Makalah Teori Belajar Piaget.docx

  • Uploaded by: Ndewi Ratnaningsih
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Teori Belajar Piaget.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,240
  • Pages: 22
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Belajar menurut teori konstruktivistik bukanlah sekedar menghafal akan tetapi, proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan dari hasil pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna (Sanjaya, Wina. 2011:246). Teori perkembangan kognitif disebut pula teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan intelektual sejak lahir sampai dewasa. Menurut piaget perkembangan kognitif merupakan Suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan bertambahnya usia seseorang, maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya (Suyono dan Hariyanto. 2016:82-83). Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan skema. Skema terbentuk karena pengalaman, semakin dewasa anak, maka semakin sempurnalah skema yang dimilikinya. Proses penyempurnaan skema dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema, dan akomodasi adalah proses mengubah skema yang sudah ada hingga terbentuk skema baru. Asimilasi dan akomodasi terbentuk berkat pengalaman siswa (Sanjaya, Wina. 2011:246). Pandangan piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model

1

pembelajaran. Hal inilah yang mendorong kami untuk menyusun makalah ini. Dimana, kami ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang siapa itu Piaget, apa-apa saja pokok pikirannya tentang teori Kognitif dan perkembangannya, serta bagaimana implikasi teorinya Piaget terhadap pendidikan. B. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah kami diantaranya: 1. Siapakah itu Jean Piaget 2. Apa saja pokok pikiran Jean Piaget tentang teori kognitif dan perkembangannya 3. Bagaimana implikasi dari teori kognitif yang digulirkan oleh Jean Piaget terhadap pendidikan C. Tujuan Penulisan Tujuan pembuatan makalah ini yaitu supaya kami khususnya dan semua orang pada umumnya terutama masyarakat yang berada di lingkungan pendidikan mengetahui siap itu Jean Piaget dan bagaimana kontribusinya terhadap dunia pendidikan. D. Sistematika Penulisan Kata Pengantar Daftar Isi Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan D. Sistematika Penulisan Bab II Pembahasan A. Biografi Jean piaget B. Pokok Pikiran Jean Piaget tentang Teori Kognitif dan Perkembangannya

2

C. Implikasi Teori Kognitif terhadap pendidikan Bab III Kesimpulan Daftar Pustaka

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi Jean Piaget Jean Piaget (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif. Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berahasa Perancis. Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di Universitas Neuchâtel. Piaget adalah seorang anak yang terlalu cepat menjadi matang, yang mengembangkan minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, khususnya tentang moluska (kerang-kerangan), dan bahkan menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari SMA. Malah, kariernya yang panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia 11 tahun, dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja albino. Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan artikel. Pada usia 22 tahun, Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah yaitu dalam bidang Biologi dari Universitas Neuchâtel, dan juga belajar sebentar di Universitas Zürich (Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2013:33). Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat dicatat mulai muncul pada periode ini. 4

Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Perancis, dan di sana ia mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet, pengembang tes intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anakanak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda dengan orang-orang dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global tentang tahap-tahap perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang memperlihatkan pola-pola kognisi umum yang khas dalam setiap tahap perkembangannya.) Pada 1921, Piaget kembali ke Swiss sebagai direktur Institut Rousseau di Jenewa. Pada 1923, ia menikah dengan Valentine Châtenay, salah seorang mahasiswinya. Pasangan ini memperoleh tiga orang anak, yang dipelajari oleh Piaget sejak masa bayinya. Pada 1929, Jean Piaget menerima jabatan sebagai Direktur Biro Pendidikan Internasional, yang tetap dipegangnya hingga 1968. Setiap tahun, ia menyusun "Pidato Direktur"nya untuk Dewan BPI itu dan untuk Konferensi Internasional tentang Pendidikan Umum, dan di dalamnya

ia

secara

eksplisit

mengungkapkan

keyakinan

pendidikannya

(https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget). Piaget bekerja dan berkarya sejak 1929 di Geneva University, dan pada tahun yang sama ia menduduki jabatan sebagai Direktur International Bureau of Education dan pada 1955 menduduki jabatan Directur International Center for Genetic Epistimology. Piaget dikenal sebagai seorang psikolog dan menerima lebih dari empat puluh gelar kehormatan

