatan Menurut Myra Estrin Levine ! 6. Untuk mengetahui Teori Keperwatan Mertha Elizabeth Rogers ! C. Rumusan masalah 1. Bagaimana Teori Keperawatan M Madeleine Leininger ? 2. Bagaimana Teori Keperawatan Menurut Betty Newman ? 3. Bagaimana Teori Keperawatan Menurut Imogene M King ? 4. Bagaimana Teori Keperawatan Ida Jean Orlando Pelletier ? 5. Bagaimana Teori Keperawatan Menurut Myra Estrin Levine ?
6. Bagaimana Teori Keperwatan Mertha Elizabeth Rogers ?
BAB II PEMBAHASAN A. Teori Keperawatan M Madeleine Leininger 1. Riwayat hidup M Madeleine Leininger lahir di suton nebraska. Dia menempuh pendidikan diploma pada tahun 1948 di St.Anthony Hospital School of
Nursing di daerah Denver. Dia juga mengabdi di arganisasi cadet nurse corps, sambil mengejar pendidikan dasar keperawatan. Pada tahun 1950 dia meraih gelar sarjana dalam bidang ilmu biologi dari banedictine college di kansas. Setelah m enyelesaikan
studi
keperawatanya
di
creighton university, ohama dia menempuh pendidikan magister dalam bidang keperawatan jiwa di chatolic university, washington DC, amerika. Dia merupakan perawat pertama yang mempelajari ilmu antropologi pada tingkat doktoral, yang di raih di university of washington. Dan pada tahun terakhir dia tingal di ohama, nabraska. Pada pertengahan tahun 1950 saat leininger bekerja untuk membingbing anak – anak rumahan di cincinanti dia menemukan bahwa salah seorang dari stafnya tidak menerti tentang faktor budaya yang mempengaruhi perilaku anak – anak. Dia menyimpulkan bahwa, diagnosis keperawatan dan tindakanya belum membantu anak secara memadai. Pengalaman tersebut mendorong leininger untuk menempuh pendidikan doktoral dalam bidang antropologi. Awalnya dia menulis pada akhir tahun 1970. Tulisanya ini berfokus membahasa caring dan transkultural nursing. Dia melanjutkan untuk menulis mengenai permasalahan tersebut. Namun sebelumnya dia telah mempublikasikan teori mengenai caring dalam keanekaragaman budaya dan uneversalitas. Leininger mempunyai peran dalam bidang edukasi dan administrasi. Dia sempat menjadi dekan keperawatan di Unifersitas Of Washington dan Utah. Dia juga merupakan derektur dari organisasi Cennter For Heallth Research di Wayne States University, Michigan. Sampai akhirnya dia pensiun sebagai profesor emeritus. Dia juga belajar di new guinea sampai program doktoral, dia telah mempelajari 14 macam budaya di daerah pedalaman. Dia merupakan pendiri dan pemimpin (pakar) dari bidang traskultural nursing dan dia telah menjadi konsultan di bidang tersebut dan teorinya tentang culture care around the globe. Dia telah mempublikasikan jurnal yang berjudul the journal of transcultural nursing in 1989 yang telah di revisi selama 6 tahun. Dia berhasil
mendapatkan honor yang tinggi dan meraih penghargaan nasional dan menjadi penceramah di lebih dari 10 negara. 2. Teori Madeleine Leininger (Cultural
Diversity
And
Universality) Garis besar teori leininger adalah tentang adalah Culture Care Diversity and Uneversality, atau yang kini lebih di kenal dengan transcultural nursing. Awalnya leininger memfokuskan pada pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian dia menemukan teori cultural deversity and uni versity yang semula di sadarinya dari kebutuhan khusus anak karena di dasari latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing merupakan sub bidang dari praktik keperawatan yang telah di adakan penelitianya. Berfokus pada nilai – nilai budaya, kepercayaan, dan pelayanan kesehatan berbasis budaya. Bahasa yang khusus dalam teori Leininger antara lain adalah: a. Cultural Apa yang di pelajari, di sebarkan dan nilai yang di wariskan, kepercayaan, norma, cara hidup dari kelompok tertentu yang mengarahkan anggotanya untuk berfkir, membuat keputusan serta motif tindakan yang di ambil. b. Culture care Suatu pembelajaran yang bersifat objektif dan subjektif yang berkaitan dengan nilai yang di wariskan, kepercayaan, dan motif cara hidup yang membantu memfasilitasi atau memampukan individu atau kelompok untuk mempertahankan kesejatraannya memperbaiki kondisi kesehatan yang menangani penyakit cacat atau kematian. c. Diversity Keanekaragaman dan perbedaan persepsi budaya pengetahuan, dan adat kesehatan serta asuhan keperawatan. d. Universality Kesamaan dalam hal persepsi budaya, pengetahuan praktek terkait konsep sehat dan asuhan keperawatan. e. Worldview Cara seorang memandang dunianya. f. Ethnohistory
Fakta peristiwa kejadian dan pengalaman individu, kelompok , budaya lembaga terutama sekelompok orang yang menjelaskan cara hidup manusia dalam sebuah budaya dalam jangka waktu tertentu. Untuk membantu perawat dalam memvisualisasikan teori leininger, maka leininger menjelaskan teorinya dengan model sunrise. Model ini adalah sebuah peta kongnitif yang bergerak dari yang paling abstrak, yang kesederhana dalam menyajikan faktor penting teorinya secara holistik. Sunrise model di kembangkan untuk memvisualisasikan demensi tentang pemahaman perawat mengenai budaya yang berbeda – beda. Perawat dapat mengunakan model ini saat melakukan pengkajian dan perencanaan asuhan keperawatan, pada pasien dengan berbagai latar belakang budaya. Meskipun model ini bukan merupakan teori, namun setidaknya model ini dapat di jadikan sebagai panduan untuk memahami aspek holistik, yakni bio – psiko sosio – spritual dalam peroses keperawatan klien. Selain itu sunrise medel ini juga dapat di gunakan oleh perawat komunitas untuk menilai faktor cultural care pasien (individu, kelompok, khusus keluarga) untuk mendapatkan pemahaman budaya klien secara menyeluruh. Sampai pada akhirnya klien akan merasa bahwa perawat tidak hanya melihat penyakit serta kondisi emosional yang di miliki pasien. Namun merawat pasien secara lebih menyeluruh. Adapun sebelum melakukan pengkajian terhadap kebutuhan berbasis budaya kepada klien, perawat harus menyadari dan memahami terlebih dahulu budaya yang dimilki oleh dirinya sendiri. Jika tidak maka bisa saja terjadi culturl imposition. 3. Tujuan Teori Madeleine Leininger Tujuan pengunaan keperawatan transkultural
adalah
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis, sehingga tercapai peraktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik dan universal ( Leininger dalam ferry efendi dan makhfudili, 2009). Dalam hal ini kebudayaan yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya kebudayaan suku anak dalam,
suku batak, suku minang. Sedangkan kebudayaan yang unifersal adalah kebudayaan yang umumnya di pegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku yang
baik
untuk
meminimalisir
tubuh
terkontaminasi
oleh
microorganisme ketika makan. Dengan pengetahuan budaya spesifik dan budaya universal yang di pegang oleh klien, maka praktik keperawatan dapat di lakukan secara maksimal. 4. Kelebihan Teori Madeleine Leininger a. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks karena tidak kaku memandang peroses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut di perhatikan dalam memberiakan asuhan keperwatan. b. Mengaplikasikanya memaksimalkan teori keperawatan lain seperti orem, virginia henderson dan neuman. c. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam mengambil
keputusan guna meningkatkan
kualitas kesehatanya. d. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering di temukan saat melakukan asuhan keperawatan. 5. Kelemahan teori medeeleine Leininger Teori ini tidak mempunyai metode spesifik yang mencangkup peroses asuhan keperawatan. 6. Penerapan teori madeleine Leininger dalam keperawatan a. Riset Teori Leininger telah di uji cobakan menggunakan metode penelitian dalam berbagai budaya. Pada tahun 1995, lebih dari 100 budaya telah di pelajari. Selai itu juga di gunakan untuk menguji teori ethnounursing. Teori transkultural nursing ini merupakan satu satunya teori yang membahas secara spesifik tentang pentingnya mengali budaya pasien untuk memebuhi kebutuahannya Kajian yang telah dilakukan etnogeografi di lakukan pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya mengalami gangguan neorologis yang akut. Hal yang di lihat disini adalah bagaimana anggota keluaraga yang sehat menjaga nggota keluarga yang mengalami gangguan neorologis tersebut. Akhirnya anggota keluarga yang sehat
di wawancara dan diobsevasi guna memperoleh data. Ternyata mereka melakukan penjagaan terhadap anggota keluarga yang sakit, selama kurang lebih 24 jam. Hanya satu orang saja yang tidak ikut berpartisiasi untuk merawat anggota yang sakit. Setelah di kaji, ada beberapa faktor yang memengaruhi ke pedulian angota keluarga yang sehat untuk menjaga angota yang sakit. Faktor tersebut, diantaranya adalah komitmen dalam kepedulian, pergolakan emosional, hubungan keluarga yang dinamis transisi dan ketabahan. Penemuan ini menjelaskan pemahaman yang nyata. Bahwa penjagaan terhadap pasien merupakan salah ekspresi dari dari sifat caring dan memberikan sumbangsih pada pengetahuan tentang perawatan peka budaya. Tujuan dari kajian kedua adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis ekspresi dari pelaksanaan sifat caring warga anglo amerika dan afrika amerika dalam sift caring jangka panjang dengan menggunakan metode ethonursing kualitatif. Data di kumpulkan dari 40 orang partisipan, termasuk didalanya adalah para penduduk anglo amerika dan afrika amerika, staf keperawatan, serta penyedia pelayanan. Pemelihara gaya hidup pre admission, keperawtan yang profesional dan memuaskan bagi penduduk, perbedaan yang besar antara apartemen dengan rumah para penduduk, dan sebuah lembaga kebudayaan yang mencerminkan motif dan pelaksanaan keperawatan. Penemuan ini berguna bagi masyarakat dan para staf profesional untuk mengembangkan teori culture caredefersity and universality. b. Edukasi (education) Dimasukan keanekaragaman budaya dalam kurikulum pendidikan keperawatan bukan merupakan hal yang baru. Keanekaragaman budaya atau dalam dunia keperawatan mulai diintegrasikan kedalam kurikulum keperawatan pada tahun 1917, saat komite kurikulum dari national league of nursing (NLN) mempublikasikan sebuah panduan yang berfokus pada ilmu sosiologi dan isu sosial yang sering di hadapi oleh
para
perawat.
