Makalah Skenario 2 Blok 6.docx

  • Uploaded by: salsabila
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Skenario 2 Blok 6.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,946
  • Pages: 36
LAPORAN SKENARIO 2 BLOK 6 SEMSESTER 2 TUMBUH KEMBANG ANAK KELOMPOK SGD 4

Ketua Sekretaris Anggota

: : :           

Bayu Ramazata Daffa Jihan Azmi Rambe

173307010040 173307010027

Actor Martin Oloan Denico Ivander Tambunan Pratama Zendrato Dara Ananda Stella Retta M Rajagukguk Sakinah Windy Anggriani Meriana Simanullang Ester Juanita Arni Marlinda Zai Cindy Fangesty

173307010011 173307010043 173307010045 173307010028 173307010025 173307010050 173307010044 173307010042 173307010041 173307010037 173307010038

Dosen Tutorial dr. juliana lina, Sp.PA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

1

DAFTAR ISI COVER.............................................................................................................................1 DAFTAR ISI.....................................................................................................................2 BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................3 BAB II. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL..............................................................4 1. JUDUL BLOK......................................................................................................4 2. JUDUL SKENARIO............................................................................................4 3. NAMA TUTOR...................................................................................................4 4. DATA PELAKSANAAN TUTORIAL...............................................................4 BAB III. SKENARIO......................................................................................................5 BAB IV. PEMBAHASAN SKENARIO.........................................................................6 4.1. KLARIFIKASI ISTILAH.............................................................................6 4.2.

IDENTIFIKASI MASALAH........................................................................6

4.3.

ANALISIS MASALAH................................................................................6

4.4.

HIPOTESIS...................................................................................................7

4.5.

LEARNING OBJECTIVE............................................................................7

BAB V. PEMBAHASAN TEORI..................................................................................8 5.1. MENJELASKAN ANTROPOMETRI ( WHO, CDC, IMT)..................... 8 5.2.

MENJELASKAN PEMANTAUAN PERTUMBUHAN FISIK................23

5.3.

MENJELASKAN PENILAIAN STATUS GIZI ANAK…………………28

BAB VI. KESIMPULAN AKHIR.................................................................................34 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................35

2

BAB I PENDAHULUAN

Antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai manusia.Antropometri berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh, antara lain:berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak di bawah kulit.

3

BAB II DATA PELAKSANAAN TUTORIAL

1.

JUDUL BLOK Blok Tumbuh Kembang

2.

JUDUL SKENARIO Skenario 2

3.

NAMA TUTOR

dr. juliana lina, Sp.PA 4.

DATA PELAKSANAAN TUTORIAL 1) TUTORIAL 1  Hari/Tanggal

: Senin,28 Mei 2018

 Waktu

: 13.30–14..40 WIB

 Tempat

: Ruang Tutorial FK 3.4

2) TUTORIAL 2  Hari/Tanggal

:Kamis, 31 Mei 2018

 Waktu

: 08.30 – 10.00 WIB

 Tempat

: Ruang Tutorial FK 3.4

3) PLENO  Hari/Tanggal

:Selasa, 5 Juni 2018

 Waktu

: 08.00 – 09.40 WIB

 Tempat

: Ruang Kuliah

4

BAB III SKENARIO Seorang ibu membawa anak perempuannya Rina yang berusia 5 tahun ke dokter untuk berkonsultasi karena terlihat lebih kecil dibandingkan anak seusianya. Rina makannya sangat sedikit dibandingkan adiknya menurut ibunya. Ibunya takut Rina malnutrisi, karena adik Rina yang berusia 3 tahun terlihat lebih besar dengn BB:23kg dan TB:105cm. Dari pemeriksaan yang dilakukan pada Rina didapatkan BB: 16kg TB:105cm. Bagaimana hasil pemeriksaan antropometri dari Rina? Apakah Rina memiliki berat badan ideal?