5

sampai ia pensiun pada 1971 kemudian ia meninggal pada 16 September 1980 (Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2013:33). Piaget merupakan psikolog abad ke-20 yang sangat berpengaruh. Di tahun 1921, Piaget melakukan riset tentang bagaimana cara peserta didik pada jenjang sekolah dasar memberi alasan. Itulah mengapa Piaget tidak tertarik dengan jawaban benar atau salah dalam tes intelegensi yang dilakukan Simon Binet terhadap anak-anak. Ketertarikan Piaget pada bagaimana cara anak beralasan merupakan keniscayaan bahwa Piaget memfokuskan studinya pada psikologi intelegen (kognitif). Adapun “tradisi perkembangan kognitif” yang dapat disebut sebagai “perkembangan struktural,” ditemukan dalam karya-karya Jean Piaget di tahun 1947 dan 1970. Pendekatan “kognitif” atau “struktural” menekankan sifat aktif otak anak-anak ketika sadar untuk membangun dan mengelola struktur pikiran dan tindakan. Premis dasarnya adalah bahwa semua pengetahuan dibangun. Pendekatan kognitif ini mengidentifikasi serangkaian struktur yang terorganisir kemudian diubah dalam urutan yang runtut ketika seseorang membangun proses kognitif yang semakin berguna dan komplek melalui interaksi dengan lingkungan. Salah satu aspek penting dari warisan psikologi Piaget terkait dengan teori perkembangan ialah adanya teori perkembangan Piaget yang terus dikembangkan oleh NeoPiagetian.48 Berdasarkan kesimpulan Robbie Case (1992) yang dikutip oleh R. Murray dan Thomas, sikap ilmiah Neo-Piagetian terhadap pemikiran Piaget terbagi menjadi tiga. Pertama, kelompok yang mengikuti atau setuju dengan postulat-postulat dalam teori Piaget. Kedua, kelompok yang memilah dan mengembangkan postulat-postulat Piaget. Ketiga, kelompok yang mengubah sistem klasik para pengikut Piaget. Kecenderungan dan ketertarikan Piaget untuk memahami bagaimana cara anak-anak beralasan pada dasarnya terpengaruh oleh gagasan Descartes tentang dua unsur manusia berupa jasad (body) dan rasio (reason).50 Tidak diragukan lagi bahwa gagasan Descartes

6

terutama tentang rasio telah memengaruhi pemikiran Piaget tentang perkembangan kognitif. Piaget meneliti eksistensi anak-anak dengan mencari tahu bagaimana anak-anak mengungkapkan sebuah alasan. Piaget meneliti bagaimana anak-anak mengungkapkan alasan dengan cara mewawancarai anak-anak dengan menggunakan metode klinis berupa soal jawab terbuka. Piaget banyak melakukan wawancara kepada anak-anak dalam setting permainan (games) yang diberikan untuk mendapatkan data konkret berdasarkan perspektif anak secara apa adanya. Soal jawab secara terbuka menandakan bahwa sistem wawancara yang dilakukan oleh Piaget terhadap anak-anak bersifat fleksibel. Oleh karena itu, Piaget mengabaikan jawaban benar atau salah dalam tes intelegensi yang sifatnya lebih kaku. Tidak heran bahwa Piaget tidak setuju mendefinisikan intelegensi berkaitan dengan sejumlah item yang terjawab dengan benar yang dikenal dengan tes intelegensi. Bagi Piaget, tindakan intelektual adalah sesuatu yang menyebabkan pertimbangan terhadap kondisikondisi optimal untuk kelangsungan hidup individu. Dengan kata lain intelegensi membiarkan individu berhubungan dengan lingkungannya. Ketika lingkungan dan individu berubah maka intelegensi antara keduanya harus berubah terus-menerus. Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi bukan hanya persoalan otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Selain dipengaruhi oleh Descartes yang beraliran rasionalisme, teori Piaget juga dipengaruhi oleh aliran empirisme Para penganut empirisme berpendapat bahwa sesungguhnya pengetahuan bersumber dari luar individu dan pengetahuan diinternalisasi oleh indra-indra. Piaget mengemukakan bahwa teorinya merupakan sintesis dari gagasan pemikiran aliran empirisme dan rasionalisme. Piaget berpendapat bahwa observasi dan penalaran adalah dua usaha yang saling bergantung untuk mencari pengetahuan dan

