BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Stress adalah perasaan terbebani ketika suatu maslah tidak bisa ditanggung oleh seseorang. Secara alamiah tubuh merespon dengan cara memberi alarm waspada, yaitu hormon mulai dikeluarkan sehingga menyebabkan jantung berdegup kencang, respiratory rate naik, dan terjadi peningkatan energi. Hal ini dinamakan respon fight atau flight. Beberapa macam stres bersifat normal dan bermanfaat bagi tubuh manusia. Stres dapat meningkatkan kinerja seseorang dalam bekerja. Sebagai contoh, stres dapat membantu seseorang dalam memenangkan lomba atau menyelesaikan suatu pekerjaab dengan tepat waktu. Tapi apabila stres terjadi terlalu lama dan berat, stres dapat berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia. Seperti terjadinya gejala sakit kepala, sakit perut, sakit punggung, dan susah tidur. Stres juga bisa menurunkan sistem imun seseorang, sehingga seseorang tersebut mudah terjangkit suatu penyakit. Jika seseorang sudah tidak sehat, maka stres membuat keadaan tubuh lebih buruk. Stres dapat membuat seseorang tersebut gelisah, mudah marah, dan tegang. Hubungan kerja atau pertemanan seseorang bisa terancam karena stress.
B. Tujuan 1. Apa pengertian Stress ? 2. Apa saja faktor resiko ? 3. Apa itu patofisiologi ? 4. Apa saja manifestasi dari stress ? 5. Apa saja penatalaksana ? 6. Apa saja pemeriksaaan pada stress ? 7. Apa saja manjemen gizi ? 8. Bagaimana karakteristik sasaran ?
1
C. Manfaat Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dimaksud stress dan bagaiaman menghindari stress
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Stress Stress adalah sebuah tekanan psikologis dan fisik yang bereaksi ketika menghadapi situasi yang dianggap berbahaya. dengan kata lain, stress merupakan cara tubuh anda menanggapi jenis tuntunan, ancaman, atau tekanan apapun. ketika merasa terancam, sistem saraf anda merespon dengan melepaskan aliran hormn stress, antara lain hormone adrenalin dan kortisol. kedua hormone ini dapat memunculkan suatu reaksi pada ubuh anda, antara lain jantung berdebar cepat, otot tubuh menegang, tekanan darah meningkat, dan bahkan napas jadi lebih cepat. reaksi ini disebut fiht-or-flight alias respon stress. Stres menurut Bartsch dan Evelyn (2015, dalam Nur Kholidah, Enik & Asmadi alsa 2012) adalah ketegangan, beban yang menarik seseorang dari segala penjuru, tekanan yang dirasakan pada saat menghadapi tuntutan atau harapan yang menantang kemampuan seseorang untuk mengatasi atau mengelola hidup.
B. Etiologi Stress Aktivitas kehidupan sehari-hari kadang membuat kita merasa jenuh dan bosan.Jika aktivitas yang kita kerjakan itu bervariasi atau berganti-ganti, mungkin rasa bosan itu tidak terjadi.Namun meskipun demikian, rutinitas yang dilakukan setiap harinya bisa memicu rasa jenuh dan bosan.Hal ini sangat erat hubungannya dengan pekerjaan yang digeluti.Hampir setiap pegawai atau pekerja mengeluh karena merasa bosan dengan rutinitas. Keadaan tersebut makin diperparah oleh adanya beban kerja dan tekanan dalam pekerjaan.Stres bisa timbul kalau keadaan sudah demikian parah dan tidak bisa dikendalikan lagi. Bagi mereka yang mengalami, mungkin akan menganggap bahwa hidup ini tidak menyenangkan, statis, tidak berkembang bahkan mungkin tidak ada gunanya. Hampir segala usia, mereka yang mengalami kejenuhan dan rasa bosan. Mereka yang memiliki pekerjaan tetap saja tidak bisa terhindar dari hal ini, apalagi mereka yang pengangguran dan tidak punya aktivitas apa-
3
apa.Kejenuhan yang sudah kronis dan mengakar pada diri seseorang bisa mengakibatkan depresi, yaitu suatu kondisi kejiwaan yang lebih parah dari sekedar stress.Kondisi semacam ini memerlukan terapi professional dari psikiater.Kalau dibiarkan saja bisa berakibat fatal Diantara sekian banyak orang yang mengalami kejenuhan, ada yang merasakan pada waktu-waktu tertentu saja.Ini bisa hilang setelah beberapa jam, beberapa hari atau beberapa minggu.Biasanya kejenuhan seperti ini mudah diatasi tanpa lari ke hal-hal yang merugikan atau merusak.Tetapi ada pula orang yang mengalami kejenuhan permanen. Kejenuhan ini akan menetap apabila tidak terjadi perubahan kondisi, baik lingkungan ataupun aktivitas. Hal inilah yang