Kemudian
tahun
1937
komite
NLN
mengelompokan latar belakang budaya ke dalam panduan untuk mengetahui reaksi seseorang terhadap rasa sakit yang dimilikinya. Promosi kurikulum pertama tentang transkultural Nursing dilaksanakan antara tahun 1965 – 1969 oleh madeleine Leininger. Saat Leininger tidak hanya mengembangkan Transcultural Nursing
di
bidang kursus. Tetapi juga mendirikan program perawat bersama ilmuan Ph-D , pertama di calorado school of nursing. Kemudian dia memperkenalkan teori ini kepada mahasiswa pascasarjana pada tahun 1977. Ada pandangan jika beberapa program keperawatan tidak mengenali pengaruh dari keperawatan peka budaya, akan berakibat pelayanan yang di berikan kurang maksimal. Teori Leininger memberikan pengaruh yang sangat besar dalam peroses pembelajaran keperawatan yang ada di dunia,. Namun, Leininger merasa khawatir beberapa program mengunakanya sebagai fokus utama. Karena saat ini pengaruh globalisasi dalam pendidikan sangatlah signifikan dengan persentasi dan konsultasi di setiap belahan dunia. Di indonesia sendiri, sangat penting untuk menerapkan teori transcultural nursing dalam sistem pendidikanya. Karena kelak saat para perawat berhadapan langsung dengan klien mereka tidak hanya akan merawat klien yang mempunyai budaya yang sama dengan dirinya. Bahkan mereka bisa saja mengadapi klien yang berasal dari luar indonesia. c. Kaloborasi (caloboration) Asuhan keperawatan merupakan bentuk yang harus di aptimalkan dengan mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang di butuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan yang termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkinkembali lagi ( Leininger 1985) Dalam mengaplikasikan teori Leininger di lingkungan pelayanan kesehatan memerlukan sesuatu peroses atau rangkaian kegiatan sesuai dengan latar belakang budaya klien. Hal ini akan sangat menunjang ketika melakukan kaloborasi dengan klien, ataupun dengan staf
kesehatan yang lainya. Nantinya pemahaman terhadap budaya klien akan di implementasikan kedalam strategi yang di gunakan dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Strategi ini merupakan strategi perawatan peka budaya yang di kemukakan oleh Leininger atara lain adalah: 1. Strategi I perlindungan atau mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasientidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan di berikan sesuai dengan nilai – nilai yang relevan, misalnya budaya berolah raga setiap pagi 2. Strategi II mengakomodasi / negoisasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini di lakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat di ganti dengan sumber protein hewani atau nabati lain yang nilai gizinya setara ikan. 3. Strategi III mengubah / menganti budaya klien Restrukturiasi budaya klien di lakukan bila budaya yang memiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestruktruasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola
rencana
hidup yang di
pilih
biasanya yang
lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang darurat. d. Pemberian perawatan (care giver) Perawat sebagai care giver di haruskan memahami konsep teori transkultural Nursing. Karena, bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock atau culture imposition. Cultural shock akan dialami aleh klien pada suatu kondisi dimana perawat tidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya. Culture imporsition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diam maupun terang – terangan memaksakan nilai budaya, keyakinan dan kebiasaan / perilaku yang di mililkinya
pada individu, keluarga tau kelompok dan budaya lain karena mereka meyakini bahwa budayanya lebih tinggi dari pada budaya kelompok lain. Contoh kasus, seorang pasien penderita gagal ginjal memilki kenbiasaan selalu makan dengan sambel sehingga jika tidak ada sambal pasien tersebut tidak mau makan. Ini merupakan tugas perawat unyuk mengkaji hal tersebut karena ini terkait dengan kesembuhan dan kenyamanan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ada 3 cara melaksanakan tindakan keperawatan yang memiliki latar budaya atau kebiasaan yang berbeda. Dalam kasus ini berarti perawat harus mengkaji efek samping sambal terhadap penyakit gagal ginjal pasien, apakah dampak pemberian yang negatif atau tidak memberikan dampak pengaruh apapun. Jika memberikan dampak negatif tentunya sebagai care giver perawat harus meresturisasikan kebiasaan pasien dengan mengubah pola hidup pasien dengan hal yang membantu penyembuhan pasien tetapi tidak membuat pasien merasa tidak nyaman sehingga dalam pemberian asuhan keperawatan. Pemahaman budaya klien oleh perawat sangat mempengaruhi efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat trapeutik. Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga tidak akan terjadi hubungan terapeutuk e. Manajemen Dalam mengaplikasikannya di bidang keperawatan transcultural Nursing bisa di temukan dalam manajemen keperawatan. Dianratanya ada beberapa rumah sakit yang dalam memberikan pelayanan mengunakan bahasa daerah yang di gunakan oleh pasien. Hal ini memungkinkan pasien merasa lebih nyaman, dan lebih dekat dengan pemberi pelayanan kesehatan. Bisa saja, tidak semua warga negara indonesia fasif dan nyaman menggunakan bahasa indonesia. Terutama bagi masyarakat awam, meraka justru akan merasa lebih dekat dengan pelayanan kesehatan yang menggunakan bahasa ibu mereka. Hal ini di
karenakan nilai – nilai budaya yang di pegang oleh tiap orangnya masih cukup kuat. f. Sehat dan sakit Leininger menjelaskan konsep sehat dan sakit sebagai suatu hal yang sangat bergantung, dan di tentukan oleh budaya. Budaya, akan mempengaruhi seorang mengapresiasi keadaan sakit yang di derita. Apresiasi terhadap sakit yang di tampilkan dari berbagai wilayah di indonesia juga beragam. Contohnya, Si A, yang dari suku batak mengalami influenza disertai dangan batuk. Namun dia masih bisa melakukan aktifitas sehari – harinya secara normal. Maka dia katakan tidak sedang sakit. Karena di suku batak, seorang dikatakan sakit bila dia sudah tidak mampu untuk menjalankan aktifitasnya secara normal. B. Teori Keperawatan Menurut Betty Newman 1. Riwayat Hidup Betty Newman Betty Newman lahir di lowell di ohio pada tahun 1924 ayahnya seorang petani dan ibunya seorang ibu rumah tangga. Beliau pertama kali memperoleh pendidikan di Piople Hospital School Of Nursing yang sekarang berubah nama menjadi General Hospital Akron Di Akron, ohio pada tahun 1947. Beliau memegang jabatan penting yaitu sebagai staf keperawatan rumah sakit di california. Beliau melanjutkan pendidikannya di unifersity of california dengan jurusan psikologi. Beliau menyelesaikan gelar sarjana mudanya pada tahun 1957. Pada tahun 1966 beliau mendapat gelar master di bidang kesehatan mental, konsultan kesehatan masyarakat di University Of California. Banyak pengalaman yang telah beliau dapatkan diantaranya menjadi dosen keperawtan jiwa, konsultan, pemimpin konseling Model Whole Person serta beliau telah membuat sebuah sistem model keperawatan di UCLA dan memfokuskan sistem tersebut dalam masalah keperawatan. Model Whole Person Approach di publikasikan pada tahun 1972 Amodel of teaching total person approach to patien problem dalam riset keperawtan. Publikasi edisi 1 (conceptual models for nursing practice) tahun 1974 edisi II tahun 1980 dan tahun 1986 the Neuman System Model. 2. Teori Dan Model Betty Newman
Keperawatan
adalah
suatu
profesi
yang
unik
dengan
memperhatikan seluruh faktor – faktor yang mempengaruhi respon individu terhadap penyebab stres, tekanan intra, inter dan ekstra personal. Perawtan dalam menolong pasien untuk menempatkan primary, secondary dan tertary. Metode pencegahan untuk mencegah stress yang di sebabkan faktor lingkungan dan menngkatkan sistem pertahanan pasien. Model pkonsep yang di kemukakan oleh betty neuman ini adalah model
konsep
health
care
system
yaitu
model
konsep
yang
menggambarkan aktifitas keperawatan yang di tujukan kepada penekanan penurunan stress dengan memperkuat garis pertahanan diri secara fleksibel atau normal maupun resistan dengan sasaran pelayanan. Secara umum fokud dari model konsep keperawatan menurut neuman ini berfokus pada respon terhadap stressor serta faktor – faktor yang mempengaruhi peroses adaptasi pada pasien. Untuk itu tindakan keperawatan seharusnya di lakukan menurut neuman adalah mencegah atau mengurangi adanya reaksi tubuh akibat stressor. Upaya tersebut juga dapat di namakan pencegahan primer, sekunder dan tiesier. Pencegahan primer dapat meliputi berbagai tindakan keperawatan untuk mengidentifikasi adanya stressor, mencegah reaksi tubuh karena adanya stressor serta mendukung koping pada pasien secara kontruktif. Pencegahan sekunder menurut neuman meliputi berbagai tindakan perawatan yang dapat mengurangi gejala penyakit serta reaksi tubuh lainya karena adanya stresor dan pencegahan tersier dapat meliputi pengobatan secara rutin dan teratur serta pencegahan terhadap adanya kerusakanlebih lanjut dari komplikasi suatu penyakit. Upaya pencegahan tersebut di pentingkan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan. Tersier meliputi pengobatan rutin dan teratur serta pencegahan kerusakan lebih lanjut atau komplikasi dari suatu penyakit. Tujuan keperawatan neuman yaitu untum membantu individu keluarga dan kelompok untum mendapatkan dan mempertahankan tingkat kesehatan maksimalnya melalui intervensi tertentu. Model neuman mencangkup intrapersonal, interpersonal dan stres exstrapersonal.