7

kebenaran.Jadi, teori yang dibangun oleh Piaget menekankan sama pentingnya pengalaman inderawi dan penalaran. Kedua alat tersebut merupakan dua hal yang saling berkelindan. Dalam perkembangan keilmuan, gabungan kedua metode ini disebut metode keilmuan. Rasionalisme memberikan kerangka pemikiran yang koheren dan logis. Sedangkan empirisme memberikan kerangka pengujian dalam memastikan suatu kebenaran. Kedua metode ini jika digunakan secara dinamis akan menghasilkan pengetahuan yang konsisten dan sistematis serta dapat diandalkan, sebab pengetahuan tersebut telah teruji secara empiris. Salah satu karya Piaget yang paling berpengaruh di bidang perkembangan sosial dan moral adalah The Moral Judgment of Child. Ditulis pada 1932, antara dua perang dunia, ini adalah karya monumentalnya di bidang psikologi perkembangan. Meskipun sedikit dari apa yang ditulis dalam buku ini ditujukan langsung pada pendidik, ia telah membentuk landasan teoritis yang kuat bagi praktik pendidikan moral. Pertanyaan utama dari buku ini adalah “Bagaimana pertimbangan moral anak-anak berkembang?” Piaget sangat menyadari implikasi sosial dan moral yang mendalam dari pertanyaan ini, terutama bagi Eropa Barat pada waktu itu. Dengan bangkitnya fasisme dan bentuk pemerintah yang totaliter lainnya, adalah penting menentukan bagaimana penalaran dan perilaku moral anak-anak dapat berkembang sehingga tindakan generasi masa depan dapat didasarkan pada keadilan dan rasio bukannya ketundukan buta pada aturan yang sewenang-wenang. Relevansi konteks sosial Piaget dengan implikasi pendidikan di kemudian hari adalah bahwa tujuan dari pendidikan adalah kepemilikan sifat otonomi dalam diri peserta didik. Berdasarkan pengamatannya pada metode pengasuhan dan pendidikan anak yang lebih tradisional pada waktu itu, Piaget memperingatkan orang tua dan guru terhadap penggunaan paksaan dan indoktrinasi sebagai sarana pendidikan moral. Indoktrinasi memperkuat kecenderungan alami anak terhadap ketergantungan heteronom pada peraturan

8

eksternal. Pemaksaan dapat menyebabkan pemberontakan, ketundukan buta, atau kalkulasi (di mana anak patuh dan mengikuti aturan dewasa hanya ketika orang dewasa mengawasinya). Ketika orang dewasa meminimalkan penggunaan otoritas yang tidak perlu, ini lebih membuka kemungkinan pada anak-anak untuk membangun penalaran dan rasa kebutuhan mereka tentang aturan dan hubungan sosial lainnya. Dalam

