Makalah Teknologi Bahan.docx

  • Uploaded by: Juwariyah
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Teknologi Bahan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,032
  • Pages: 25
MAKALAH TEKNOLOGI BAHAN BETON

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2 1. JUWARIYAH (1802210505) 2. IVAN AFASYIH (1802210507) 3. M. FATHUR ROZI A (1802210506)

DOSEN PENGAMPU : YULES PRAMANA Z. ST, MT

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRIDINANTI PALEMBANG 2019

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr, wb Segala Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Beton” ini dapat terselesaikan. Berbagai sumber telah penulis ambil sebagai bahan dalam pembuatan makalah ini. Penulis berharap makalah beton ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya untuk memperbaiki kesalahan dalam penyusunannya.

Wassalamualaikum wr, wb

Penulis

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................

i

Daftar Isi ........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................

5

1 Sejarah Penemuan Beton........................................................................

5

2 Pengertian Beton ....................................................................................

6

3 Sifat-Sifat Beton .....................................................................................

6

4 Bahan-Bahan Penyusun Beton ..............................................................

6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….

24

KESIMPULAN ..............................................................................................

24

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

25

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Beton merupakan salah satu bahan bangunan yang masih sangat banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Harganya yang relatif murah dan kemudahan dalam pelaksanaannya membuat beton semakin tak tergantikan dalam dunia konstruksi. Namun selain keuntungan yang dimilikinya beton juga memiliki beberapa kekurangan seperti tegangan tarik yang rendah, daktibilitas rendah, dan keseragaman mutu yang bervariatif. Karena kekurangan yang dimiliknya maka diperluakan pengetahuan yang cukup luas,antara lain mengenai sifat bahan dasarnya, cara pembuatannya, cara evaluasi, dan variasi bahan tambahnya agar dapat meningkatkan fungsi beton itu sendiri menjadi lebih maksimal. Dalam

pembuatannya,

keseragaman

kualitas

beton

sangat

dipengaruhi

oleh

keseragaman bahan dasar dan metode pelaksanaan. Pada prakteknya dilapangan, umumnya beton yang disuplai oleh perusahaan pembuatan beton (ready mix) telah terjamin keseragaman bahan dasarnya. Untuk mendapatkan kualitas dan keseragaman beton sesuai seperti yang disyaratkan maka pelaksanakan pembuatan beton harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan prosedur. Yang dimaksud dengan kualitas beton seperti yang disyaratkan disini adalah kuat tekan beton pada umur ke-28 hari. Oleh karena sebab-sebab diatas maka diperlukan adanya kontrol kualitas yang dapat mengetahui kemungkinan terjadinya output yang tidak sesuai dengan yang disyaratkan sedini mungkin. Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH BETON Dalam perkembangan peradaban manusia khususnya dalam hal bangunan, tentu kerap mendengar cerita tentang kemampuan nenek moyang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Alhasil, berdirilah bangunan fenomenal, seperti Candi Borobudur atau Candi Prambanan di Indonesia ataupun jembatan di Cina yang menurut legenda menggunakan ketan sebagai perekat. Ataupun menggunakan aspal alam sebagaimana peradaban di Mahenjo Daro dan Harappa di India ataupun bangunan kuno yang dijumpai di Pulau Buton. Peristiwa tadi menunjukkan dikenalnya fungsi beton sejak zaman dahulu. Sebelum mencapai bentuk seperti sekarang, perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Menyusul runtuhnya Kerajaan Romawi, sekitar abad pertengahan (tahun 1100-1500 M) resep ramuan pozzuolana sempat menghilang dari peredaran. Menurut Nawy (1985:8) beton dihasilkan dari sekumpulan interaksi mekanis dan kimia sejumlah material pembentuknya. DPU-LPMB memberikan definisi tentang beton sebagai campuran antara semen portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air,dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat (SK.SNI T-15-1990-03:1). Pada tahun 1801, F. Coignet menerbitkan tulisannya tentang prinsip-prinsip konstruksi dengan meninjau kelemahan bahan beton terhadap tariknya. Kemudian pada tahun 1850, J.L.Lambot untuk pertama kalinya membuat kapal kecil dari bahan semen untuk di pamerkan pada pameran dunia tahun 1855. Lalu J. Monir, seorang ahli taman dari Prancis, mematenkan rangka metal sebagai tulangan beton untuk mengatasi tariknya pada tempat tamannya. Pada tahun 1886,seorang warga negara Jerman yang bernama Koenen menerbitkan tulisan mengenai teori dan perancangan struktur beton. Sejarah penemuan teknologi beton dimulai dari : 

