Makalah Sosiologi-ras Dan Etnis.docx

  • Uploaded by: Dinda Deayu Alfian
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sosiologi-ras Dan Etnis.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,688
  • Pages: 18
MAKALAH SOSIOLOGI “KESETARAN RAS DAN ETNIS”

Disusun oleh : Dinda Nurul Deayu Alfian (07011381823130) M. Lindhu Saptha (07011381823132) Riski Amanda (07011381823131) Safa Tasya Anomi (07011381823129) Salsabila Pratiwi (07011381823128) Tasha Putri P. (07011381823127) Dosen Pembimbing : Veronica Verbi, S.Sos, M.Si Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sriwijaya Tahun Ajaran 2018/2019

KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dan taklupa pula kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Sosiologi yang membahas tentang “Kesetaraan Ras dan Etnis”. Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi buku dan referensi internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Kesetaraan Ras dan Etnis, khususnya bagi penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan. Wassalamu’alaikum Wr. Wb

1

DAFTAR ISI

Kata pengantar................................................................................................................. 1 Daftar isi.......................................................................................................................... 2 Bab.I Pendahuluan.......................................................................................................... 3 1.1 Latar belakang .............................................................................................. 3 1.2 Rumusan masalah.......................................................................................... 4 1.3 Tujuan............................................................................................................ 4 Bab.II. Pembahasan......................................................................................................... 5 2.1 Pengertian Ras dan Etnis...............................................................................5 2.2 Munculnya Identitas Multiras.......................................................................,9 2.3 Kelompok Dominan dan Minoritas...……………........................................9 2.4 Konstruksi Identitas…...………………………............................................10 2.5 Prasangka…………………..……………………….....................................10 2.6 Diskriminasi Individu dan Institusi………...………………………............ 12 2.7 Pola Global antar Kelompok…………………………………………..........12 Bab.III.Penutup................................................................................................................13 3.1 Kesimpulan ...................................................................................................13 Daftar pustaka..................................................................................................................14

2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Diantara bangsa di dunia, Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari bermacam-macam etnik, bahasa, agama dan budaya. Mulai dari Sabang sampai Merauke telah hidup dan berkembang beraneka ragam adat-istiadat, bahasa daerah, kerajinan, seni dan lain-lain, yang masing-masing pada akhirnya memperkaya budaya nasional Indonesia . Para leluhur bangsa ini telah memberi contoh yang sangat baik ketika awal berdirinya republik ini berdiri, betapa mereka mampu menyatukan diri dan meletakkan kesukuan mereka dan melebur dalam Bhineka Tunggal Ika demi mengggapai tujuan bangsa yang dicita-citakan bersama. Ini tentunya menjadi literatur bagi kita untuk meletakkan multikultural sebagai modal pembangunan pendidikan. Pemahaman mengenai kesetaraan ras dan etnis ini hadir sebagai konsep pendidikan dalam konteks kebangsaan mengembangkan pengakuan terhadap keberagaman, perbedaan, dan kemajukan budaya , baik ras, suku etnis, dan agama. Konsep yang memberikan pemahaman tanpa adanya diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, kaya atau miskin, mayoritas atau minoritas. Dalam dunia pendidikan juga masih terasa adanya pandangan sebagian masyarakat kita yang masih menganggap bahwa suatu tugas atau jabatan itu hanya sukses kalau dipegang perempuan, atau jobs itu hanya dimiliki laki-laki saja. Hal ini bisa kita lihat misalnya dalam organisasi, mengapa bendahara harus wanita, mengapa seksi keamanan harus laki-laki, ketua kelas harus laki-laki, sarjana teknik sebaiknya laki-laki, sekretaris itu hanya

milik wanita dan sebagainya. Masing-masing

punya peran yang tidak lepas dari kodrat yang melekat pada diri mereka. Akan 3

tetapi gender lebih mengambil pada bentuk feminin dan maskulin sebagai identitas kedua setelah jenis kelamin.