konteks

pendidikan,

pendekatan

kognitif

menggantikan

keberadaan

pendekatan perilaku sejak pertengahan dekade 80-an. Pada dekade ini, manusia dikiaskan sebagai mesin dengan elan vital yang dipengaruhi oleh teori informasi dan model-model komputer. Konsekuensinya, psikologi kognitif memandang manusia sebagai entitas yang memiliki batas kemampuan untuk memproses informasi karena disamakan dengan komputer. Kemudian, aliran kognitif mengalami pergesaran dalam memandang bagaimana ilmu diperoleh peserta didik. Awalnya, aliran ini menjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus dan bagaimana siswa tersebut sampai pada respons tertentu. Perhatian aliran kognitif pada masa awal ini menandai bahwa aliran kognitif masih dipengaruhi oleh aliran behavioristik. Akan tetapi pada masa selanjutnya, perhatian aliran ini terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya dikuasai oleh peserta didik. Proses-proses mental yang diabaikan oleh para penganut psikologi behaviorisme menjadi inti pembahasan dalam belajar kognitif yang salah satu contohnya diwakili oleh Jean Piaget yang menggagas tentang perkembangan moral anak dalam buku The Moral Judgment of the Child. Ada dua implikasi pendidikan atas teori Piaget, pertama, pikiran seorang individu dapat bekerja secara optimal ketika seseorang aktif mengonstruk makna kaitannya dengan eksistensi struktur mentalnya. Kedua, seorang individu tidak dapat sampai pemahaman pada tahap tertentu sebelum waktunya.

9

B. Pokok Pikiran Jean Piaget Tentang Teori Kognitif dan perkembangannya Perkembangan Kognitif merupakan salah satu aspek perkembangan mental yang bertujuan: (1) memisahkan kenyataan yang sebenarnya dengan fantasi; (2) menjelajah kenyataan dan menemukan hukum-hukumnya; (3) memilih kenyataan-kenyataan yang berguna bagi kehidupan; (4) menentukan kenyataan yang sesungguhnya dibalik sesuatu yang tampak. Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan individu melalui satu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh dalam satu peringkat akan merupakan dasar pijakan dari peringkat selanjutnya. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi konstan antara individu dengan lingkungan, dan akan terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi adalah proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga menjadi dikenal oleh individu. Adaptasi adalah proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungannya (Abdulhak, Ishak dan Deni Darmawan. 2013: 70). Intelegensi merupakan dasar bagi perkembangan kognitif. Intelegensi merupakan suatu proses berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan, individu akan memperoleh pengetahuan dengan menggunakan asimilasi dan akomodasi yang dikendalikan prinsip keseimbangan. Pada masa bayi dan kanak- kanak , pengetahuan itu bersifat subjektif dan akan berkembang menjadi objektif apabila sudah mencapai perkembangan remaja dan dewasa (Surya, Mohamad. 2015: 143-144). Piaget menyimpulkan dari penelitiannya bahwa organisme bukanlah agen yang pasif dalam perkembangan genetik. Perubahan genetic bukan peristiwa yang menuju kelangsungan hidup suatu organisme melainkan adanya adaptasi terhadap lingkungannya dan adanya interaksi antara organisme dan lingkungannya. Dalam responnya organisme mengubah

10

kondisi lngkungan, membangun struktur biologi tertentu yang ia perlukan untuk tetap bisa mempertahankan hidupnya. Perkembangan kognitif yang dikembangkan Piaget banyak dipengaruhi oleh pendidikan awal Piaget dalam bidang biologi. Dari hasil penelitiannya dalam bidang biologi. Ia sampai pada suatu keyakinan bahwa suatu organisme hidup dan lahir dengan dua kecenderunngan yang fundamental, yaitu kecenderungan untuk beradaptasi dan berorganisasi ( tindakan penataan ). Untuk memahami proses-proses penataan dan adaptasi terdapat empat konsep dasar, yaitu sebagai berikut : 1. Skema Istilah skema atau skemata yang diberikan oleh Piaget untuk dapat menjelaskan mengapa seseorang memberikan respon terhadap suatu stimulus dan untuk menjelaskan banyak hal yang berhubungan dengan ingatan. Skema adalah struktur kognitif yang digunakan oleh manusia untuk mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan ini secara intelektual. Adaptasi terdiri atas proses yang saling mengisi antara asimilasi dan akomodasi 2. Asimilasi Asimilasi itu suatu proses kognitif, dengan asimilasi seseorang mengintegrasikan bahan-bahan persepsi atau stimulus ke dalam skema yan ada atau tingkah laku yang ada. Asimilasi berlangsung setiap saat. Seseorang tidak hanya memperoses satu stimulis saja, melainkan memproses banyak stimulus. Secara teoritis, asimilasi tidak menghasilkan perubahan skemata, tetapi asimilasi mempengaruhi pertumbuhan skemata. Dengan demikian asimilasi adalah bagian dari proses kognitif, dengan proses itu individu secara kognitif mengadaptasi diri terhadap lingkungan dan menata lingkungan itu.