Aspdin (1824) Penemu Portland Cement;



J.L Lambot (1850 ) memperkenal konsep dasar konstruksi komposit (gabungan dua bahan

konstruksi yang berbeda yang bekerja bersama – sama memikul beban);



F. Coignet (1861) melakukan uji coba penggunaan pembesian pada konstruksi atap, pipa dan

kubah; 

Gustav Wayss & Koenen ( 1887) serta Hennebique memperkenalkan sengkang sebagai

penahan gaya geser dan penggunaan balok “ T ” untuk mengurangi beban akibat berat sendiri; 

Neuman melakukan analisis letak garis netral;



Considere menemukan manfaat kait pada ujung tulangan; dan



E. Freyssinet memperkenalkan dasar – dasar beton pratekan.

Contoh Pemakaian Konstruksi Beton pada Jamannya : 

Bangunan kubah Pantheon didirikan th 27 SM;



Pemakaian Pot bunga dari beton yang menggunakan kawat anyaman (produk dipatenkan oleh

Joseph Monier tahun 1867); 

Pembuatan kapal beton yang dilengkapi penulangan (tahun 1855);



Jembatan Lamnyong-Darussalam; dan



Menara Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

2.2 PENGERTIAN BETON Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Dalam pengertian umum beton berarti campuran bahan bangunan berupa pasir dan kerikil atau koral kemudian diikat semen bercampur air. Sifat beton berubah karena sifat semen, agregat dan air, maupun perbandingan pencampurannya. Untuk mendapatkan beton optimum pada penggunaan yang khas, perlu dipilih bahan yang sesuai dan dicampur secara tepat. 2.3 SIFAT-SIFAT BETON Sifat dan karakteristik beton : 1. Karakteristik beton adalah mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik yang rendah 2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul momen lengkung atau tarikan 3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak yang makin lama makin besar

4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal dengan proses hidrasi 5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah 6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang. 7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang tinggi. 8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan. 9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya 10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok, maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik 11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik. 12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relative rendah. 13. Beton hampir tidak memerlukan perawatan dan masa konstruksinya mencapai 50 tahun serta elemen konstruksinya yang mempunyai kekakuan tinggi serta aman terhadap bahaya kebakaran. 14. Salah satu kekurangan yang besar adalah berat sendiri konstruksi dengan massa jenis γc sekitar 2400 kg/m3 bahan ini memiliki berat jenis 23,54 kN/m3 ( 1000g kg setara dengan 1 kN, di mana gravitasi dalam cm/dt2), mengakibatkan bangunan beton sangat berat 15. Kelemahan lainnya adalah perubahan volume sebagai fungsi waktu berupa susut dan rangkak.

2.4 JENIS-JENIS BETON Beton dibedakan dalam 2(dua) kelompok besar yaitu :  Beton Keras Sifat-sifat beton keras yang penting adalah kakuatan karakteristik, kekuatan tekan, tegangan dan regangan, susut dan rangkak, reaksi terhadap temperatur, keawetan dan kekedapan terhadap air . Dari semua sifat tersebut yang terpenting adalah kekuatan tekan beton karena merupakan gambaran dari mutu beton yang ada kaitannya dengan struktu beton. Berbagai test uji kekuatan dilakukan pada beton keras ini antara lain : a. Uji kekuatan tekan ( compression test) b. Uji kekuatan tarik belah ( spillting tensile test ) c. Uji kekuatan lentur d. Uji lekatan antara beton dan tulangan e. Uji Modulus Elastisitas dan lain sebagainya.  Beton Segar Sifat-sifat beton segar hanya penting sejauh mana mempengaruhi pemilihan peralatan yang dibutuhkan untuk pengerjaan dan pemadatan serta kemungkinan mempengaruhi sifat-sifat beton pada saat mengeras. Ada 2(dua) hal yang harus dipenuhi ketika membuat beton : a. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu lama oleh beton yang mengeras, seperti kekuatan, keawetan, dan kestabilan volume. b. Sifat-sifat yang harus dipenuhi dalam jangka waktu pendek ketika beton dalam kondisi plastis (workability) atau kemudahan pengerjaan tanpa adanya bleeding dan segregation. Sifat workabilitas pada beton segar dapat dilakukan dengan beberapa cara, tetapi kebanyakan dari pengetesan tersebut hanya bersifat empiris. Hanya sedikit yang memenuhi standart, dan semua test tersebut bersifat ‘a single point test’ jadi tidak dapat dibandingkan satu samalainnya karena mereka mengukur sifat-sifat beton yang berbeda. Walaupun begitu adalah penting untuk mendapatkan beberapa dari sifat workabilitas karena penting untuk control kualitas. Pengukuran workabilitas yang telah dikembangkan antara lain: a.

