Makalah Sosiologi Asl.docx

  • Uploaded by: fira safira
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sosiologi Asl.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 10,288
  • Pages: 44
MAKALAH SOSIOLOGI

OLEH :

SAFIRAH HULJANNAH A021181035

UNIVERSITAS HASANUDDIN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN MANAJEMEN 2018

KELOMPOK I PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat jika individu dan kelompok sosial saling bertemu dan menetukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat di artikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama atau didalam kehidupan sosial, misalnya saling mempengaruhi antara sosial dan politik, politik dan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya. Proses sosial juga dapat di artikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan,antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Secara harfiah, interaksi berarti tindakan (action) yang berbalasan antara individu atau antar kelompok. Tindakan saling mempengaruhi ini sering kali dinyatakan dalam bentuk simbol-simbol atau konsep konsep sedangkan kata sosial bisa di artikan sebagai segala macam aspek di mana berhubungan pada manusia serta kondisi sosial lingkungan Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial (Gunawan, 2010) : 1. Adham Nasution Proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain. 2. Abu Ahmadi Proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya.

3. Soerdjono Dirdjosisworo Proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama. Ia kemudian memperinci pengertian rumusan ini sebagai berikut : a. Pengaruh timbal balik sebagai akibat hubungan timbal balik antara individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok mengenai berbagai aspek kehidupan manusia seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. b. Berbagai segi kehidupan tersebut adalah penerapan aspek-aspek utama dalam kehidupan sosial yang mewarnai bahkan menentukan perkembangan dalam kehidupan bersama. Interaksi sosial sendiri diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang secara perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok manusia. 4. Roucek dan Warren Interaksi adalah suatu proses melalui tindak balas tiap-tiap kelompok berturut-turut menjadi unsur penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain. Ia adalah suatu proses timbal balik, yang mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain. Ciri-Ciri dan Tujuan Interaksi Sosial Menurut Charles P. Loomis, sebuah hubungan itu bisa dikatakan interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri hubungan sebagai berikut : a. Jumlah pelakunya adalah dua orang atau lebih b. Adanya komunikasi antar pelaku dengan menggunakan simbol atau lambanglambang c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang d. Adanya tujuan yang hendak dicapai, Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut : a. Terciptanya hubungan yang harmonis b. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan

c. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat) Faktor-Faktor yang Mendasari Proses Terbentuknya Interaksi Sosial a. Faktor Internal Adapun yang menjadi dorongan dari dalam diri seseorang untuk berinteraksi sosial meliputi hal-hal berikut : 1) Dorongan untuk meneruskan keturunan 2) Dorongan untuk memenuhi kebutuhan 3) Dorongan untuk mempertahankan kehidupan 4) Dorongan untuk berkomunikasi b. Faktor Eksternal Terdiri dari : 1) Faktor Imitasi Yaitu proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik sikap penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa-apa yang dimilikinya. Imitasi pertama kali muncul di lingkungan tetangga dan lingkungan masyarakat. 2) Faktor Sugesti Adalah rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi sugesti menuruti atau melaksanakan tanpa berpikir kritis dan rasional. 3) Faktor Identifikasi Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya. Proses identifikasi tidak hanya terjadi melalui serangkaian proses peniruan pola perilaku saja, tetapi juga melalui proses kejiawaan yang sangat mendalam. 4) Faktor Simpati Yaitu proses kejiwaan dimana seorang individu merasa tertarik kepada seseorang atau kelompok orang dikarenakan sikapnya, penampilannya, wibawanya atau perbuatannya yang sedemikian rupa. 5) Faktor Motivasi

Yaitu rangsangan, pengaruh, stimulus yang diberikan seorang individu kepada individu lain, sehingga orang yang diberi motivasi menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional dan penuh rasa tanggung jawab. Motivasi biasanya diberikan oleh orang yang memiliki status yang lebih tinggi dan berwibawa. Contohnya : motivasi dari seorang ayah kepada anaknya dan dari seorang guru kepada siswa. 6) Faktor Empati Faktor empati mirip dengan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi dengan perasaan organisme tubuh yang sangat dalam (intens). Syarat-syarat Interaksi Sosial 1. Kontak Sosial Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersamasama dan tango yang berarti menyentuh. Jadi, secra harfiah kontak adalah bersamasama menyentuh. Secara fisik, kontak baru akan terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Apabila dengan perkembangan teknologi saat ini, orang-orang dapat berhubungan melalui telepon, telegraf, radio, surat dan seterusnya. Dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Erjadinya suatu kontak tidak semata-mata dari tindakan, tetapi juga tanggapan terhadap tindakan tersebut. Kontak sosial dapat bersifat positif yang mengarah pada suatu kerja sama, atau bahkan bersifat negative yang mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan bersifat negative yang mengarah pada suatu pertentangan atau bahkan sama sekali tidak menghasilkan suatu interaksi sosial. 2. Komunikasi Arti penting komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap), perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. Suatu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya ketika orang Indonesia berjabat tangan dengan orang Jerman padahal keduanya tidak mengerti bahasa yang diucapkan satu sama lain. Dalam kasus tersebut, kotak sebagai syarat pertama telah terjadi, tetapi komunikasi tidak terjadi sehingga interaksi sosial pun tidak terjadi. Dengan demikian, apabila dihubungkan dengan interaksi sosial, kontak tanpa komunikasi tidak mempunyai arti apa-apa.

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Interaksi sosial dapat terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu kerja sama, persaingan, pertikaian atau pertentangan dan akomodasi. Bentuk-bentuk tersebut dapat terjadi secara berantai terus-menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Misalnya suatu pertikaian untuk sementara waktu dapat diselesaikan (akomodasi), kemudian dapat bekerja sama, berubah menjadi persaingan dan apabila persaingan ini memuncak maka dapat terjadi pertikaian. Proses-proses interaksi yang pokok adalah sebagai berikut : 1. Proses-proses yang Asosiatif a. Kerja Sama (Cooperation) Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktivitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktivitas masing-masing. Roucek dan Warren mengatakan bahwa kerja sama berarti bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Charles Horton Cooley, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingankepentingan tersebut melalui kerja sama. Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama yaitu : 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3) Kooptasi (Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. 5) Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Misalnya pengeboran minyak, perhotelan perfilman, pengelolaan pelabuhan dan lain sebagainya. b. Akomodasi (Accomodation) Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Menurut

Soedjono, akomodasi adalah suatu keadaan dimana suatu pertikaian atau konflik mendapat penyelesaian sehingga terjalin kerja sama yang baik kembali. c. Asimilasi (Assimilation) Menurut Gillin & Gillin, Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut, ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompokkelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. 2. Proses-proses yang disasosiatif a. Persaingan (Competition) Orang-perorang atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian publik, tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Dua tipe persaingan diantaranya bersifat pribadi di mana orang-perorang langsung bersaing misalnya memperoleh kedudukan tertentu di dalam suatu organisasi (rivaly). Dan Tidak bersifat pribadi di mana kelompok-kelompok manusia yang bersaing seperti antara dua perusahaan besar. b. Kontravensi (Contravention) Kontravensi ditandai adanya gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang, suatu rencana, perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang. Kontravensi merupakan suatu sikap mental yang tersembunyi terhadap orang-orang lain atau terhadap unsur-unsur kebudayaan suatu golongan tertentu tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian. Kontravensi bersifat agak tertutup atau rahasia. Salah satu bentuk Contravention adalah cold war tujuannya membuat lawan tidak tenang, curiga, dan penuh rahasia. c. Pertentangan atau Pertikaian (conflict) Pertentangan atau pertikaian adalah suatu proses sosial di mana orang-orang atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Sebab-sebab Pertentangan di antaranya terdapat perbedaan antara orang-perorang (pendirian perasaan), perbedaan

kebudayaan, bentrokan antara kepentingan-kepentingan, serta perubahanperubahan sosial dalam masyarakat.