11

3. Akomodasi Akomodasi dapat diartikan sebagai penciptaan skemata baru atau pengubahan skemata lama. Asimilasi dan akomodasi terjadi sama-sama saling mengisi pada setiap individu yang menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Proses ini perlu untuk pertumbuhan dan perkembangann kognitif. Antara asimilasi dan akomodasi harus ada keserasian dan disebut oleh Piaget adalah keseimbangan. 4. Ekuilibrasi Adalah suatu mekanisme untuk menjelaskan bagaimana anak bergerak dari suatu tahap pemikiran ke tahap pemikiran selanjutnya. Pergeseran terjadi pada saat anak mengalami konflik kognitif atau disekuilibrium dalam usahanya memahami dunia, dan pada akhirnya anak memecahkan konflik ini dan mendapatkan keseimbangan ekuilibrium pemikiran. Untuk keperluan pengkonseptualisasian pertumbuhan kognitif /perkembangan intelektual Piaget membagi perkembangan ini ke dalam 4 periode seperti yang terdapat dalam bukunya Suyono dan Hariyanto (2016: 83-84) serta dalam bukunya Supriadie dan Deni (2013: 35) yaitu : a. Periode Sensori motor (0-2,0 tahun) Pada periode ini tingkah laku anak bersifat motorik dan anak menggunakan system penginderaan untuk mengenal lingkungannya untu mengenal obyek. b. Periode Pra operasional (2,0-7,0 tahun) Pada periode ini anak bisa melakukan sesuatu sebagai hasil meniru atau mengamati sesuatu model tingkah laku dan mampu melakukan simbolisasi. c. Periode konkret (7,0-11,0 tahun)

12

Pada periode ini anak sudah mampu menggunakan operasi. Pemikiran anak tidak lagi didominasi oleh persepsi, sebab anak mampu memecahkan masalah secara logis. d. Periode operasi formal (11,0-dewasa) Periode operasi fomal merupakan tingkat puncak perkembangan struktur kognitif, anak remaja mampu berpikir logis untuk semua jenis masalah hipotesis, masalah verbal, dan ia dapat menggunakan penalaran ilmiah dan dapat menerima pandangan orang lain. Sedangkan dalam bukunya Surya (2015: 144-145) dan Abdulhak (2013:7075) periode perkembangan kognitif berlangsung melalui empat periode, yaitu: 1. Periode Sensori-motor (0-1.5 tahun) Pada tahap ini, kemampuan kognitif anak masih sangat terbatas. Piaget mengistilahkannya dengan kemampuan yang bersifat primitif, artinya masih didasarkan kepada perilaku yang terbuka. Kemampuan kognitif atau intelegensia yang dimiliki anak pada masa ini merupakan intelegensia dasar yang amat berarti dan menentukan untuk perkembangan kognitif selanjutnya. Intelegensia sensori motor juga dinamakan intelegensi praktis (Practical intellegence). Pada masa ini anak hanya belajar bagaimana mengikuti dunia kebendaan secara praktis dan belajar bagaimana menimbulkan efek tertentu tanpa memahami apa yang sedang ia lakukan kecuali hanya mencari cara melakukan perbuatannya itu. Kemampuan anak dalam berbahasa belum muncul, interaksi dengan lingkungan dilakukan melalui gerakan-gerakan menyentuh, bergerak, dan sebagainya. 2. Periode pre-operational (1,5 - 6 tahun)

