Makalah Swamedikasi.docx

  • Uploaded by: Nur Inayana
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Swamedikasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,610
  • Pages: 20
MAKALAH “NYERI TENGGOROKAN”

DISUSUN OLEH KELOMPOK V WIWIT INDAH LESTARI

G 701 16 006

NINA NURLIN

G 701 16 020

FAZRIANI

G 701 16 164

AINUN AZMI J.LAUNU

G 701 16 252

ANDI MONICA

G 701 17 193

SAFIRA REZKI RAMADHANI

G 701 16 011

ANGGUN FITRIANA

G 701 16 141

I MADE ALEKSANDI PURNAWAN

G 701 16 042

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyusun dan menyelesaikan Makalah ini sebagaimana mestinya. Pada kesempatan ini penyusun mengharapkan agar nantinya makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman serta dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kesempatan ini juga penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga tugas ini dapat diselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Dalam makalah ini, penyusun menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Penyusun

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL............................................................................................. KATA PENGANTAR.............................................................................................. DAFTAR ISI............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................... B. Rumusan Masalah..................................................................................... C. Tujuan........................................................................................................ BAB II PEMBAHASAN 1. Etiologi dari Nyeri Tenggorokan............................................................... 2. Patofisiologi Nyeri Tenggorokan.............................................................. 3. Epidemologi Nyeri Tenggorokan.............................................................. 4. Manifestasi klinis Nyeri Tenggorokan..................................................... 5. Komplikasi Nyeri Tenggorokan............................................................... 6. Gambaran klinis Nyeri Tenggorokan........................................................ 7. Pemeriksaan penunjang Nyeri Tenggorokan…........................................ 8. Pengobatan

terapi

Non

Farmakologi

dan

Farmakologi

Nyeri

Tenggorokan…………………………………………………….............. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan................................................................................................ B. Saran..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, trauma, toksin, dll. Faringitis umumnya terjadi didaerah beriklim dingin. Faringitis adalah suatu penyakit peradangan tenggorokan (faring) yang bersifat mendadak dan cepat memberat. Radang tenggorokan dapat merupakan tanda awal pilek, tapi juga dapat merupakan gejala penyakit tertentu yang disebut faringitis. Pada radang tenggorokan yang merupakan awal pilek, gejala bisa menghilang setelah beberapa hari. Penyebab terbanyak radang ini adalah kuman golongan Streptokokus Beta Hemolitikus, Streptokokus viridians dan Streptokokus piogeners. Faringitis akut dapat menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infection) dari oang yang menderita faringitis. Gejala faringitis pada anak adalah mengalami demam tinggi, terdapat bintik-bintik merah terang dan nanah putih di bagian belakang langit-langit dan amandel, dan kesulitan menelan makanan. Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.

B. Rumusan Masalah 1.

Bagaimana etiologi dari Nyeri Tenggorokan ?

2.

Bagaimana patofisiologi Nyeri Tenggorokan?

3.

Bagaimana epidemologi Nyeri Tenggorokan?

4.

Bagaimana manifestasi klinis Nyeri Tenggorokan?

5.

Bagaimana komplikasi Nyeri Tenggorokan?

6.

Bagaimana gambaran klinis Nyeri Tenggorokan?

7.

Bagaimana pemeriksaan penunjang Nyeri Tenggorokan?

8.

Bagaimana pengobatan terapi Non Farmakologi dan Farmakologi Nyeri Tenggorokan?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui etiologi dari Nyeri Tenggorokan ? 2. Untuk mengetahui patofisiologi Nyeri Tenggorokan? 3. Untuk mengetahui epidemologi Nyeri Tenggorokan? 4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Nyeri Tenggorokan? 5. Untuk mengetahui komplikasi Nyeri Tenggorokan? 6. Untuk mengetahui gambaran klinis Nyeri Tenggorokan? 7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Nyeri Tenggorokan? 8. Untuk mengetahui pengobatan terapi Non Farmakologi dan Farmakologi Nyeri Tenggorokan?

BAB II PEMBAHASAN A. Penyakit Pendahuluan Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Faringitis Akut Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting.Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan. 2. Faringitis Kronis a.