1.2 Rumusan Masalah a. Apa itu ras dan etnis? b. Bagaimana munculnya identitas multiras? c. Apa itu kelompok dominan dan minoritas? d. Apa itu konstruksi identitas? e. Apa itu prasangka? f. Apa itu diskriminasi? Dan apa perbedaan diskriminasi individu dan diskrimiasi institusi? g. Bagaimana contoh pola global antar kelompok?

1.3 Tujuan a. Untuk mengetahui dan memahami apa itu ras dan etnis. b. Untuk mengetahui bagaimana munculnya suatu identitas multiras. c. Untuk mengetahui perbedaan antara kelompok dominan dan kelompok minoritas. d. Untuk mengetahui pengertian konstruksi identitas dan penjelasannya. e. Untuk mengetahui pengertian prasangka dan penjelasannya f. Untuk mengetahui pengertian diskriminasi dan pembagiannya, yaitu diskriminasi individu dan institusi. g. Untuk mengetahui bagaimana pola global antar kelompok.

4

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Ras dan Etnis Ras (dari bahasa sistem klasifikasi yang

Prancis race,

dari bahasa

dipergunakan

untuk

Latin radix,

"akar")

adalah

mengklasifikasikan

atau

mengkategorikan banyak manusia dalam populasi atau kelompok besar dan berbeda melalui ciri fenotipe, asal usul geografis, tampang jasmani, dan kesukuan yang terwarisi. Di awal abad ke-20 istilah ini sering digunakan dalam arti biologis untuk menunjuk populasi manusia yang beraneka ragam dari segi genetik dengan anggota yang memiliki fenotipe (tampang luar) yang sama. Ras adalah pengelompokan berdasarkan ciri biologis, bukan berdasarkan ciriciri sosiokultural. Dengan kata lain, ras berati segolongan penduduk suatu daerah yang mempunyai sifat-sifat keturunan tertentu berbeda dengan penduduk daerah lain. Manusia hidup di dunia memiliki perbedaan satu sama lain yang terlihat dari warna kulit, bentuk kepala, indeks muka, warna rambut,dan bentuk rambut. Ras merupakan konsepsi biologi, bukan konsepsi kebudayan. Apabila kita memberikan definisi ras, ciri-ciri yang kita kemukakan adalah ciri-ciri fisik yang menurun. Menurut Yoseph Arthur Gebinean, pandangan yang menimbulkan prasangka terhadap ras yang berbeda, antara lain sebagai berikut. a. Suku bangsa liar dapat hidup pada peradapan tinggi kalau bangsa yang menciptakan cara hidup yang lebih tinggi itu berasal dari ras sama. b. Suku bangsa liar itu selalu biadab meskipun pada waktu yang silam pernah mengadkan hubungan dengan bangsa yang peradabannya lebih tinggi. c. Ras yang berbeda tidak dapat saling mempengaruhi. d. Peradaban yang saling mempengaruhi dengan kuat tidak akan bercampur. Menurut A.L. Krober, ras di dunia dapat dibedakan sebagai berikut. a. Ras Mongoloid (Berkulit Kuning), yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia, antara lain : 5

1. Asiatic Mongoloid 2. Malayan Mongoloid 3. American Mongoloid b. Ras Negroid (Berkulit Hitam), yaitu penduduk asli wilayah Afrika dan sebagian Asia, antara lain : 1. African Negroid 2. Negroto 3. Melanesian c. Ras Kaukasoid (Kulit Putih), yaitu penduduk asli wilayah Eropa, sebagian Afrika, dan Asia, antara lain : 1. Nordic 2. Alpine 3. Mediteranian 4. Indic d. Ras Khusus Yang Tidak Dapat Diklasifikasikan, ras ini antara lain : 1. Bushman 2. Veddoid 3. Australoid 4. Polynesian 5. Ainu Pembagian ras dibedakan pada sifat fisik sama yang menurun. Pada garis besarnya, tanda fisik yang digunakan untuk mengklasifikasikan ras adalah : a. Bentuk Badan b. Bentuk Kepala c. Bentuk Air Muka dan Tulang Rahang Bawah d. Bentuk Hidung e. Warna Kulit f. Warna Rambut g. Warna Mata 6