KESIMPULAN Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat jika individu dan kelompok sosial saling bertemu dan menetukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Proses sosial dapat di artikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama atau didalam kehidupan sosial, misalnya saling mempengaruhi antara sosial dan politik, politik dan ekonomi, ekonomi dan hukum, dan seterusnya. Proses sosial juga dapat di artikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan orang perorang atau kelompok secara bersama. Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian proses sosial dan interaksi sosial (Gunawan, 2010) : 1. Adham Nasution Proses sosial adalah proses kelompok-kelompok dan individu-individu saling berhubungan, yang merupakan bentuk antara aksi sosial, ialah bentuk-bentuk yang nampak kalau kelompok-kelompok manusia atau orang perorangan mengadakan hubungan satu sama lain. Kemudian ditegaskan lagi, bahwa proses sosial adalah rangkaian sikap/tindakan manusia (human actions) yang merupakan aksi dan reaksi atau challenge dan respons di dalam hubungannya satu sama lain. 3. Abu Ahmadi Proses sosial dimaksudkan cara-cara interaksi (aksi dan reaksi) yang dapat diamati apabila perubahan-perubahan mengganggu cara hidup yang telah ada. Dengan konsep interaksi sosial, ia memberikan batasan proses sosial sebagai pengaruh timbal balik antara individu dan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan di dalam usaha mereka untuk mencapai tujuannya. tujuan yang hendak dicapai dari interaksi sosial itu adalah sebagai berikut : d. Terciptanya hubungan yang harmonis e. Tercapainya tujuan hubungan dan kepentingan f. Sebagai sarana dalam mewujudkan keteraturan hidup (kehidupan sosial masyarakat) Syarat-syarat Interaksi Sosial 1. Kontak Sosial 2. Komunikasi

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial a. Kerja Sama (Cooperation) Menurut James D. Thompson dan William J. Mc Ewen ada 5 (lima) bentuk kerja sama yaitu : 1) Kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong. 2) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih. 3) Kooptasi (Cooptation), yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. 4) Koalisi (Coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. 5) Joint Venture, yaitu kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu. Misalnya pengeboran minyak, perhotelan perfilman, pengelolaan pelabuhan dan lain sebagainya. b. Akomodasi (Accomodation) c. Asimilasi (Assimilation)

KELOMPOK II KELOMPOK SOSIAL A. Definisi kelompok sosial Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbale balik baik yang saling memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong.Berikut ini adalah beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian kelompok sosial : a) Soerjono soekanto Kelompok adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena saling berhubungan di antara meraka secara timbale balik dan saling memperngaruhi. b) B. Horton dan Charles L. Hunt Istilah kelompok sosial diartikan sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotangaan dan saling bernteraksi. Ciri-ciri kelompok sosial sebagai serikut : a) Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia yang lain. b) Memiliki struktur sosial. c) Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya. B. Tipe-tipe kelompok sosial 1. Klasifikasi Tipe – tipe Kelompok Sosial Sistematika kelompok – kelompok terpenting dalam struktur sosial kelompok atau organisasi. Kategori utama

Tipe umum

Tipe khusus

Kesatuan wilayah

Kesatuan atas kepentingan yang tanpa organisasi

dasar Kesatuan atas dasar sama, kepentingan yang sama, dengan organisasi yang tetap Komuniti 1. Kelas 1. Kelompok primer 2. Kelompok etnis dan ras 2. Asosiasi besar 3. Kerumunan Suku bangsa, 1. Kasta, elite, kelas atas 1. Keluarga, kelompok daerah, kota, dasar persaingan, kelas atas permainan, klik, club desa, rukun dasar kerja sama. 2. Negara, gereja, tetangga 2. Kelompok atas dasar perkumpulan atas dasar perbedaan warna kulit, ekonomi, persatuan kelompok imigran, kelompok buruh, dan lain – lain.

nasional. 3. Kerumunan dengan kepentingna yang sama dan kepentingan umum. Kriteria utama 1. 1. Sikap yang sama dari Kepentingan anggota kelompok yang 2. Bertempat bersangkutan dan organisasi tinggal di yang tidak tetap. suatu wilayah 2. Organisasi sosial yang tertentu tidak tetap Kriteria 1. Kepentigan yang tambahan sementara. 2. Sifat kelompok yang sementara.

1. Kepentingan yang terbatas 2. Organisasi sosial tertentu

1. Jumlah keanggotaan terbatas 2. Organisasi sosial formal 3. Pentingnya hubungan yang tidak bersifat pribadi. 4. Jenis kepentingan yang dikejar.

Ada kalanya dasar untuk membedakan kelompok – kelompok sosial adalah faktor – faktor : 1. Kesadaran akan jenis yang sama 2. Adanya hubungan sosial 3. Orientasi pada tujuan yang sudah di tentukan Dengan demikian tipe – tipe umum kelompok sosial adalah sebagai berikut 1. Kategori statistik 2. Kategori social 3. Kelompok sosial 4. Kelompok tak teratur 5. Organisasi formal

1 + + ±

2 + ±

3 ±

+ + +

Penjelasa : ( tanda + berarti ada faktor seperti di sebut diatas, sedangkan tanda – berarti tidak ada )

1. Kategori statistic adalah pengelompokka atas dasar ciri tertentu yang sama, seperti kelompok umur. 2. Kategori sosial merupakan kelompok individu yang sadar akan ciri – ciri yang dimiliki bersama, umpamanya, Ikatan Dokter Indonesia. 3. Kelompok sosial seperti misalnya, keluarga batih. 4. Kelompok tidak teratur, yakni berkumpulnya orang – orang di suatu tempat pada waktu yang sama, karena pusat perhatian yang sama, contohnya orang – orang antri karcis kereta api. 5. Organisasi formal, yaitu setiap kelompok yang sengaja di bentuk untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu dan telah di tentukan terlebih dahulu, contohnya, birokrasi. 2. Kelompok sosial dipandang dari sudut individu Kelompok sosial termasuk biasanya adalah atas dasar kekerabatan, usia, seks dan kadang kadang atas dasar peradaban pekerjaan atau kedudukan. Dalam masyarakat yang suda kompleks, individu biasanya menjadi anggota dari kelompok sosial tertentu sekaligus, misalnya atas dasar seks, ras, dan sebagainya. Akan tetapi dalam hal lain seperti dibidang pekerjaan, rekreasi, dan sebagainya, keanggotaannya bersifat suksrela. 3. In-Group dan Out-Group Kelompok sosial merupakan tempat dimana individu mengidentifikasikan dirinya sebagai in-grupnya. Jelas apabila suatu kelompok sosial merupakan ingroupnya atau tidak bersifat relatife dan tergantung pada situasi-situasi sosial tertentu. Out-group di artikan oleh individu sebagai kelompok yang menjadi lawan ingroupnya. Ia sering dikaitkan dengan istilah – istilah ‘’ kami atau kita’’ dan ‘’mereka’’, seperti ‘’kita warga RT 001’’ sedangkan ‘’mereka warga RT 002’’, ”kami mahasiswa fakultas hukum” sedengakan “mereka mahasiswa Fakultas Ekonomi”, sikap – sikap in- group pada umumnya didasarkan pada faktor simpati dan selalu mempunyai perasaan dengan anggota kelompok. Perasaan in-group atau Out grup di dasari dengan suatu sikap yang dinamakan etnosentris, yaitu adanya anggapan bahwa kebiasaan dalam kelompoknya merupakan yang terbaik disbanding dengan kelompok lainnya. 4. Kelompok Primer ( Primary group) dan Kelompok Sekunder ( Secondary group) Kelompok primer atau face to face group merupakan kelompok sosial yang paling sederhana, dimana anggotanya saling mengenal serta ada kerjasama yang erat. Contonya keluarga, kelompok sepermainan dan lain-lain. Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang, yang sifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langgeng. Contohnya hubungan kontrak jual beli. 5. Paguyuban ( Gemeinschaft) dan petembayan ( Gesellschaft)

Oleh Tonnies dikatakan bahwa suatu paguyuban mempunyai beberapa cirri pokok, yaitu sebagai berikut. 1. Intimate, yaitu hubungan menyeluruh yang mesra. 2. Private, yaitu hubungan yang bersifat pribadi, khusus untuk beberapa orang saja. 3. Exclusive, yaitu hubungan tersebut hanyalah untuk ‘’kita’’ saja dan tidak untuk orang – orang lain di luar ‘’kita’’. Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama, di mana anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah, dan kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa persatuan batin yang memeng telah dikodratkan. Seperti hubungan dalam keluarga, tetangga, rukun kekerabatan, dan lain-lain. Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu pendek, ia bersifat sebagai suatu bentuk dalam pikiran belaka, contohnya ikatan antar pedagang, organisasi dalam suatu pabrik, dan lain-lain. 6. Formal Group dan Informal Group Formal grup adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota – anggotanya untuk mengatur hubungan antar sesama. Contohnya organisasi. Informal grup adalah tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu atau yang pasti. Kelompok – kelompok tersebut baiasanya terbentuk karena pertemuan yang berulang kali yang didasari oleh kepentingan dan pengalaman yang sama. Contohnya klik. 7. Membership Group dan Reference Group Membership group merupakan suatu kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Reference group dalah kelompok – kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. 8. Kelompok Okupasional dan Volenter Kelompok okupasional adalah kelompok yang muncul karena semakin memudarnya fungsi kekerabatan, dimana kelompok ini timbul karena, anggotanya memiliki pekerjaan yang sejenis. Contohnya kelompok provesi, seperti asosiasi sarjana farmasi, ikatan dokter indonesia, dan lain-lain. Kelompok volenter adalah kelompok orang yang memiliki kepentingan sama, namun, tidak mendapatkan perhatian masyarakat. Melalui kelompok ini di harapkan