5

BAB IV PEMBAHASAN SKENARIO

4.1

Klarifikasi Istilah 

Malnutrisi : Kondisi medis pada seseorang akibat tidak mendapatkan semua nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.



Antropometri: Ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran, berat, volume dll) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. *Data antropometri digunakaan untuk berbagai keperluan seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas kerja dan desain produk agar diperoleh rancangan status kerja.



Berat badan ideal : Bobot optimal dari tubuh untuk menjaga kesehatan & kebugaran. Rentang berat bedan ideal seseorang dapat diperhitungkan berdasarkan: ras, jenis kelamin.

4.2

Menetapkan Masalah Kenapa badan Rina lebih kecil dari pada adiknya? Mengapa adik Rina berusia 3 tahun terlihat lebih berat dengan BB: 23kg & TB: 105cm.

4.3

Analisis Masalah Badan Rina menurut pengukuran chart WHO masih dalam keadaan normal yaitu BB: 10kg & TB: 105cm. karna keadaan berat badan ideal tubuh anak usia 5 tahun perempuan berkisar 12,1-18,2kg.  Badan adik Rina menurut WHO cenderung obesitas. Kelebihan zat nutrisi atau malnutrisi. BB adik rina 23kg pada usia 3 tahun dan tinggi 105cm tidaklah normal, seharusnya berat bedan normal anak usia 3 tahun perempuan berada pada rengang 10,8-16,2 kg. Sang ibu harus lebih memperhatikan pola makan & aktivitas sang anak, agar metabolisme sang 6

anak dalam menguraikan lemak lebih optimal supaya pertumbuhan sang anak lebih optimal & seimbang.

4.4

KesimpulanSementara Badan rina menurut pengukuran WHO adalah masih dalam batas normal, sedangkan adiknya cenderung obesitas atau memiliki berat badan lebih yang tidak sesuai dengan usianya. Sang ibu tidak perlu khawatir, hanya lebih memperhatikan pola makana/gizi/nutrisipada sang anak, agar pertumbuhan optimal & adanya keseimbangan gizi pada anaknya.

4.5

Learning Objective (1) Antropometri ( WHO, CDC, IMT) (2) Pemantauan pertumbuhan fisik (3) Penilaian status gizi anak

7

BAB V PEMBAHASAN TEORI

5.1 Antropometri ( WHO, CDC, IMT).

1. WHO A. Standar Pertumbuhan Anak (WHO 2005) World Health Organization (WHO) telah mengembangkan standar pertumbuhan yang berasal dari sampel anak-anak dari enam negara yaitu Brazil, Ghana, India, Noerwegia, Oman dan Amerika Serikat. WHO Multicentre Growth Reference Study (MGRS) telah dirancang untuk menyediakan data yang menggambarkan bagaimana anak-anak harus tumbuh, dengan cara memasukan kriteria tertentu (misalnya: menyusui, pemeriksaan kesehatan, dan tidak merokok). Penelitian tersebut mengikuti bayi normal dari lahir sampai usia 2 tahun, dengan pengukuran yang sering pada awal minggu pertama pada setiap bulan, kelompok anak-anak lain umur 18 sampai 71 bulan diukur satu kali. Data dari kedua kelompok umur tersebut disatukan untuk menciptakan standar pertumbuhan anak umur 0 sampai 5 tahun. MGRS menghasilkan Standar Pertumbuhan Normal (preskriptif), berbeda dengan yang hanya deskriptif. Standar baru memperlihatkan bagaimana pertumbuhan anak dapat dicapai apabila memenuhi syarat-syarat tertentu misalnya pemberian makan, imunisasi dan asuhan selama sakit. Manfaat lain dari standar pertumbuhan baru meliputi hal-hal sebagai berikut : -

Standar baru menetapkan bayi yang disusui sebagai model pertumbuhan dan perkembangan bayi normal. Hasilnya kebijakan kesehatan dan dukungan publik untuk menyusui harus diperkuat.