bisa memicu terjadinya depresi, kalau tidak diatasi dengan segera. Penyebab utama stress adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Stress adalah tuntutan, stress selalu menuntut dan menuntut saja. Stress awalnya di gunakan pemicu untuk meningkatkan performa dalam hal apapun namun saat ini stress sudah berlebihan dan merusak keseimbangan yang ada. Banyak sekali penyebab stress. Penyebab-penyebab stress tersebut mengelilingi kita dan hadir dalam kehidupan sehari-hati kita. Stress yang berbahaya adalah stress yang berlebihan. Berikut adalah beberapa penyebab stress yang dapat ditemukan : 1. Gangguan Kecemasan. Orang awam biasanya mencampur adukan saja pengertian fear,phobia dan anxienty. Semua disebut “takut” saja, tetapi dalam psikiatri dan psikologi, kegiatan istilah mempunyai arti masing-masing.Fear adalah rasa takut (keadaan emosi yang tidak menyenangkan),yang ditimbulkan oleh suatu obyek yang jelas dan alesanya pun jelas,atau disebut juga takut yang rasional. Rasa takut ini normal,ada pada setiaporang yang berakal sehat. Contohnya, takut digigit ular di hutan,takut ketabrak mobil kalau menyabrang di jalan tol,takut pada dosen yang galak atau takut pada mertua. Anxiety atau cemas ,adalah takut yang tidak jelas objeknya dan tidak jelas pula alasanya. Pada orang normal sering terjadi rasa cemas yang normal. Sebagai contoh ,seorang ibu yang selalu cemas jika anak gadisnya keluar malam dengan teman-temanya. Dia khawatir akan terjadi sesuatu
4
yang tidak menyenangkan pada anaknya.Apa yang di khawatirkanya ,dia tidak tau pasti. Mungkin ,sang ibu terlalu banyak membaca atau menonton TV tentang pemerkosaan. Padahal, selama ini anak gadisnya itu selalu pulang dengan selamat. Kecemasan bisa berawal sejak masih usia kanak-kanak dan berkembang tahap demi tahap. Misalnya,kecemasan yang timbul karena di masa kecil sering di kunci di kamar sendirian sementara ibunya berbelanja. Di sisi lain kecemasan bisa juga terjadi setelah suatu peristiwa yang menimbulkan trauma mental. Jenis kecemasan antara lain adalah kecemasan umum yang terdapat pada perempuan dua kali lebih banyak daripada laki-laki. Jenis ini tidak focus pada objek atau situasi tertentu, tidak spesifik atau mengambang. Orang yang bersangkutan dapat mengatakan bahwa dia cemas, takut, tetapi tidak bisa menyebutkan apa yang dicemaskannya dan mengapa dia cemas. Yang jelas dia tidak bisa mengontrol emosi takutnya dan reaksi takut pada tubuhnya (otot-otot tegang, jantung berdebar,sakit kepala, tidak bisa tidur dan sebagainya). Jenis yang lain adalah panik, yaitu perasaan teror yang intens, gemetar, bingung yang muncul begitu saja.Rasa panik ini biasanya timbul karena suatu peristiwa yang menakutkan, stres yang berkelanjutan.Reaksi fisik yang yang intens bisa terjadi selama sepuluh menit atau kurang tetapi dampaknya bisa berjam-jam sesudahnya. Berikutnya adalah fobia sosial. Orang yang bersangkutan merasa bahwa dirinya selalu dinilai jelek oleh orang lain. Termasuk dalam golongan ini adalah “ demam panggung” yaitu orang yang takut untuk tampil di depan umum (berkeringat dingin dan gemetar setiap kali harus membacakan laporan di depan rapat atau untuk menerangkan PR nya di depan kelas). Pada remaja laki-laki banyak terjadi gejala “ malu-malu kucing” yaitu takut untuk bergaul dengan lawan jenis. Selanjutnya adalah cemas menghadapi perpisahan. Banyak terjadi pada anak-anak yaitu ketika anak itu harus berpisah dari orang yang selama ini memberinya perasaan aman dan terlindungi misalnya ketika anak itu harus ditinggalkan sendirian di kelas pada waktu awal masuk sekolah. Jika
5
gejala ini terjadi pada anak khususnya jika tidak berlangsung lama maka tidak termasuk gangguan mental. Jika hal ini terjadi pada orang dewasa aplagi berulang-ulang terjadi maka perlu di bantu mengatasinya oleh psikiater atau psikolog klinis. 2. Emosi Yang Berubah-ubah Dari Positif Ke Negative dan Sebaliknya. Gangguan mental ini adalah pergantian terus-menerus antara emosi sangat positif seperti riang gembira, senang dan sebagainya dan emosi sangat negatif (depresif) seperti murung, sedih, ingin menangis dan sebagainya. 3. Fobia (rasa takut yang tidak beralasan) Fobia berasal dari kata Yunani yang berarti “takut”.Takut dalam fobia adalah tidak rasional, menetap dan sangat intens (ditandai dengan gejala fisik seperti sesak napas, keringat dingin, bisa juga menjerit-jerit histeria dan sebagainya) yang ditunjukan kepada situasi, benda, kegiatan atau orang tertentu.Sepanjang hal yang ditakuti tidak ada, maka orang tersebut biasa-biasa (normal) saja. Fobia adalah takut yang irasional pada suatu objek atau situasi tertentu (Ferdman, 2003). Artinya,objeknya memang
