Makalah Suplemen Kelompok 8.docx

  • Uploaded by: Mega Uli Nova
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Suplemen Kelompok 8.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,563
  • Pages: 16
MAKALAH SUPLEMEN & PANGAN FUNGSIONAL EFEKTIVITAS PENAMBAHAN SERAT PANGAN PADA OBESITAS

Dosen Pembimbing : Afrinia Eka Sari, S. TP., M. Si

Disusun oleh : Adam Stitaprajna

201602012

Afriyanti Suryani

201602039

Mega Uli Nova

201602018

Nadia Puspita

201602036

PROGRAM STUDI S1 GIZI STIKes MITRA KELUARGA BEKASI 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan limpahan rahmat-Nya, Penulis dapat menyusun makalah yang berjudul “Efektivitas Penambahan Serat Pangan pada Obesitas”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Suplemen & Pangan Fungsional. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi pembaca untuk memperluas ilmu pengetahuan. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.

Bekasi, 26 Maret 2019

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 3 2.1 Obesitas ............................................................................................................................................... 3 2.2 Serat .................................................................................................................................................... 5 BAB III METODE KERJA .......................................................................................................................... 8 3.1 Alat & Bahan ...................................................................................................................................... 8 3.2 Metode Kerja ...................................................................................................................................... 8 3.3 Intervensi yang Dilakukan .................................................................................................................. 8 BAB IV HASIL ............................................................................................................................................ 9 BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 11 BAB VI PENUTUP .................................................................................................................................... 12 6.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 12 6.2 Saran ................................................................................................................................................. 12 BAB VII DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 13

ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan salah satu masalah gizi yang menjadi ancaman di Indonesia. Hal ini dibuktikan berdasarkan data Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi obesitas tahun 2013 meningkat dari 14.8% menjadi 21,8% di tahun 2018. Menurut Provinsi di Indonesia, proporsi obesitas tertinggi pada dewasa usia >18 tahun, terdapat pada Provinsi Sulawesi Utara

yaitu 30.2 % dan terendah pada Nusa Tenggara Timur yaitu 10.3 %

Sedangkan data obesitas sentral di tahun 2013 pada usia >15 tahun mengalami peningkatan dari 26.6 % menjadi 31.0% di tahun 2018 dengan nilai proposi terbesar di provinsi Sulawesi Utara 42.5% dan nilai proporsi terendah pada provinsi Nusa Tenggara 19.3% Obesitas merupakan penyakit multifactorial yang terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebih yang mengganggu kesehatan. Semakin bertambahnya berat badan maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan banyak. Meningkatnya prevalensi penderita obesitas tidak dipungkiri karena telah berubahnya pola makan dan semakin majunya teknologi yang menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat. Serat merupakan bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh. Namun, akhir – akhir ini istilah serat mengalami perkembangan sehubungan dengan perannya didalam tubuh. Dalam ilmu gizi dijelaskan serat merupakan semua bahan struktural dari sel tanaman yang resisten untuk sistem pencernaan. Dibandingkan protein dan karbohidrat serat makanan sering diabaikan namun sebenarnya memiliki fungsi yang penting dan tidak tergantikan oleh zat lainnya. Menurut anjuran Food and Agriculture Organization (FAO) untuk konsumsi sayuran dan buah-buahan yang ideal di Indonesia minimal 91,25 dan 73 kg/kapita/tahun. Sementara itu, Kementerian Pertanian pada 2013 mencatat konsumsi sayur penduduk Indonesia hanya 40,3 kg/kapita/tahun, dan konsumsi buah hanya 34,55 kg/kapita/tahun. Oleh karena itu, penduduk Indonesia masih tergolong rendah dalam mengkonsumsi serat. Asupan serat yang rendah dapat menyebabkan gizi berlebih, karena mereka cenderung mengkonsumsi makanan tinggi lemak yang lebih mudah dicerna dibandingkan serat. 1