Faringitis Kronis Hiperflasi Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior. Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.

b.

Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika) Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi.Pada rinitis atrofi udara

pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya

sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi faring. c.

Faringitis Spesifik 1) Faringitis Luetika a) Stadium Primer Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding faring posterior.Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.

b) Stadium Sekunder Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada dinding faring yang menjalar ke arah laring. c) Stadium Tersier Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum merupakan tempat predileksi untuk tumuhnya guma.Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior. 2) Faringitis Tuberkulosa Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring primer. 1. Etiologi a. Virus Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu: 1.

Rhinovirus

2.

Coronavirus

3.

Virus influenza

4.

Virus parainfluenza

5.

Adenovirus

6.

Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2

7.

Coxsackievirus A

8.

Cytomegalovirus

9.

Virus Epstein-Barr

10. HIV b. Bakteri Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu: 1.

Streptoccocus pyogenes

2.

Streptokokus grup C dan G

3.

Neisseria gonorrheae

4.

Corynebacterium diphtheriae

5.

Corynebacterium ulcerans

6.

Yersinia enterocolitica

7.

Treponema pallidum

2. Patofisiologi Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal. Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigenantibodi.

3. Epidemologi Anak rata-rata terdapat 5 kali infeksi saluran pernafasan bagian atas dan pada orang dewasa hampir separuhnya. Kasus Faringitis akut di Rumah Sakit Panti Rapih tahun 2010 sebesar 5.305 kasus. Di USA, faringitis terjadi lebih sering terjadi pada anak-anak daripada pada dewasa. Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada anak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahun, dan sekitar 10%nya diderita oleh dewasa. Faringitis ini jarang terjadi pada anak usia <3 tahun. Penyebab tersering dari faringitis ini yaitu streptokokus grup A, karena itu sering disebut faringitis GAS (Group AStreptococci). Bakteri penyebab tersering yaitu Streptococcus pyogenes. Sedangkan, penyebab virus tersering yaitu rhinovirus dan adenovirus. Masa infeksi GAS paling sering yaitu pada akhir musim gugur hingga awal musim semi.Faringitis kronis umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja di suasana berdebu, menggunakan suara berlebihan, batuk kronis, pengguna alkohol dan tembakau, Inhalasi uap yang merangsang mukosa faring. Pasien yang bernafas melalui mulut karna hidungnya tersumbat. 4. Manifestasi klinis Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah : 1.

Demam

2.

Pembesaran kelenjar getah bening di leher

3.

Peningkatan jumlah sel darah putih. Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri. Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut: 1. Rasa pedih atau gatal dan kering. 2. Batuk dan bersin. 3. Sedikit demam atau tanpa demam.

4. Suara serak atau parau. 5. Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung. 5. Komplikasi a) Demam scarlet, yang ditandai dengan demam dan bintik kemerahan. b) Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi atau kerusakan pada katup jantung. Pada negar berkembang, sekitar 20 juta orang mengalami demam reumatik akut yang mengakibatkan kematian.Demam reumatik merupakan komplikasi yang paling sering terjadi dari faringitis. c) Glomerulonefritis

Komplikasi

berupa

glomerulonefritis

akut

merupakan respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Kompleks antigen-antibodi yang terbentuk berakumulasi pada glomerulus ginjal yang akhirnya menyebabkan glomerulonefritis ini. d) Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia, demam, dan dehidrasi. e) Shok 6. Gambaran klinis Beberapa keluhan yang berhubungan dengan faringitis adalah : a.

Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus) : diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa harikemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.

b.

Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu yang tinggi jarang disertai batuk.

c.

Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.

d.

Faringitis kronik hiperplastik, mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk yang berdahak.

e.

Faringitis atrofi, umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.

f.

Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan pengobatan bakterial non spesifik.

g.

Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan seksual.

7. Pemeriksaan penunjang a.

Kultur swab tenggorokan; merupakan tes gold standard. Jenis pemeriksaan ini sering dilakukan. Namun, pemeriksaan ini tidak bisa membedakan fase infektif dan kolonisasi, dan membutuhkan waktu selama 24 - 48 jam untuk mendapatkan hasilnya.

b.