jelas,tetapi
alasanya
tidak
masuk
akal
atau
tidak
jelas.Misalnya,takut gelap,takut pada kucing,takut kepada tempat ramai,takut pada tempat yang tertutup dan sebagainya.Fobia tergolong gangguan mental (akan diuraikan tersendiri). Dengan perkataan lain penderita fobia masih bisa mengontrol ketakutannya dengan cara menghindari objek yang ditakutinya tersebut, maka diagnosis yang lebih tepat adalah gangguan kecemasan (anxiety disorder). Sekarang para ahli menduga bahwa fobia disebsbkan oleh kombinasi antara faktor bakat, keturunan dan pengalaman tertentu (biasanya pengalaman traumatis).
4. Halusinasi Auditif (Schizophrenia) Suatu diagnosis gangguan mental yang di tandai oleh kelainan dalam persepsi atau ekspresi dari realitas.Yang sering adalah halusinasi auditif
6
(seakan-akan mendengar suara – suara atau ada yang mengajak bercakapcakap) delusi paranoid (curiga). Faktor penyebab skizofrenia belum jelas dan bisa karena keturunan atau ginetik
juga karena gangguan syaraf.
C. Patofisiologi Stress
Menurut Rasmun (2004), sesungguhnya tidak ada stresor yang dapat membahayakan kehidupan karena stresor tersebut akan menimbulkan kebosanan. Stresor diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan, kematangan pribadi, dan kompetisi dalam hidup. Dalam jangka pendek, stres menghasilkan perubahan adaptif yang membantu seseorang untuk merespons stresornya (misalnya mobilisasi sumber energi), tetapi dalam jangka panjang ia menghasilkan perubahan-perubahan yang maladaptif (misalnya, kelenjar adrenal yang membesar). Respon stres bersifat kompleks dan bervariasi. Respon seseorang terhadap stres bergantung pada jenis stresornya, kapan waktunya, bagaimana sifat orang yang mengalami stres, dan bagaimana orang yang mengalami stres bereaksi terhadap stresornya (Pinel, 2009). Menurut Davison (2006), terdapat tiga fase dalam proses terjadinya stres. Pada fase pertama, yaitu reaksi alarm, sistem saraf otonom diaktifkan
7
oleh stres. Jika stresor terlalu kuat, terjadi luka pada saluran pencernaan, kelenjar adrenalin membesar, dan timus menjadi lemah. Pada fase kedua, resistensi, organisme beradaptasi dengan stres melalui berbagai mekanisme. Jika stresor menetap atau organisme tidak mampu merespons secara elektif, maka terjadilah fase ketiga, yaitu suatu tahap kelelahan yang amat sangat dan organisme akan mati atau mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki. Terjadinya stres dapat dijelaskan melalui teori biologis dan teori psikologis. Menurut teori biologis, stres terjadi akibat lemahnya organ tertentu. Contohnya, sistem pernafasan yang lemah sejak lahir dapat memicu seseorang menderita asma dan menjadi stres karenanya. Teori biologis yang lebih mutakhir menjelaskan bahwa stres terjadi akibat ketidakseimbangan hormonhormon di dalam tubuh. Tubuh yang menderita stres akan mengalami peningkatan jumlah kortisol dan mengalami penurunan sistem imun sehingga mudah terserang penyakit. Menurut teori psikologis, ancaman fisik akan menciptakan stres. Namun, manusia menerima lebih lebih dari sekadar ancaman fisik. Semua persepsi tersebut dapat merangsang aktivitas sistem simpatik dan sekresi hormon-hormon stres. Namun, emosi-emosi negatif, seperti kekecewaan, penyesalan, dan kekhawatiran, tidak dapat dilawan atau diabaikan dengan mudah seperti halnya ancaman eksternal, dan juga tidak mudah untuk dihilangkan. Emosi negatif membuat sistem biologis tubuh menjadi tegang dan tubuh selalu berada dalam kondisi darurat. Kadangkala hal ini berlangsung lebih lama dari yang dapat kita tanggung. Orang-orang yang selalu menilai bahwa berbagai pengalaman hidup yang terjadi melebihi kemampuan mereka sehingga mereka dapat mengalami stres kronik dan berisiko menderita suatu gangguan psikofisiologis.