13

Pada fase ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam menghadapi berbagai hal di luar dirinya. Aktivitas berpikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasi. Anak sudah dapat memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda atau simbol. Cara berpikir anak pada fase ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten, dan tidak logis. Menurut Surya (2015: 145) Cara berpikir anak pada fase ini ditandai dengan ciri-ciri: a. Transductive reasoning, cara berpikir tidak logis (bukan induktif maupun deduktif). b. Ketidakjelasan hubungan sebab-akibat c. Animism, yaitu menganggap semua benda itu hidup seperti dirinya. d. Artificialism, yaitu kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia. e. Perceptually bound, yaitu anak menilai sesuatu berdasarkan apa yang ia lihat dan dengar. f. Mental experiment, yaitu anak melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya. g. Centration, yaitu anak memusatkan perhatiannya pada sesuatu ciri yang paling menarik dan mengabaikan ciri yang lainnya. h. Egocentrism, yaitu anak melihat dunia lingkungannya menurut kehendak dirinya sendiri. Lain halnya dengan Ishak dan Deni (2013: 72), yang menyatakan ciri-ciri pada fase pra-operasional ini diantaranya: a. Adanya kesadaran dalam diri anak tentang suatu objek. b. Kemampuan anak dalam berbahasa mulai berkembang

14

c. Anak mulai mengetahui perbedaan antara objek-objek sebagai suatu bagian dari individu atau kelasnya. d. Pandangan terhadap dunia bersifat animistic, artinya bahwa segala sesuatu yang bergerak di dunia ini adalah “hidup”. e. Pengamatan dan pemahaman anak terhadap situasi lingkungan sangat dipengaruhi oleh sifatnya yang “egosntris”. 3. Periode operasional konkrit (6-12 tahun) Pada Tahap ini, pikiran anak terbatas pada objek-objek yang ia jumpai dari pengalaman-pengalaman langsung. Anak berpikir tentang objek-objek atau benda yang ia temukan secara langsung. Selain kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya, anak memperoleh tambahan kemampuan yang disebut dengan system of operation (satuan langkah berpikir). Kemampuan ini sangat penting bagi anak untuk mengkoordinasikan pemikiran suatu ide dalam peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri. Kemampuan satuan langkah berpikir ini kelak akan mejadi dasar terbentuknya intelegensia. Kemampuan kognitif yang dimiliki anak pada fase ini meliputi : conservation, addition of classes, dan multification of classes. a. Conservation atau pengekalan adalah kemampuan anak dalam memahami aspek-aspek kumulatif materi seperti volume dan jumlah. Anak yang mengenali sifat kuantitatif sebuah benda akan tahu bahwa sifat kuantitatif sebuah benda tidak akan berubah secara sembarangan. b. Addition of classes (penambahan golongan benda), yaitu kemampuan anak dalam memahami cara

mengombinasikan benda-benda yang dianggap

memiliki kelas yang rendah dan dihubungkan dengan kelas yang lebih

15

tinggi, misalkan kelompok ayam, itik, bebek dihubungkan dengan benda berkelas tinggi yaitu unggas. Disamping itu, kemampuan ini juga meliputi kecakapan memilah-milah benda-benda dari kelompok tinggi menjadi benda berkelas rendah, seperti ayam, itik dan bebek adalah bagian dari unggas. c. Multification of classes kemampuan

yang

(pelipatgandaan

melibatkan

golongan benda),

pengetahuan

mengenai

yakni cara

mempertahankan dimensi-dimensi benda seperti warna bunga dan jenis bunga untuk membentuk gabungan golongan benda, seperti mawar merah, mawar putih, dan sebagainya. Selain itu, kemampuan ini juga meliputi kemampuan memisahkan gabungan golongan benda menjadi dimensi yang spesifik misalnya warna bunga mawar terdiri atas merah, putih, kuning. Pada fase ini, anak mengorganisir lingkungannya ke dalam struktur-struktur kognitif berupa ide-ide atau konsep-konsep. Kemampuan yang dimiliki anak masih terbatas pada hal-hal yang konkret, maka proses berpikir pada anak akan terjadi pada aktivitas-aktivitas langsung. 4. Periode formal operasional (12 tahun ke atas) Pada periode ini, pola berpikir anak sudah sistematik dan meliputi prosesproses yang kompleks. Operasionalnya tidak lagi terbatas pada semata-mata hal-hal yang konkret, akan tetapi dapat juga dilakukan pada operasional lainnya. Dengan menggunakan logika yang lebih tinggi tingkatannya, seperti misalnya berpikir hipotesis-deduktif, berpikir rasional, berpikir abstrak, berpikir proporsional, mengevaluasi informasi dan lain sebagainya. Aktivitas proses berpikir pada periode ini mulia menyerupai cara berpikir orang dewasa, karena kemampuannya yang sudah berkembang pada hal-hal