Kerangka kerja teori ini adalah penurunan atau status adaptasi terhadap stres. Tindakan keperawatan meliputi tindakan preventif tingkat primer, sekunder atau tersier yang berfokus pada variabel yang mempengaruhi respon klien terhadap stressor. C. Teori Keperawatan Menurut Imogene M King 1. Riwayat Hidup Imogene M. King Imogene M. King lahir pada tanggal 30 Januari 1923 di West Point,Iowa. Karir keperawatan Imogene dimulai pada tahun 1945 setelah lulus dari St John's Hospital School of Nursing, St Louis, Missouri. Ia bekerja sebagai staf perawat medis bedah sambil kuliah di Bachelor of Science dalamKeperawatan di St Louis University pada tahun 1948. Dia menyelesaikan Master of Science dalam Keperawatan di St Louis University. Pada tahun1959 Dr. King melanjutkan pendidikan di Columbia University, New York,Dr. Montag sebagai ketua, dan mendapatkan gelar Doktor Pendidikan padatahun 1961. Pada tahun 1972 ia kembali ke Loyola University of Chicago mengajar mahasiswa pascasarjana dan menerbitkan teori tentang keperawatan: Sistem, Konsep, Proses (1981). Dr. King dikenal pada tahun 2005, dengan kepeloporannya dalam gerakan teori keperawatan. Dr. Kingmemiliki artikel berjudul Perawatan Teori: Masalah dan Kemajuan dalam jurnal diedit oleh Dr. Rogers. Buku-buku karya King yang diterbitkan sejak tahun 1961 s.d. 1981yaitu : Toward a theory for nursing: General Concept of Human Behavior (1961-1966), A Theory for Nursing: System, Concept, Process (1981),Curriculum and Instruction In Nursing (1986). 2. Kerangka Konsep Sistem Terbuka King memperkenalkan beberapa asunsi sebagai dasar kerangka konseptualnya. a. Keperawatan Keperawatan merupakan perilaku yang dapat di absoevasi yang di temukan dalam sistem perawatan kesehatan masyarakat. Tujuan keperawatan adalah menolong individu mempertahankan kesehatanya sehingga mereka dapat berfungsi dalam peran – peran mereka. Keperawatan di pandang sebagai peroses interpersonal aksi, reaksi,
interaksi dan tansaksi, sehingga model keperawatan king di kenal sebagai “ An Intraktion Model” b. Individu Asumsi sepesifik king mengenal individu adalah individu sebagai makhluk sosial, individu sebagai mahluk berakal, individu sebagai makhluk rasional, individu sebagai makhluk perasa, individu sebagai makhluk pengontrol, individu sebagai makhluk yang bertujuan, individu sebagai makhluk berorientasi tindakan, dan individu sebagai makhluk yang berorientasi waktu. Menurut king, individu mempunyai hak untuk mengetahui berbagai hal menyangkut dirinya, hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan dan kesehatan mereka, serta hak untuk menerima atau menolak perawatan kesehatan. c. Kesehatan Kesehatan di pandang sebagian dinamis dalam lingkaran kehidupan, sedangkan penyakit merupakan bagian dalam lingkaran kehidupan tersebut. Kesehatan memengaruhi upaya adaptasi terus – menerus terhadap kondisi optimun sumberdaya manusia guna meraih potensi maksimal bagi kehidupan keseharian. d. Lingkungan King menyatakan “ pemahaman mengenai tata cara manusia berinteraksi dengan lingkunganya guna memertahankan kesehatan merupakan inti bagi perawat”. Sistem terbuka berimplikasi pada terciptanya interkasi antara sistem dan lingkungan yang memengaruhi perubahan lingkungan secara konstan. Kerangka konsep sistem terbuka disusun atas tiga sistem interaksi, yakni sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial. 1. Sistem personal Setiap individu adalah sistem personal yang mencangkup persepsi, diri pribadi, pertumbuhan dan perkembangan, citra tubuh. 1) Persepsi Persepsi menurut king adalah gambaran seseorang tentang obyektif, orang dan kejadian persepsi setiap orang berbeda bergantung pada pengalaman masa lalu, latar belakang, pengetahuan, satatus emosinya. Karenanya persepsi dapat
mempengaruhi
semua
perilaku
atau
konsep
lain
yang
berhubungan. Ciri – ciri persepsi adalah universal atau dialami oleh semua orang, subyektif dan selektif atau semua orang. 2) Diri (self) Diri (self) adalah segala sesuatu tentang individu yang merupakan bagian dalam dirinya yang bisa di bedakan dengan bagian luar. 3) Pertumbuhan dan perkembangan Tumbuh – kembang merupakan peroses di sepanjang rentang kehidupan manusia yang meliputi perubahan sel, melekul, dan perilaku sehingga seseorang dapat bergerak dari keaadaan potensial untuk mencapai aktualisasi diri. 4) Citra tubuh Citra tubuh adalah cara seseorang merasakan tubuhnya dan reaksi lain terhadap penampilanya. Citra tubuh sifatnya subyektif dan sangat personal, dapat di pelajari, serta dinamis 5) Ruang (space) Setiap orang memilki ruangan yang meliputi ruangan untuk semua arah. Ruangan ini berfungsi volume, arah, jarak, dan waktu berdasarkan persepsi individu terhadap situasi. 6) Waktu Waktu merupakan masa yang bergerak terus – menerus dari masa lalu kemasa depan yang melekat dengan peroses kehidupan. Waktu ini bersifat subyektif karena berdasarkan persepsi. 2. Sistem interpersonal Jika komponen konsep sistem personal saling bertemuakan terbentuk sistem interpersonal. Sistem interpersonal di bentuk oleh interaksi antara dua orang atau lebih. Interaksi dua orang di sebut dyad, tiga orang di sebut triad, dan empat orang atau lebih di sebut group. Sistem interpersonal meliputi beberapa konsep yang berkaitan, yaitu interaksi komunikasi, transaksi, peran dan stress. 1. Interaksi Menurut king, interaksi adalah peroses persepsi dan komunikasi antara individu dan lingkungan dan antara individu dan individu, yang di persentasikan oleh perilaku verbal dan non – verbal yang di arahkan untukmencapai tujuan. Setiap individu
(perawat dan klien) dalam berinteraksi membawa / memiliki pengetahuan, kebutuhan, tujuan dan dan persepsi yang berbeda sehingga dapat memengaruhi peroses interaksi 2. Komunkasi Komunikasi di defenisikan sebagai proses pemberian informasi dari satu orang ke orang berikutnya, baik secara lagsung
maupun
tidak
langsung
komunikasi
merupakan
komponen informasi dari interaksi. 3. Transaksi Transaksi di defenisikan king sebagai tujuan interaksi yang membawa
pada
pencapaian
tujuan,
transaksi
merupakan
komponen penilaian dari interaksi manusia; di dalamnya termasuk tingkah laku yang dapat di observasi. 4. Peran Menurut king peran merupakan seperangkat perilaku yang di harapkan dari orang yang memiliki posisi dalam sistem sosial. Peran perawat dapat di tentukan jika perawat berinteraksi dengan satu atau lebih orang dalam situasi keperawatan. Perawat sebagai tenaga profesional yang menggunakan keterampilan psikomotor, kongniif, serta niali – nilai keperawatan untuk mengidentifikasi tujuan dan membantu klien mencapai tujuan tersebut. Terjadinya konflik peran dalam diri perawat dapat menurunkan efektifitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. 5. Stress Menurut king, stress adalah suatu keadaan yang dinamis setiap kali manusia berinteraksi dengan lingkunganya guna memelihara keseimbangan pertumbuhan, perkembangan, dan perbuatan yang melibatkan pertkaran energi dan informasi antara individu
dan
lingkunganya.