akan dapat memenihi kepentingan anggotanya secara individual tanpa mengganggu kepentingan masyarakat secara umum. C. Kelompok sosial yang tidak teratur Bermacam-macam kelompok sosial yang tidak teratur yaitu : a. Kerumunan Ukuran utama kerumunan adalah kehadiran orang-orang secara fsik, paling tidak batas kerumunan adalah sejauh mana mata dapat melihat dan selama telinga dapat mendengarkannya. Kerumunan merupakan suatu kelompok sosial yang bersifat sementara. Interaksi didalam kerumunan bersikap spontan dan tidak terduga , serta orang-orang yang hadir memiliki kedudukan yang sama. Bentuk-bentuk umum kerumunan yaitu sebagai berikut : a) Kerumunan yang berartikulasi dengan struktur sosial 1. Formal audiences Khalayak penonton atau pendengar yang formal merupakan kerumunan-kerumunan yang mempunyai pusat perhatian dan persamaan tujuan, tetapi sifatnya positif. Contohnya penonton film, orang-orang yang menghadiri khotbah agama. 2. Planned expressive group Kelompok expensive yang telah direncanakan adalah kerumunan yang pusat perhatiannya tak begitu penting, tetapi mempunyai persamaan tujuan yang tersimpul dalam aktivitas kerumunan tersebut serta kepuasan yang dihasilkannya. Fungsinya adalah sebagai penyalur ketegangan-ketegangan yang didalami orang karena pekerjaan sehrihari. Contoh orang yang berpesta, berdansa, dan sebagainya. b) Kerumunan yang bersifat sementara 1. Contoh inconvenient aggregations Kumpulan yang kurang menyenangkan adalah orang-orang yang antri karcis, orang-orang yang menunggu bis, dan sebagainya. Dalam kerumunan itu kehadiran orang-orang lain merupakan halangan terhadap tercapainya maksud seseorang. 2. Panic crowds Kerumunan orang-orang yang sedang dalam keadaan panic, yaitu orang-orang yang bersama-sama berusaha menyelamatkan diri dari suatu bahaya. Dorongan dalam diri individu-individu dalam kerumunan tersebut mempunyai kecendrungan untuk mempertinggi rasa panic. 3. Spectator crowds Kerumunan penonton yang terjadi karena ingin melihat suatu kejadian tertentu. Kerumunan semacam ini hampir sama dengan khalayak penonton, tetapi bedanya adalah bahwa kerumunan penonton tidak direncanakan.

D. Kelompok-kelompok Kecil(Small Group) Di dalam kelompok-kelompok besar, pasti akan timbul kelompokkelompok kecil. Hal itu disebabkan karena manusia mungkin tidak mempunyai kepentingan-kepentingan sama; manusia memerlukan perlindungan dari rekan-rekannya; manusia mempunyai kemampuan yag terbatas didalam pergaulan hidup dan lain sebagainya. Keaadan itu menyebabkan timbulnya small group yang merupakan wadah orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama. Jadi, Small group adalah suatu kelompok yang secara teoritis terdiri dari paling sedikit dua orang di mana orang-orang tersebut saling berhubungan untuk memenuhi tujuan-tujuan tertentu dan yang menganggap hubungan itu sendiri penting baginya. E. Dinamika Kelompok Sosial Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan kata lain, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami perubahanperubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Akan tetapi, pada umumnya ataupun reformasi dari pola-pola didalam kelompok tersebut karena pengaruh dari luar. Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antarindividu dalam kelompok atau karena adanya konflik antarbagian kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan segolongan dalam kelompok itu sendiri. Ada bagian atau segolongan dalam kelompok itu yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lainnya, yaitu: o Ada kepentingan yang tidak seimbanga sehingga timbul ketidakadilan o Ada pula perbedaan paham tentang cara-cara memenuhi tujuan kelompok dan lain sebagainya. Didalam dinamika kelompok, mungkin terjadi antagonisme antarkelompok. Apabila terjadi peritiwa tersebut, secara hipotesi prosesnya adalah sebagai berikut. o Bila dua kelompok bersaing, maka kan timbul stereotip o Kontrak antara kedua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi sikap tindak bermusuhan tersebut. o Tujuan yang harus dicapai dengan kerja sama akan dapat menetralkan sikap tindak bermusuhan.

KESIMPULAN A. Definisi kelompok sosial Kelompok sosial atau social group adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup bersama, karena adanya hubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain menyangkut hubungan timbale balik baik yang saling memengaruhi dan juga suatu kesadaran untuk saling menolong. Ciri-ciri kelompok sosial sebagai serikut : a) Merupakan kesatuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kelompok atau kesatuan manusia yang lain. b) Memiliki struktur sosial. c) Memiliki norma-norma yang mengatur hubungan diantara para anggotanya. Ada kalanya dasar untuk membedakan kelompok – kelompok sosial adalah faktor – faktor : 1. Kesadaran akan jenis yang sama 2. Adanya hubungan sosial 3. Orientasi pada tujuan yang sudah di tentukan F. Dinamika Kelompok Sosial Kelompok sosial bukan merupakan kelompok statis. Setiap kelompok sosial pasti mengalami perkembangan serta perubahan. Beberapa kelompok sosial sifatnya lebih stabil daripada kelompok-kelompok sosial lainnya, atau dengan kata lain, strukturnya tidak mengalami perubahan-perubahan yang mencolok. Ada pula kelompok-kelompok sosial yang mengalami perubahanperubahan cepat, walaupun tidak ada pengaruh-pengaruh dari luar. Keadaan yang tidak stabil dalam kelompok sosial terjadi karena konflik antarindividu dalam kelompok atau karena adanya konflik antarbagian kelompok tersebut sebagai akibat tidak adanya keseimbangan segolongan dalam kelompok itu sendiri. Ada bagian atau segolongan dalam kelompok itu yang ingin merebut kekuasaan dengan mengorbankan golongan lainnya, yaitu: o Ada kepentingan yang tidak seimbanga sehingga timbul ketidakadilan o Ada pula perbedaan paham tentang cara-cara memenuhi tujuan kelompok dan lain sebagainya. Didalam dinamika kelompok, mungkin terjadi antagonisme antarkelompok. Apabila terjadi peritiwa tersebut, secara hipotesi prosesnya adalah sebagai berikut. o Bila dua kelompok bersaing, maka kan timbul stereotip o Kontrak antara kedua kelompok yang bermusuhan tidak akan mengurangi sikap tindak bermusuhan tersebut.

KELOMPOK III STRATIFIKASI SOSIAL Secara teoretis semua manusia dapat dianggap sederajat, akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok sosial halnya tidaklah demikian sehingga untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat terdapat pokok-pokok berikut sebagai pedoman: a. Pada sistem pertentangan yang ada dalam masyarakat, hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat tertentu. b. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur antara lain: 1. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif, seperti: penghasilan,kekayaan,keselamatan. 2. Sistem pertanggaan yang diciptakan oleh warga masyarakat. 3. Kriteria sistem pertentangan dapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, wewenang atau kekuasaan. 4. Lambang-lambang kedudukan, seperti tingkah laku hidup, cara berpakaian,perumahan,keanggotaan pada suatu organisasi. 5. Mudah atau sukanya bertukar kedudukan. 6. Solidaritas diantara individuatau kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat: a) Pola-pola interaksi. b) Kesamaan atau ketidaksamaan sistem kepercayaan,sikap, dan nilai. c) Kesadaraan akan kedudukan masing-masing. d) Aktivitas sebagai organ kolektif. A. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat Berdasarkan sifatnya stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi tiga: a. Sistem Stratifikasi Sosial Terbuka Stratifikasi Sosial Terbuka merupakan stratifikasi sosial dimana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, demikian pula sebaliknya, setiap anggota juga dapat turun ke kelas yang lebih rendah. Contohnya dalam dunia bisnis, setiap pengusaha memiliki kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak konsumen dan meraup keuntungan yang lebih. b. Sistem Stratifikasi Sosial Tertutup Stratifikasi Sosial Tertutup merupakan stratifikasi sosial yang setiap anggotanya tidak akan berpindah dari kelompok tertentu karena satu – satunya penentu pengelompokkan dalam sistem stratifikasi sosial tertutup