h. Bentuk rambut Etnis berasal dari kata ethnos (suatu kata Yunani yang berarti “rakyat” atau “bangsa”), etnis merujuk pada orang yang mengidentifikasikan diri satu sama lain atas dasar keturunan dan warisan budaya bersama. Rasa kebersamaan ini dapat berpusat pada bangsa asal, makanan, busana, bahasa, musik, agama, atau nama dan hubungan keluarga. Orang sering merancukan istilah ras dengan etnis. Sebagai contoh, banyak orang menganggap Yahudi sebagai suatu ras. Namun orang Yahudi lebih tepat disebut sebagai suatu kelompok etnis, karena ciri budaya mereka, khususnya agama. Definisi tradisional ras dan etnis terkait dengan faktor biologis dan sosiologis. Ras mengacu pada karakteristik fisik seseorang, seperti struktur tulang dan kulit, rambut, atau warna mata. Etnis bagaimanapun, mengacu pada faktor budaya, termasuk kewarganegaraan, budaya daerah, keturunan, dan bahasa. Contoh ras adalah kulit coklat, putih, atau hitam (semua dari berbagai belahan dunia), sementara contoh etnis adalah keturunan Jerman atau Spanyol (tanpa memandang ras) atau orang China Han. Ras Anda ditentukan oleh penampilan Anda sementara etnisitas Anda ditentukan berdasarkan kelompok sosial dan budaya tempat Anda tinggal. Anda bisa memiliki lebih dari satu etnis tapi Anda dikatakan memiliki satu ras, bahkan jika itu adalah “ras campuran”. Tabel Perbandingan Etnis

Ras

Definisi

Kelompok etnis atau etnis adalah kelompok populasi yang anggotanya saling mengenal berdasarkan kewarganegaraan umum atau tradisi budaya bersama.

Istilah ras mengacu pada konsep membagi orang menjadi populasi atau kelompok berdasarkan berbagai jenis karakteristik fisik (yang biasanya berasal dari keturunan genetik).

Kepentingan

Etnis berkonotasi dengan ciri budaya bersama dan riwayat kelompok

Ras dianggap memiliki sifat biologis atau genetis, baik yang aktual maupun

7

bersama. Beberapa kelompok etnis juga memiliki sifat linguistik atau religius, sementara yang lain memiliki sejarah kelompok yang sama namun tidak memiliki bahasa atau agama yang sama.

yang dipaksakan. Pada awal abad ke19, perbedaan rasial dianggap penting dalam kecerdasan, kesehatan, dan kepribadian. Tidak ada bukti yang memvalidasi ide ini.

Silsilah

Etnis didefinisikan dalam kerangka silsilah bersama, baik aktual atau dugaan. Biasanya, jika orang percaya mereka berasal dari kelompok tertentu, dan mereka ingin dikaitkan dengan kelompok tersebut, maka mereka sebenarnya adalah anggota kelompok tersebut.

Kategori rasial dihasilkan dari silsilah bersama karena isolasi geografis. Di dunia modern isolasi ini telah dipecah dan kelompok ras telah bercampur.

Faktor yang membedakan

Kelompok etnik membedakan dirinya secara berbeda dari satu periode waktu ke periode lainnya. Mereka biasanya berusaha untuk mendefinisikan diri mereka sendiri tetapi juga didefinisikan oleh stereotip kelompok dominan.

Ras diasumsikan dibedakan dengan warna kulit, tipe wajah, dll. Namun, basis ilmiah perbedaan ras sangat lemah. Studi ilmiah menunjukkan bahwa perbedaan genetik rasial lemah kecuali pada warna kulit.