Menigkatnya
stress
dapat
mempengaruhi layanan kesehatan. Sistem interpersonal bekerja sama satu sama lain akan membentuk sistem yang lebih besar yaitu sistem sosial. 3. Sistem sosial
Sistem sosial di defenisikan sebagai sistem pembatas peran organisasi sosial, perilaku dan peraktek yang di kembangkan untuk memelihara nilai dan mekanisme pengaturan antara prakteik dan aturan yang ada. Teori Goal Attainment Teori menurut king adalah sekumpulan konsep yang ketika di jelaskan
3.
memiliki hubungan yang dapat diamati dalam dunia praktik keperawatan. Teori yang di kembangkan king adalah “ Theory Of Goal Attainment” atau teori pencapaian tujuan. Teori ini di turunkan dari kerangka kerja konseptual sistem interpersonal sehingga fokusnya adalah pada sistem interpersonal dan interaksi yang terjadi antara perawat – klien(dyad). Sistem terbuka di atas di kembangkan berdasarkan teori pencapaian tujuan ini. Teori pencapaian tujuan ini menggambarkan sifat hubungan perawat – klien yang membawa pada pencapaian tujuan. Teori ini tampaknya telah diterima di lahan praktek sebab salah satu fungsi profesi keperawatan adalah interaksi antara individu, group, dan lingkungan. Ada tujuh hipotesis yang di kemukakan king pada teori pncapaian ini yaitu : a. Kesesuaian persepsi antara persepsi dalam interaksi perawat – klien akan meningkatkan penetapan tujuan bersama. b. Komunikasi mendukung penetapan tujuan bersama antara perawat dan klien meningkatkan pencapaian tujuan. c. Kepuasan perawat dan klien meningkatkan pencapaian tujuan d. Pencapaian tujuan mengurangi stress dan kecemasan dalam situasi keperawatan e. Pencapaian tujuan meningkatkan meningkatkan pembelajaran klien dan kemampuan koping dalam situasi keperawatan. f. Konflik peran yang di alami klien, perawat, atau keduanya mengurangi transaksi dalam interaksi perawat – klien g. Kesesuaian antara peran yang diharapkan dalam peran yang di tampilkan meningkatkan transaksi dalam interaksi perawat – klien Dari teori pencapaian tujuan ini king telah mengembangkan delapan prediksi proporsi yaitu : a. Jika persepsi yang akurat ada dalam interaksi perawat klien, interaksi akan terjadi.
b. c. d. e.
Jika perawat – klien melakukan transaksi tujuan akan tercapai Jika tujuan tercapai kepuasan akan terjadi Jika tujuan tercapai keefektifan asuhan keperawatan akan terjadi Jika transaksi di lakukan di dalam interksi perawat – klien
pertumbuhan dan perkembangan akan baik f. Jika perawat dan klien merasakan kesesuaian antara peran yang diharapkan dan peran yang di tampilkan, transaksi akan terjadi g. Jika konflik peran dialami perawat atau klien atau keduanya, stres dalam interaksi perawat – klien akan terjadi. h. Jika perawat memilki pengetahuan dan keterampilan komunikasi informasi yang sesuai dengan klien, penetapan dan pencapaian tujuan bersama akan terjadi. D. Teori Keperawatan Ida Jean Orlando Pelletier 1. Paradigma Keperawatan Teori Proses Keperwatan Orlando Ida jean orlando polletier lahir pada tanggal 12 agustus 1926 di new jersey. Ia telah aktif berkarir sebagai pelaksana, pendidik, peneliti dan konsultan dalam bidang keperawatan. Pada awal karirnya ia bekerja sebagai staf keperawatan di berbagai bidang seperti obstetri, perawatan penyakit dalam dan bedah, serta di ruang emergenci. Ia juga telah menjabat sebagai suversior dan menjabat sebagai asisten dua derektur keperawatan. Ia di terima di diploma keperawatan di new york tahun 1947, mendapat gelar bachelor of nursing pada tahun 1951 dari universitas di brooklyn new york pada tahun 1954 menerima MA di mental health concultation dari unifersitas colombia. Buku pertamanya yang di publikasikan pada tahun 1961 dan di print ulang pada tahun 1990 yaitu hubungan dinamis perawat – pasien : fungsi perinsip dan peroses. Ia juga menjabat sebagai pinpinan graduate program dalam kesehatan mental dan psikiatri nursing di yale. Orlando juga aktif di berbagai organisasi seperti pada Massachusetts Nurses ‘ Associations Dan Di Harvard Community Health Plan. Ia juga sebagai dosen dan konsultan pada berbagai institusi keperawatan. Asumsi orlando terhadap pataparadigma keperawatan hampir seluruhnya terkandung dalam teorinya. Sama dengan teori – teori keperawatan pendahuluanya asumsinya tidak spesifik, namun demikian
schmieding (1993) mendapatkan dari tulisan orlando mengenai empat area yang di tekuninya. a. Perawat Perawat adalah suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang di defenisikan sebagai fungsi profesional keperawatan. Fungsi profesional yaitu membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang bersifat segera. Itu merupakan tanggung jawab perawat untuk mengetahui kebutuhan pasien dan membantu memenuhinya. Dalam teorinya tentang disiplin peroses keperawatan mengandung elemen dasar yaitu perilaku pasien, reaksi perawat dan tindakan perawat yang di rancang untuk kebaikan pasien. b. Manusia Manusia bertindak atau berperilaku secara verbal dan non verbal, kadang – kadang dalam situasi tertentu manusia dalam memenuhi kebutuhanya membutuhkan pertolongan dan akanmengalami distress jika mereka tidak dapat melakukanya. Hal ini di jadikan dasar pernyataan bahwa perawat profesional harus berhubungan dengan dengan seseorang yang tidak dapat menolong dirinya dalam memenuhi kebutuhanya. c. Sehat Orlando tidak mendefenisikan tentang sehat, tetapi berasumsi bahwa bebas dari ketidaknyamanan fisik dan mental dan merasa adekuat dan sejahtera berkontribusi terhadap sehat. Perasaan adekuat dan sejahtera dalam memenuhi kebutuhanya berkontribusi terhadap sehat. d. Lingkungan Orlando berasumsi
bahwa
lingkungan
merupakan
situasi
keperawatan yang terjadi ketika perawat dan pasien berinteraksi, dan keduanya mempersepsikan, berfikir dan merasakan dan bertindak dalam situasi yang bersifat segera. Pasien dapat mengalami distress terhadap lingkungan terapiutik dalam mencapai tujuanya, perawat perlu mengobservasi perilaku pasien untuk mengetahui tanda – tanda distress. 2. Konsep Utama Orlando Dalam Peroses Keperawatan
Teori keperawatan orlando menekankan ada hubungan timbal balik antara pasien dan perawat, apa yang mereka katakan dan kerjakan akan saling mempengaruhi. Dan sebagai orang pertama yang mengidentifikasi dam menekankan elemen – elemen pada peroses keperawatan dan hal – hal kritis penting dari partisipasi pasien dalam peroses keperawatan. Peroses aktual interaksi perawat – pasien sama halnya dengan interaksi antara dua orang. Ketika perawat menggunakan peroses ini untuk mengkomunikasikan
reaksinya
dalam
merawat
pasien,
orlando
menyebutnya sebagai “ nursing procces discipline” itu merupakan alat yang dapat perawat gunakan untuk melaksanakan fungsinya dalam merawat pasien. Orlando menggambarkan model teorinya dengan lima konsep utama yaitu fungsi fungsi perawat propesional, mengenai perilaku pasien, respon internal atau kesegaraan, disiplin proses keperawatan serta kemajuan. a. Tanggung jawab perawat Tanggung jawab perawat yaitu membantu apapun yang pasien butuhkan untuk memenuhin kebutuhan tersebut (misalnya kenyamanan fisik dan rasa aman ketika dalam mendapatkan pengobatan atau dalam pemantauan). Perawat harus mengetahui benar peran profesinya, aktifitas perawat profesional yaitu tindakan yang dilakukan perawat secara bebas dan bertanggung jawab guna mencapai tujuan dalam membantu pasien. Ada beberapa aktifitas spontan dan rutin yang bukan aktifitas profesional perawat yang dapat di lakukan oleh perawat, sebaiknya hal ini di kurangi agar perawat lebih berfokus pada aktifitas – aktifitas yang benar – beanar menjadi kewenanganya. b. Mengenal perilaku pasien Mengenal perilaku pasien yaitu dengan mengobservasi apa yang di katakan pasien maupun perilaku nonverbal yang ditunjukan pasien c. Reaksi segera Reaksi segera meliputi persepsi, ide dan perasaan perawat dan pasien. Reaksi segera adalah respon segera atau respon internal dari perawat dan persepsi individu pasien, berfikir dan merasakan. d. Disiplin peroses keperawatan
