Makalah Tbp Model, Strategi, Metode, Dan Pendekatan Pembelajaran.docx

  • Uploaded by: Rosa Amalia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tbp Model, Strategi, Metode, Dan Pendekatan Pembelajaran.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,966
  • Pages: 17
MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Model, Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran

Disusun oleh : KELOMPOK 4 Balqis Wahyu Utami (1304617012) Frena Nurfitriani (1304617034) Rinjani Ayu Rizkia (1304617046) Indarti Isolina (1304617048) Ulmia Lesty Khotimah (1304617064) Rosa Amalia (1304617066) Cleneagles Theresia (1304617074)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esayang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Nurmasari Sartono, M.Biomed.selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang sudah memberikan tugas ini. Terima kasih pula kepada pihak yang telah membantu berkontribusi baik melalui bahan materinya maupun dari pemikiran-pemikirannya. Adapun maksud dibuatnya penyusunan makalah ini, yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran, sehingga kami dan pembaca dapat lebih mengetahui, serta memahami lebih dalam mengenai “Model, Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran”. Dengan penyusunan makalah ini, semoga kita mendapatkan sesuatu yang bermanfaat, sehingga ilmu yang kami berikan ini dapat memberikan pahala yang tidak terputus selama hidup didunia sampai diakhirat dan dengan mempelajari materi ini pula diharapkan untuk kita para calon guru dapat menerapkan istem pembelajaran yang baik saat sudah menjadi guru kelak. Sebagai penyusun, kami mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang terkandung di dalam makalah ini. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati kami mengharap saran dan kritik untuk mewujudkan kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 3 Januari 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI

Kata pengantar...................................................................................................................... i Daftar isi ................................................................................................................................ ii Bab I Pendahuluan ............................................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ......................................................................................................... 1 1.2 Rumusan masalah .................................................................................................... 1 1.3 Tujuan penulisan...................................................................................................... 2 Bab II Pembahasan ............................................................................................................... 2.1 Definisi dan perbedaan model, strategi, metode dan pendekatan pembelajaran .... 2.2 Pengertian model pembelajaran ............................................................................. 2.3 Model pembelajaran contextual learning ............................................................... 2.4 Model pembelajaran kooperatif.............................................................................. 2.5 Model pembelajaran berbasis masalah ................................................................... 2.6 Model pembelajaran untuk siswa abad 21 ............................................................. Bab III Penutup..................................................................................................................... 3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 3.2 Saran ................................................................................................................................ Daftar pustaka .......................................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sikap percaya diri merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar juga dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan sikap percaya diri akan ada suatu keyakinan dalam diri seseorang terhadap segala aspek kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya dan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri akan selalu merasa bimbang atau ragu-ragu dan takut gagal dalam memutuskan persoalan. Percaya diri siswa dipengaruhi oleh perlakuan dari orang-orang di sekitarnya. Guru berperan dalam pembentukan percaya diri siswa di sekolah. Di sekolah, rasa percaya diri siswa dapat dibentuk dan dikembangkan dengan mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut didesain khusus oleh guru dengan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Karena masing-masing siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.Model-model pembelajaran yang diberikan tentunya mempunyai beberapa tujuan di antaranya supaya peserta didik dapat mengembangkan kreativitas yang dimilikinya dan dapat bersosialisasi dengan lingkungannya. 1.2 Rumusan Masalah Berikut rumusan permasalahan yang muncul dalam penyusunan makalah: 1. Apa saja perbedaan antara model, strategi, metode dan pendekatan pembelajaran? 2. Bagaimana proses pengembangan model pembelajaran ContextualTeaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran biologi? 3. Bagaimana yang dimaksud modelpembelajaran contextual learning? 4. Bagaimana yang dimaksud model pembelajaran kooperatif 5. Bagaimana yang dimaksud model pembelajaran berbasis masalah? 6. Bagaimana yang dimaksud model pembelajaran untuk siswa abad 21

1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain: 1

1. Mahasiswa mampu menguraikan perbedaan antara model, strategi, metode dan pendekatan pembelajaran 2. Mahasiswa mampu mendeskripsikan proses pengembangan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran biologi. 3. Mahasiswa mampu menganalisis model pembelajaran contextual learning 4. Mahasiswa mampu menguraikan model pembelajaran kooperatif 5. Mahasiswa mampu menganalisismodel pembelajaran berbasis masalah 6. Mahasiswa mampu mengindentifikasimodel pembelajaran untuk siswa abad 21

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Perbedaan Model, Strategi, Metode dan Pendekatan Pembelajaran