adalah melalui kelahiran. Contohnya adalah pada masyarakat yang masih menggunakan ras sebagai dasar pelapisan sosial. c. Sistem Stratifikasi Sosial Campuran Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi dari stratifikasi sosial terbukan dan tertutup. Contohnya adalah orang asli bali memiliki kedudukan yang tinggi di bali (stratifikasi tertutup), tetapi ketika ia pindah ke daerah lain kedudukannya bisa berubah sesuai dengan usaha dan kemampuannya (stratifikasi terbuka). B. Dasar Lapisan Masyarakat Ada beberapa lapisan yang muncul dalam masyarakat, salah satunya lapisan atasan dengan bawahan, tetapi masih ada lapisan lain yang didasarkan oleh apa yang dihargai masyarakat di suatu wilayah. Salah satu contoh lapisan yang muncul di masyarakat adalah adanya kalangan atau kaum borjuis dan kaum proletar yang dikemukakan oleh Karl Max dengan melihat dari dimensi ekonomi. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolongkan masyarakat zaman sekarang kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut: a. Ukuran Kekayaan, yaitu orang dinilai atau diukur berdasarkan seberapa banyak kekayaan yang dimilikinya. Hal ini dapat diukur darisandang, pangan, dan papan yang ia miliki atau gunakan. b. Ukuran Kekuasaan, dinilai dari besarnyajabatan,kekuasaanatau wewenang yang dimilki oleh orang tersebut. c. Ukuran Kehormatan, yaitu seseorang dinilai dari rasa segan dari orang lain terhadap orang tersebut, dan bisa dikatakan bahwa rasa segan tersebut terlepas dari kekayaan dan kekuasaan dari orang yang disegani, seperti golongan tua atau orang-orang yang pernah berjasa. d. Ukuran Ilmu Pengetahuan, yaitu seseorang dinilai dari seberapa luas pengetahuan yang ia miliki baik itu ilmiah maupun yang non ilmiah. Walau demikian ukuran diatas tidak terbatas hanya pada keempat ukuran tersebut, masih ada ukuran lain yang dapat digunakan. Akan tetapikeempatukuran diatas menjadi dasar timbulnya sistem lapisan dari masyarakat tertentu.

C. Unsur-unsur Lapisan Masyarakat Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antarindividu dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut.

a. Kedudukan (Status) Kadang-kadang dibedakan antara pengertian kedudukan (status) dengan kedudukan sosial (social status). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya. Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu sebagai berikut: 1. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. 2. Achieved Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuantujuannya. Misalnya, setiap orang dapat menjadi hakim asalkan memenuhi persyaratan tertentu. b. Peranan (Role) Peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status) yang memiliki arti mengatur cara berperilaku seseorang dalam masyarakat. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu peranan. Peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Peranan mungkin mencakup tiga hal, yaitu sebagai berikut. 1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. 2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. D. Mobilitas Sosial a. Pengertian Umum dan Jenis-jenis Gerak Sosial Gerak sosial (social mobility) adalah suatu gerak dalam struktur sosial (social structure) yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya. Tipe-tipe gerak sosial prinsipil ada dua macam, yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertikal.Geraksosial horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat.Gerak sosial vertikal dimaksudkan sebagai perpindahan individu atau objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan lainnya, yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahannya, maka terdapat dua jenis gerak sosial yang vertikal, yaitu yang naik dan yang turun. b. Tujuan Penelitian Gerak Sosial Para sosiolog mempunyai perhatian yang khusus terhadap kesulitankesulitan yang secara relatif dialami oleh individu-individu dan kelompokkelompok sosial dalam mendapatkan kedudukan yang terpandang oleh masyarakat yangmerupakan objek dari suatu persaingan. Semakin seimbang kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan kedudukan-kedudukan tersebut akan semakin besar gerak sosial. Dalam sistem lapisan terbuka, kedudukan yang hendak dicapai, tergantung pada usaha dan kemampuanindividu tersebut. c. Beberapa Prinsip Umum Gerak Sosial yang Vertikal Gerak sosial horizontal seperti pindah pekerjaan yang sederajat, perpindahan penduduk (urbanisasi, transmigrasi, dan sebagainya). Prinsipprinsip umum yang sangat penting bagi gerak sosial vertikal adalah sebagai berikut: 1. Hampir tidak ada masyarakat yang sifat sistem lapisannya mutlak tertutup, dimana sama sekali tidak ada gerak sosial yang vertikal. 2. Seperti apapun terbukanya sistem lapisan dalam suatu masyarakat, tidak mungkin gerak sosial yang vertikal dilakukan dengan sebebasbebasnya. 3. Gerak sosial vertikal yang umum berlaku bagi semuamasyarakat. Setiap masyarakat mempunyai ciri-ciri sendiri bagi gerak sosialnya yang vertikal. 4. Laju gerak sosial vertikal yang disebabkan oleh faktor-faktor ekonomi, politik serta pekerjaan yang berbeda. 5. Berdasarkan bahan-bahan sejarah, khususnya dalam gerak sosial vertikal yang disebabkan faktor-faktor ekonomi, politikdanpekerjaan,

tidak ada kecenderungan yang kontinu perihal bertambah atau berkurangnya laju gerak sosial. Hal ini berlaku bagi suatu negara, lembaga sosial yang besar, dan juga bagi sejarah manusia. d. Saluran Gerak Sosial Vertikal Menurut Pitirim A Sorokin, gerak sosial vertikal mempunyai saluransaluran dalam masyarakat. Proses gerak sosial vertikal melalui saluran tadi disebut social circulation. Saluran terpenting adalah angkatan bersenjata, lembaga keagamaan, sekolah, organisasi politik, ekonomi, dan keahlian. e. Bentuk dan Contoh Mobilitas Sosial Dalam ilmu sosiologi, terdapat 3 jenis mobilitas sosial yang diakui: 1. Contoh Mobilitas Vertikal ke Atas Mobilitas vertikal ke atas adalah kenaikan pangkat atau jabatan seorang guru menjadi kepala sekolah.Kenaikan pangkat guru ini bisa disebabkan karena beliau merupakan guru teladan atau guru yang berprestasi. 2. Contoh Mobilitas Vertikal ke Bawah Mobilitasvertikal ke bawah adalah penurunan atau pemecatan seorang menteri dari jabatannya.Pemecatan jabatan menteri ini bisa disebabkan karena beliau tidak bekerja dengan baik atau bisa juga karena beliau melanggar aturan-aturan dari presiden.

3.

Contoh Mobilitas Horizontal Mobilitas horizontal adalah perpindahan seorang pedagang tahu dari kota Sumedang ke kota Bogor.Status sosial pedagang itu tidak akan berubah meskipun berpindah lokasi dagang, karena tetap berdagang tahu. f. Faktor Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial 1. Faktor Pendorong Mobilitas Sosial Status sosial, keadaan ekonomi, stabilitas politik dan keamanan, motif-motif keagamaan, kondisi kependudukan (demografi), keinginan melihat daerah lain, perubahan kondisi sosial, ekspansi teritorial, kebebasan berkomunikasi, kemudahan mencari pekerjaan, kemudahan akses pendidikan. 2. Faktor Penghambat Mobilitas Sosial a) Faktor ekonomi (kemiskinan) b) Diskriminasi kelas sosial c) Perbedaan ras dan agama d) Perbedaan jenis kelamin g. Dampak Mobilitas Sosial

Terbukanya peluang mobilitas sosial akan memicu seseorang untuk dapat meningkatkan kualitas diri agar bisa mendapatkan status sosial yang lebih baik, tetapi akan ada beberapa keuntungan dan kerugian yang tercipta. 1. Dampak Positif Mobilitas Sosial a) Memicu prestasi b) Mempercepat perubahan sosial c) Meningkatkan integrasi sosial 2. Dampak Negatif Mobilitas Sosial a) Memicu konflik b) Berkurangnya solidaritas kelompok c) Menimbulkan gangguan psikologis

KESIMPULAN A. Sifat Sistem Lapisan Masyarakat Berdasarkan sifatnya stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi tiga: a. Sistem Stratifikasi Sosial Terbuka Stratifikasi Sosial Terbuka merupakan stratifikasi sosial dimana setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk naik ke pelapisan sosial yang lebih tinggi karena kemampuan dan kecakapannya sendiri, demikian pula sebaliknya, setiap anggota juga dapat turun ke kelas yang lebih rendah. Contohnya dalam dunia bisnis, setiap pengusaha memiliki kesempatan untuk mendapatkan lebih banyak konsumen dan meraup keuntungan yang lebih. b. Sistem Stratifikasi Sosial Tertutup Stratifikasi Sosial Tertutup merupakan stratifikasi sosial yang setiap anggotanya tidak akan berpindah dari kelompok tertentu karena satu – satunya penentu pengelompokkan dalam sistem stratifikasi sosial tertutup adalah melalui kelahiran. Contohnya adalah pada masyarakat yang masih menggunakan ras sebagai dasar pelapisan sosial. c. Sistem Stratifikasi Sosial Campuran Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi dari stratifikasi sosial terbukan dan tertutup. Contohnya adalah orang asli bali memiliki kedudukan yang tinggi di bali (stratifikasi tertutup), tetapi ketika ia pindah ke daerah lain kedudukannya bisa berubah sesuai dengan usaha dan kemampuannya (stratifikasi terbuka). Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai beberapa kedudukan karena seseorang biasanya ikut serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukkan tempatnya sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu sebagai berikut: 3. Ascribed Status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memerhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. 4. Achieved Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi, bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuantujuannya.