Menurut george (1996 halaman 162) mengartikan disiplin peroses keperawatan sebagai interaksi total( to tally intractive) yang di lakukan tahap demi tahap, apa yang terjadi antara perawat dan pasien dalam hubungan tertentu, perilaku pasien, reaksi perawat terhadap perilaku tersebut dan tindakan yang harus di lakukan mengidentifikasi kebutuhan pasien untuk membantunya serta untuk melakukan tindakan yang tepat. e. Kemajuan peningkatan Peningkatan berarti tumbuh lebih, pasien menjadi lebih berguna dan produktif. 3. Disiplin Peroses Keperawatan Orlando Dalam Teori Peroses Keperawatan Seperti yang telah di uraikan di atas bahwa disiplin peroses keperawatan dalam nursing procces theory dikenal denag sebutan peroses disiplin atau peroses keperawatan. Disiplin peroses keperawatan meliputi komunikasi perawat kepada pasien yang sifatnya segera, mengidentifikasi permasalahan klien yang disampaikan kepada perawat. Menayakan untuk falidasi atau perbaikan. (Tomey, 2006). Disiplin peroses keperawatan didasarkan pada “ peroses bagaimana seorang bertindak”. Tujuan dari peroses disiplin ketika di gunakan antara perawat dan pasien adalah untuk membantu pemenuhan kebutuhan pasien. Peningkatan perilaku pasien merupakan indikasi dari pemenuhan kebutuhan sebagai hasil yang di harapkan. a. Perilaku pasien Disiplin peroses keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perilaku pasien, seluruh perilaku pasien yang tidak sesuai dengan permasalahan dapat dianggap sebagai ekspresi yang membutuhkan pertolongan ini, ini sangat berarti pada pasien tertentu dalam kondisi gawat harus dipahami. Orlando menekankan hal ini pada perinsip pertamanya “ dengan di ketahuinya perilaku pasien, atau tidak di ketahuinya yang seharusnya ada hal tersebut menunjukan pasien membutuhkan suatu batuan”. Perilaku pasien dapat verbal dan nonverbal. Inkonsistensi antara dua perilaku ini dapat di jadikan faktor kesiapan perawat dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Perilaku verbal yang menunjukan perlunya
pertolongan
seperi
keluhan,
permintaan,
pertanyaan,
kebutuhan dan lain sebagainya. Sedangkan perilaku nonverbal misalnya heart rate, edema, aktifitas motorik: senyum, berjalan, menghindar kontak mata dan lain sebagainya. Walaupun seluruh perilaku pasien dapat menjadi indikasi perlunya bantuan tetapi jika hal itu tidak di komunikasikan dapat menimbulkan masalah dalam interaksi perawat – paseien. Tidak efektifnya perilaku pasien merupakan indikasi dalam memelihara hubungan perawat – pasien, ketidak akuratan dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien yang di perlukan perawat, atau reaksi negatif pasien terhadap tindakan perawat. Penyelesaian masalah tidak efektifnya perilaku pasien layak diprioritaskan. Reaksi dan tindakan perawat harus di rancang untuk menyelesaikan perilaku seperti halnya memenuhi kebutuhan yang emergenci. b. Reaksi perawat Perilaku pasien menjadi stimulus bagi perawat, reaksi ini terdiri dari 3 bagian yaitu pertama perawat merasakan melalui indranya, kedua yaitu perawat berfikir secara otomatis, dan ketiga adanya hasil pemikiran sebagai suatu yang dirasakan. Contoh perawat melihat pasien merintih, perawat berfikir bahwa pasien mengalami nyeri kemudian memberikan perhatian. Persepsi berfikir, dan merasakan terjadinya secara otomatis dan hampir simultan. Oleh karena itu perawat harus belajar mengidentifikasi setiap bagian dari reaksinya. Hal ini akan membantu dalam menganalisis reaksi yang menentukan mengapa ia berespon demikian. Perawat harus dapat menggunakan reaksinya untuk bertujuan membatu pasien. Disiplin peroses keperawatan menebtukan bagaimana perawat membagi reaksinya dengan pasien. Orlando menawarkan perinsip untuk menjelaskan penggunaan dalam hal berbagai “ beberapa observasi di lakukan dan diekporasi
dengan pasien adalah penting untuk
memastikan dan memenuhi kebutuhanya atau mengenal yang tidak dapat di penuhi oleh pasien pada waktu itu.”
Orlando (1972) menyampaikan 3 kriteria untuk memastikan keberhasilan perawat dalam mengeksplor dan bereaksi dengan pasien, yaitu: 1.
Perawat harus menemuinya dan konsisten terhadap apa
yang dikatakanya dan mengatakan perilaku nonverbalnya kepada pasien. 2. Perawat harus dapat mengkomunikasikanya dengan jelas terhadap apa yang akan diekspresikanya. 3. Perawat harus menanyakanya kembali kepada pasien langsung untuk perbaikan atau klarifikasi. c. Tindakan perawat Setelah memvalidasi dan memperbaiki reaksi perawat terhadap perilaku pasien, perawat dapat melengkapi peroses disiplin dengan tindakan keperawatan. Orlando menyatakan bahwa apa yang di katakan dan di lakukan oleh perawat dengan atau untuk kebaikan pasien adalah merupakan suatu tindakan profesional perawatan. Perawat harus menentukan tindakan yang sesuai untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien. Prinsip yang menjadi petunjuk tindakan menurut orlando yaitu perawat harus mengawali dengan mengekplorasi untuk memastikan bagaiman mempengaruhi pasien melalui tindakan atau kata – katanya.
Perawat dapat bertindak dengan dua cara yaiitu: tindakan
otomatis dan tindakan terencana. Hanya tindakan terencana yang memenuhi fungsi profesional perawat. Sedangkan tindakan otomatis di lakukan bila kebutuhan pasien yang mendesak, misalnya tindakan pemberian obat atas intruksi medis. Dibawah ini merupakan kriteria tindakan keperawatan yang di rencanakan.: 1. Tindakan merupakan hasil dari indentifikasi kebutuhan pasien dengan memvalidasi reaksi perawat terhadap
perilaku
pasien. 2. Perawat menjelaskan maksud tindakan kepada pasien dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan pasien. 3. Perawat memvalidasi efetifitas tindakan segera, setelah di lakukan secara lengkap.
4.
Perawat membebaskan stimulasi yang tidak berhubungan
dengan kebutuhan pasien ketika melakukan tindakan. Tindakan otomatis tidak akan memenuhi kriteria tersebut. Beberapa
contoh
tindakan
otomatis
tindakan
rutinitas,
melaksanakan intruksi dokter, tindakan perlindungan kesehatan secara umum. Semua itu tidak membutuhkan validasi reaksi perawat. d. Fungsi profesional Tindakan yang tidak profesional dapat menghambat perawat dalam menyelesaikan fungsi profesionalnya, dan dapat menyebabkan tidak adekuatnya perawatan pasien. Perawat harus tetap menyadari bahwa aktifitas termasuk profesional jika aktifitas tersebut di rencanakan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan pasien. Disiplin proses keperawatan adalah serangkaian tindakan dengan suatu perilaku pasien yang membutuhkan bantuan. Perawat harus bereaksi terhadap perilaku pasien dengan mempersepsikan, berfikir dan merasakan. Perawat membagi aspek reaksinya dengan pasien, meyakinkan bahwa tindakan verbal dan nonverbalnya adalah konsisten dengan reaksinya, dan mengidentifikasi reaksi sebagai dirinya sendiri, dan perawat mengunjungi pasien untuk memfalidasi reaksinya. Membagi reaksi oleh perawat membantu pasien untuk mengunakan aproses yang sama agar lebih efektifitas perlu komunikasinya.