D. Tanda dan Gejala Stres Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dan dapat merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda-beda untuk
8
setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahanperubahan yang terjadi. Menurut Cary Cooper dan Alison Straw tanda dan gejala stress dapat berupa seperti berikut : 1. Fisik Nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah. 2. Perilaku Perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi dan mudah menangis 3. Watak dan Kepribadian Sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi cepat panik, dan selalu jengkel
E. Penatalaksanaan Stress 1. Penatalaksanaan Stress Secara Umum Manajemen atau penatalaksanaan stress, cemas dan depresi pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu yang mencakup fisik (somatic), psikologik/psikiatrik, psikososial dan religius. Di bidang pencegahan agar seseorang tidak jatuh dalam keadaan stress, maka sebaiknya kekebalan yang bersangkutan perlu ditingkatkan agar mampu menanggulangi stressor (penyebab) psikososial yang muncul dengan cara hidup yang teratur, serasi, selaras dan seimbang antara dirinya dengan Tuhan, orang lain dan lingkungan alam sekitarnya. Stres yang timbul secara akut biasanya menimbulkan rasa kurang/tidak nyaman, dengan adanya ansietas serta rasa kalut. Kadangkadang dapat timbul rasa sedih dan putus asa. Tidak semua ansietas dapat dikatakan bersifat patologik, ada juga ansietas yang bersifat normal. Bagaimana pemunculan serta hasil akhirnya sangat bergantung dan keprihadian dasar yang bersangkutan dan penghayatan stresor secara subjektif. Ada siresor yang sangat berat secara objektif tetapi bagi individu
9
tertentu, yang mengalami stresor tersebut, dapat dianggap sebagai stresor yang ringan dan sebaliknya. Kaplan dan Sadock mengatakan ada jenis stres yang bersifat non - spesifik dan spesifik. Individu-individu yang punya modal kemampuan, pengalaman menghadapi stres dan punya cara-cara menghadapinya akan cenderung lebih menganggap stresor yang beratpun sebagai masalah yang bisa diselesaikan. Individu yang cenderung ulet, menghadapi stresor sebagai tantangan yang harus diatasi, cenderung muncul sebagai orang-orang yang sukses dalam hidup ini. Mereka yang cepat pasrah, dianggap sebagai orang-orang yang dalam hidup ini kurang sukses. Buat mereka yang berhadapan dengan stresor akut akan menimbang dan menilai berat ringannya stresor dan kemampuan diri sendiri. Pada kasus akut yang timbul pertama-tama tentunya adalah ansietas, dapat bervariasi dan yang ringan hingga berat. Selain dengan obat-obatan untuk meredakan ansietas terdapat banyak cara untuk mengatasi adanya stres akut. Cara-cara ini dapat kita kelompokkan dalam beberapa kelompok, seperti: a. Upaya sendiri Di dalam upaya-upaya yang dapat dilakukan sendiri termasuk upaya-upaya yang pada umumnya dapat dilakukan oleh individu tersebut sendiri, misalnya upaya-upaya dimana stres dihadapi secara awam hingga upaya-upaya yang sebetulnya bersifat psikoterapeutik. Di sini dimaksudkan antara lain memperbanyak stress coping skills. Tergantung dari kekuatan kepribadian serta pengalaman belajar dan aset yang dimiliki oleh individu tersebut stres dapat dihadapi. Contoh adalah stres yang mirip dengan yang pernah dialami sebelumnya dapat dihadapi dengan menggunakan strategi yang sebelumnya berhasil. Orang dengan aset fisik yang besar, kuat dan garang akan menggunakan aset ini untuk menghalau stresor-stresor yang datang mengganggu. Aset berupa harta yang melimpah tidak akan menyebabkan individu tersebut mengalami stres berupa kekacauan finansial bila hal itu terjadi dibandingkan orang lain yang asetnya terbatas di bidang finansial tersebut. Seseorang yang punya aset selain
10
pengalaman,juga
ilmu
pengetahuan
seperti
misalnya
bidang
kedokteran kurang merasa stres bila menghadapi diri atau saudaranya yang terkena stresor berupa penyakit. Mengenal aset/kemampuan diri sendiri akan dapat bermanfaat untuk menghadapi pelbagai stresor. Peningkatan dan aset baik fisik, finansial, pengalaman maupun intelektual dapat meningkatkan kemampuan dan rasa percaya diri seseorang menghadapi stres. Menjaga kesehatan fisik diri sendiri sangat penting artinya untuk menghadapi dimensi biologik dan stres dengan misalnya melakukan diit, menjaga kebugaran lewat latihanlatihan fisik, menjaga berat badan dan bentuk badan. Rekreasi yang cukup serta mengikuti permainan-permainan tertentu memberikan selain rasa relaks juga penguasa karena dapat memecahkan permasalahan (dalam permainan), pengalihan perhatian dan stres dan rasa mampu untuk menguasainya. Peningkatan pendidikan dapat pula mengurangi rasa tidak mampu untuk menghadapi stres. Mereka yang berpendidikan di atas 8 tahun mempunyai risiko yang kurang untuk kematian mendadak akibat gangguan koroner (Weinblatt, Ruberman, Goldberg