KELOMPOK IV KEKUASAAN, WEWENANG DAN KEPEMIMPINAN A. KEKUASAAN a. Pengertian Kekuasaan Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain yang dapat menerima pengaruh untuk mengikuti keinginan, maksud, dan tujuan dari pemberi pengaruh atau orang yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan dapat diperoleh dari pengaruh pribadi, atau pengaruh jabatan pribadi, atau oleh pengaruh keduanya. Kekuasaan senantiasa mempunyai sifat yang netral, maka nilai baik atau buruknya harus dilihat bagi penggunaannya bagi keperluan masyarakat. Kekuasaan tidak dapat dibagi rata kepada setiap anggota masyarakat, sehingga menimbulkan makna yang pokok dari kekuasaan, yaitu kemampuan untuk memengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan. Apabila kekuasaan dijelmakan pada diri seseorang maka orang tersebut disebut pemimpin, sedangkan orang yang menerima pengaruh tersebut dikatakan pengikut. Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara pihak yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain yang menerima pengaruh itu, rela ataupun terpaksa. Dapat dikatakan bahwa sifat hakikat kekuasaan dapat terwujud dalam hubungan yang simetris dan asimetris. Masing-masing hubungan terwujud dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat diperoleh gambaran sebagai berikut : Sifat dan hakikat kekuasaan

a. b. c. d.

Simetris Hubungan persahabatan Hubungan sehari-hari Hubungan yang bersifat ambivalen Pertentangan antara mereka yang sejajar kedudukannya

Asimetris Popularitas Peniruan Mengikuti perintah Tunduk pada pemimpin formal atau informal e. Tunduk pada seorag ahli f. Pertentangan antara mereka yang tidak sejajar kedudukannya g. Hubungan sehari-hari a. b. c. d.

Kekuasaan dapat bersumber pada bermacam-macam faktor. Apabila sumber-sumber kekuasaan tersebut dikaitkan dengan kegunaannya, maka dapat diperoleh gambaran sebagai berikut :

a. b. c. d. e. f. g.

Sumber Militer, polisi, kriminal Ekonomi Politik Hukum Tradisi Ideologi “Divisioner Power”

Kegunaan a. Pengendalian kekerasan b. Mengendalikan tanah, buruh, kekayaan material, produksi c. Pengambilan keputusan d. Mempertahankan, mengubah, melancarkan interaksi e. Sistem kepercayaan nilai-nilai f. Pandangan hidup, integrasi g. Kepentingan kreatif

b. Unsur – unsur Saluran Kekuasaan danDimensinya Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia maupun antara kelompok mempunyai beberapa unsur pokok, yaitu: 1) Rasa takut : Perasaan takut kepada penguasa membuat pihak lain memunculkan sikap patuh terhadap segala kemauan dan tindakan penguasa yang ditakuti. 2) Rasa cinta : Kecintaan akan menghasilkan perbuatan-perbuatan yang baik. Sebagaimana halnya rasa takut, kecintaan terhadap penguasa akan menimbulkan kepatuhan karena rasa menyenangkan semua pihak. 3) Kepercayaan : Kepercayaan merupakan hasil dari hubungan simetris yang asosiatif. Dasar kepecayaan didapatkan karena masing-masing pihak telah mengetahui pihak lain. Melalui rasa kepercayaan, segala keinginan suatu pihak akan dilaksanakan pencapaiannya oleh pihak lain, meski dalam tataran tertentu pihak yang melaksanakan keinginan tidak mengetahui secara pasti maksud dari pihak yang memiliki keinginan. 4) Pemujaan : Memberi arti bahwa penguasa adalah pihak yang dipuja. Akibatnya, apapun yang dilakukan oleh pihak yang dipuja selalu benar, atau setidaknya dianggap sebagai kebenaran.

c. Bentuk Lapisan Kekuasaan Ada tiga bentuk lapisan kekuasaan dalam Sosiologi menurut Mac Iver, yaitu :  Tipe Kasta Suatu sistem lapisan kewenangan dengan garis pemisahan yang tegas dan kaku. Masyarakat dengan tipe kasta, misalnya masyarakat beragama Hindu di negara India

yang hampir-hampir tidak pernah terjadi gerak sosial yang vertikal. Di puncak piramida kekuasaan tipe kasta dikuasai oleh seorang penguasa tertinggi, misalnya seorang raja dengan lingkungan pendukungnya para bangsa, kesatria, dan pendeta. Lapisan kedua terdiri atas para petani dan buruh tani yang kemudian diikuti oleh lapisan paling bawah yang ditempati oleh budak-budak.  Tipe Oligarki Suatu sistem lapisan kewenangan dengan garis pemisahan yang tegas. Pembedaan lapisan pada masyarakat dengan tipe oligarki ini ditentukan oleh adat – istiadat masyarakat tersebut, terutama pada kesempatan yang diberikan kepada seluruh warga untuk mendapatkan kekuasaan-kekuasaan tertentu. Perbedaan antara tipe kasta dan tipe oligarki adalah adanya kesempatan setiap pribadi untuk naik lapisan meskipun pada tipe ini lapisan diperoleh berdasarkan kelahiran (ascribed status). Pada tipe oligarki terdapat golongan yang lebih khusus dan perbedaan antar lapisan tidak mencolok. Pada piramida kekuasaan tipe oligarki, lapisan menengah merupakan warga yang paling banyak jumlahnya. Hal itu terjadi karena industri, perdagangan dan keuangan memegang fungsi yang lebih penting. Kesempatan untuk naik tingkatan lapisan pada masyarakat dengan tipe oligarki bervariasi. Bahkan anggota masyarakat pada kelas menengah mempunyai kesempatan untuk menjadi pemimpin. Tipe oligarki tersebut ditemukan pada masyarakat feodal yang telah berkembang. 

Tipe Demokratis

Suatu sistem lapisan kekuasaan dengan garis pemisahan antar lapisan yang bersifat mobil sekali. Ascribed status tidak terlalu berpengaruh. Karena faktor kemampuan dan keberuntungan seseorang lebih dominan pada sistem lapisan ini. Hal ini bisa dialami oleh elemen – elemen partai politik pada masyarakat demokratis yang dapat mencapai kekuasaan – kekuasaan tertentu dalam masyarakat melalui partai yang dipegangnya.Piramida kekuasaan tipe demokratis tersebut merupakan tipe yang sesuai. Namun, dalam kenyataannya seringkali terjadi penyimpangan karena dalam masyarakat selalu mengalami perubahan sosial dan kebudayaan.Setiap perubahan terjadi maka akan mengakibatkan terjadi pula perubahan pada piramida kekuasaaan. B. WEWENANG a. Definisi Wewenang Wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan – keputusan mengenai masalah – masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan – pertentangan. Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin atau membimbing orang banyak.

b. Bentuk – bentuk Wewenang Bentuk-bentuk wewenang secara umum terbagi atas empat bentuk, yaitu: 1. Wewenang kharismatis, tradisional, dan legal Wewenang kharismatis tidak diatur oleh kaidah-kaidah melainkan pada kemampuan khusus bersifat gaib pada diri seseorang. Wewenang tradisional merujuk pada kaidah seseorang merupakan bagian dari kelompok yang sudah lama memiliki kekuasaan dalam masyarakat. Wewenang rasional disandarkan pada kaidah atau sistem hukum yang berlaku dan wewenangnya memiliki jangka waktu yang terbatas. 2. Wewenang resmi dan tidak resmi Wewenang resmi bersifat sistematis, diperhitungkan, dan rasional. Wewenang tidak resmi dapat merupakan hasil dari sifat kondisional dalam masyarakat, sehingga tidak bersifat sistematis meski melalui perhitungan-perhitungan yang rasional. 3. Wewenang pribadi dan teritorial. Wewenang pribadi bergantung pada solidaritas antara anggota kelompok dan berpusat pada seseorang tanpa mengenal batas (contoh petani dengan buruh tani). Wewenang teritorial menekankan pada sentralisasi wewenang yang didasarkan pada wilayah tempat tinggal (contoh RT atau RW). 4. Wewenang terbatas dan menyeluruh Dikatakan wewenang terbatas apabila tidak mencakup semua sektor kehidupan atau terbatas pada bidang tertentu. Wewenang menyeluruh adalah wewenang yang tidak terbatas ada suatu bidang saja, melainkan pada keseluruhan bidang kehidupan masyarakat.