Penelitian di Amerika mengenai asupan serat yang rendah menyatakan bahwa asupan serat yang rendah <8,8 gr/hari meningkatkan C-reactive protein 4x lebih tinggi pada orang dengan dua atau tiga resiko penyakit (gizi lebih, hipertensi, dan DM), dibandingkan dengan orang tanpa resiko penyakit. Seorang yang mengonsumsi makanan berserat lebih dari 35 gram/hari memiliki resiko mengalami penyakit jantung 1/3 lebih rendah dari orang yang hanya mengonsumsi serat sebanyak 15 gram/hari. Penerapan diet yang tinggi serat dapat menurunkan berat badan, bila mengonsumsi serat larut air (pektin, gums, musilago, dan sejumlah hemiselulosa).

1.2 Tujuan Untuk mengetahui efektivitas konsumsi serat pangan terhadap penderita obesitas.

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas A. Definisi Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. (Sudoyo, 2009) Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Oleh karena itu, kelebihan adipositas (obesitas) disebabkan masukan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. (Guyton, 2007) Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus. (Guyton, 2007)

B. Etiologi Obesitas terjadi akibat mengonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Menurut beberapa literatur, obesitas disebabkan oleh banyak faktor, antara lain genetik, nutrisi, lingkungan, psikologi, hormonal, neurologis, dan sosial. (Farida El-Baz, 2009) a. Faktor genetik, Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Akan tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang dapat mendorong terjadinya 3

obesitas. Rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang. b. Faktor lingkungan, Lingkungan ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya. c. Faktor psikis, Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas. Ada dua pola makan abnormal yang dapat menjadi penyebab obesitas, yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stress dan kekecewaan. d. Faktor perkembangan, Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, dapat memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, sehingga penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel. e. Aktivitas fisik, Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas. C. Tipe obesitas Berdasarkan letak timbunan lemak obesitas dapat dibagi menjadi dua (Emedicine Health, 2010), antara lain: 4

a. Obesitas android atau tipe sentral, Bila lemak banyak tertimbun di setengah bagian atas tubuh (perut, dada, punggung, muka). Pada umumnya tipe ini dialami oleh pria. b. Obesitas ginekoid atau tipe perifer, Bila lemak tertimbun di setengah bagian bawah tubuh (pinggul dan paha). Kegemukan tipe ini biasanya banyak dialami oleh wanita. 2.2 Serat A. Definisi Serat pangan (dietary fiber) merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar (Anonim, 2001).

Sedangkan, Meyer (2004)

mendefinisikan serat sebagai bagian integral dari bahan pangan yang dikonsumsi seharihari dengan sumber utama dari tanaman, sayur-sayuran, sereal, buah-buahan, dan kacangkacangan. Berdasarkan kelarutannya serat pangan terbagi menjadi dua yaitu serat pangan yang terlarut dan tidak terlarut. Didasarkan pada fungsinya di dalam tanaman, serat dibagi menjadi 3 fraksi utama, yaitu polisakarida struktural yang terdapat pada dinding sel (selulosa, hemiselulosa dan substansi pektat), non-polisakarida struktural yang sebagian besar terdiri dari lignin, dan polisakarida non-struktural, yaitu gum dan agar-agar. (Feri Kusnandar, 2010) B. Jenis Serat makanan terbagi menjadi dua jenis, yaitu serat yang tidak larut air dan serat yang larut dalam air. a. Serat tidak larut air, umumnya berbentuk selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat jenis ini tidak dapat larut dalam air, tetapi mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan air. Hal ini menguntungkan bagi tubuh karena dapat mempengaruhi peningkatan ukuran, berat, dan melunakan feses sehingga mudah dikeluarkan. Di 5