16

yang bersifat abstrak. Anak sudah mampu memprediksi berbagai macam kemungkinan. Ia sudah dapat membedakan mana yang terjadi dan mana yang seharusnya terjadi, ia juga dapat menyusun hipotesis dari suatu kenyataan. Piaget mengemukakan bahwa ada 4 aspek yang besar yang ada hubungnnya dengan perkembangan kognitif : a. Pendewasaaan/kematangan, merupakan pengembanagn dari susunan syaraf. b. Pengalaman fisis, anak harus mempunyai pengalaman dengan benda-benda dan stimulus-stimulusdalam lingkungan tempat ia beraksi terhadap benda-benda itu. c. Interaksi social, adalah pertukaran ide antara individu dengan individu d. Keseimbangan, adalah suatu system pengaturan sendiri yang bekerja untuk menyelesaikan peranan pendewasaan, penglaman fisis, dan interksi social.

Piaget menginterpretasikan perkembangan kognitif dengan menggunakan diagram berikut :

17

Berdasarkan diagram tersebut dimulai dengan meninjau anak yang sudah memiliki pengalaman yang khas, yang berarti anak sudah memiliki sejumlah skemata yang khas. Pada suatu keadaan seimbang sesaat ketika ia berhadapan dengan stimulus (bisa berupa benda, peristiwa, gagasan) pada pikiran anak terjadi pemilahan melalalui memorinya. Dalam memori anak terdapat 2 kemungkuinan yang dapat terjadi yaitu : 

Terdapat kesesuaian sempurna antara stimulus dengan skema yang sudah ada dalam pikiran anak



Terdapat kecocokan yang tidak sempurna, antara stimulus dengan skema yang ada dalam pikiran anak.

Kedua hal itu merupakan kejadian asimilasi. Menurut diagram, kejadian kesesuaian yang sempurna itu merupakan penguatan terhadap skema yang sudah ada. Stimulus yang baru (datang) tidak sepenuhnya dapat diasimilasikan ke dalam skemata yang ada. Di sini terjadi semacam gangguan mental atau ketidakpuasan mental seperti keingintahuan, kepedulian, kebingungan, kekesalan, dsb. Dalam keadaaan tidak seimbang ini anak mempunyai 2 pilihan : 

Melepaskan diri dari proses belajar dan mengabaikan stimulus atau menyerah dan tidak berbuat apa-apa (jalan buntu)



Memberi tanggapan terhadap stimulus baru itu baik berupa tanggapan secara fisik maupun mental. Bila ini dilakukan anak mengubah pandangannya atau skemanya sebagai akibat dari tindakan mental yang dilakukannya terhadap stimulus itu. Peritiwa ini disebut akomodasi.

c.

Implikasi teori Piaget dalam pendidikan Teori Piaget membahas kognitif atau intelektual dan perkembangan intelektual erat

hubungannya dengan belajar, sehingga perkembangan intelektual ini dapat dijadikan landasan untuk memahami belajar. Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan tingkah laku yang 18