-

Standar baru lebih dini dan sensitif untuk mengidentifikasi anak pendek dan anak gemuk/sangat gemuk.

-

Standar baru seperti IMT (Indeks Masa Tubuh) sangat berguna untuk mengukur peningkatan kejadian Sangat Gemuk.

-

Grafik yang menunjukan pola laju pertumbuhan yang diharapkan dari waktu ke waktu memungkinkan petugas kesehatan mengidentifikasikan anak-anak yang beresiko menjadi kurang gizi atau gemuk secara dini, tanpa menunggu sampai anak menderita masalah gizi.

8

B. Pengolahan Data Antropometri Berdasarkan Z-Score (Simpangan Baku) WHO 2005 Z-Score atau simpangan baku digunakan untuk menilai seberapa jauh penyimpangannya dari angka median (nilai tengah). Perhitungan Z-Score berbeda untuk populasi yang distribusinya normal atau tidak normal. -

Pengukuran Distribusi Normal. Konsep distribusi normal sangat membantu untuk memahami apa itu z-score. Dalam satu distribusi normal, sebagian besar nilai dikelompokan di tengah, dan distribusi pengukuran berada disekitar angka median yang berbentuk lonceng. Pada kurva normal, satu z-score menggambarkan seberapa jauh penyimpangan baku seorang anak dari angka median. Kurva tersebut dihasilkan dari pengukuran Panjang/Tinggi Badan anak-anak yang dibuat dalam grafik, hasilnya menyerupai distribusi normal. Setiap segmen pada sumbu horizontal menggambarkan satu simpangan baku atau z-score. Pada distribusi normal, z-score -1 dan +1 mempunyai jarak yang sama dari angka median ( 0 ). Jarak dari angka median ke +1 z-score adalah setengah dari jarak ke +2 z-score.

Cara perhitungan Z-Score adalah sebagai berikut :

Z score = Status gizi balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Berat badan anak ditimbang dengan timbangan dacin yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang badan diukur dengan length-board dengan presisi 0,1 cm, dan tinggi badan diukur dengan menggunakan microtoise dengan presisi 0,1 cm. Variabel BB dan TB anak ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu: berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Untuk menilai status gizi anak, maka angka berat badan dan tinggi badan setiap balita dikonversikan ke dalam bentuk nilai terstandar (Z-score) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-Score masing-masing indicator tersebut ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut :

a) Berdasarkan indikator BB/U : 9

Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya nafsu makan atau memnurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini. v Kelebihan a.

Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat

b. Baik untuk mengukur status gizi akut dan kronis c.

Indikator status gizi kurang saat sekarang

d. Sensitif terhadap perubahan kecil e.

Growth monitoring

f.

Pengukuran yang berulang dapat mendeteksi growth

g. Failure karena infeksi atau KEP h. Dapat mendeteksi kegemukan (overweight) v Kekurangan a.

Kadang umur secara akurat sulit didapat

b. Dapat menimbulkan interpretasi keliru bila terdapat edema maupun asites c.

Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk usia balita

d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukruan, seperti pengaruh pakaian atau gerakan anak saat ditimbang e.

Secara operasional: hambatan sosial budaya misalnya tidak mau menimbang anak karena dianggap seperti barang dagangan

10

Kategori BB/U : 1. Kategori Gizi Buruk, jika Z-score < -3,0 2. Kategori Gizi Kurang, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 3. Kategori Gizi Baik, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0 4. Kategori Gizi Lebih, jika Z-score >2,0 11

b) Berdasarkan indikator TB/U: Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tingii badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status

gizi

masa

lalu. Menurut

Beaton

dan

Bengoa

(1973)

indeks

TB/U

dapatmemberikan status gizi masa lampau dan status sosial ekonomi. v Kelebihan a.

Baik untuk menilai status gizi masa lampau

b. Alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa c.