et al, 1978). Mengikuti pelbagai kegiatan untuk peningkatan kemampuan diri akan banyak menolong individu tersebut. Seorang wanita yang telah mengikuti kursus tata-rias atau tata-boga akan merasa lebih nyaman menghadapi sekelilingnya. Alumnus dan suatu pendidikan tertentu akan merasa dirinya lebih mampu ketimbang sebelumnya, bukan hanya dan segi ilmunya tetapi juga dari segi kemantapan diri. Seseorang yang punya kepribadian yang cukup matang juga dapat melihat segala persoalan yang harus dihadapinya dari sisi yang lebih proporsionil serta sebagai tantangan yang harus dapat diatasinya. Tiap pengalaman merupakan sesuatu yang berharga untuk menghadapi pengalaman berikutnya. Belajar dari pengalaman dapat meningkatkan ketrampilan menghadapi stres serta stresor. Di samping belajar dari masa lalu seseorang ada baiknya juga belajar dari sekelilingnya. Ia harus selalu terbuka untuk secara objektif juga mengakui keberhasilan
11
orang lain serta mencoba mengkaji keberhasilan tersebut. Ia dapat mengambil pengalaman dari individu di sekelilingnya untuk peningkatan diri. Misalnya seorang adik kecil melihat bahwa kakaknya dengan merengek dapat memperoleh uang dan ibu, akan ikut merengek untuk mendapatkan hal yang sama. Keterbukaan mata akan sekelilingnya akan memberikan masukan lain berupa adanya orang-orang lain yang terkena stresor yang sama, jadi merasa tidak sendiri. Ia juga dapat melihat bahwa ada yang terkena stresor yang lebih berat atau yang lebih ringan serta berbagai reaksi yang tidak uniform di samping adanya akibat umum. Misalnya dalam bencana alam, ada yang rumahnya senta hantanya habis, ada yang kehilangan anak isterinya, ada yang kehilangan semuanya. Ada yang menangis, ada yang senyum-senyum, ada yang bangkit berusaha lagi, ada yang segera mencari informasi untuk penyelamatan diri dan lain-lain. Pengalaman orang lain di sekelilingnya dapat jadi pengalaman berharga bagi seseorang tergantung dari pengamatan, interpretasi serta kepedulian. Suatu aset yang lain yang jarang disoroti adalah bidang keagamaan, dimana melalui doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa kita berserah diri dan menerima kenyataan serta mohon bantuan kekuatan untuk dapat mengatasi segala kesulitan. Pertolongan lain terhadap diri sendiri dalam menghadapi stres yang berat adalah keluar dari situasi stres tersebut dengan rawap inap di rumah sakit atau mengambil liburan. Di dalam keadaan stres yang berat dapat timbul amarah di samping adanya kegelisahan. Penyaluran amarah secara bertahap atau kepada non-manusia sangat bermanfaat untuk mengurangi amarah dalam diri individu tersebut. b. Upaya Sekeliling Di sini dimaksudkan adanya dukungan sosial dan sumber sumber dan masyarakat (social support dan social resource). Tidak semua stresor dapat dibawa untuk mendapatkan pertolongan kepada masyarakat, sebab ada kondisi-kondisi tertentu
12
dimana hal ini malah diberi sanksi oleh masyarakat, serta kedudukan kita di dalam masyarakat tersebut. Kita berpaling kepada sekeliling apabila jenis stresor yang kita hadapi terlalu berat atau merupakan transisi dari suatu keadaan yang normal. Mula-mula yang dicari adalah keluarga dan teman-teman dan bila dibutuhkan lebih lanjut biasanya individu akan berpaling kepada organisasi sosial (social resource/network), dimana organisasi medik menduduki nomor satu dalam urutan. Di sini dipermasalahkan kembali adanya perbedaan nilai-mlai dan sikap terhadap permasalahan, dan pertolongan yang bersifat amatir hendaknya dapat menyingkinkan adanya perbedaan tersebut. Pertolongan yang diberikan sangat bergantung dari pengetahuan dan ketrampilan serta sikap dapat menerima dari pemberi pertolongan. Upaya sekeliling tergantung dan orang-orang yang ada di seputar individu tersebut, dan anggota keluarga batih hingga anggota keluarga besar serta lingkungan yang lebih luas. Lingkungan kecil dimulai dan keluanga batih. Peran pasangan dalam hal ini besar artinya sebagai pemben dukungan. Isteri dan anak anak yang penuh pengertian serta selalu dapat mengimbangi kesulitan yang dihadapi suaminya dapat memberikan efek bumper kepada kondisi stres suaminya. Ia merasa diterima di lingkungan rumahnya dalam keadaan apapun, ia merasa cukup berbahagia. Stres yang datang di sini baik berupa kesulitan maupun penyakit atau musibah lainnya akan dihadapi bersama, sehingga kurang terasa menekan. Penyelesaian masalah juga dilakukan dengan urun rembuk, pengambilan alih beban dan upaya bersama. Di sini terjadi penggabungan aset yang dimiliki baik oleh individu maupun oleh isteni dan anak-anaknya. Di sini ada keterbatasannya karena aset yang dimiliki isteri dan anak-anak tidak selalu dapat menjangkau permasalahan, misalnya stresor di bidang bisnis. Harga din individu yang terkena stres dapat ditingkatkan kembali lewat berbagai sikap keluarga yang mendukung.