Slump test

b. Compaction test c.

Flow test

d. Remoulding test e.

Penetration test

f.

Mixer test

Berdasarkan fungsi dan kegunaannya, jenis beton dapat dibedakan menjadi sepuluh macam.  Beton Mortar

Bahan baku pembuatan beton mortar terdiri atas mortar, pasir, dan air. Ada tiga ragam mortar yang sering digunakan antara lain semen, kapur, dan lumpur. Beton mortar semen yang dipasangi anyaman tulangan baja di dalamnya dikenal sebagai ferro cement. Beton ini memiliki kekuatan tarik dan daktilitas yang baik.  Beton Ringan

Sesuai namanya, beton ringan dibuat dengan memakai agregat yang berbobot ringan. Beberapa orang juga kerap menambahkan zat aditif yang bisa membentuk gelembung-

gelembung udara di dalam beton. Semakin banyak jumlah gelembung udara yang tersimpan pada beton, maka pori-porinya pun akan semakin bertambah sehingga ukurannya juga bakal kian membesar. Hasilnya, bobot beton tersebut lebih ringan daripada beton lain yang memiliki ukuran sama persis. Beton ringan biasanya diaplikasikan pada dinding non-struktur.  Beton Non-Pasir

Proses pembuatan beton non-pasir sama sekali tidak menggunakan pasir, melainkan hanya kerikil, semen, dan air. Hal ini menyebabkan terbentuknya rongga udara di celah-celah kerikil sehingga total berat jenisnya pun lebih rendah. Karena tidak memakai pasir, kebutuhan semen pada beton ini juga lebih sedikit. Penggunaan beton non-pasir misalnya pada struktur ringan, kolom dan dinding sederhana, bata beton, serta buis beton.  Beton Hampa

Disebut hampa karena dalam pembuatannya dilakukan penyedotan air pengencer adukan beton memakai vacuum khusus. Akibatnya beton pun hanya mengandung air yang telah bereaksi

dengan semen saja sehingga memiliki kekuatan yang sangat tinggi. Tak heran, beton hampa banyak sekali dimanfaatkan dalam pendirian bangunan-bangunan pencakar langit.  Beton Bertulang

Beton bertulang tercipta dari perpaduan adukan beton dan tulangan baja. Perlu diketahui, beton mempunyai sifat kuat terhadap gaya tekan, tetapi lemah dengan gaya tarik. Oleh karena itu, tulangan baja sengaja ditanamkan ke dalamnya agar kekuatan beton tersebut terhadap gaya tarik meningkat. Beton bertulang biasanya dipasang pada struktur bentang lebar seperti pelat lantai, kolom bangunan, jalan, jembatan, dan sebagainya.  Beton Pra-Tegang

Pada dasarnya, pembuatan beton pra-tegang mirip sekali dengan beton bertulang. Perbedaan tipis hanyalah terletak pada tulangan baja yang bakal dimasukkan ke beton harus ditegangkan terlebih dahulu. Tujuannya supaya beton tidak mengalami keretakan walaupun

menahan beban lenturan yang besar. Penerapan beton pra-tegang juga banyak dilakukan untuk menyangga struktur bangunan bentang lebar.  Beton Pra-Cetak

Beton yang dicetak di luar area pengerjaan proyek pembangunan disebut beton pra-cetak. Beton ini memang sengaja dibuat di tempat lain agar kualitasnya lebih baik. Selain itu, pemilihan beton tersebut juga kerap didasari pada sempitnya lokasi proyek dan tidak adanya tenaga yang tersedia. Beton pra-cetak biasanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pembangunan dan pengadaan material.  Beton Massa

Beton massa yaitu beton yang dibuat dalam jumlah yang cukup banyak. Penuangan beton ini juga sangat besar di atas kebutuhan rata-rata. Begitu pula dengan perbandingan antara volume dan luas permukaannya pun sangat tinggi. Pada umumnya, beton massa memiliki dimensi yang

berukuran lebih dari 60 cm. Beton ini banyak diaplikasikan pada pembuatan pondasi besar, pilar bangunan, dan bendungan.  Beton Siklop