Selanjutnya
tindakan
yang
sesuai
untuk
menyelesaikan kebutuhan adalah saling mengubtungkan atara pasien dan perawat. Setelah perawat bertindak, perawat segera katakan kepada pasien jika tindakanya berhasil interaksi. Secara keseluruhan interaksi, perawat meyakinkan bahwa perawat bebas terhadap stimulus tambahan yang bertentangan dengan reaksinya terhadap pasien. E. Teori Keperawatan Menurut Myra Estrin Levine 1. Riwayat hidup hidup myra Myra estrin levine (1920 – 1990) lahir di chicago, lilinois. Dia adalah anak tertua dari tiga anak. Dia memilki satu saudara perempuan dan
saudara laki –laki. Levine mengembangkan minat dalam keperawatan karena ayahnya (yang memiliki masalah pencernaan) adalah sering sakit dan perawatan yang di perlukan pada banyak kesempatan. Levine lulus dari sekolah cook countyof nursing pada tahun 1944 dan memperoleh gelar BS dalam keperawatan dari university of chicago pada tahun 1949. Setelah lulus levine bekerja sebagai perawat tugas pribadi, sebagai perawat sipil untuk angkatan darat amerika serikat,sebagai supervisior perawat bedah dan administrasi keperawatan. Setelah mendapatkan gelar MS dalam keperawatan di wayne state university pada tahun 1962, ia mengajar Keperawatan Di Lembaga Yang Berbeda (George, 2002) Seperti University Of Lilinois Di Chicago dan Tel Avis University Di Israel. Dia menulis 77 artikel yang dipublikasikan yang termasuk “An Introduction To Clinical Nursing” yang publikasi beberapa pada tahun 1963, 1973 dan 1989. Dia juga menerim gelar doktor keormatan dari universitas loyola pada tahun 1992. Dia meninggal pada tahun 1996. Levine mengatakan kepada orang lain bahwa dia tidak berangkat untuk mengembangkan “ teori keperawatan” tetapi ingin menemukan cara untuk mengajarkan konsep utama di medis bedah keperawatan dan berusaha untuk mengajar siswa associate pendekatan baru untuk kegiatan keperawatan sehari – hari. Levine juga ingin menjauh dari praktik pendidikan keperawtan yang sangat berorientasi prosedural dan kembali fokus pada masalah pemecahan aktif dan perawatan pasien individual (george 2002). Meskipun konservasi adalah fundamental bagi hasil yang diharapkan saat model yang di gunakan, levine juga membahas dua konsep penting lainya penting untuk penggunan modelnya yaitu : adaptasi dan keutuhan. Adaptasi adala peroses perubahan dan konsevasi adalah hasil adaptasi. Adaptasi adalah peroses dimana pasien mempertahankan
integritas
dalam
realitas
lingkungan(
Levine,
1966,1989). Adaptasi di capai melalui penggunaan hemat, ekonomi dan terkendali sumberdaya lingkungan oleh individu terbaik(Levine, 1991). 2. Teori Konsep Keperawatan Menurut Myra Levine
Teori konsep keperawatan menurut myra levine di fokuskan dalam mempromosikan adaptasi dan mempertahankan kebutuhan menggunakan prinsip – prinsip konservasi. Model memandu perawat untuk fokus pada pengaruh dan tanggapan di tingkat organismik. Perawat menyelesaikan tujuan dari model melalui konservasi energi, struktur, dan integritas personal dan sosial (Levine 1967). Meskipun konservasi adalah padangan dasar guna mencapai hasil yang diharapkan, Levine juga membahas dua konsep penting lainya penting untuk penggunaan modelnya yaitu adaptasi dan keutuhan, adaptasi adalah peroses perubahan dan konservasi adalah hasil adaptasi. Adaptasi adalah peroses dimana pasien mempertahan integritas dalam realitas lingkunagan (Levine,1966:1989). Adaptasi di capai melalui terkendalinya sumber daya lingkungan oleh individu dalam hubunganya dengan sesama (levine 1991). Interaksi terus – menerus terjadi antara organisme indvidu dengan lingkunagan dalam kondisi kesehatan (levine 1973). Keutuhan ada jika interaksi atau adaptasi linkungan ada dalam semua demensi kehidupan. Dinamika ini terus – menerus berlanjut melalui interaksi terbuka antara lingkungan internal (fisiologis/normal dan patofisiologis/tidak normal) dan eksternal (persepsi,oprasional dan konseptual). Konsep memberikan dasar untuk berpikir holistik, pandangan individu secara keselruhan. Konservasi adalah produk adaptasi, conservation dalam bahasa latinya yang berarti untuk menjaga bersama – sama (Levine,1973). Konservasi mengambarkan cara sistem yang kompleks dapat terus berfungsi bahkan pada saat yang sangat menantang (levine, 1990:192). Melalui konservasi individu dapat menghadapai hambatan, beradaptasi sesuai dengan lingkunganya, dan mepertahankan keunukan mereka. Tujuan dari konservasi adalah kesehatan dan kekuatan untuk menghadapi masalah kesehatan. Aturan konservasi adalah dalam situasi dimana semua keperawatan selalu di butuhkan (levine 1973) fokus utama dari konservasi adalah menjaga bersama – sama keutuhan individu. Meskipun intervensi keperawatan dapat menangani satu perinsip konservasi, perawat juga harus mengakui pengaruh prinsip – prinsip
konservasi lainya (Levine 1990). Selama bertahun – tahun, myra levine telah mengembangkan berbagai teori yang menberikan penjelasan yang berbeda dari disiplin keperawatan dengan disiplin ilmu lainya. Seperti model konservasi lainya, semua teori keperawatn terbagi empat konsep pusat
atau
utama
yaitu
orang,
lingkungan,
keperawatan,
kesehatan/penyakit. Selain ini model Levine juga dibahas bahwa orang dan lingkunagan bergabung atau menjadi kongruen dari waktu – kewaktu, secara jelas akan di bahas di bawah: a. Orang Orang adalah makhluk yang holistik (biologis, psikologis, sosial, dan spritual) yang terus – menerus berusaha untuk menjaga keutuhan dan integritas. Keutuhan (integritas) dari tautan individu yang hidup, berfikir, berorientasi pada masa depan dan masa lalu.orang juga digambarkan sebagai individu yang unik dalam persatuan dan kesatuan, merasa percaya, berpikir dan merupakan satuan dari seluruh sistem. b. Lingkungan Individu memiliki dua lingkungan yaitu lingkungan internal dan eksternal. 1. Lingkungan internal Lingkungan internal menggunakan aspek fisiologis (kejiwaan manusia) dan patofisiologi (ilmu yang mempelajari tubuh manusia yang sakit) dari individu dan terus di tantang oleh lingkungan eksternal. Lingkungan internal juga adalah integrasi fungsi tubuh dan tunduk pada tantangan lingkungan eksternal yang merupakan suatu bentuk homeostasis. 2. Lingkungan eksternal Lingkungan eksternal di bagi menjadi lingkunagan persepsi, oprasional dan konseptual, yaitu : Lingkungan persepsi Lingkungan persepsi adalah bagian dari lingkungan eksternal yang individunya menanggapi dengan orang – orang indera, contohnya cahaya, suara, sentuhan, suhu, perubahan iklim yang terasa dan posisis keseimbangan. Lingkungan oprasional
Lingkungan oprasional adalah lingkungan yang berinteraksi dengan jaringan hidup meskipun individu tidak memiliki organ sensorik yang dapat merekam adanya faktor – faktor
dan
mencangkup
semua
bentuk
radiasi,
microorganisme dan polutan. Dengan kata lain elemen – elemen ini secara fisik dapat mempengaruhi individu tetapi tudak di rasakan oleh kedua contohnya: misalnya gotong – royong
Lingkungan konseptual Lingkungan konseptual adalah lingkungan yang
terdiri dari bahsa, ide, simbol dan konsep – konsep penemuan mencangkup pertukaran bahasa, kemampuan untuk berfikir, pengalaman emosi, sistem nilai, keyakinan agama, tradisi etnis dan budaya dan individu psikologis pola yang berdasarkan pengalaman hidup. c. Kesehatan dan penyakit Kesehatan dan penyakit adalah pola perubahan kesehatan tersirat berarti persatuan dan kesatuan adalah adaptasi keutuhan dan sukses. Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan kesehatan, Levine(1991) menjelaskan apa yang di maksud dengan kesehatan sebagai jalan dari kembali kegiatan sehari – hari yang terganggu oleh kesehatan yang buruk. Hal ini tidak hanya cedera yang diperbaiki orang itu sendiri, ini kembali kediri dimana perambahan kecacatan dapat di sisihkan seluruhnya dan individu bebas untuk mengejar sekali lagi kepentinganya sendiri tanpa kendala. Disis lain penyakit adalah tidak dapat di atur dan tidak disiplin/berubah dan harus dihentikan. d. Keperawatan Keperawatan terlihat dalam interaksi manusia ( Levine, 1973). Perawat masuk kedalam kemitraan (kerjasama) pengalaman manusia dimana berbagai momen dalam beberapa waktu dan meninggalkan bekas selamanya pada setiap pasien (Levine, 1977).
Tujuan keperawatan adalah untuk meningkatkan adaptasi dan mempertahankan
keutuhan,
untuk
mempromosikan
keutuhan,
menyadari bahwa setiap individu membutuhkan hal yang unik dan terpisah dari kegiatan. Integritas individu adalah tanggung jawab perawat untuk membantu pasien mempertahankan dan mencari realisasinya. Tujuan keperawatan di capai melalui penggunaan prinsip – prinsip konservasi energi, struktu, integritas, personal dan 3.
sosial. Teori Model Konsep Keperawatan Menurut Myra Levine Konsep sentral teori Levine adalah konservasi ( Levine, 1989)
ketika seorang dalam
keadaan konservasi itu berarti bahwa respon
adaptif individu sesuai perubahan secara produktif dan denagan sedikit pengeluaran usaha sambil menjaga fungsi optimal dan identitas. Konservasi di capai melalui aktivasi sukses jalur adaptif dan perilaku yang sesuai untuk berbagai respon yang di butuhkan oleh manusia. Myra Levine menggambarkan empat perinsip konservasi prinsip itu
berfokus
pada pelestarian
kebutuhan
individu,
dia
menganjurkan bahwa keperawatan adalah interaksi manusia dan prisip – prinsip konservasi yang di usulkan. Keempat konservasi itu berkaitan dengan kesatuan dan keutuhan pribadi yang meliputi energi, integritas, struktur, interitas pribadi dan integritas sosial. a. Konservasi energi Mengacu pada masukan menyeimbangkan energi dan output untuk menghindari kelelahan yang berlebihan ini mencangkup istirahat yang cukup, nutrisi dan olahraga. b. Konservasi integritas struktur Mengacu untuk memelihara atau memulihkan struktur tubuh mencegah kerusakan fisik dan mempromosikan penyembuhan contoh membantu pasien dalam latihan berjalan, pemeliharaan kebersihan pribadi pasien. c. Konservasi integritas pribadi Mengakui individu sebagai salah satu yang berusaha untuk penetuan, pengakuan,penghormatan, kesadaran, diri, kepribadian dan self,
contoh melindungi ruangan pasien dan memberi kenyamanan kepa klien. d. Konservasi integritas sosial Seorang individu di akui sebagai beberapa orang yang tingal bersama dalam sebuah keluarga, komunitas, kelompok agama, kelompok etnis, sistem politik, dan bangsa. Contohnya membantu individu untuk mempertahankan tempatnya dalam keluarg, komunitas dan masyarakat. 4. Implikasi Teori Myra Levine Praktek keperawatan di arahkan pada peningkatan wholness untuk semua individu baik yang sehat maupun yang sakit. Pasien atau klien merupakan partner dalam asuhan keperawatan. Tujuan keperawatan untuk mengakhiri ketergantungan secepat mungkin. Metodologi praktik menurut levine adalah peroses keperawtan yang diarahkan menuju konservatif yang terdiri dari 3 langkah (Levine dalam schaefef, 2006). a. Trophicognosis Levine merokomendasikan trophicognosis sebagai suatu alternative
diagnosa
keperawatan.