samping itu, serat juga dapat menghindari terjadinya konstipasi (sembelit). Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding tanaman yang mempunyai peranan dalam meningkatkan bobot dan ukuran feses, meningkatkan asam empedu, dan menurunkan kadar kolesterol. Sedangkan, lignin merupakan senyawa pada tanaman yang mempunyai peranan sebagai anti kanker, anti bakteri, anti jamur, dan anti virus. Lignin diubah oleh mikroflora usus menjadi enterolactone dan enterodiol, yaitu dua senyawa yang sangat berperan dalam mencegah serangan kanker. b. Serat larut air, serat jenis ini mempunyai kemampuan larut dalam air dan merupakan bagian dari dinding sel tanaman yang mudah larut dalam air. Selain itu, serat ini juga berperan dalam mencegah konstipasi. Di dalam lambung dan saluran pencernaan, serat jenis ini akan membentuk gel sehingga akan membentuk volume yang besar dan cepat membuat kenyang. Fungsi lain dari serat ini yaitu berperan dalam menurunkan kadar kolesterol. Jenis-jenis serat yang larut air yaitu mucilage, gum guar dan pektin.

C. Manfaat Menurut, Anik Herminingsih (2010). Manfaat serat bagi kesehatan, sebagai berikut: a. Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas), Pada serat larut air (soluble fiber) seperti pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Sehingga makanan kaya akan serat, pada saat dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas. b. Penanggulangan penyakit diabetes, Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa, sehingga mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cerna karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut mampu meredam kenaikan glukosa darah dan tetap terkontrol. 6

c. Mencegah gangguan gastrointestinal, Konsumsi serat pangan yang cukup akan meningkatkan air dalam feses menghasilkan feses yang lembut dan tidak keras sehingga hanya dengan kontraksi otot yang rendah feses dapat dikeluarkan dengan lancar. Hal ini berdampak pada fungsi gastrointestinal lebih baik dan sehat. d. Mencegah kanker kolon (usus besar), Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu konsumsi serat pangan tinggi maka akan mengurangi waktu transit makanan dalam usus lebih pendek. Serat pangan mempengaruhi mikroflora usus sehingga senyawa karsinogen tidak terbentuk, serat pangan bersifat mengikat air sehingga konsentrasi senyawa karsinogen menjadi lebih rendah. e. Mengurangi tingkat kolesterol dan penyakit kardiovaskuler, Serat larut air menjerat lemak di dalam usus halus, dengan begitu serat dapat menurunkan tingkat kolesterol dalam darah sampai 5% atau lebih. Dalam saluran pencernaan serat dapat mengikat garam empedu (produk akhir kolesterol), kemudian dikeluarkan bersamaan dengan feses. Dengan demikian serat pangan mampu mengurangi kadar kolesterol dalam plasma darah sehingga diduga akan mengurangi dan mencegah resiko penyakit kardiovaskuler.

7

BAB III METODE KERJA

3.1 Alat & Bahan A. Alat 1. Timbangan Berat Badan 2. DVD Player B. Bahan 1. Diet Tinggi Serat ( Jambu klutuk dan Apel merah)

3.2 Metode Kerja Penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan rancangan randomized pre-post test control group design, dengan memperhitungkan kemungkinan sampel drop out sebesar 10% dari sampel minimal. Sampel yang diperlukan sebanyak 22 orang yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

3.3 Intervensi yang Dilakukan Pada kelompok perlakuan akan diberikan tinggi serat diberikan penambahan buah berupa jambu klutuk dan apel merah setiap harinya. Sedangkan, pada kelompok kontrol hanya diberikan perlakuan senam aerobik diberikan 3x seminggu selama 30 menit oleh instruktur senam. Sebelum dilakukan intervensi kedua kelompok dilakukan penimbangan berat badan (BB), intervensi ini dilakukan selama dua minggu, kemudian dilakukan penimbangan berat badan kembali pada kedua kelompok .