Beton siklop merupakan beton yang menggunakan agregat cukup besar sebagai bahan pengisi tambahannya. Ukuran penampang agregat tersebut berkisar antara 15-20 cm. Bahan ini lantas ditambahkan ke adukan beton normal sehingga dapat meningkatkan kekuatannya. Beton siklop seringkali dibangun pada bendungan, jembatan, dan bangunan air lainnya.  Beton Serat

Secara prinsip, beton serat dibuat dengan menambahkan serat-serat tertentu ke dalam adukan beton. Contoh-contoh serat yang lumrah dipakai di antaranya asbestos, plastik, kawat baja, hingga tumbuh-tumbuhan. Penambahan serat dimaksudkan untuk menaikkan daktailitas pada beton tersebut sehingga tidak mudah mengalami keretakan.

2.5 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BETON Beton adalah hasil pencampuran semen portland, air, dan agregat (terkadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non kimia) pada perbandingan tertentu. Kelebihan dari beton adalah:  Harganya relatif murah karena menggunakan bahan-bahan dasar dari bahan lokal, kecuali semen Portland.  Beton termasuk tahan aus dan tahan kebakaran, sehingga biaya perawatan termasuk rendah  Beton termasuk bahan yang berkekuatan tekan tinggi, serta mempunyai sifat tahan terhadap pengkaratan/pembusukan oleh kondisi lingkungan.  Ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan beton tak bertulang atau pasangan batu.  Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan

Kekurangan dari beton adalah:  Beton mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Oleh karena itu perlu diberi baja tulangan, atau tulangan kasa.  Beton segar mengerut saat pengeringan dan beton keras mengembang jika basah sehingga dilatasi (constraction joint) perlu diadakan pada beton yang panjang/lebar untuk memberi tempat bagi susut pengerasan dan pengembangan beton.  Beton keras mengembang dan menyusut bila terjadi perubahan suhu sehingga perlu dibuat dilatasi (expansion joint) untuk mencegah terjadinya retak-retak akibat perubahan suhu.  Beton sulit untuk kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang membawa kandungan garam dapat merusakkan beton.  Beton bersifat getas (tidak daktail) sehingga harus dihitung dan didetail secara seksama agar setelah dikombinasikan dengan baja tulangan menjadi bersifat daktail, terutama pada struktur tahan gempa.

2.6 BAHAN-BAHAN PENYUSUN BETON 1. SEMEN Semen adalah bahan organik yang mengeras pada percampuran dengan air atau larutan garam. Jenis-jenis semen menurut BPS adalah : a. Semen abu atau semen portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I s/d V. b. Semen putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni. c. Oil well cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat maupun di lepas pantai. d. Mixed & fly ash cement adalah campuran semen abu dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika, aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah. Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi lebih keras. Semen yang biasa digunakan pada teknik sipil adalah semen portland. Semen portland adalah bahan pengikat hidrolis berupa bubuk halus yang dihasilkan dengan cara menghaluskan clinker (bahan ini terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis) dengan batu gips sebagai tambahan.

2. AGREGAT Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Agregat diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara alamiah melalui proses pelapukan dan aberasi yang berlangsung lama. Atau agregat dapat juga diperoleh dengan memecah batuaninduk yang lebih besar. Agregat halus untuk beton adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan

atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu dan mempunyai ukuran butir 5 mm. Agregat kasar untuk beton adalah agregat berupa kerikil kecil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu, memiliki ukuran butir antara 5-40 mm. Besar butir maksimum yang diizinkan tergantung pada maksud pemakaian. Agregat menempati 65-80% volum total dari beton, sifat-sifatnya sangat mempengaruhi kualitas beton. Agregat yang baik seharusnya mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. Keras dan kuat 2. Bersih 3. Tahan lama 4. Massa jenis tinggi 5. Butir bulat 6. Distribusi ukuran butir yang cocok. Agregat dapat diperoleh dari proses pelapukan dan abrasi atau pemecahan massa batuan induk yang lebih besar. Oleh karena itu, sifat agregat tergantung dari sifat batuan induk. Sifatsifat tersebut diantaranya, komposisi kimia dan mineral, klasifikasi petrografik, berat jenis, kekerasan (hardness), kekuatan, stabilitas fisika dan kimia, struktur pori, warna dan lain-lain. Namun, ada juga sifat agregat yang tidak bergantung dari sifat batuan induk, yaitu ukuran dan bentuk partikel,tekstur dan absorbsi permukaan. Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Ditinjau dari asalnya 1. Agregat alam Pada