Nasionalisme

Pada abad ke-19, ada perkembangan ideologi politik nasionalisme etnis menciptakan negara-negara berdasarkan asal usul etnis bersama yang dianggap (misalnya Jerman, Italia, Swedia ...)

Pada abad ke-19, konsep nasionalisme sering digunakan untuk membenarkan dominasi satu ras di atas yang lain dalam negara tertentu.

Sistem Hukum

Dalam dekade terakhir pada abad ke20, di A.S. dan di kebanyakan negara, sistem hukum dan juga ideologi resmi melarang diskriminasi berbasis etnis.

Dalam dekade terakhir abad ke-20, sistem hukum dan juga ideologi resmi menekankan kesetararaan ras.

Konflik

Seringkali konflik brutal antara kelompok etnis telah ada sepanjang sejarah dan seluruh dunia. Tapi sebagian besar kelompok etnis pada kenyataannya saling berhubungan satu sama lain di kebanyakan negara sering kali.

Prasangka rasial tetap merupakan masalah yang terus berlanjut di seluruh dunia. Namun, ada sedikit konflik berbasis ras di abad ke-21 daripada di masa lalu.

Contoh

Konflik antara populasi Tamil dan

Konflik antara orang kulit putih dan

8

Konflik

Sinhala di Sri Lanka, atau orang Hutu dan Tutsi di Rwanda.

Afrika-Amerika di A.S., terutama selama gerakan hak-hak sipil.

2.2 Munculnya Identitas Multiras Sebagaimana sudah disebut, di masa kini ras-ras yang berbeda — hasil adaptasi dan evolusi ribuan tahun — mulai bertemu kembali. Orang-orang dari tempat yang jauh saling berinteraksi; beberapa malah sampai menikah dan berketurunan. Otomatis, ini berarti munculnya satu genre identitas baru: identitas multiras. Atau, kalau boleh dibilang, anak-anak yang lahir dari perkawinan beda suku. 2.3 Kelompok Minoritas dan Dominan Louis Wirth mendefinisikan kelompok minoritas sebagai orang-orang yag dipilih untuk diperlakukan tidak setara dan yang menganggap diri mereka sebagai objek diskriminasi kolektif. Diseluruh dunia kaum minoritas menghadapi kondisi yang sama : unsur fisik dan budaya mereka dipandang rendah oleh kelompok dominan, yang memperlakukan mereka tidak adil, dan mereka cenderung menikah dengan anggota kelompok mereka sendiri (Wagley dan Harris ). Kondisi tersebut cenderung menciptakan suatu ikatan identitas bersama dikalangan kaum minoritas. Yang mengejutkan ialah bahwa ternyata suatu minoritas tidak selalu merupakan minoritas dalam segi jumlah. Di kala Amerika Selatan mempraktekkan apharteid, orang keturunan Belanda yang berjumlah lebih sedikit melakukan diskriminasi terhadap sejumlah besar orang kulit hitam. Sejalan degan itu, para sosiolog tidak menyebutkan mereka yang melakukan diskriminasi sebagai mayoritas melainkan sebagai kelompok dominan atau dominant group, karena mereka memiliki kekuasaan privilese, dan status social lebih besar. Dengan kekuatan politik yang dimiliki dan dipersatukan oleh persamaan, ciri fisik dan budaya, kelompok dominan menggunakan posisinya untuk mendiskriminasikan orang yang memiliki ciri yang berbeda-yang dianggap lebih rendah. Kelompok dominan menganggap dirinya posisinya yang previlise adalah hasil dari keunggulan yang mereka miliki sejak lahir. Suatu kelompok menjadi suatu minoritas menjadi dua cara, yaitu melalui ekspansi perbatasan politik.kecuali pada kaum wanita, masyarakat suku tidak memiliki kelompok minoritas : setiap orang memilki kebudayan yang sama, bahasa yang sama, dan karakteristik yang sama. Namun, bilamana suatu kelompok