terjadi akibat adanya pengalaman dan sifatnya relatif tetap. Teori Piaget mengenai terjadinya belajar didasari atas 4 konsep dasar, yaitu skema, asimilasi, akomodasi dan keseimbangan. Piaget memandang belajar itu sebagai tindakan kognitif, yaitu tindakan yang menyangkut pikiran. Tindakan kognitif menyangkut tindakan penataan dan pengadaptasian terhadap lingkungan. Proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan periode/ tingkat perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya banyak diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya, dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan dan secara aktif mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan. Kurikulum hendaknya dibuat sedemikian rupa agar tidak terpisah dari lingkungan. Adapun Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pengajaran/ pendidikan menurut Surya di dalam bukunya (Surya, Mohamad. 2015: 146) antara lain sebagai berikut ini. a. Bahasa dan cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Karena itu dalam mengajar, guru hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana sesuai dengan cara berpikir anak. b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu agar dapat berinteraksi sebaik-baiknya dengan lingkungan. c. Materi yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. d. Beri peluang agar anak belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya banyak diberi peluang untuk saling berbicara dengan teman-temannya dan saling berdiskusi

19

BAB III KESIMPULAN

Piaget merupakan psikolog abad ke-20 yang sangat berpengaruh. Inti gagasangagasan Piaget mentransformasi karakteristik-karakteristik yang mendasar tentang asumsiasumsi perkembangan intelektual pada awal abad dua puluh. Pemikiran utama Piaget yang ambisius ialah bahwa kompetensi intelektual merepresentasikan suatu operasi terintegrasi, yang dibangun dari refleksi-refleksi atas pelbagai tindakan anak. Piaget tidak sependapat dengan aliran behaviorisme di mana bakat anak terdorong dari penguatan eksternal. Piaget melihat bahwa suatu tindakan yang dibangun dari pertalian stimulus-respons tidak akan dapat mempertahankan tahapan-tahapan perkembangan. Kecenderungan dan ketertarikan Piaget untuk memahami bagaimana cara anak-anak beralasan pada dasarnya terpengaruh oleh gagasan Descartes tentang dua unsur manusia berupa jasad (body) dan rasio (reason). Selain dipengaruhi oleh Descartes yang beraliran rasionalisme, teori Piaget juga dipengaruhi oleh aliran empirisme Para penganut empirisme berpendapat bahwa sesungguhnya pengetahuan bersumber dari luar individu dan pengetahuan diinternalisasi oleh indra-indra. Perkembangan kognitif mempunyai 4 aspek yaitu kematangan, pengalaman, interaksi social, dan ekuilibrasi. Menurut Piaget setiap organisme hidup cenderung untuk melakukan adaptasi dan organisasi. Dalam proses adaptasi dan organisasi rerdapat 4 konsep dasar yaitu skema, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan individu melalui satu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh dalam satu peringkat akan merupakan dasar pijakan dari peringkat selanjutnya. Perkembangan kognitif terbentuk melalui interaksi konstan antara individu dengan lingkungan, dan akan terjadi dua

20

proses yaitu organisasi dan adaptasi. Proses pembelajaran akan berhasil apabila disesuaikan dengan periode/ tingkat perkembangan kognitif siswa. Teori kognitif Piaget lebih menitikberatkan student center dalam pembelajaran. Adapun perbedaan pendapat para tokoh mengenai rentang usia pada keempat tahapan perkembangan kognitif sah sah saja. Dimana, para tokoh tersebut memiliki pendapat dan alasan yang berbeda beda pula mengenai rentang usia pada tahapan-tahapan perkembangan kognitif.

21

Daftar Pustaka

Surya, Mohamad. 2015. Psikologi Guru: Konsep dan Aplikasi dari Guru untuk Guru. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Supriadie, Didi dan Deni Darmawan. 2013. Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya. Abdulhak, Ishak dan deni Darmawan. 2013. Teknologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suyono dan Hariyanto. 2016. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: Rosdakarya. Dahar Ranta Willis.1989. teori-teori belajar.Jakarta : Erlangga ..2000. kumpulan-nahan diklat nasional guru biologi SMU. Bandung : Pusat pengembangan penataran guru IPA http://www.jejakpendidikan.com/2017/07/biografi-jean-piaget-dan-perkembangan.html

(5

Januari 2017). https://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget (5 Januari 2017)

22

Related Documents


More Documents from "andit"