Trophicognosis
merupakan
formula dalam asuhan keperawatan yang di capai melalui metode ilmu pengetahuan. Perawat Mengobservasi dan mengumpulkan data yang akan mempengaruhi praktik keperawatan. Perawat mengkaji konservasi energi pasien dengan menentukan kemampuan pasien untuk
menunjukan
kebutuhan
aktivitas
tanpa
menghasilkan
kelemahan yang berebihan. Perawat serta pengalaman hidup dari pasien mengkaji konservasi integritas struktur dengan menentukan fungsi fisiknya. Perawat mengkaji integritas personal pasien dengan menentukan nilai normal dan etis serta pengalaman hidup pasien. Perawat mengkaji konservasi integritas pasien dengan berbicara pada anggota keluarga pasien, teman dan lingkungan konseptual. b. Intervensi atau tindakan Perawat mengimplementasikan rencana askep disesuaikan dengan struktur kebijakan yang administrative, ketersediaan alat dan pengembangan standar keperawatan. Tipe intervensi keperawatan
meliputi : trapeutik, supportif, intervensi di bangun dari 4 (empat) prinsip konservasi yang terdiri konservasi energi, konservasi integritas struktural, konservasi integritas personal dan konservasi integritas soaial. e. Evaluasi Perawat mengevaluasi pengaruh dari tindakan yang sudah di lakukan serta merevisi tropik jika dibutuhkan. Indikator keberhasilan intervensi di tentukan dengan respon pasien. 5. Kelemahan Dan Kelebihan Teori a. Kelemahan Teori Myra Levine Meskipun kelengkapan teori dan aplikasi levine luas, model ini bukan tanpa batasan. Sebagai contoh model konservasi levine berfokus pada penyakit yang bertentangan dengan kesehatan demikian juga intervensi keperawatan di batasi hanya untuk mengatasi kondisi penyajian individu. Oleh karena itu, intervensi keperwatan berdasarkan teori levine adalah berfokus pada saat ini dan jangka pendek dan tidak mendukung prinsip –prinsip promosi dan mencegah penyakit, meskipun ini adalah komponen penting dari praktek keperawatan saat ini. Dengan demikian keterbatasan utama adalah fokus individu dalam keadaan sakit dan pada ketergantungan pasien. Selanjutnya, perawat memilki tanggung jawab untuk menetukan kemampuan pasien untuk berpartisipasi dalam perawatan, dan jika persepsi
perawat dan pasien tentang kemampuan pasien
untuk berpartisipasi dalam keperwatan tidak cocok, ketidak cocokan ini akan menjadi daerah konflik. Selain itu ada beberapa keterbatasan ketika keempat perinsip model konservasi diterapkan. Pada konservasi energi, tujuan Levine adalah untuk mengindari penggunaan energi yang berlebihan atau kelelahan. Hal ini diatur dalam perawatan sakit di samping tempat tidur klien. Dalam kasus dimana kebutuhan energi digunakan tanpa terkontrol pada pasien mania, ADHD (Anttention Defict Hypraktivity Disoder), anak – anak atau meraka dengan gerakan terbatas seperti klien lumpuh, teori levine itu tidak berlaku.
Pada konservasi integritas struktural, fokusnya adalah untuk melestariakan struktur anatomi. Ini sekali lagi memiliki keterbatasan. Dalam kasus – kasus dimana struktur anatomis tidak begitu sempurna tapi tanpa di identifikasi cacat atau masalah seperti dalam masalah operasi plastik, prosedur seperti perangkat tambahan payudara dan liposuctions, integritas struktural seseorang di kompromikan tetapi pilihan pasien mencari kecantikan fisik dan kepuasan psikologis yang di bawa kepertimbangan. Jika tidak demikian, prosedur tidak boleh di promosikan. Pada konservasi integritas personal, perawat diharapkan memberikan pengetahuan dan kebutuhan pasien harus di hormati, di lengkapi dengan privasi, di dorong dan psikologis terganggu, lumpuh tidak bisa memahami dan menyerap pengetahuan, pasien koma atau klien bunuh diri. Tujuan konservasi integritas sosial adalah untuk melestarikan dan pengakuan dari interaksi manusia, terutama dengan klien, orang lainyang
signifikan
yang
terdiri
dari
sistem
dukunganya.
Keterbatasan kasus untuk ini adalah ketika klien tdak memilki orang lain yang signifikan seperti ditinggalkan anak – anak, pasien psikiatris yang tidak mampu berinteraksi, klien tidak responsif sepertimorang tidak sadar, fokus disini adalah tidak lagi pasien sendiri tetapi orang – orang yang terlibat dalam perawatan sakit disamping tempat tidur klien. Dalam kasus dimana kebutuhan energi untuk digunakan dari pada seperti pada pasien mania, ADHD (Attention – Defict Hyperactivity Disoder) pada nak – anak atau meraka dengan gerakan terbatas seperti pasien lumpuh, teori Levine itu tak dapat berlaku. b. Kelebihan dari teori Levine Pada teori akan terlihat lebih menguntungkan saat dimana keadaan klien mempunyai partner pengawasan non perawat yangbturut membantu dalam penjadwalan keperawatan. Dan perawat yang dapat mengerti keadaan dan integritas klien secara penuh.
Dengan didukung dari klien yang mampu beradaptasi dan melaukan F.