9

memperluas perbatasan politiknya, kelompok tersebut akan menciptakan kelompok minoritas apabila kelompok tersebut merangkum orang dengan kebiasaan. Cara kedua, yang membuat suatu kelompok menjadi kelompok minoritas adalah melalui migrasi. Ia dapat bersifat sukarela, sebagaimana halnya jutaan orang yang memilih untuk meninggalkan Meksiko untuk pergi ke Amerika Serikat : atau bersifat terpaksa seperti halnya jutaan orang Afrika yang dibawa ke Amerika Serikat dalam keadaan terbelenggu. 2.4 Konstruksi Identitas Beberapa diantara kita mempunyai rasa etnis lebih besar daripada orang lain. Beberapa diantara kita merasakan adanya batas tegas yang memisahkan “kita” dan “mereka”. Orang lain telah berasimilasi kedalam kebudayaan arus utama, sehingga kesadaran aka asal usul etnis mereka hanya terlihat samar. Jika kelompok relatif kecil, kekuasaannnya kecil, penampilannya berbeda dengan sebagian besar orang dalam masyarakat, dan menjadi objek diskriminasi, maka akan memiliki perasaan identitas etnis yang tinggi. Sebaliknya, bila orang itu termasuk dalam kelompok dominan yang memegang kekuasaan terbesar, berpenampilan seperti sebagian besar orang dlam masyarakat, dan tidak merasakan diskriminasi, orang akan cenderung merasa saling memiliki dan mempertanyakan mengapa etnis begitu dipermasalahakan. Dengan istilah upaya etnis (ethnic work) untuk merujuk cara orang mengkonstruksikan etnisnya. Bagi orang yang mempunyai suatu identitas, etnis yang teguh, istilah ini merujuk cara yang mereka gunakan untuk meningkatkan dan mempertahankan kekhasan kelompok. Bagi orang yang identitas etnisnya tidak sedemikian teguh, istilah ini merujuk upaya mereka mengalih kembali warisan etnis mereka, seperti mencoba mengusut genealogi keluarganya. 2.5 Prasangka Teori Prasangka Ada beberapa teori yang dikembangkan oleh para ilmuwan untuk menjelaskan Prasangka. Berikut akan dijelaskan dibawah ini Perspektif Psikologis Frustasi Dan Kambing Hitam dalam tahun 1939, psikolog John Dollard mengemukakan bahwa prasangka merupakan produk dari frustasi. Kambing hitam ini seringkali adalah suatu ras, etnis, atau agama minoritas yang secara tidak adil dipersalahkan atas kesulitan yang mereka alami dan menjadi sasaran pelampiasan 10