Tes infeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan KOH.

c.

Tes Monospot, merupakan tes antibodi heterofil. Tes ini digunakan untuk mengetahui adanya mononukleosis dan dapat mendeteksi penyakit dalam waktu 5 hari hingga 3 minggu setelah infeks.

d.

Tes deteksi antigen cepat, tes ini memiliki spesifisitas yang tinggi namun sensitivitasnya rendah.

e.

Heterophile agglutination assay

B. Obat OTC dan OWA 

Pengobatan Terapi farmakologi dan Non farmakologi  TERAPI FARMAKOLOGI A. OBAT-OBAT OTC (OBAT BEBAS, OBAT BEBAS TERBATAS, OBAT HERBAL) 1. Tantum Lozonges

Bentuk sediaan Indikasi

: :

Tablet Hisap 3 mg Meringankan sementara rasa sakit pada rongga mulut seperti keadaan tonsilitis, sakit tenggorokan, nyeri lokal paska bedah mulut, kelainan periodontal, kemerahan dan keadaan inflamasi.

Cara penggunaan Mekanisme kerja Peringatan dan kontraindikasi Efek samping

: : :

Populasi khusus Dosis

: :

:

Diminum sebelum/sesudah makan Gangguan hati atau ginjal berat, Hamil. Hipersensitivitas. Efek samping yang mungkin terjadi selama pemakaian TANTUM LOZ @12 BOX antara lain alergi, iritasi dan gatal tenggorokan. Bila efek samping menetap dan memburuk segera hentikan pemakaian TANTUM LOZ @12 BOX dan konsultasikan ke dokter. Obat bebas terbatas Kasus berat : 1 tablet dihisap perlahan lahan tiap 2 jam, kasus ringan : 1 tablet dihisap perlahan lahan tiap 3 jam, maksimal 12 tablet hisap /hari , jangan dikunyah dan jangan digunakan berturut turut lebih dari 7 hari.

1. IBUPROFEN

Bentuk sediaan

: Tab 200 mg : Arthrifen, Bufect, Lexaprofen, Proris Tab/kaplet/kaps 400 mg : Arfen, Bufect, Dofen 400 Suspensi 100mg/5ml : Anafen, Proris, Prosinal Suspensi 200mg/5ml : Bufect forte, Ibufenz forte, Proris forte Cara penggunaan : Diminum sebelum/sesudah makan Mekanisme kerja : Obat ini bekerja dengan menghalangi produksi substansi alami tubuh yang menyebabkan peradangan Peringatan dan : Ulkus peptikum, riwayat hipersensitif pada kontraindikasi ibuprofen atau OAINS lain. Kehamilan trimester akhir Efek samping : Gangguan gastrointestinal (mual, muntah, diare, konstipasi), ruam kulit, sakit kepala,

Populasi khusus Dosis

2.

: Dewasa : 2-3 x 200 – 400 mg/hari Anak : 20 – 30 mg/kgBB/hari dalam 3-4 dosis terbagi

PARACETAMOL

Bentuk sediaan

Cara penggunaan Mekanisme kerja

Peringatan dan kontraindikasi Efek samping

Populasi khusus Dosis

 a. b. c.

gangguan pendengaran : Obat bebas terbatas

: Tablet : Alphamol, Dumin, Kamolas, Sumagesic dll Syrup : Alphamol, Erphamol, Fevrin, Sanmol, Paracetamol generic : Diminum sebelum/sesudah makan : bekerja menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat mengurangi nyeri ringan – sedang. : hipersensitif, gangguan hati : Reaksi alergi, ruam kulit berupa eritema atau urtikaria, kelainan darah, hipotensi, kerusakan hati : Obat bebas : 500 mg – 1000 mg perkali, diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 4-6 g perhari. Anak <12 tahun : 10 mg/kgBB/kali (Bilaikterik : 5 mg/kgBB/kali) diberikan tiap 4-6 jam. Maksimum 3 dosis sehari

TERAPI NONFARMAKOLOGI Konsumsi minuman hangat dan makanan yang lunak Hindari merokok atau menghirup asap rokok Berkumurlah dengan air garam atau obat kumur antiseptik

d. e. f. g. h. i. j.