persepsi dengan normal. Teori Keperwatan Mertha Elizabeth Rogers 1. Riwayat Hidup Mertha Elizabeth Rogers Martha elizabeth rogers lahir pada tanggal 12 mei 1914 di dallas, taxas. Beliau memulai karis sarjananya ketika beliau masuk di unifersitas tannessee di knoxville pada tahun
1931. Beliau masuk sekolah
keperawatan di RSU Knoxville pada pada september 1933. Beliau menerima gelar diploma keperawatan pada tahun 1936 dan menerima gelar B.S dari george peabody college di masville pada tahun 1937. Pada tahun
1945 beliau mendapat gelar MA dalam bidang pengawasan
kesehatan masyarakat dari vakultas keguruan univesitas columbia, new york. Beliau menjadi eksekutif direktur dari pelayanan keperawatan di phoenix, AZ. Beliau meninggalkan Arizone pada tahun 1951 dan kembali melnjutkan sekolah di unifersitas johns hopkins, baltimere MD dengan memperoleh gelar MPH tahun 1952 dan Sc.D tahun 1954. Beliau di tetapkan menjadi kepala bagian keperawatan di new york unifersitas pada tahun 1954. Secara resmi beliau mengundurkan diri sebagai profesor dan kepala bagian keperawatan pada tahun 1975 setelah 21 tahun dalam pelayanan. Pada tahun 1979 beliau pensiun dengan hormat dengan memakai gelar professornya dan terus aktif mengembangkan dunia keperawatan sampai beliau meninggal 13 maret 1994. Dalam teorinya, mertha rogers (1970), mempertimbangkan manusia (kesatuan manusia) sebagai sumber energi yang menyatu dengan alam semesta. Manusia berada dalam interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (lutjens, 1995). Selain itu manusia merupakan satu kesatuan yang utuh memiliki integritas diri dan menunjukan karakteristik yang lebih dari sekedar gabungan dari beberapa bagian (rogers 1970). Manusia yang utuh merupakan “ emapat sumber demensi energi yang di defenisikan oleh pola dan manifestasi karakteristik spesifikyang menunjukan kesatuan dan yang tidak dapat di tinjau berdasarkan bagian pembentuknya”(maminer toey 1994). Keempat dimensi yang digunakan
oleh Mertha E Rogers sumber energi, keterbukaan, keteraturan dan pengorganisasian dan empat demensionalitas manusia di gunakan untuk menentukan perinsip mengenai bagaimana berkembang. 2. Defenisi Teori Keperawatan Mertha Elizabeth Rogers Keperawatan adalah ilmu humanisti / humanitarian yang mengambarkan dan memperjelas bahwa manusia dalam strategi yang utuh dan dalam perkembangan hipotesis secara umum dengan memperkirakan perinsip – perinsip dasar untuk ilmu pengetahuan praktis. Ilmu keperawatan adalah ilmu kemanusian, mempelajari tentang alam dan hubungan dengan perkembangan manusia. Rogers mengungkapkan bahwa ativitas yang didasari perinsip – perinsip kreatifitas seni dan imaginasi. Aktifitas keperawatan dinyatakan rogers merupakan ativitas yang berakar pada dasar ilmu pengetahuan abstrak, pemikiran intelektual, dan hati nurani. Rogers menekankan bahwa keperawatan adalah disiplin ilmu yang dalam aktifitasnya mengedepankan aplikasi keterampilan, dan teknologi. Aktivitas keperawtan meliputi pengkajian, intervensi, dan pelayanan rehabilitatif senantiasa berdasarkan pada konsep pemahaman manusia/ individu seutuhnya. 3. Konsep utama teori keperawatan martha elizabeth rogers Martha elizabeth rogers menggunakan empat konsep besar. Beliau menghadirkan lima asumsi tentang manusia. Tiap orang di katakan sebagai suatu yang individu utuh. Manusia dan lingkungan selalu saling bertikar energi peroses yang terjadi dalam kehidupan seseorang tidak dapat di ubah dan berhubungan satu sama lain pada dimensi ruang dan waktu. Hal tersebut merupakan pola kehudupan. Pada akhinya seoarang mampu berbicara, berfikir, merasakan, emosi, membayangkan dan memisahkan. Manusia mempunyai empat dimensi, medan energi negentripik dapat di ketahui dari kebiasaan dan di tunjukan dengan ciri – ciri dan tingkaah laku yang berbeda satu sama laindan tidak dapat diduga dengan ilmu pengetahuan yaitu lingkungan, keperawatan dan kesehatan. Tujuan diagnosa keperawatan memberikan kerangka kerja dalam intervensi keperawatan direncanakan dan di laksanakan. Intervensi
keperawatan akan tergantung pada fokus diagnosa keperawatan. Fokus pada integralitas akan di implementasian dengan lingkungan sama dengan pada individu. Di harapkan perubahan pada suatu hal yang akan menyebabkan perubahan di sisi yang lain secara simultan terpisah dari dunia penyakit. Disana masalah tidak dapat di setujui dengan efektif dalam arti umumnya perubahan di terima, ukuran penyakit. Kreatifitas dan imaginasi menjadi sangat penting. Resonasi menyatakan bahwa diagnosa keperawatan di tujukan untuk mendukung atau memodifikasi variasi peroses kehidupan sebagai manusia yang utuh. Karena peroses kehidupan manusia merupakan suatu fenomense. Rencana keperawatan pada bagian helicy membutuhkan penerimaan individu terhadap perubahan yang terjadi strategi untuk meningkatkan dan memodifikasi irama dan tujuan hidup. Untuk itu di butuhkan informasi dan partisipasi aktif klien pada peroses keperawatan. Konsep yang menyebutkan manusia adalah unik dan dapat dikenali karena kemampuanya dalam merasakan, memberi kesempatan perawat untuk membantu memecahkan masalah kesehatanya dan mengatur agar tujuanya dapat mencapai kesehatan. a. Teori yang berkaitan dengan konsep menciptakan perbedaan cara pandang pada suatu fenomena. Kerangka kerja Martha E Rogers akan memberiakan alternatif dalam memandang manusia dan dunia. Teori yang menyatakan keperawatan menggunakan prinsip hemodinamika dalam memberikan pelayanan kebutuhan manusia atau cara memandang keperawatan dari satu sisi. Contoh adalah perinsip helicy yeng menekankan pada pola kebiasaan dan ritual. b. Teori harus masuk akal. Mengetahui perkembangan yang masuk akal merupakan hal penting perkembangan yang logis menyebabkan mengenai asumsi pada perinsip hemodinamika. c. Teori harus sederhana dan dapat di sosialisasikan. Teori dapat disosialisasikan sejak tidak tergantung pada beberapa keadaan. Itu dinyatakan oleh Martha E
Roger
konsepsi manusia sangatlah
sederhana. Meskipun memberikan kaitan dalam pemahaman. Di
tambahkan teori ini di landaskan pada penggunaan sistem terbuka yang sangat kompleks. d. Teori didasrkan pada hipotesa dan bisa diuji. e. Teori memberi dan membantu peningkatan batang keilmuan dalam disiplin ilmu melalui penelitian sehingga teori tersebut sah. f. Teori bisa di gunakan sebagai pedoman dan peningkatan dalam praktik. g. Teori harus konsisten dengan teori lain yang sah, hukum dan perinsip – perinsip tetapi harus menghindari pertanyaan terbuka yang perlu di periksa. 4. Teori Keperawatan Martha E Rogers a. Integritas (integrality) Merupakan peroses hubungan yang menguntunhkan antar manusia dan lingkunganya secara berkesinambungan. b. Resonasi (resonancy) Merupakan perinsip yang membicarakan tentang alam dan perubahan yang terjadi antra manusia dan lingkungan. Resonasi dapat di jelaskan sebagai suatu pola – pola gelombang yang di unjukan dengan perubahan – perubahan frekuensi terendah kefrekuensi yang lebih tinggi pada gelombang perubahan. c. Helicy Merupakan perinsip yang menyatakan bahwa keadaan alami, hubungan manusia dan lingkunagan adalah berkesinambungan, menguntungkan, merupakan interaksi yang simultan antara manusia dan lingkungan bukan menyatakan ritmitasi. 5. Aplikasi dari teori keperawatan Martha Elizabeth Rogers a. Praktik Martha Elizabeth Rogers mengungkapkan bahwa teori yang diambilnya dari konsepnya sangat mungkin untuk di terapkan dalam praktik keperawatan. Malinski (1986) mencatat ada 7 tred yang ada dalam prektik keperawatan, yang kesemuanya berdasarkan pada konsep teori yang dikemukakan Martha E Rogers. Pemberian kewenangan penuh dalam hubungan perawat klien 1. Menerima perbedaan sebagai suatu yang wajar 2. Penyesuaian terhadap pola 3. Menggunakan modalitas gelombang seperti lampu musik, pergerakan dalam peroses penyembuhan
4. Menunjukan suatu perubahan yang positif 5. Memperluas fase pengkajian dalam proses keperawatan 6. Menerima hubungan yang menyeluruh dalam hidup b. Pendidikan Pada tahun 1963, rogers mencetuskan ide untuk mendirikan kembali program undergraduated dan graduated dalam pendidikan keperawatan. Hal ini adalah di lakukanya sebagai refleksi terhadap evolusi perubahan dalam ilmu keperawatan. Konsistensi terhadap defenisi yang ia berikan untuk keperawatan bahwa keperawatan adalah provesi yang di pelajari, unik serta memiliki batang tubuh pengetahuan, maka ia sangat menganjurkan bagi perawat untuk menempuhi pendidikan dalam keperawatan. c. Penelitian Model konseptual abstrak yang di kemukakan Martha E Rogers secara langsung memiliki hubungan dengan riset dan pengembangan ilmu keperawatan. Model konseptualnya memberikan arah dan stimulus untuk aktivitas keilmuan tersebut. Model keperawatan Rogers menunjukan betapa uniknya realita profesi keperawatan peneliti yang memiliki asumsi dan pemahaman seperti konsep Martha E Rogers akan menemukan mendapatan pandangan yang jelas tentang seperti apakah sesungguhnya bekerja sebagai perawat. Secara jelas konsepnya Martha E Rogers menunjukan bahwa kebutuhan kritis dalam keperawatan adalah merupakan dasar pengetahuan dalam aktivitas penelitian keperawatan. Perkembangan dimasa depan Rogers (1986) Percaya bahwa pengetahuan pengembangan dalam modelnya adalah “ peroses yang tiada akhir” menggunakan “ banyaknya pengetahuan dari berbagai sumber, kemungkinan untuk membuat kaleidoskop.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Teori dan model keperawatan adalah suatu usaha untuk menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan serta berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan, memperkirakan dan mengontrol hasil asuhan
atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Karakteristik dasar teori dan model keperawatan, yaitu: Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefinisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep keperawatan, harus bersifat alamiah, bersifat sederhana dan umum, sebagai pedoman, serta berperan dalam memperbaiki kualitas praktek keperawatan. Teori dan model keperawatan menurut beberapa ahli, yaitu: teori Florance Nightingale, Virginia
Henderson,Calista
Roy,Jean
Watson,Dorothea
Orem,
HildegartE.Peplau. B. Saran Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu: Sebaiknya teori dan konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
Daftar Pustaka Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Elisa. 2009.. . Hidayat. A. 2009. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Surabaya: Salemba Medika. Joe. 2009. Model Konseptual Hildegard E. Peplau. Diperoleh dari Oktiyah. 2012. Teori Keperawatan Hildegard E. Peplau. Rudi. 2010. Hildegard E. Peplau "Interpersonal Relationship Theory" .diperoleh dari Potter dan Perry. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC. Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Soewandi,J. 1991. Ringkasan Sejarah Keperawatan.Jakarta: Batara Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Brajakson siokal, patmawati, sudarman, 2015. Falsafa Dalam Keperawatan. Trans info media