C. KEPEMIMPINAN a. Definisi Kepemimpinan secara Umum Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukanv dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Kepemimpinan ada yang sifatnya resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi ( informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan - peraturan resmi. Dengan demikian daya cukupnya agak terbatas. Menurut Asta Brata, pemimpin yang akan berhasil harus memenuhi sifat – sifat berikut :    

Indra – Brata, yang memberi kesenangan jasmani Yama – Brata, yang menunjuk pada keahlian dan kepastian hokum Surya – Brata, menggerakan bawahan dengan mengajak bekerja meyakinkan Caci- Brata, yang memberi kesenangan rohaniah

 Bayu – Brata, yang menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segansegan untuk turut merasakan kesukaran pengikutnya  Dhana – Brata, yang menunjukkan sikap yang patut dihormati  Paca – Brata, yang menunjukkan kelebihan di dalam ilmu pengetahuan, kepandaian, dan keterampilan  Agni – Brata, yang memberikan semangat kepada anak buah

b. Tugas dan Metode Kepemimpinan Secara sosiologis, tugas-tugas pokok seorang pemimpin adalah sebagai berikut:  Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat di jadikan peganganbagi para pengikut-pengikutnya  Mengawasi, mengendalikan, serta menyalurkan perilaku warga masyarakatyang di pimpinnya.  Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia di luar kelompok yang dipimpin. Suatu kepemimpinan dapat diterapkan dengan berbagai cara (metode) Cara Otoriter 1. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak 2. Pengikut sama sekali tidak diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan kelompok dan cara – cara mencapai tujuan tersebut 3. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan – akan tidak ikut dalam proses interaksi dalam kelompok tersebut

Cara Demokratis

Cara – cara Bebas

1. Pemimpin mengajak anggota kelompok merumuskan tujuan dan cara mencapai tujuan tersebut.

1. Pemimpin menjalankan perannya secara pasif dan hanya menyediakan sarana yang diperlukan kelompok

2. Pemimpin secara aktif memberi saran, petunjuk dan ada kritik positif baik dari pemimpin maupun pengikut.

2. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya diserahkan kepada kelompok

3. Pemimpin berada di tengah 3. Pemimpin secara aktif ikut – tengah kelompok, namun berpartisipasi dalam kegiatan– hanya berperan sebagai kegiatan kelompok penonton

KESIMPULAN A. KEKUASAAN a. Pengertian Kekuasaan Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain yang dapat menerima pengaruh untuk mengikuti keinginan, maksud, dan tujuan dari pemberi pengaruh atau orang yang memiliki kekuasaan. Kekuasaan dapat diperoleh dari pengaruh pribadi, atau pengaruh jabatan pribadi, atau oleh pengaruh keduanya. B. WEWENANG a. Definisi Wewenang Wewenang dimaksudkan sebagai suatu hak yang telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan, menentukan keputusan – keputusan mengenai masalah – masalah penting, dan untuk menyelesaikan pertentangan – pertentangan. Seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai orang yang memimpin atau membimbing orang banyak. C. KEPEMIMPINAN a. Definisi Kepemimpinan secara Umum Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memengaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana di kehendaki oleh pemimpin tersebut. Kadangkala di bedakan antara kepemimpinan sebagai kedudukanv dan kepemimpinan sebagai suatu proses sosial. Kepemimpinan ada yang sifatnya resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang tersimpul di dalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Suatu perbedaan yang mencolok antara kepemimpinan yang resmi dengan yang tidak resmi ( informal leadership) adalah kepemimpinan yang resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau peraturan - peraturan resmi. Dengan demikian daya cukupnya agak terbatas.

KELOMPOK V TATANAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL 1. TATANAN SOSIAL a. Pengertian Tatanan Sosial Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (sosial order). Tatanan social ini mempunyai beberapa elemen antara lain adalah struktur social dan institusi sosial. Stuktur social diartikan sebagai jaringan saling keterhubungan, yang secara normative mengarahkan hubungan sosial yang ada di masyarakat. Struktur sosial yang merupakan keterjalinan hubungan, dikarakteristikkan oleh adanya organisasi dan stabilitas. Sehubungan dengan struktur social dikenal dengan istilah status dan peran. Secara umum, status dipahami sebagai urutan orang berdasarkan kekayaannya, pengaruhnya, maupun prestisasinya. Akan tetapi sosiologi mengartikan status sebagai posisi di dalam kelompok atau masyarakat. Status dibedakan atas ascribed status, achieved status, dan masters status. Status yang disediakan bagi kita oleh kelompok atau masyarakat kita disebut ascribed status. Sementara itu, achieved status disediakan bagi kita dalam hubungannya dengan pilihan individu dan persaingan. Sedangkan master status adalah kunci atau inti dari status yang mempunyai bobot utama dalam interaksi dan hubungan social seseorang dengan orang lainnya. Selanjutnya konsep peranan social mengacu pada pengertian tentang serangkaian hak dan tugas yang didefinisikan secara kultural. Peranan adalah perilaku yang diharapkan sehubungan dengan status yang dimiliki. Dengan demikian maka role performance adalah perilaku actual seseorang sehubungan dengan statusnya. b. Bentuk dari Tatatan Sosial Salah satu bentuk dari tatanan social adalah masyarakat. Masyarakat diartikan sebagai system sosial yang swasembada (self-subsistent), melebihi masa hidup individu normal dan merekrut anggota secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi berikutnya. Berdasarkan pendapat pari ahli terlihat bahwa tidak mudah menerapkan konsep masyarakat pada berbagai kesatuan hidup yang ada.

c. Institusi Keluarga dan Institusi Pendidikan

Sehubungan dengan institusi keluarga, keluarga terbentuk melalui suatu peristiwa yang disebut perkawinan. Perkawinan sendiri diartikan sebagai persekutuan antara dua orang atau dua keluarga besar. Sementara itu secara umum keluarga diartikan sebagai kelompok yang terdiri dari laki-laki dan perempuan yang diikat oleh perkawinan beserta anak-anaknya yang belum menikah. Terdapat beberapa perspektif yang berusaha mengungkap eksistensi keluarga ini dalam masyarakat yaitu perspektif interaksionis, perspektif fungionalisme dan perspektif konflik. Akan tetapi pada dasarnya terdapat dua bentuk aturan perkawinan yaitu eksogamidan endogamy. Di samping itu, terdapat aturan tentang kategori atau kelompok mana yang tidak boleh dinikahi yang disebut incest taboo. Sehubungan dengan institusi pendidikan, maka institusi pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran yang antara lain ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akan transmisi pengetahuan dan mempersiapkan individu terhadap peran pekerjaan. Sementara pendidikan adalah berbagai bentuk system instruksi budaya atau intelektual yang diformalkan atau yang disemi formalkan. Terdapat tiga tipe dasar pendidikan yaitu education in practical skill, status group education, dan bureaucractic education. Di dalam institusi pendidikan terdapat dua fungsi yang oleh para sosiolog dibedakan menjadi fungsi manifest dan fungsi laten. Di samping itu terdapat tiga pendekatan yang digunakan umtuk mengkaji fenomena pendidikan yaitu 1) pendekatan fungsionalis, 2) teori konflik, dan 3) teori konflik Weber. d. Institusi Ekonomi dan Institusi Politik Aktivitas ekonomi muncul dari adanya upaya-upaya masyarakat untuk mengorganisasikan tanah, tenaga kerja, modal, dan teknologi dalam rangka menghasilkan (memproduksi), mendistribusikan, dan mengonsumsi barang dan jasa. Terdapat tiga konsep utama dari aktivitas ekonomi yaitu: 1) Ide bahwa ekonomi dibagi atas sektor primer, sekunder, dan tersier 2) Konsep tentang dual economy (ekonomiganda) 3) Konsep tentang perbedaan antara pekerjaan (occupation),dan profesi(profession). Sementara itu terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk mengkaji ekonomi yaitu pendekatan kapitalisme, yang menekankan pada ide tentang: 1) 2) 3) 4)

Hak milik pribadi(private property) Motif mencari keuntungan(freedom of choice) Kompetisi bebas ( freedom of competition)dan Bebas dari intervensi pemerintah(freedom from goverments interference)

Sementara pendekatan sosialis melihat system kapitalis hanya akan menguntungkan parapemilk modal, bukan masyarakat umum.

Selanjutnya politik adalah proses yang terinstitusionalisasi melalui keputusan yang mempengaruhi komunitas, wilayah, negara, atau masyarakat sebagai keseluruhan yang dibuat dan diselenggarkan. Terdapat beberapa konsep yang berhubungan dengan politk yaitu konsep kekuasaan, kewenangan/otoritas, dan pengaruh. Sehubungan dengan tatanan politik ini, terdapat beberapa pendekatan yaitu pendekatan fungsionalis dan konflik. Sementara itu, Max Weber telah mengidentifikasi tiga tipe spesifik dari kewenangan yaitu tradisional, legal-rasional, dan kharismatik. Juga terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang distribusi kekuasaan yaitu model pluralistic, model elit, dan model kelas. Sehubungan dengan perubahan politk, terdapat beberapa bentuk yang digunakan untuk mengadakan perubahan politik yaitu terorisme, rebellion, evolusi, dan revolusi. 2. PENGENDALIAN SOSIAL a. Pengertian Pengendalian Sosial Secara umum, Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang/membangkang. Menurut Para Ahli  Rober M. Z. Lawang : Pengendalian sosial adalah semua cara yang dipergunakan suatu masyarakat untuk mengembalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya.  Joseph S. Roucek : Pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. b. Ciri-Ciri Pengendalian Sosial    

Suatu cara atau metode atau teknik tertentu untuk menertibkan masyarakat atau individu. Bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terus terjadi di dalam suatu masyarakat. Dapat dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya atau oleh suatu kelompok terhadap individu dan antara individu dengan individu lainnya. Dilakukan secara timbal balik meskipun terkadang tidak disadari oleh kedua belah pihak.

c. Tujuan / Fungsi Pengendalian Sosial 1) Untuk menjaga ketertiban sosial.