Perbanyak konsumsi air minum Pasien dewasa dapat mengisap es batu atau permen pelega tenggorokan Hindari minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin karena dapat menyebabkan iritasi Istirahat yang cukup, termasuk membatasi berbicara untuk sementara Ciptakan udara yang nyaman agar tidak terlalu kering dan memicu iritasi pada tenggorokan Isap permen pelega tenggorokan atau permen biasa untuk meningkatkan produksi air liur pencegah tenggorokan kering Hindari zat pemicu iritasi, seperti asap rokok

CONTOH KASUS “NYERI TENGGOROKAN”

1. Seorang pasien bernama andi 12 tahun mengalami sakit dibagian tenggorokan disertai suara serak dengan demam. Sakit pada tenggorokannya diduga terjadi akibat dari FLU yang dialaminya. Terapi apakah yang sesuai ? Analisis kasus berdasarkan SOAP : a. Subjektif - Identitas pasien Nama

: andi

Usia

: 12 tahun

Keluhan yang dirasakan : sakit pada bagian tenggorokkan disertai demam. Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat penyakit sekarang : Riwayat sosial/Lingkungan : Riwayat Keluarga

:-

b. Objektif c. Assesment Belum ada terapi d. Planing Terapi farmakologi. Parasetamol diberikan untuk menghilangkan sakit pada tenggorokannya

dan menurunkan demamnya. Paracetamol diberikan 2 x 1 sehari, 1 tablet.

Terapi non Farmakologinya Perbanyak minum air putih, buah-buahan, dan minuman hangat.

Kasus 2 Seorang pasien bernama nurul (18 tahun) pergi ke apotek dengan keluhan nyeri tenggorokan dan sulit menelan. Nurul sering mengonsumsi makanan berminyak seperti pisang goreng dll. Terapi apakah yang sesuai ? Analisis kasus berdasarkan SOAP : a. Subjektif - Identitas pasien Nama

: nurul

Usia

: 18 tahun

Keluhan yang dirasakan : keluhan nyeri tenggorokan dan sulit menelan Riwayat penyakit terdahulu : Riwayat penyakit sekarang : Riwayat sosial/Lingkungan : Riwayat Keluarga b. Objektif c. Assesment

:-

Belum ada terapi d. Planing 

Terapi farmakologi..

. Tantum Lozonges ( Benzydamine Hydrocloride 3 mg) 1 tablet dihisap perlahan lahan tiap 3 jam, maksimal 12 tablet hisap /hari 

Terapi non Farmakologinya

Perbanyak minum air putih, buah-buahan, dan minuman hangat. mengonsumsi banyak makanan berminyak

Kurangi

BAB II PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimbulan bahwa : 1. Faringitis ( pharyngitis) adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. 2. Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terjadi

terkikis

maka

pembendungan

jaringan radang

limfoid dengan

superfisial

bereaksi,

infiltrasi

leukosit

polimorfonuklear 3. Terapi non farmakologis merupakan konsumsi minuman hangat dan makanan yang lunak Hindari merokok atau menghirup asap rokok, berkumurlah dengan air garam atau obat kumur antiseptik, perbanyak konsumsi air minum, pasien dewasa dapat mengisap es batu atau permen pelega tenggorokan, hindari minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin karena dapat menyebabkan iritasi, istirahat yang cukup, termasuk membatasi berbicara untuk sementara, ciptakan udara yang nyaman agar tidak terlalu kering dan memicu iritasi pada tenggorokan, isap permen pelega tenggorokan atau permen biasa untuk meningkatkan produksi air liur pencegah tenggorokan kering, hindari zat pemicu iritasi, seperti asap rokok.

B. Saran

Adapun saran, sebagai seorang mahasiswa farmasis kita harus lebih memahami isi makalah ini agar dapat kita aplikasikan dalam kehidupan seharihari

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC. Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta. EGC. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Pelayanan Primer. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Mycek, M.J., RA. Harvey, PC. Champe. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widya Medika.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""