umumnya

agregat

alam

menggunakan

bahan

baku

alam

atau

hasil

penghancurannya. Jenis batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku. Jenis batu endapan atau metamorph juga dapat dipakai meskipun kualitasnya masih perlu dipilih. Batuan yang abaik untuk agregat adalah butiran-butiran yang keras kompak, tidak pipih , kekal (volume tidak mudah berubah karena perubahan cuaca), serta tidak terpengaruh keadaan sekelilingnya. Agregat alam dapat dibedakan atas tiga kelompok.: a. Kerikil dan pasir alam

agregat jenis ini merupakan hasil penghancuran oleh a;lam dari batuan induknya. Seringkali agregat ini terdapat jauh dari asalnya karena terbawa arus air atau angin, dan mengendap di suatu tempat. Pada umumnya pasir dan kerikil yang terbawa arus air berbentuk bulat, sehingga dianggap baik untuk agregat aduk atau beton. Umumnya pula jenis agregat ini bentuknya berubah-ubah dan tidak homogen sehingga dalam penggunaannya untuk beton diperlukan perhatian khusus. Karena perubahan susunan butir agregat sangat berpengaruh terhadap sifat beton yang dibuat agregat tersebut. b. Agregat batu pecah, Jenis batu yang baik untuka agregat ini adalah batuan beku yang kompak. Di dalam pemakaiannya, batu pecah membutuhkan air lebih banyak karena luas bidang permukaannya relatif lebih luas. Dengan demikian untuk mendapatkan kelecakan aduk tertentu dan faktor air semen sama, beton dengan agregat batu pecah akan menggunakan semen sedikit lebih banyak daripada beton dengan menggunakan pasir atau kerikil alam. kekuatan beton dengan batu pecah biasanya juga lebih tinggi , karena daya lekat perekat pada permukaan batu pecah lebih baik daripada butiran yang halus. c. Agregat batu apung , merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan batu apung harus bebas dari debu volkanik halus dan bahan-bahan yang bukan volkanik, misalnya lempung. Batu ini memiliki sifat isolasi panas yang baik. 2. Agregat buatan Agregat buatan adalah suatu agregat yang dibuat dengan tujuan penggunaan khusus, atau karena kekurangan agregat batuan-batuan alam. Berikut adalah contoh agregat buatan: a. Klinker dan Breeze Pada umumnya klinker dianggap sebagai bahan yang dibakar sempurna, massanya mengeras dan berinti, serta terisi bahan yang sedikit terbakar. Adapun breeze merupakan bahan residu yang kurang keras dan kurang baik pembakarannya, sehingga mengandung lebih banyak bahan yang mudah terbakar. Kuantitas bahan yang mudah terbakar akan mempengaruhi rambatan kelembapan. Makin banyak bahan yang mudah terbakar semakin besar pula terjadinya rambatan kelembapan.Sumber utama jenis agregat ini adalah stasiun pembangkit tenaga dimana ketel uap

dipanasi dengan bahan bakar padat. Agregat jenis ini banyak dipergunakan untuk memproduksi blok dan pelat untuk partisi/penyekat dalam dan tembok interior lainnya. b. Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang tanah liat dan batu tulis yang terjadi secara alamiah dapat dipergunakan unytuk membuat bahan berpori yang ringan, dengan permukaan yang berbentuk sel-sel dengan pemanasan sampai suhu sekitar 1000 0C – 2000 0C. c. Cooke breeze Cooke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang sempurna pembakarannya, biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara-negara Eropa dan Amerika. Cooke breeze mengandung banyak sekali arang, kadang mencapai 75 %. Kandungan arang yang banyak tadi akan menghambat pengerasan semen sehingga dalam pemakaiannya perlu mendapat perhatian. d. Hydite Agregat jenis ini dibuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam dapur berputar. Tanah liat kering atau yang bergumpal – gumpal atau pecahan shale dibakar mendadak dalam dapur berputar pada suhu tinggi. Dengan demikian bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan-bongkahan tanah yang mengembang serta hampir leleh, kemudian dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir yang diperlukan. e. Lelite Lelite dibuat dari batu metamorpora atau shale yang mengandung senyawa-senyawa karbon. Bahan dasarnya dipecah kecil-kecil, kemudian dilakukan pembakaran dalam dapur vertikal pada suhu yang tinggi (± 1550oC). Pada suhu ini butiran-butiran akan mengembang dan terkumpul di bawah (dasar) dapur berupa lempeng-lempeng yang berlubang seperti rumah lebah. Dari lempeng-lempeng ini dibuat bahan tambah dengan memecah dan mengayaknya untuk mendapatkan butiran-butiran dengan ukuran tertentu. Lempeng itu sendiri dapat dipergunakan untuk unsur bangunan guna menghambat suara dan panasSecara umum agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu, agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat kasar dan agregat halus berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, dapat diberikan batasan ukuran antara agregat halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirannya lebih besar dari 4.80 mm (4.75 mm). Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 – 40 mm disebut kerikil beton yang lebih dari 40 mm disebut kerikil kasar.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau bendungan, dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak dan lainnya.

