BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembangunan di berbagai wilayah Indonesia berkembang sangat pesat. Selain berdampak positif, pembangunan ini juga meninggalkan dampak negatif. Dampak negatif ini dapat berupa buangan limbah, yang merupakan buangan dari suatu proses produksi yang sudah tak terpakai lagi. Karena tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna lagi limbah bisa sangat membahayakan bila sudah mencemari lingkungan sekitar terutama untuk limbah yang mengandung bahan kimia yang tak mudah terurai oleh bakteri pengurai. Sumber limbah tersebut dapat berasal dari sisa kegiatan industri, kegiatan domestik bahkan rumah sakit, yang merupakan tempat menyembuhkan orang sakit juga memberikan dampak negatif. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Salah satu limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit adalah limbah cair. Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas. Limbah cair ini harus diolah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah supaya ketika dibuang ke lingkungan tidak akan menganggu atau merusak ekosistem lingkungan. Banyak sekali metode atau proses pengolahan yang diterapkan untuk pengolahan limbah cair rumah sakit, diantaranya adalah proses lumpur aktif.
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu limbah cair? 2. Apa yang terkandung pada air limbah rumah sakit? 3. Bagaimana cara mengatasi dan pengelolaan air limbah rumah sakit?
C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui proses lumpur aktif mampu mengolah limbah cair rumah sakit sehingga ketika dibuang ke lingkungan tidak akan merusak lingkungan.
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Limbah Cair Menurut Undang-undang Republik Indonesia (UU RI) No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), definisi limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Definisi secara umum, limbah adalah bahan sisa atau buangan yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi yang sudah tak terpakai lagi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Karena tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna lagi limbah bisa sangat membahayakan bila sudah mencemari lingkungan sekitar terutama untuk limbah yang mengandung bahan kimia yang tak mudah terurai oleh bakteri pengurai. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Sesuai
Keputusan
Menteri
Negara
Lingkungan
Hidup
Nomor:
KEP-
58/MENLH/12/1995, Tanggal 21 Desember 1995, menyatakan bahwa limbah cair adalah semua bahan buangan berbentuk cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun dan radioaktivitas. Secara umum limbah cair merupakan limbah yang berupa cairan dan biasanya jenis limbah cair ini sangat riskan mencemari lingkungan sehingga dikenal sebagai pencemar air dan tanah. Untuk skala industri limbah cair umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik sisa dari hasil produksi sedang limbah yang biasa dihasilkan oleh rumah tangga/domestik dapat berupa air kotor dari pemakaian mandi, cuci dan toilet. Di manapun ia dibuang akan mencemari tempat pembuangannya, baik di tanah maupun di air. Oleh karena itu, harus dilakukan pengolahan air limbah baik dari perumahan maupun industri. Di kawasan industri air limbah diolah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di perumahan, tempat pembuangan air kakus adalah septictank, ini adalah bentuk pengolahan limbah tinja secara individual, sedangkan air limbah lainnya masuk ke selokan. Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan sebagai upaya untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat tersebut. Rumah sakit sebagai salah satu upaya peningkatan kesehatan tidak hanya terdiri dari balai pengobatan dan tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya, seperti ruang operasi,
2
laboratorium, farmasi, administrasi, dapur, laundry, pengolahan sampah dan limbah, serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Selain membawa dampak positif bagi masyarakat, yaitu sebagai tempat menyembuhkan orang sakit, rumah sakit juga memiliki kemungkinan membawa dampak negatif. Dampak negatifnya dapat berupa pencemaran dari suatu proses kegiatan, yaitu bila limbah yang dihasilkan tidak dikelola dengan baik.
B. Kandungan pada Air Limbah Rumah Sakit Pengendalian dampak lingkungan adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah, meminimalkan, dan atau menangani dampak negatif suatu usaha (proyek pembangunan) terhadap lingkungan sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik. Pengolahan limbah cair mempunyai tujuan untuk menghilangkan unsur-unsur pencemar dari air limbah dan untuk mendapatkan effluent dari pengolahan yang mempunyai kualitas yang dapat diterima oleh badan air penerima, tanpa ada gangguan-gangguan fisik, kimiawi maupun biologi (Djabu, 1990/1991). Instalasi Pengolahan Limbah Cair rumah sakit dibangun dengan maksud untuk mengolah limbah cair yang dihasilkan oleh rumah sakit agar dapat mengurangi, menghilangkan dan menurunkan bahan-bahan yang berbahaya yang terkandung dalam air limbah (Mulia, 2005). Berikut karakteristik dari air limbah pada rumah sakit: No
Parameter
Minimum
Maksimu m
Rata-Rata
1
BOD – mg/l
31,52
675,33
353,43
2
COD – mg/l
46,62
1183,4
615,01
3
Angka Permanganat (KmnO4) – mg/l
69,84
739,56
404,7
4
Ammoniak (NH3) – mg/l
10,79
158,73
84,76
5
Nitrit (NO2-) – mg/l
0,013
0,274
0,1435
6
Nitrat (NO3-) – mg/l
2,25
8,91
5,58
7
Khlorida (Cl-) – mg/l
29,74
103,73
66,735
8
Sulfat (SO4-) – mg/l
81,3
120,6
100,96
9
pH
4,92
8,99
6,96
Zat padat tersuspensi (SS)
27,5
211
119,25
10
3
mg/l 11
Deterjen (MBAS) – mg/l
12
Minyal/lemak – mg/l
13
Cadmium (Cd) – mg/l
14
Timbal (Pb)
15
Tembaga (Cu) – mg/l
16
Besi (Fe) – mg/l
17
Warna – (Skala Pt-Co)
18
Phenol – mg/l
1,66
9,79
5,725
1
125
63
ttd
0,016
0,008
0,002
0,04
0,021
ttd
0,49
0,245
0,19
70
35,1
31
150
76
0,04
0,63
0,335
Tabel 2.1 Karakteristik Air limbah dari Rumah Sakit (Sumber: PD PAL JAYA 1995) Air limbah rumah sakit mengandung polutan yang bersifat toksid, infeksius, bahkan radioaktif sehingga berpotensi menimbulkan dampak terhadap pencemaran lingkungan dan kesehatan masyarakat. Disamping itu dengan minimnya jumlah rumah sakit di Indonesia yang memiliki IPAL yaitu sebanyak 36%, dan yang memenuhi persyaratan IPAL sebesar 52% maka potensi dampak yang ditimbulkan akan semakin nyata. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung bahan organik dan anorganik yang umumnya diukur dan parameter BOD, COD, TSS, dan lain-lain.
C. Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit Menurut Koamla (2012), metode lumpur aktif memanfaatkan mikroorganisme (terdiri ± 95% bakteri, sisanya protozoa, rotifer, dan jamur) sebagai katalis untuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Proses lumpur aktif merupakan proses aerasi (membutuhkan oksigen). Pada proses ini mikroba tumbuh dalam flok (lumpur) yang terdispersi sehingga terjadi proses degradasi. Proses ini berlangsung dalam reaktor yang dilengkapi recycle/umpan balik lumpur dan cairannya. Lumpur secara aktif mereduksi substrat yang terkandung di dalam air limbah. Tahapan pengolahan air limbah dengan metode lumpur aktif sebagai berikut: 1.Tahap awal Pada tahap ini dilakukan pemisahan benda-benda asing seperti kayu, bangkai binatang, pasir, dan kerikil. Sisa-sisa partikel digiling agar tidak merusak alat dalam sistem dan limbah dicampur agar laju aliran dan konsentrasi partikel konsisten. 4
2.Tahap primer Tahap ini disebut juga tahap pengendapan. Partikel-partikel berukuran suspensi dan partikel-partikel ringan dipisahkan, partikel-partikel berukuran koloid digumpalkan dengan penambahan elektrolit seperti FeCl3, FeCl2, Al2(SO4)3, dan CaO.
3.Tahap sekunder Tahap sekunder meliputi 2 tahap yaitu tahap aerasi (metode lumpur aktif) dan pengendapan. Pada tahap aerasi oksigen ditambahkan ke dalam air limbah yang sudah dicampur lumpur aktif untuk pertumbuhan dan berkembang biak mikroorganisme dalam lumpur. Dengan agitasi yang baik, mikroorganisme dapat melakukan kontak dengan materi organik dan anorganik kemudian diuraikan menjadi senyawa yang mudah menguap seperti H2S dan NH3sehingga mengurangi bau air limbah. Tahap selanjutnya dilakukan pengendapan. Lumpur aktif akan mengendap kemudian dimasukkan ke tangki aerasi, sisanya dibuang. Lumpur yang mengendap inilah yang disebut lumpur bulki.
4.Tahap tersier Tahap ini disebut tahap pilihan. Tahap ini biasanya untuk memisahkan kandungan zat-zat yang tidak ramah lingkungan seperti senyawa nitrat, fosfat, materi organik yang sukar terurai, dan padatan anorganik.
5
Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif menurut Hardiyanti (2012) secara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung ke dalam bak penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 - 40 %, serta BOD sekitar 25 % . Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan menguaraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah.
Gambar 2.2 Diagram Pengeloaan Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif secara umum terdiri dari bak pengendapan awal, bak aerasi, dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi
6
untuk membunuh bakteri pathogen. Secara umum pengolahannya adalah sebagai berikut. Pertama-tama, air limbah ditampung di bak penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian air limbah dalam bak penampung dipompa ke bak pengendapan awal. Bak pengendapan awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (suspended solids) sekitar 30%40%, serta BOD (oksigen yang dibutuhkan) sekitar 25%. Air limpasan dari bak pengendapan awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini, air limbah dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan zat organic yang ada dalam air limbah. Energy yang didapatkan dari hasil penguraian zat organic tersebut digunakan oleh mikroorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian, di dalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomassa dalam jumlah yang besar. Biomassa atau mikroorganisme inilah yang akan menguraikan senyawa polutan yang ada dalam air limbah. Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikroorganisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Air limpasa (over flow) dari bak pengendap akhir dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh mikroorganisme pathogen. Air olahan, yakni air yang telah keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan proses ini air limbah dengan konsentrasi BOD tertentu dapat diturunkan kadar BODnya. Surplus dari bak pengendap awal maupun akhit ditampung dalam bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah. Keunggulan proses lumpur aktif ini adalah dapat mengolah air limbah dengan BOD yang besar, sehingga tidak memerlukan tempat yang besar. Proses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dalam jumlah yang besar. Sedangkan kelemahannya, yakni kemungkinan dapat terjadi bulking pada lumpur aktifnya, terjadi buih, serta jumlah lumpur yang dihasilkan cukup besar.
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Kesimpulan dari pembahasan malakah ini adalah: a. Sebelum dibuang ke lingkungan air limbah harus diolah dulu supaya tidak mengganggu atau merusak ekosistem lingkungan. b. Pengolahan air limbah proses lumpur aktif merupakan salahm satu metode yang bagus untuk pengolahan air limbah rumah sakit.
B. Saran Setiap rumah sakit seharusnya memiliki IPAL yang memadai untuk pengolahan air limbah serta para pakar lingkungan seharusnya memberikan pengetahuan tentang pengolahan limbah terhadap masyarakat.
8
DAFTAR PUSTAKA
http://indarluhsepdyanuri.blogspot.co.id/2014/12/makalah-pengolahan-air-limbah-cair.html
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Artikel/Limbahrs/limbahrs.html
9