frustrasi. Bahkan frustrasi ringan pun dapat meningkatkan prasangka. Apakah anda pernah mempertanyakan apakah kepribadian merupakan suatu penyebab prasangka? Bagi Psikolog Theodor Adorno, yang melarikan diri dari kaum Nazi, ini bukanlah spekulasi sambil lalu. Adorno menyimpulkan bahwa orang yang sangat mudah berprasangka adalah seorang konformis yang tidak merasa aman. Mereka memiliki rasa hormat tinggi terhadap otoritas dan tunduk kepada atasan mereka. Ia menyebut mereka Kepribadian otoriter. Orang-orang ini percaya bahwa suatu hanya bisa benar atau salah. Ambiguitas mengganggu mereka, khususnya dibidang agama dan seks. Perspektif Sosiologis Para sosiolog menekankan bahwa kunci dalam memahami prasangka bukanlah sesuatu yang ada di dalam diri seseorang, melainkan faktor di luarnya. Para sosiolog menitikberatkan pada bagaimana beberapa lingkungan tertentu memupuk prasangka sedangkan lingkungan lain nya tidak. Prasangka dan diskriminasi bersifat fungsional bagi kaum nazi. Hakekat prasangka yang yang fungsional dan dibentuk oleh lingkungan sosial diperagakan oleh psikolog Muzafer dan Carolyn Sherif (1953). Studi sherif menunjukkan kepada kita beberapa pelajaran penting mengenai kehidupan sosial. Kita dapat mengatur lingkungan sosial untuk mengembangkan perasaan positif atau negatif terhadap orang, dan bagaimana prasangka muncul jika kita saling mempertemukan kelompok dalam suatu situasi kompetisi. Jika kaum kapitalis dapat tetap memecah belah kaum pekerja, mereka dapat menekan upah. Untuk melakukan ini kaum kapitalis mempunyai dua senjata utama : 1. Membiarkan pekerja merasa tidak aman. 2. Mengeksploitasi perseteruan ras dan etnis. Konsekuensi nya bersifat destruktif. Pembagian antar pekerja mengalihkan kemarahan dan permusuhan dari kaum elit kekuasaan dan menyalurkan emosi kuat ini ke kelompok etnis dan ras lain nya. Para penganut interaksionisme simbolis mempelajari cara label mempengaruhi persepsi dan menciptakan prasangka. Label yang kita pelajari mempengaruhi cara pandang kita terhadap seseorang. Label membuat kita kita melakukan atensi selektif; artinya, label label menuntun kita untuk melihat tertentu dan menutup mata kita pada hal lain. Label ras dan etnis bersifat sangat kuat.

11

2.6 Diskriminasi Individu dan Diskriminasi Institusi Diskriminasi Individu (individual discrimination) adalah pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Meskipun perilaku semacam itu menciptakan masalah, perilaku tersebut merupakan isu antar individu. Diskriminasi Institusi (institutional discrimination) merupakan tindakan diskriminasi yang tidak ada kaitan nya dengan prasangka individu, melainkan merupakan dampak kebijakan atau praktik tertentu berbagai institusi dalam masyarakat. Hipotek Rumah dan Kredit Bank Kredit bank memberikan gambaran sangat baik mengenai diskriminasi institusi. Ras etnis merupakan suatu faktor penting dalam memperoleh hipotek. Studi lain memperlihatkan bahwa untuk hipotek (Leondhardt 2002) dan kredit mobil (Henriques 2001) memperlihatkan orang afro-Amerika membayar cicilan lebih tinggi dari pada orang kulit putih, singkat cerita masalahnya bukan terletak pada insan bank yang melakukan diskriminasi berdasarkan pertimbangan pribadi melainkan adanya diskriminasi yang melekat pada institusi financial Negara. 2.7 Pola Global antar Kelompok Para sosiologi telah mempelajari hubungan ras-etnis di seluruh dunia. Mereka telah menemukan enam pola dasar yang menandai hubungan kelompok dominan dengan minoritas. a. Genosida Genosida Di abed lalu, dua conton genosida yang paling terkenal kekejamannya terjadi Eropa dan Afrikn. Pada tahun 1930-an. dan 1940-an di Jerman. Hitler dan kaum Nazi berupaya menghancurk.an semue orang Yahudi. Pada tahun 1990 di Rwanda, kaum Hutu mencoba menghancurkan semua arang Tutsi. Salah satu aspek mengerikan dari pembantaian tersebut ialah bahwa mereka yang berpartisipasi tidak merangkak keluar dari bawah batu atau tempat lain. Sebaliknya, mereka adalah warga biasa yang keikutsertaannya didorong oleh label yang memandang para korban sebagai musuh yang pantas mati (Huttenbach 1991: Browing 1993, Gross 2001). Label merupakan kekuatan besar dalam kehidunan manusia. Label yang merendahkan derajat manusia membantu orang dalam membuat penggolongan untuk membedakan tindakan mereka dari perasaan sebagai 12