2.1 Agregat Kasar Jenis agregat kasar yang umum adalah : 1. Batu Pecah Alami : Bahan ini di dapat dari cadas atau batu pecah alami yang digali.batu ini dapat berasal dari gunung api, jenis sedimen, atau jenis metamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan dan pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya. 2. Kerikil Alami : Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil memberikan kekuatan yang lebih rendah dari pada batu pecah, tetapi memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi. 3. Agregat Kasar Buatan : Terutama berupa slag atau shale yang biasa digunakan untuk beton berbobot ringan. Biasanya merupakan hasil dari proses lain seperti blast-furnace dan lain-lain. 4. Agregat untuk Perlindungan Nuklir dan Berbobot Berat : Dengan adanya tuntutan yang spesifik pada zaman atau sekarang ini, juga untuk pelindung dari radiasi nuklir sebagai akibat dari semakin banyaknya pembangkit atom dan stasium tenaga nuklir, maka perluadanyabetonyangdapatmelindungidarisinar x,sinar gamma,dan neutron. 2.2 Agregat Halus Agregat halus atau pasir adalah material yang dapat lolos dari saringan nomor 4, yaitu saringan yang setiap 1 inchi panjang mempunyai 4 lubang. Material yang kasar dari ukuran ini digolongkan sebagai agregat yang kasar atau koral. Ukurannya bervariasi antara ukuran No. 4 dan No. 100 saringan Standar Amerika. Agregat halus yang baik harus bebas organik, lempung, partikel, yang lebih kecil dari saringan No.100, atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran beton. Variasi ukuran dalam suatu campuran

harus mempunyai gradasi yang baik, yang sesuai dengan standar analisis saringan dari ASTM ( American Society of Testing and Materials ).

Ditinjau dari tekstur permukaan : 1. Agregat dengan permukaan seperti gelas, mengkilat. Contoh: flint hitam, obsidian. 2. Agregat dengan permukaan kasar. Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk kristalnya. Contoh jenis ini: basalt, felsite, batu kapur, dan sebagainya. 3. Agregat dengan permuakaan licin. Biasa ditemukan pada batuan yang butiranbutirannya sangat halus. Contoh: kerikil sungai, chart, batu lapis, dan sebagainya. 4. Agregat dengan permukaan berbutir. Pecahan dari batuan ini menunjukan adanya butir-butir bulat yang merata. Misalnya batuan pasir, colite. 5. Agregat berpori dan berongga. 3. AIR DAN BAHAN CAMPURAN Beton menjadi keras karena reaksi antara semen dan air. Oleh karena itu, air yang dipakai untuk mencampur kadang-kadang mengubah sifat semen. Air yang digunakan adalah air yang bersih, tidak mengandung minyak, lumpur dan bahan-bahan kimia yang dapat merusak kekuatan beton. Untuk itu diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu apakah air itu cocok untuk dipakai sebagai campuran beton atau tidak. Cara berikut ini dipergunakan untuk pemeriksaan tersebut: Waktu set semen dan kekuatan tekan diukur untuk mortar yang dicampur dengan air bersih dan yang dicampur air yang diuji, hasil pengukurannya dibandingkan. Sedangkan air laut hanya dapat dipakai untuk beton yang tidak mempergunakan baja tulangan karena mengandung garam yang dapat menyebabkan baja berkarat. Bahan campuran ditambahkan dengan maksud agar dapat memperbaiki sifat beton yang lemah dan mengeras. Bahan campuran dibagi menjadi dua kelompok: yang pertama ialah bahwa volume yang ditambahkan harus diperhitungkan pada pengadukan beton dan yang ditambahkan tidak perlu diperhitungkan. Yang pertama disebut bahan campuran dan yang kedua disebut zat campuran. Ada beberapa macam bahan campuran. Contoh khas adalah bahan yang memiliki sifat hidrolik tersembunyi seperti pozolan, abu terbang, slag tanur tinggi, dan berbagai bahan penambah.