Indikator kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa

v Kekurangan a.

TB tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun

b. Diperlukan 2 orang untuk melakukan pengukuran, karena biasanya anak relatif sulit berdiri tegak c.

Ketepatan umur sulit didapat,

12

Kategori TB/U : 1. Kategori Sangat Pendek, jika Z-score < -3,0 2. Kategori Pendek, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0

c) Berdasarkan indikator BB/TB:

13

1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0 2. Kategori Kurus, jika Z-score >=-3,0 s/d Z-score <-2,0 3. Kategori Normal, jika Z-score >=-2,0 s/d Z-score <=2,0 4. Kategori Gemuk, jika Z-score >2,0

Perhitungan angka prevalensi dilakukan sebagai berikut : · Prevalensi gizi buruk = (Jumlah balita gizi buruk/jumlah seluruh balita) x 100% · Prevalensi gizi kurang = (Jumlah balita gizi kurang/jumlah seluruh balita) x 100% · Prevalensi gizi baik = (Jumlah balita gizi baik/jumlah seluruh balita) x 100% · Prevalensi gizilebih = (Jumlah balita gizi lebih/jumlah seluruh balita) x 100%

d) IMT / U Pengukuran status

gizi

dilakukan dengan

metode antropometri

melalui

perhitungan indeks IMT/U. IMT/U digunakan untuk anak yang berumur 5-19 tahun, dengan menggunakan z-score.

14

Kategori IMT/U : 1. Kategori Sangat Kurus, jika Z-score < -3,0 2. Kategori Kurus, jika Z-score < - 2SD 3. Kategori Normal, jika Z-score -2SD sampai +1SD 4. Kategori Gemuk, jika Z-score > + 1SD 5. Kategori Obese I, jika Z-score >+2SD 6. Kategori Obese II jika, Z-score >+3SD 15

-

Cara Penilaian Status Gizi dalam Program Kesehatan Masyarakat. Salah satu cara yang digunakan dalam penentuan status gizi masyarakat adalah dengan cara pengukuran terhadap nilai-nilai dari indeks antropometri. Dalam penentuan status gizi suatu kelompok masyarakat, lebih baik kita mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Nilai-nilai indeks antropometri (BB/U, TB/U atau BB/TB) dibandingkan dengan nilai RUJUKAN yang dalam hal ini digunakan Rujukan WHO-2005). 2. Dengan menggunakan batas ambang (“cut-off point”) untuk masing-masing indeks, maka status gizi seseorang atau anak dapat ditentukan. Didasarkan pada asumsi resiko kesehatan : a) Antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah kesehatan b) Antara -2 s/d -3 atau antara +2 s/d +3 memiliki resiko cukup tinggi (“mode-rate”) untuk menderita masalah kesehatan c) Di bawah -3 SD atau di atas +3 SD memiliki resiko tinggi untuk menderita masalah kesehatan 3. Istilah status gizi dibedakan untuk setiap indeks yang digunakan agar tidak terjadi kerancuan dalam interpretasi. 4. Bila dalam masyarakat ada lebih dari 2,5% balita berada <-2 SD tetapi kurang dari 0,5%

berada

<-3

SD

kemungkinan

besar

penyebabnya

masa-

lahnya adalah kekurangan zat gizi karena berbagai faktor (kemiskinan, ketidak tahuan, pola asuh yang berkaitan dengan penyakit) 5. Bila dalam suatu masyarakat ada lebih dari 2,5 % balita <-2 SD dan lebih dari 0,5% anak

<

-3

SD,

maka

masyarakat

tersebut

masih

memiliki

masalah

gizi yang perlu penanganan secara komprehensif terhadap akar masalahnya.

16

2.