orang yang baik dan bermoral. Anggapan bahwa anggota kelompok tertentu lebih rendah daripada manusia mengandung arti bahwa perlakuan tidak manusiawi terhadap mereka dapat dibenarkan. Dengan demikian, orang dapat membunuh-dan tetap mempertahankan konsep diri yang baik (Bernard dkk 1971). Singkatnya, memberikan label kelompok rarger rendah daripada manusia adalah tindakan-tindakan yang, memfasilitasi genosida. b. Transfer Penduduk Ada dua tipe transfer penduduk (population transfer): yaitu transfer tidak langsung dan transfer Iangsung. Transfer penduduk tidak langsung tercapai dengar menjadikan kehidupan sedemikian tidak tertahankan lagi bagi anggota suatu minoritas sehingga mereka harus pergi "dengan sukarela." Dalam kondisi pahit dari Rusia di zaman kekaisaran, misalnya, jutaan orang Yahudi menempuh "pilihan" ini. Transfer langsung terjadi jika suatu kelompok dominan mengusir suatu minoritas. Contohnya adalah relokasi orang Amerika Pribumi ke reservasi dan transfer orang Amerika keturunan jepang ke kamp tahanan selama Perang Dunia II. Pada tahun 1990-an, suatu kombinasi antara genosida dan transfer penduduk terjadi di Bosnia dan Kosovo. bagian dari bekas Yugoslavia Suatu kebencian yang dipupuk selama berabad-abad telah diredam semasa kekuasaan tangan besi Tito dari tahun 1944 sampai 1980. Setelah Tito meninggal, kebencian membara yang telah ditekan-tekan muncul ke permukaan dan Yugoslavia pecah menjadi faksi-faksi yang saling berperang. Di kala orang Serbia memperoleh kekuasaan, orang Muslim memberontak dan memula perang gerilya. Orang Serbia melampiaskan kebencian mereka dengan apa yang mereka sebut sebagai pembersihan etnis (ethnic cleansing); mereka meneror desa-desa dengan melakukan pembunuhan dan perkosaan., memaksa orang-orang yang selamat untuk lari ketakutan. c. Kolonialisme Internal Istilah kolonialisme digunakan untuk menggambarkan cara Bangsa Paling Berindustrialisasi mengeksploitasi Bangsa Paling Sedikit. Para penganut teori konflik menggunakan istilah konialisme Internal (internal colonialism) untuk menggambarkan cara kelompok dominan dalam suatu negara mengeksploitasi kelompok minoritas demi kemajuan ekonominya. Kelompok dominan memanipulasi institusi sosial guna menindas minoritas dan menghilangkan akses penuh ke sumber daya masyarakat mereka. Perbudakan 13

merupakan contoh yang ekstrem mengenai kolonialisme internal, seperti halnya sistem apartheid di Afrika Selatan. Meskipun orang Afrika yang dominan memandang rendah kelompok minoritas, mereka tetap menganggap kehadiran kelompok minoritas penting. d. Segregas Kolonialisme internal sering kali disertai oleh segregasi (segregation)pemisahan formal kelompok ras atau etnis. Segregasi memungkinkan kelompok dominan mempertahankan jarak sosial dari minoritas, namun tetap dapat mengeksploitasi tenaga mereka sebagai juru masak, tenaga pembersih, supir, pembantu rumah tangga, pengasuh anak, pekerja pabrik, dan seterusnya. Menurut hukum di Amerika Serikat bagian Selatan. sampai tahun 1960-an, orang Afro-Amerika dan orang kulit patih harus menggunakan fasilitas pablik. seperti hotel, sekolah, kolam renang. kamar mandi, dan bahkan kran tempat minum, yang terpisah. Dalam 38 negara bagian. hukum melarang penikahan antara orang kulit hitam dengan orang kulit putih. Pelanggarnya dapat dipenjara (Mahoney dan Kooistra 1995: Crossen 2004). Hukum terakhir semacam ini dicabut pada tahun 1967 (Spickard 1989). Di Israel, orang Palestina yang bekerja untuk orang israel yang dominan diharuskan membawa kartu pas dan melewati tempat pemeriksaan dengan penjagaan bersenjata di pagi hari dan kembali ke kawasan mereka sendiri pada sore harinya. Bagi sebagian besar orang Amerika, segregasi rasetnis di bidang perumahan masih juga terjadi. Dalam kotak Keanekaragaman Budaya di halaman berikut, Anda dapat melihat bagaimana segregasi pemukiman terkait dengan kolonialisme internal. e. Asimilasi Asimilasi (assimilation) merupakan proses di mana suatu kelompok minoritas diserap ke dalam arus utama. Terdapat dua macam asimilasi. Dalam asimilasi yang diperksakan , kelompok dominan tidak mengizinkan minoritas untuk beribadah dalam agamanya, menggunakan bahasanya, atau mengikuti kebiasaannya. Sebelum jatuhnya Uni Soviet, misalnya, kelompok dominan, orang Rusia, menuntut agar anak sekolah Armenia memasuki sekolah di mana mereka belajar bahasa Rusia. Orang Armenia hanya boleh merayakan hari raya Rusia, bukan hari raya Armenia. Asimilasi yang diizinkan, sebaliknya, memperbolehkan kelompok minoritas untuk mengadopsi pola kelompok dominan dengan cara dan laju kecepatannya sendiri. 14