13
Untuk itu lingkungan lain dapat diajukan sebagai bumper, seperti misalnya atasan dan rekan sekerja, baik yang setingkat maupun yang di bawahnya. Misalnya kesulitan-kesulitan yang sukar diatasi sendiri dapat dipecahkan bersama dengan yang lebih berpengalaman (atasan) atau mohon masukan dari rekan rekan sekerja atau dapat pula rekan-rekan dekat bukan sekantor (biasanya dipermasalahkan rahasia bisnis kantor diketahui saingan). Pendekatan terapi behavioral kognitif, yang berupaya melatih keterampilan pengatasan umum (general coping skills) yang dapat dipergunakan dalam kondisi stres yang tinggi serta adanya kegelisahan. Terapi terdiri dari 3 fase, yaitu fase pendidikan, membuat pasien menyadari permasalahannya dapat diatasi dengan memiliki keterampilan-keterampilan pengatasan yang tepat, berikutnya adalah fase latihan, dimana pasien diperkenalkan kepada dan dilatih penggunaannya berbagai respons pengatasan kognitif dan behavioral, dan terakhir adalah fase aplikasi, dimana pasien harus melatih diri untuk mempergunakan respons-respons tersebut dalam menghadapi situasi-situasi stres secara bertahap. Terapi ini telah dipergunakan secara luas untuk mengatasi berbagai kondisi secara baik. Biofeedback adalah suatu cara di mana seseorang yang berada dalam keadaan tegang, ansietas dapat melihat keadaan dininya lewat alat-alat tertentu seperti EEG, EKG dan EMG. Setelah itu dengan relaksasi pasien dapat diajankan untuk mencapai keadaan santai. Untuk mengatasi gangguan-gangguan tertentu digunakan biofeedback dengan EMG, sepenti misalnya tension headache, insomnia, hipertensi esensial dan lain-lain. Psikoterapi dan konseling dapat diberikan untuk mengatasi kondisi stres. Konseling biasanya dibenikan oleh awam yang berminat untuk itu, seperti guru-guru sekolah, ulama, pimpinan organisasi tertentu, dan lain-lain. Dalam konseling permasalahan dievaluasi dan diberikan pemecahan secara lebih direktif sifatnya, yang tentunya tergantung dari wibawa dan kharisma sang konselor. Untuk konseing sebaiknya konselor mengalami pelatihan sebelumnya agar ia terampil dalam teknik dan menguasai bidang di dalam mana
14
konseling ditujukan, misalnya konseling untuk HIV/AIDS. Psikoterapi merupakan jenis terapi yang lebih spesifik sifat- nya karena di smni terapisnya harus mengalami pendidikan dan pelatihan sebelumnya. Psikoterapi diberikan selain oleh psikiater, juga oleh ahli psikologi, pekerja sosial dan lain-lain yang telah terlatih. Terdapat psikoterapi yang bersifat individual antara terapis dan pasien dan psikoterapi kelompok, yaitu antara terapis dan satu kelompok pasien. Terdapat beda prinsip antara keduanya. Psikoterapi biasanya mengikuti teori pendekatan yang dianut oleh terapisnya, seperti misalnya ada psikoterapi yang beraliran dinamik Freudian, Homey, Sullivan dasn lain-lain, ada yang beraliran Gestalt, existensialis serta behavioral. Teknik psikoterapipun berbeda-beda. Di dalam psikoterapi terdapat prinsip-prinsip yang berlaku sama seperti adanya tahapan-tahapan psikoterapi, tahapan permulaan, tahapan terapi dan tahapan akhir. Setiap psikoterapi diakhini dengan tahapan akhir dimana pasien dipersiapkan untuk dapat mandiri dan tidak tergantung kepada terapisnya. Psikoterapi pada umumnya menitikberatkan pada adanya hubungan terapis-pasien yang baik, yang menjadi landasan untuk langkah-langkah terapi selanjutnya. Horowitz mengajukan model psikoterapi singkat yang ditujukan terhadap sindrom pascatrauma. Di sini pasien diajak untuk mengambil langkah-langkah yang realistik dan positif serta menilai kejadian yang traumatik sebagai acuan untuk maturasi dan perkembangan selanjutnya. Psikoterapi dapat diberikan pula dalain rangka pendekatan terpadu pada gangguan psikosomatik.