2.2 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran menurut para ahli, antara lain : 1. Arends Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan – tujuan pembelajaran, tahap – tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. 2. Joice dan Weil Suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. 3. Istarani Seluruh rangkaian penyajian materi ajaryang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar Jadi, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model tersebut pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi/ tujuan pembelajaran yang diharapkan.Model pembelajaran merupakan pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Ciri – Ciri Model Pembelajaran 1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. 2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar. 3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. 4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Contoh Model Pembelajaran 1. Model Pembelajaran Kolaborasi

3

Menerapkan peserta didik dalam kelompok kecil dan memberi tugas kepada peserta didik dimana mereka akan saling membantu untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan kelompok. Menekankan aspek kerja sama di antara para siswa/peserta didik. 2. Model Pembelajaran Individual Pembelajaran individu (individual learning) memberikan kesempatan kepada peserta didik secara mandiri untuk dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Metode yang dapat diterapkan antara lain tugas mandiri, penilaian diri, portofolio, galeri proses. 3. Model Pembelajaran Teman Sebaya Model pembelajaran ini percaya bahwa satu mata pelajaran benar – benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan kepada peserta didik lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi temannya. Metode yang dapat diterapkan antara lain: Pertukaran dari kelompok ke kelompok, studi kasus dan proyek, pembacaan berita, penggunaan lembar kerja. 2.3 Model pembelajaran contextual learning Menurut Elaine B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik yang mereka pelajari dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka. Untuk mencapai tujuan ini, sistem tersebut meliputi delapan komponen berikut: membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, melakukan pekerjaan yang berarti, melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, melakukan kerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Menurut Sanjaya (2006), model pembelajaran CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Sedangkan menurut Depdiknas Contextual Teaching andLearning (CTL) adalah suatu proses pendidikan yang holistik danbertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks 4

kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan/konteks ke permasalahan/ konteks lainnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) yaitu sebuah konsep pembelajaran yang melibatkan siswa untuk melihat makna di dalam materi yang dipelajari atau diperoleh dari pengalaman sehingga proses belajar akan lebih efektif dan bermakna, dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Contextual Teaching and Learning (CTL) juga dapat diartikansuatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan nyata. CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi. Artinya, proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini penting karena dengan mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata materi itu akan bermakna secara fungsional bagi siswa dan materi itu akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. Menurut Muslich (2009: 42) berdasarkan pengertian strategi pembelajaran kontekstual di atas, Pembelajaran dengan strategi kontekstual ini mempunyai karakteristik yakni sebagaiberikut: 1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting). 2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningfullearning). 3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning bydoing). 4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling 5

mengoreksi antar teman (learning in agroup). 5) Pembelajaran

memberikan

kesempatan

untuk

menciptakan

rasa

kebersamaan, bekerja sama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply). 6) Pembelajaran

dilaksanakan

secara

aktif,

kreatif,

produktif,

dan

mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together). 7) Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as anenjoyactivity). Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran dimana siswa saling bekerja sama, saling memberi dalam menutupi kekurangan serta menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Kaitannya dengan mata pelajaran matematika dalam penelitian ini yaitu dimana siswa secara langsung mengalami serta bekerja sama sehingga proses pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa

faham

dengan

apa

yang

telah

dilakukannya

setelahiabelajar,sertamemberikankesempatankepadasiswadalammengembangkan keterampilannya dalam memecahkan suatu permasalahan. Depdiknas pada tahun 2003 telah menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual itu melibatkan tujuh komponen utama dari pembelajaran produktif yaitu: konstruktivisme (Constructivism), membentuk group belajar yang saling membantu (interdependent learning

groups),

menemukan

(Inquiry),

bertanya

(Questioning),

pemodelan

(Modelling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Komponen-komponen tersebut yakni sebagai berikut: 1) Constructivism (konstruktivisme, membangun, membentuk) yaitu kegiatan yang mengembangkan pemikiran bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Di sini siswa dapat mengembangkan pengalaman atau membangun pengetahuan barunya berdasarkan pengalaman yang diperolehnya. Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh tersebut dikonstruksi oleh siswa itu sendiri sehingga proses pembelajaran siswa akan lebih bermakna. 2) Quistioning (bertanya) adalah kegiatan belajar yang mendorong sikap keingintahuan siswa lewat bertanya tentang topik atau permasalahan yang akandipelajari. 6