Ada beberapa jenis zat campuran yang digolongkan menurut fungsinya yaitu : -

Zat pembawa

Zat pembawa dipakai untuk memperbaiki kemampuan pengerjaan dengan mencampur sejumlah optimum udara ke dalam beton. Termasuk ke dalam golongan ini adalah resin vinol. -

Zat untuk pendispersi (zat penghilang air).

Zat untuk pendispersi dipergunakan untuk mencegah tersetnya partikel dalam semen. Jika zat ini dibubuhkan dalam beton, kecairan beton akan bertambah. Garam kondensat tinggi dari asam sulfonat melamin dan sebagainya temasuk golongan zat pendispersi.

2.7 CARA PEMBUATAN BETON Karakteristik dan sifat beton sangat tergantung dari design campuran dan kwalitas bahanbahan penyusunnya, setiap tahapan dalam prosen produksi beton dilapangan memegang peranan penting dalam menghasilkan beton yang berkwalitas. 1. Penempatan dan penyimpanan material Pasir & Split Kesalahan penempatan dan penyimpanan material, dapat menyebabkan menurunnya kwalitas beton. Penempatan pasir dan split (koral) harus sedemikian rupa jangan sampai tercampur oleh bahan-bahan lain. Penggunaan landasan untuk stok material sangat dianjurkan agar dapat mencegah terbawanya tanah saat pengambilan barang. Semen dijaga agar tidak lembab, disimpan didalam ruangan atau gudang dan dibawahnya di beri landasan agar uap lantai tidak langsung mengenai semen, karna apabila uap mengenai semen, mengakibatkan kwalitas semen menurun dan sebagian akan mengeras, berubah menjadi butiran butiran kasar. 2. Persiapan dan Proses Pencampuran. Untuk menghasilkan beton dengan kwalitas yang seragam, bahan-bahan penyusun beton harus disiapkan dan ditakar dengan teliti karna akan mempengaruhi homogenitas campuran, pencampuran dapat dilakukan dengan cara manual atau mekanis, pencampuran manual yaitu menggunakan tenaga manusia dengan peralatan cangkul dan skop, disarankan untuk pekerjaan volume beton yang besar sebaiknya dilakukan dengan cara mekanis. Pencampuran mekanis yaitu dengan cara mixer (mollen), utnuk mendapatkan campuran yang baik diperlukan minimal 50 kali putaran mixer atau tidak

kurang dari 1 menit untuk volume pengecoran 1m3. Kekentalan adukan beton, harus disesuiakan dengan cara transportasi, cara pemadatan, jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan dari tulangan. Kekentalan tersebut bergantung pada berbagai hal. Jumlah dan jenis semen, nilai faktor air semen, jenis dan susunan butir dari agregat serta bahan pembantu lain. Untuk mencegah penggunaan beton terlalu encer atau padat, ambil nilai slump minimum 5cm dan maksimum 15 cm. 3. Pemadatan Dilakukan sesaat setelah beton dituangkan, dengan tujuan untuk meminimalkan jumlah rongga yang terbentuk didalam beton sehingga beton mempunyai kekuatan yang tinggi. Dan menambah kekedapan air. 4. Perawatan beton sifat-sifat beton seperti kekuatan dan daya tahan akan bertambah dengan perkembangan umur beton, perkembangan ini akan sangat cepat pada umur awal dan berlangsung terus namun dalam kecepatan yang makin melambat. Hilangnya air yang terlalu cepat akan mengakibatkan lambatnya perkembangan mutu beton, dan juga volume beton menyusut mengakibatkan timbulnya tegangan tarik pada permukaan yang mongering, jika tegangan tarik ini terjadi sebelum beton mencapai kekuatan yang memadai maka akan timbul retak pada beton, disarankan sebelum beton mencapai umur dari setelah beton agak mongering sebaiknya di tutupi dengan karung/zak yang basah,digenangi air selama 2 minggu. Beton akan mencapai kekuatan maksimal yaitu pada umur 21 hari. Bila dikehendaki umur beton lebih cepat dapat menggunakan bahan campuran yang dikususkan untuk mempercepat umur beton.