f. Multikulturalisme (Pluralisme) Kebijakan yang dinamakan multikulturalisme (multiculturalism), yang juga disebut sebagai pluralisme (pluralism), mengizinkan atau bahkan menganjurkan keanekaragaman ras dan etnis. Kelompok minoritas dapat mempertahankan identitas budaya personal mereka, namun tetap dapat berpartisipasi dengan bebas dalam institusi sosial negara, mulai dari pendidikan sampai politik. Swiss merupakan suatu contoh sangat baik mengenai multikulturalisme. Orang Swiss terdiri atas empat kelompok etnis: Prancis, Italia. Jerman, dan Roma. Kelompok tersebut mempertahankan bahasa mereka sendiri, dan mereka hidup secara damai dalam satu kesatuan politik dan ekonomi. Multkulturalisme di sana telah sedemikian berhasil sehingga tidak satu pun di antara kelompok-kelompok tersebut dapat disebut sebagai minoritas.

15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Indonesia merupakan salah satu negara multikulturalis terbesar di dunia. Berbagai pluralitas yang ada di Indonesia terdiri dari keragaman kelas sosial, etnik dan ras, gender, anak berkebutuhan khusus, agama, bahasa, dan usia. Pluralisme adalah sebuah kerangka dimana ada interaksi beberapa kelompok-kelompok yang menunjukkan rasa saling menghormat dan toleransi satu sama lain. Pluralisme dapat dikatakan salah satu ciri khas masyarakat modern dan kelompok sosial yang paling penting, dan mungkin merupakan pengemudi utama kemajuan dalam ilmu pengetahuan, masyarakat, dan perkembangan ekonomi. Etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis. Konsep etnikitas bersifat relasional yang berkaitan dengan identifikasi diri dan asal-usul sosial. Apa yang kita pikirkan sebagai identitas kita tergantung kepada apa yang kita pikirkan sebagai bukan kita. Orang Jawa bukan Madura, Batak dll. Konsekuensinya, akan lebih baik dipahami sebagai proses penciptaan batas-batas formasi dan ditegakkan dalam kondisi sosial-historis yang spesifik. Ras adalah suatu kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik bawan yang sama. Diferensiasi ras berarti pengelompokkan masyarakat berdasarkan ciriciri fisiknya, bukan budayanya.

16

DAFTAR PUSTAKA

Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi Jilid 2. Jakarta : Erlangga https://gebrielleizious.wordpress.com/2012/06/07/pengertian-gender-ras-danetnis/ https://apaperbedaan.com/etnis-dan-ras/ https://blog.ruangguru.com/mengenal-ras-dan-suku-bangsa-di-indonesia

17

Related Documents


More Documents from "Fitri Rahayu"