Apabila nilai-nilai dan norma-norma sosial dijalankan semua masyarakat, maka ketertiban sosial dalam masyarakat dapat terpelihara. Salah satu cara menanamkan nilai dan norma sosial adalah melalui lembaga pendidikan dan keluarga. Melalui lembaga tersebut anak diarahkan untuk meyakini nilai dan norma sosial. 2) Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap nilai-nilai dan normanorma sosial di masyarakat. Dengan adanya pengendalian sosial seseorang atau masyarakat mulai berfikir (akibatnya) jika akan berperilaku menyimpang. 3) Untuk mengembangkan budaya malu. Pada dasarnya setiap individu memiliki “rasa malu“, karena rasa malu berhubungan dengan harga diri seseorang. Harga diri seseorang akan turun jika seseorang melakukan kesalahan yang melanggar norma-norma sosial di dalam masyarakat. Jika seseorang melakukan kesalahan maka masyarakat akan mencela. Celaan tersebut menyadarkan seseorang untuk tidak mengulangi pelanggaran terhadap norma. Jika setiap perbuatan melanggar norma dicela maka “budaya malu“ akan timbul dalam diri seseorang. 4) Untuk menciptakan dan menegakkan sistem hukum. Sistem hukum merupakan aturan yang disusun secara resmi dan disertai sanksi tegas yang harus diterima oleh seseorang yang melakukan penyimpangan. Singkatnya, Pengendalian sosial bertujuan mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau bertujuan untukmencapaikeadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengankeadilan. d. Macam-Macam Pengendalian Sosial 1. 

Berdasarkan Waktu : Pengendalian Preventif Pengendalian sosial preventif adalah pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadinya penyimpangan perilaku, misalnya dapat berbentuk nasihat, anjuran dan lain-lain.  Pengendalian Represif Pengendalian sosial represif adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran atau penyimpangan perilaku.Misalnya, dapat berbentuk teguran, peringatan lisan dan tertulis, sanksi administrasi, denda, dan bahkan hukuman mati.  Pengendalian Kuratif Pengendalian sosial bersifat kuratif adalah pengendalian sosial yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan sosial.Contohnya, seorang guru menegur dan menasihati siswanya karena ketahuan menyontek pada saat ulangan.Bertujuan untuk memberi penyadaran kepada perilaku dan memberi efek jera. 2.

Berdasarkan Cara

Dilihat dari dimensi cara pelaksanaannya, pengendalian sosial bisa di bedakan atas pengendalian sosial yang dilaksanakan secara persuarsif dan pengendalian sosial yang dilakukan secara koersif.  Cara Persuasif Cara persuasif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakukan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya mengajak atau membimbing warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Cara persuasif cenderung menekankan pada upaya penyadaran msyarakat. Contoh, sejumlah artis membagikan bunga sebagai ajakan untuk mewujudkan perdamaian ; seorang guru Bimbingan dan Penyuluhan ( BP ) menegur dan menasihati seorang siswa yang tertangkap basah merokok di sekolah.  Cara Koersif Cara koersif merupakan upaya pengendalian sosial yang dilakuan dengan menekankan pada tindakan yang sifatnya memaksa warga masyarakat agar bersedia bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. Cara koersif cenderung menekankan pada berbagai upaya pemaksaan masyarakat 3. 

Berdasarkan Sifat Pengendalian sosial kuratif Pengendalian sosial kuartif adalah pengendalian sosial dalam bentuk pembinaan atau penyembuhan terhadap berbagai macam bentuk perilaku yang menyimpang, misalnya penyembuhan kepada eks pemakai narkoba.  Pengendalian sosial partisipatif Pengendalian sosial partisipatif adalah pengendalian sosial yang dilakukan dengan mengikutsertakan pelaku untuk melakukan penyembuhan atau perbaikan perilaku.Misalnya kepada mantan pencuri yang ditugaskan menjadi aparat keamanan. e. Bentuk - Bentuk Pengendalian Sosial Banyak sekali bentuk-bentuk pengendalian sosial yang dilakukan oleh masyarakat untuk mencegah terjadinya perilaku menyimpang.  Teguran Teguran biasanya dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang atau sekelompok orang yang dianggap melanggar etika dan/atau mengganggu kenyamanan warga masyarakat.Teguran merupakan kritik sosial yang dilakukan secara langsung dan terbuka sehingga yang bersangkutan segera menyadari kekeliruan yang telah diperbuat.Di dalam tradisi masyarakat kita teguran merupakan suatu hal yang tidak aneh lagi.Misalnya teguran terhadap sekelompok pemuda yang begadang sampai larut malam sambil membuat kegaduhan yang mengganggu ketentraman warga yang sedang tidur, teguran yang dilakukan oleh guru kepada pelajar yang sering meninggalkan pelajaran, dan lain sebagainya.  Sanksi/Hukuman

Pada dasarnya sanksi atau hukuman merupakan imbalan yang bersifat negatif yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang yang dianggap telah melakukan perilaku menyimpang.Misalnya pemecatan yang dilakukan terhadap polisi yang terbukti telah mengkonsumsi dan mengedarkan narkoba, dan lain sebagainya. Adapun manfaat dari sanksi atau hukuman antara lain adalah: (1) untuk menyadarkan seseorang atau sekelompok orang terhadap penyimpangan yang telah dilakukan sehingga tidak akan mengulanginya lagi, dan (2) sebagai peringatan kepada warga masyarakat lain agar tidak melakukan penyimpangan.  Pendidikan Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan. Melalui pendidikanlah seseorang mengetahui, memahami, dan sekaligus mempraktekkan sistem nilai dan sistem norma yang berlaku di tengah-tengah masyarakat.  Agama Agama mengajarkan kepada seluruh umat manusia untuk menjaga hubungan baik antara manusia dengan sesama manusia, antara manusia dengan makhluk lain, dan antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan yang baik dapat dibina dengan cara menjalankan segala perintah Tuhan dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya. Melalui agama ditanamkan keyakinan bahwa melaksanakan perintah Tuhan merupakan perbuatan baik yang akan mendatangkan pahala. Sebaliknya, melanggar larangan Tuhan merupakan perbuatan dosa yang akan mendatangkan siksa. Dengan keyakinan seperti ini, maka agama memegang peranan yang sangat penting dalam mengontrol perilaku kehidupan manusia.

KESIMPULAN 1) TATANAN SOSIAL a. Pengertian Tatanan Sosial Suatu lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai diistilahkan dengan tatanan sosial (sosial order). Tatanan social ini mempunyai beberapa elemen antara lain adalah struktur social dan institusi sosial. Stuktur social diartikan sebagai jaringan saling keterhubungan, yang secara normative mengarahkan hubungan sosial yang ada di masyarakat. Struktur sosial yang merupakan keterjalinan hubungan, dikarakteristikkan oleh adanya organisasi dan stabilitas. Sehubungan dengan struktur social dikenal dengan istilah status dan peran. 2. PENGENDALIAN SOSIAL a. Pengertian Pengendalian Sosial Secara umum, Pengendalian sosial adalah suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang berperilaku menyimpang/membangkang. Menurut Para Ahli  Rober M. Z. Lawang : Pengendalian sosial adalah semua cara yang dipergunakan suatu masyarakat untuk mengembalikan si penyimpang pada garis yang normal atau yang sebenarnya.  Joseph S. Roucek : Pengendalian sosial adalah segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak direncanakan yang bersifat mendidik, mengajak, atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku. b. Tujuan / Fungsi Pengendalian Sosial 1. Untuk menjaga ketertiban sosial. 2. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan terhadap nilai-nilai dan normanorma sosial di masyarakat. 3. Untuk mengembangkan budaya malu. c. Bentuk - Bentuk Pengendalian SosiaL  Sanksi/Hukuman  Pendidikan  Agama

BAB VI KONFORMITAS Pengertian Konformitas Konformitas merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Beberapa contoh dari konfomitas adalah ketika menengok jamaah yang sakit, orang akan membawakan buah atau makanan lain.Ketika hendak mengambil dollar di ATM atau menaruh uang di bank, jamaah akan menunggu giliran dengan mengantri. Kuatnya pengaruh sosial yang terdapat dalam konformitas dibuktikan secara ilmiah pada penelitian yang dilakukan dengan Solomon Asch pada tahun 1951. Pengertian Konformitas menurut para ahli yaitu: 1. Menurut Kartono dan Gulo (2000) menambahkan bahwa konformitas adalah kecenderungan untuk dipengaruhi tekanan kelompok dan tidak menentang norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok. 2. Konformitas menurut Brehm dan Kassin adalah kecenderungan untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau normakelompok 3. Menurut Stanley Milgram (1975) konformitas adalah perilaku yang mengikuti suatu kelompok yang didorong oleh keinginan individu itu sendiri, dimana kelompok tersebut tidak memiliki suatu hak yang spesial untuk mengarahkan tingkah laku individu tersebut. Tujuan dari adanya Konformitas adalah: 1. Untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok 2. Agar seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya. 3. Untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman. 4. Seseorang akan merasa lebih diterima oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan sekitar. Manfaat Konformitas 1. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya konformitas. 2. Seseorang dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan kelompoknya. 3. Dapat terubahnya persepsi,pendapat,perilaku seseorang sehingga konsisten dengan norma kelompok.