8

BAB IV HASIL Karakteristik subjek penelitian pada kedua kelompok sebelum perlakuan. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebesar 81.81% pada kelompok perlakuan dan 90%, pada kelompok kontrol dan berusia dewasa (>25 Tahun) 81.8% pada kelompok perlakuan dengan rerata usia 61 tahun dan 45.5% pada kelompok kontrol. Responden pada kelompok perlakuan umumnya memiliki pendidikan menengah 36.4% dan pada kelompok kontrol 54.5%. Pendapatan sebagian besar responden rendah (<5.000.000) 72.7% pada kelompok perlakuan dan 90,9% pada kelompok kontrol. Hasil uji pada Tabel 2, menunjukan rerata penurunan berat badan pada kelompok perlakuan sebesar 1.1 ± 0.005 kg dan kelompok kontrol sebesar 0.41± 0.07. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ada perbedaan berat badan yang bermakna (p<0,05) antara sebelum dan sesudah perlakuan pemberian diet tinggi serat beserta senam aerobik dan juga pada kelompok kontrol (p<0.05). Hasil uji pada Tabel 3 menunjukan tidak ada perbedaan penurunan berat badan yang bermakna (p<0.05) antara kelompok perlakuan dan kontrol.

9

10

BAB V PEMBAHASAN Terjadinya penurunan berat badan pada kelompok perlakuan dan kontrol merupakan efek dari senam aerobik dikarenakan dalam latihan aerobik 20 menit pertama, tubuh akan menggunakan energi dari karbohidrat yang berasal dari makanan dan cadangan yang tersimpan di dalam hati. Setelah itu menit ke-30 latihan aerobik, maka lemak akan dimetabolisme. Pembakaran cadangan lemak tubuh sebagai sumber energi akan menyebabkan penurunan lemak tubuh. Kelompok yang hanya diberikan senam aerobik pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian dengan program olahraga penurunan berat badan khusus dengan waktu latihan lebih dari 2 bulan mengalami penurunan berat badan sebesar 0.63 kg ± 0.55. Serat mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran pencernaan. Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicerna lebih lama dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah yang dapat membantu mengurangi bertambahnya berat badan. Penelitian lain menyatakan bahwa dengan konsumsi tinggi serat dapat menurunkan rerata asupan kalori dari 1646 Kkal menjadi 1387 Kkal. Kombinasi diet tinggi serat dengan senam aerobik memberikan efek penurunan berat badan yang lebih tinggi yaitu 1.1 kg dibandingkan dengan hanya senam aerobik sebesar 0.41 kg walaupun tidak bermakna secara statistik (p>0.05). Kombinasi diet disertai olahraga efektif dapat mengurangi jaringan adiposa dan menghemat jaringan tanpa lemak dan otot. Selain itu, diet dan latihan aerobik juga dapat meningkatkan kadar HDL darah yang memiliki peran dalam meningkatkan metabolisme lemak sehingga diet tinggi serat memiliki manfaat positif untuk menghilangkan penyebab kelebihan berat badan.

11

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Intervensi diet tinggi serat dan senam aerobik selama dua minggu dapat menurunkan berat badan secara bermakna (p=0,000). Penurunan berat badan yang signifikan terjadi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

6.2 Saran Disarankan untuk menambah waktu intervensi dan jumlah sampel untuk meningkatkan keefektifan uji klinis.

12

BAB VII DAFTAR PUSTAKA 1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi l, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publising. 2009 2. Guyton A.C dan J.E. Hall 2007. Buku Ajar Ilmu Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. 3. Farida, El Baz, et al. 2009. Impact Of Obesity and Body Fat Distribution on Pulmonary Function og Egyption Children. Egyption Journal Of Bronchology. Hlm. 49-58. 4. Emedicine Health, 2010. Obesity. Dari http://www.emedicine.com/home/topics a-z list/obesity. Diakses pada tanggal 8 Juli 2014. 5. Anonim, 2001. The Definition of Dietary Fibre. Cereal Foods World 46:pp. 89-148. http://www.aaccnet.org/Dietary Fiber/pdfs/dietfiber.pdf 6. Anik Herminingsih, 2010. Manfaat Serat dalam Menu Makanan. Universitas Mercu Buana, Jakarta. 7. Meyer, D.J Harvey J.W. 2004. Veterinary Laboratory Medicine Interpretation and Diagnosis. Philadelphia: Saunders.

13

Related Documents


More Documents from "Sabil Bile"