2. Penatalaksanaan Stress Kronis Secara prinsip stres khronis diatasi juga oleh teknik-teknik yang kurang-lebih sama dengan cara-cara penatalaksana an stres akut. Adanya stres yang kronik dapat pula ditunjukkan oleh percobaan dengan tikus dimana juga terdapat manifestasi yang mirip pada orang, yaitu adanya pergerakan yang berkurang dan perilaku yang sesuai. Stres yang bersifat khronis pada manusia biasanya bermanifestasi dalam bentuk penyakit atau
15
gangguan atau suatu kelelahan fisik/mental. Kaplan dan Sadock mengatakan penyebab dan gangguan yang bersifat psikosomatik sebagai stres yang bersifat spesifik psikis atau konflik bawah sadar yang spesifik. Seperti telah dibahas sebelumnya gangguan atau penyakit, baik yang bersifat gangguan psikiatrik atau gangguan psikosomatik harus diatasi sesual
dengan
hakekat
gangguan
tersebut.
Pendekatan
psikiatri
consultation-liaison sangat penting dalam penatalaksanaan gangguangangguan tersebut. Adanya kelelahan dalam hal ini dapat berarti pertanda seseorang sudah mengalami kejenuhan menghadapi stres tersebut, karena stres yang dihadapinya terlalu berat atau berada terlalu lama, sebelum timbulnya burnt-out syndrome atau kematian. Dalam keadaan seperti ini, mungkin menghindari stres, berobat untuk mengatasi stres dapat memberi manfaat yang besar. Fokus dari adanya stres dapat pula ditinjau dari sudut pandang yang berbeda, sehingga terasa kurang menekan. Pendekatan psikoterapeutik dimana stres diupayakan diatasi dapat digunakan.Obatobatan antidepresan dapat bermanfaat apabila keluhan merupakan bagian dan suatu sindrom depresi. Stres yang terlalu lama harus dihadapi seseorang dapat menimbulkan burnt-out syndrome. Sindrom tersebut biasanya menimbulkan seseorang tidak bergairah lagi dan sudah mengalami kebosanan baik untuk bekerja maupun untuk hidup. ini terutama berkaitan dengan berbagai stres yang ada di tempat pekerjaan. Kematian dapat pula timbul apabila stres yang harus dihadapi akut tetapi terlalu berat (malapetaka). Di sini peran unsur pencegahan dan pengamatan sangat besar artinya. Beberapa petunjuk di bawah ini dapat diamalkan oleh seseorang agar kekebalan terhadap stress dapat ditingkatkan sehingga yang bersangkutan tidak jatuh dalam keadaan stress yakni: a. Makanan Makan dan minum hendaknya yang halal, serta tidak berlebihan. Jadwal makan hendaknya teratur dan diusahakan jangan sampai terlambat. Menu makanan hendaknya bervariasi, berimbang dan hangat. Sebab, makanan yang dingin dan monoton dapat menurunkan daya tahan atau
16
kekebalan tubuh. Jumlah kalori makanan dan minuman hendaknya sedang dan wajar. b. Tidur Tidur adalah obat alamiah yang dapat memulihkan segala keletihan fisik dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kebutuhan mahluk hidup, terutama manusia, oleh karena itu jadwal tidur hendaknya teratur. c. Olah Raga Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mental, olah raga adalah salah satunya. d. Rokok Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan tubuh. e. Minuman Keras Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku juga penyakit lever yang berlanjut pada kematian. f. Berat badan Orang dengan berat badan berlebihan(keegmukan/obesitas) atau sebaliknya akan menurunkan daya tahan terhadap stress. Oleh karena itu berat badan hendaknya seimbang dengan tinggi badan atau tipe tubuh atletis. g. Pergaulan Manusia adalah mahluk sosial, seseorang tidak dapat hidup sendiri atau menyendiri. Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stress, maka orang hendaknya bergaul, banyak relasi serta perluas pergaulan sosial, atau dengan kata lain perbanyaklah silaturahmi antar sesame yang serasi, selaras dan seimbang h. Waktu Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, maka pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari menjadi amat penting. Sehubungan dengan hal tersebut seseorang hendaknya dapat mengatur waktu kehidupannya secara efektif dan efisien. Jangan
17
biarkan waktu berlalu begitu saja tanpa produktifitas, sebaliknya jangan pula kekurangan waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan. i. Agama Seseorang yang beragama hendaknya jangan sekedar formalitas belaka, tetapi yang lebih utama mampu menghayati dan mengamalkan keyakinan agamanya itu, sehingga ia memperoleh kekuatan dan ketenangan daripadanya. j. Rekreasi Guna membebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang monoton, maka meluangkan waktu untuk rekreasi atau mencari hiburan (hiburan yang sehat) amatlah baik guna memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik maupun mental. k. Sosial ekonomi (keuangan) Seseorang hendaknya dapat mengatur keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.