Ciri-ciri Konformitas Sears (1991:81-86) mengemukakan secara eksplisit bahwa konformitas ditandai dengan adanya sebagai berikut: a). Kekompakan Kekuatan yang dimiliki kelompok menyebabkan seseorang tertarik dan ingin tetap menjadi anggota kelompok. b). Kesepakatan Pendapat kelompok yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga seseorang harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok. c). Kepercayaan Penurunan kesepakatan yang menyebabkan konformitas menjadi drastis karena hancurnya kesepakatan yang disebabkan oleh faktor kepercayaan.Tingkat kepercayaan terhadap mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat dalam suatu kelompok. d). Persamaan pendapat Bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja yang tidak sependapat dengan anggota lain maka konformitas akan turun,dengan hal ini peru adanya persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi. e). Ketataan Ketika ketaatan tinggi maka konformitas juga akan tinggi. Tekanan muncul karena adanya ganjaran,ancaman,atau hukuman. Proses terjadinya konformitas Menurut ( Ross,Bierbaur dan Stoffman 1976 ) yaitu: 1. Seseorang akan melakukan konformitas dengan kelompoknya karena ia menilai bahwa kelompok tersebut benar,dan dia merasa takut kalau ditolak 2. Kemungkinan lain terjadinya konformitas adalah karena adanya konflik. Apabila ada perbedaan pendapat antara seseorang dengan kelompoknya maka akan timbul perasaan tidak. Tipe-tipe Konformitas 1. Tipe Konformitas membabi buta. Jika konformitas itu diwarnai sikap masa bodoh dalam arti meniru atau mengikuti apa yang menjadi kemauan orang lain tanpa pemahaman dan pertimbangan terlebih dahulu.

2. Tipe Konformitas Identifikasi Jika konformitas diwarnai dengan kharisma dari orang lain yang mempengaruhi sehingga seseorang yang dipengaruhi percaya,mengakui,menerima, tanpa adanya rasa takut akan sanksi atas sikap non-konformitasnya. 3. Tipe Konformitas Internaisasi Jika konformitas diwarnai dengan sikap kebebasan untuk menentukan konformitas atau non-konformitas dengan didasarkan pertimbangan perasaan,pengalaman,dan hati nurani. Faktor-faktor Konformitas  Faktor yang mendorong terjadinya konformitas Ada beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan konformitas.Menurut Williams (2006),faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Ukuran kelompok dan tekanan sosial Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok.Semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar kecenderungan kita untuk ikut serta. 2. Group Unanimity ( Adanya kebulatan suara dalam kelompok) Hal ini juga berkaitan dengan dukungan sosial,misalnya sebuah kelas terdiri dari beberapa mahasiswa ketika ada kelas asistensi satu sama lain pasti akan mencocokkan jadwal. 3. Cohessiveness ( Kekompakkan kelompok) Semakin kohesif suatu kelompok,maka akan semakin kuat pula pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompoknya. 4. Status 5. Orang yang memiliki status tinggi atau rendah dari yang lain,akan membuat seseorang lebih bebas untuk berbeda dengan yang lain. 6. Public response Seseoarang lebih konformis bila mereka harus merespn secara umum dibandingkan mereka merespon secara individual. 7. Faktor norma dan informasi Faktor norma dan informasi ini meliputi keinginan untuk disukai,rasa takut akan penolakan,keinginan untuk merasa benar.  Foktor pendorong tidak melakukan konformitas Pranandari (2005) menjelaskan ada pula faktor yang mendorong seseorang untuk tidak melakukan konformitas,antara lain: 1. Deindividuasi

Deindividusi terjadi ketika seseorang ingin dibedakan dari orang lain.Individu akan menolak konfom karena tidak ingin dianggap sama dengan orang lain. 2. Merasa menjadi orang bebas Seseorang juga menolak untuk konform karena dirinya memang tidak ingin konform dengan orang lain. Dasar-dasar Konformitas 1. Pengaruh Sosial Normatif Salah satu alasan penting mengapa seseorang melakukan konformitas adalah seseorang belajar bahwa dengan melakukan konformitas bisa membantu untuk mendapatkan persetujuan dan penerimaan yang diinginkan.Sumber konformitas ini dikenal sebagai pengaruh sosial normatif karena pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain.Misalnya ketika seseorang bersama dengan teman lain yang sangat mneyadari pentingnya kesehatan,maka orang tersebut akan memperlihatkan kepadanya bahwa ia sangat suka pada buah dan ikan,tetapi tidak menyukai rokok karena dengan makan makanan bergizi itu merupakan pola hidup yang sehat. 2. Pengaruh Informasional Terkadang kita mengubah fikiran dan tindakan karena orang lain telah menunjukkan cara yang lebih baik dan mereka memberi informasi yang berguna untuk kita agar kita dapat melakukan perubahan.Pengaruh informasi ini tidak hanya menghasilkan compliance tetapi juga acceptance

KESIMPULAN

Pengertian Konformitas Konformitas merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompok. Beberapa contoh dari konfomitas adalah ketika menengok jamaah yang sakit, orang akan membawakan buah atau makanan lain.Ketika hendak mengambil dollar di ATM atau menaruh uang di bank, jamaah akan menunggu giliran dengan mengantri. Tujuan dari adanya Konformitas adalah: 1. Untuk mengubah persepsi, pendapat, perilaku seseorang sehingga konsisten dalam perilaku atau norma kelompok 2. Agar seseorang berperilaku terhadap orang lain sesuai dengan harapan kelompoknya. 3. Untuk mendapat hadiah atau menghindari hukuman. 4. Seseorang akan merasa lebih diterima oleh kelompok jika bertingkah laku dan bersikap sesuai dengan lingkungan sekitar.

Faktor-faktor Konformitas  Faktor yang mendorong terjadinya konformitas Ada beberapa faktor yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan konformitas.Menurut Williams (2006),faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Ukuran kelompok dan tekanan sosial Konformitas akan meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah anggota kelompok.Semakin besar kelompok tersebut maka akan semakin besar kecenderungan kita untuk ikut serta. 2. Group Unanimity ( Adanya kebulatan suara dalam kelompok) Hal ini juga berkaitan dengan dukungan sosial,misalnya sebuah kelas terdiri dari beberapa mahasiswa ketika ada kelas asistensi satu sama lain pasti akan mencocokkan jadwal. 3. Cohessiveness ( Kekompakkan kelompok) Semakin kohesif suatu kelompok,maka akan semakin kuat pula pengaruhnya dalam membentuk pola pikir dan perilaku anggota kelompoknya. 4. Status

Orang yang memiliki status tinggi atau rendah dari yang lain,akan membuat seseorang lebih bebas untuk berbeda dengan yang lain. Manfaat Konformitas 4. Sesuatu yang diharapkan dan diinginkan akan didapat dengan adanya konformitas. 5. Seseorang dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan kelompoknya. Dapat terubahnya persepsi,pendapat,perilaku seseorang sehingga konsisten dengan norma kelompok

DAFTAR PUSTAKA Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta. Soekanto, Soerjono, dkk. 2015. Pengantar Sosiologi. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Narwoko J.Dwi,Bagong Suyanto.2011.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. http://belajarpsikologi.com/pengendalian-sosial/ http://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_sosial

Related Documents

Makalah Sosiologi
December 2019 36
Makalah Sosiologi
April 2020 29
Makalah Sosiologi
August 2019 29
Makalah Sosiologi Cover.docx
November 2019 33
Makalah Sosiologi Asl.docx
October 2019 29

More Documents from "Ritno R"