2.8 CARA PERAWATAN BETON Campuran beton bertulang yang baru mengalami proses pengecoran, biasanya suhu yang ada di dalam beton sangat panas. Jadi kemungkinan terjadi kerusakan apabila tidak dilakukan perawatan adalah mungkin terjadi. Sehabis di cor, beton dalam waktu pengikatan dan pengerasan harus mendapat perawatan baik, supaya mutu beton yang diharapkan dapat tercapai. Selama 24 jam sesudah selesai di cor, beton harus dilindungi terhadap pengaruh hujan lebat, air mengalir, dan getaran.Waktu ikatan campuran yang mangalami waktu puncak adalah 3 jam setelah pengecoran. Pada waktu waktu tersebut usahakan beton tetap dalam keadaan yang stabil.

Cara perawatan beton sehabis di cor adalah sebagai berikut: 1. Untuk mencegah pengeringan bidang bidang beton selama paling sedikit 2 minggu beton haris di basahi terus menerus, antara lain dengan menutupinya dengan karung basah. Atau dapat juga dengan dibuatkan tanggulan tanggulan untuk genangan air. 2. Pasa proses tersebut (2 minggu) hindarkan beton dari proses pengangkutan benda benda berat (angkutan truk / mobil) , karena waktu tersebut beton baru berproses untuk mencapai kekuatan maksimal. 3. Perawatan dengan uap bertekanan tinggi (steem). Uap bertekanan tinggi tinggi / pemanasan dapat mempersingkat waktu untuk proses pengerasan.Tetapi cara ini harus disetujui oleh pengawas ahli.

2.9 Fungsi Beton Beton memiliki karakteristik yang unik yaitu memiliki kekuatan yang baik dibanding dengan material yang lain. Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang teknik sipil manfaat dari beton antara lain: 1. Sebagai penopang jalan di flyover 2. Sebagai struktur bangunan gedung bertingkat 3. Sebagai struktur penopang jembatan

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang membentuk massa padat. Bahan penyusun beton tersebut pun memiliki banyak banyak klasifikasi yang berdasarkan kegunaan, bentuk, dan ukuran yang mana telah diuraikan pada bagian pembahasan. Pada zaman dahulu nenek orang-orang merekatkan batu-batu raksasa hanya dengan mengandalkan zat putih telur, ketan atau lainnya. Perekat dan penguat bangunan ini awalnya merupakan hasil percampuran batu kapur dan abu vulkanis. Pertama kali ditemukan di zaman Kerajaan Romawi, tepatnya di Pozzuoli, dekat teluk Napoli, Italia. Bubuk itu lantas dinamai pozzuolana. Beton sebagai bahan bangunan juga telah lama dikenal di Indonesia. Disamping mempunyai kelebihan dalam mendukung tegangan tekan, beton mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dapat digunakan pada berbagai struktur teknik sipil serta mudah di rawat. Dalam pembuatan beton pun dapat dimanfaatkan bahan-bahan lokal oleh sebab itu beton sangat populer dipakai.

3.2 SARAN 1. Perlu di perhatikan ketika menggunakan beton sebagai bahan struktur, pekerjaan penulangan beton harus di perhitungkan dengan matang, karena jika tidak kualitas beton menurun. 2. Seorang perencana struktur hendaklah selalu mangikuti perkembangan peraturan dan pedoman – pedoman standar dalam perencanaan struktur, sehingga bangunan yang dihasilkan nantinya selalu memenuh persyaratan yang terbaru yang ada ( up to date ) seperti dalam hal peraturan perencanaan struktur tahan gempa, standar perencanaan struktur beton, harga matrial terbaru dan sebagainya. 3. Pemilihan metode pelaksanaan maupun penggunaan bahan dan peralatan berpedoman pada faktor kamudahan dalam pelaksanaan pekerjaan di lapangan, pengalaman tenaga kerja serta segi ekonomisnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://duniatekniksipil.web.id/category/struktur-beton/ http://sukamabar.blogspot.co.id/2013/06/tentang-struktur-beton-bertulang.html http://share.its.ac.id/pluginfile.php/40304/mod_resource/content/1/Panduan%20Belajar%20SBD %20Rev%201.pdf digilib.its.ac.id repository.usu.ac.id www.ryarif.com www.wonosari.com

Related Documents


More Documents from ""

Baja.docx
August 2019 20