F. Tindakan Mandiri 1. Singal breath 2. Mendengarkan musik untuk berelaksasi 3. Visualisasi 4. Stretching Cara -cara mengatasi stress lingkungan : Pengorganisasian lingkungan yang buruk dapat menjadi penyebab stress yang utama apabila lingkungan diorganisir dengan baik dan menyenangkan, kemudian dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan produktivitas. Beberapa orang yang mengalami stress memerlukan lingkungan yang tenang namun orang yang lain memerlukan lingkungan yang ramai untuk menanggulangi stress.
G. Management Gizi Pada Stress Makanan-makanan sehat dan lezat di bawah ini mengandung nutrisi baik yang telah terbukti mampu memberikan dorongan energy, menurunkan kadar hormon stress kortisol, dan meningkatkan kadar hormone “bahagia” mood baik serotonin 18
1. Alpukat Alpukat kaya akan kandungan glutathione, senyawa unik yang secara khusus memblokir penyerapan lemak tertentu di dalam usus yang menyebabkan kerusakan oksidatif. Buah hijau legit juga mengandung lutein, beta karoten, vitamin E, dan folat yang lebih banyak dari buah lainnya. 2. Berry Merupakan buah-buahan yang kaya akan antioksidan. Kandungan antosianin pada blueberry dan stoberi khususnya bermanfaat menajamkan kognitif otak sekaligus dapat melindungi jantung. Hingga bahkan tomat, pisang dan semangka mengandung tinggi vitamin C yang mampu melawan stress 3. Jeruk Jeruk adalah gudangnya vitamin C. vitamin C memiliki manfaat yang jauh melampaui sekedar meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Vitamin ini sudah terbukti ampuh mengurangi efek fisik dan psikologis dari tekanan stress. 4. Sayuran Berdaun Hijau Sayuran berdaun hijau seperti bayam atau asparagus mengandung folat, yang menghasilkan dopamine, zat kimia otak yang merangsang kebahagiaan, sehingga membantu kita tetap tenang 5. Salmon Stress bisa menimbulkan kecemasan, berkat melonjaknya hormone adrenalin dan kortisol. Kandungan asam lemak omega-3 dalam salmon memiliki sifat antiperadangan yang dapat membantu melawan efek negative dari hormone stress.
H. Karakteristik Sasaran Sesuatu yang merupakan akibat pasti memiliki penyebab atau yang disebut stressor, begitupula dengan stress, seseorang bisa terkena stress karena menemui banyak masalah dalam kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan di atas, stress dipicu oleh stressor. Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu.
19
1. Lingkungan Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu: a. Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat individutersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan tersebut. b. Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut. c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek. 2. Diri sendiri, terdiri dari a. Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin dicapai b. Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan. 3. Pikiran a. Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan. Musradinur: Stres dan Cara Mengatasinya b. Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
20
DAFTAR PUSTAKA Martono, L. H. 2008. Peran Orang Tua Dalam Mencegah Dan Menanggulangi Stres Diastutik. D. 2012. Psikolog Stres. Daikses 12 April 2015 https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/makan-sehat-cara-menghilangkan-stres/
21
STRES Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga Dosen Pengajar : Ns. Siti Mukaromah, M.Kep
Disusun Oleh Kelompok 1
Abdul Holik Sanjaya
16.0353.688.01
Bahtari Apriliani M
16.0359.694.01
Ellen Retno Sari
16.0367.702.01
Irena Christine
16.0379.714.01
Murniati Mappeabang 16.0394.729.01 Nur Khairina F
16.0403.738.01
Pormawan Rizki R
16.0406.741.01
Sinta Yendi
16.0419.754.01
STIKES WIYATA HUSADA SAMARINDA PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2019
22