3) Inquiry (menyelidiki, menemukan) adalah kegiatan belajar yang bisa mengkondisikan siswa untuk mengamati, menyelidiki, menganalisis topic atau

permasalahan

yang

dihadapi

sehingga

ia

berhasil

“menemukan”sesuatu. 4) Learning Community (masyarakat belajar) adalah kegiatan belajar yang bisa menciptakan suasana belajar bersama atau berkelompok sehingga ia bisa berdiskusi, curah pendapat, bekerja sama, dan saling membantu antarteman. 5) Modelling (pemodelan) adalah kegiatan belajar yang bisa menunjukkan model yang bisa di pakai rujukan atau panutan siswa dalam bentuk penampilan tokoh, demonstrasi kegiatan, penampilan hasil karya, cara mengoprasikansesuatu. 6) Reflection (refleksi atau umpan balik) adalah kegiatan belajar yang memberikan refleksi atau umpan balik dalam bentuk Tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan yang dihadapi dan pemecahannya, mengkonstruksi kegiatan yang telah dilakukan, kesan siswa selama melakukan kegiatan, dan saran atau harapan siswa. 7) Authentic Assessment (penilaian yang sebenarnya) adalah kegiatan belajar yang bisa diamati secara periodik perkembangan kompetensi siswa melalui kegiatan-kegiatan nyata ketika pembelajaran berlangsung. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL ini memiliki banyak kelebihan, namu ternyata juga terdapat kekurangan yang dimiliki oleh mpembelajaran CTL, seperti peran guru tidak nampak terlalu penting lagi karena dalam CTL ini peran guru hanya sebagai pengarah dan pembimbing, Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL, dan Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan. 2.4 Model Pembelajaran Kooperatif

2.5 Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pengertian Model pembelajaran berbasis masalah : merupakan sebuah model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual dalam dunia nyata sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Model ini merupakan salah satu model 7

pembelajaran yang menerapkan Pendekatan Saintifik. Sebagaimana dalam materi diklat kurikulum 2013, sesuai Permendikbud No. 103 Tahun 2014 dinyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas lima langkah kegiatan belajar yakni mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting),

menalar

atau

mengasosiasi

(associating),

mengomunikasikan

(communicating) yang dapat dilanjutkan dengan mencipta.  Definisi menurut para ahli : 1. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2009:91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada peserta didik berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik. 2. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah: Model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa utuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran.  Tujuan model pembelajaran problem based learning Untuk melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.  Komponen komponen dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah: a. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Guru memunculkan pertanyaan yang nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan. 1)Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa; 2)Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, tidak menimbulkan masalah baru;

8

3)Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa; 4)Luas dan sesuai tujuan pembelajaran; 5)Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa; b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial) masalah yang dipilih benarbenar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi perspektif ilmu yang lain. c. Penyelidikan autentik. Pembelajaran

berdasarkan

masalah

mengharuskan

siswa

melakukan

penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini bergantung pada masalah yang sedang dipelajari. menganalisis

dan

merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan

hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan dan menggambarkan hasil akhir. d. Menghasilkan produk atau karya. Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer e. Kolaboratif. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalam melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan. untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan sosial.  Ciri-ciri Pembelajaran Berbasis Masalah 1) strategi

pembelajaran

berbasis

masalah

merupakan

rangkaian

aktivitas

pembelajaran artinya dalam pembelajaran ini tidak mengharapkan peserta didik hanya sekedar mendengarkan, mencatat kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui strategi pembelajaran berbasis masalah peserta didik aktif

9

berpikir,

berkomunikasi,

mencari

dan

mengolah

data

dan

akhirnya

menyimpulkannya. 2) aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran. 3) pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris, sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.

 Sistem penilaian ; Penilaian pembelajaran dengan PBL dilakukan dengan authentic assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan portofolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk melihat kemajuan belajar 10

dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan : 1.Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pebelajar itu sendiri terhadap usahausahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada tujuan yang ingin dicapai (standard) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar. 2. Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.  Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah : a) akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. b) peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan c) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. d) membantu peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. e) Membangun kerja tim, kepemimpinan dan keterampilan sosial  Kekurangan model pembelajran berbasis masalah : a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari. d) Aktivitas siswa diluar sekolah sulit di pantau

2.6 Model Pembelajaran untuk Siswa Abad 21

11

12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 3.2 Saran

13

DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning (CTL). Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Depdiknas. (2007). Model Pembelajaran Kontekstual 2. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran diAbadGlobal. Malang: UIN Maliki Press. Muslich, Masnur. 2009. Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas itu Mudah. Jakarta: Bumi Aksara. Ngalimun. (20140. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Presindo. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Grup.

14

Related Documents


More Documents from ""