CDC

Kurva CDC digunakan dengan cara yang hampir sama. Plotting dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Tentukan usia anak pada aksis horizontal. Saat melakukan plotting berat badanpanjang badan, temukan panjang badan pada aksis horizontal. Tarik garis membentuk garis vertikal lurus dari titik tersebut. b. Gunakan tabel yang sesuai dengan parameter yang sedang diukur (berat badan, panjang/tinggi badan, IMT) dan temukan ukuran yang sesuai yang didapatkan dari pengukuran anak pada garis vertikal. Tarik garis horizontal lurus hingga berpotongan dengan garis vertikal yang sebelumnya telah dibuat. c.

Tandai titik dimana dua garis berpotongan (Indra Maharddhika, Rini Sekartini, 2014). Interpretasi dari hasil plotting grafik tersebut dapat dilihat pada tabel

Interpretasi Kurva CDC

Indeks Antropometrik

Persentil

Status Nutrisi

>97

Overweight

>85-<97

Risk of overweight

<5

Underweight

>95

Overweight

<5

Underweight

<5

Short stature

IMT-Usia

Berat badan-pajang/tinggi badan

Tinggi /panjang badan-usia

(Indra Maharddhika, Rini Sekartini, 2014).

17

Langkah Penilaian

A.Hitung Umur Anak Cara menghitung umur anak adalah dengan cara mengurangi tanggal pemeriksaan terhadap tanggal lahir. Menghitung Umur Anak yang Lahir Prematur Untuk bayi prematur, dalam mengukur berat dan panjang badan serta lingkar kepala, harus digunakan umur koreksi sampai anak berusia 2 tahun. Untuk bayi prematur dengan berat kurang dari 1000 gram, umur koreksi digunakan sampai anak berusia 3 tahun. Cara menghitung umur koreksi adalah dengan cara mengurangi umur kronologis terhadap jumlah minggu prematur.

B.Plot ke dalam Kurva Pertumbuhan CDC 2000 Gunakan kurva pertumbuhan berdasarkan umur, tinggi, berat, lingkar kepala dan jenis kelamin sesuai dengan kebutuhan. Kurva pertumbuhan CDC ditampilkan sebagai : Jenis Kelamin

Umur

Kurva

Laki-laki

Lahir sampai 36 bulan

Berat terhadap panjang

Laki-laki

Lahir sampai 36 bulan

Berat terhadap umur

Laki-laki

Lahir sampai 36 bulan

Panjang terhadap umur

Laki-laki

Lahir sampai 36 bulan

Lingkar kepala terhadap umur

Perempuan

Lahir sampai 36 bulan

Berat terhadap panjang

Perempuan

Lahir sampai 36 bulan

Berat terhadap umur

Perempuan

Lahir sampai 36 bulan

Panjang terhadap umur

Perempuan

Lahir sampai 36 bulan

Lingkar kepala terhadap umur

Laki-laki

2 sampai 20 tahun

IMT terhadap umur

Laki-laki

2 sampai 20 tahun

Berat terhadap umur

Laki-laki

2 sampai 20 tahun

Tinggi terhadap umur

Perempuan

2 sampai 20 tahun

IMT terhadap umur

Perempuan

2 sampai 20 tahun

Berat terhadap umur

Perempuan

2 sampai 20 tahun

Tinggi terhadap umur

Ket : IMT (BMI) : Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index)

18

C.Nilai Hasil Pertumbuhan Berikut di bawah ini beberapa criteria yang digunakan untuk menilai adanya masalah dalam pertumbuhan : Sumber

Indikator

Institute of Medicine, Panjang terhadap umur 1996

Batasan Persentil ke-5

Tinggi terhadap umur Berat terhadap panjang Berat terhadap tinggi Panjang terhadap umur

WIC

Tinggi terhadap umur Berat terhadap panjang IMT terhadap umur

Persentil ke-10

IMT terhadap umur Panjang / tinggi terhadap umur Berat terhadap tinggi Berat terhadap umur Berat terhadap panjang Panjang terhadap umur CDC

Berat terhadap umur

Persentil ke-5

WHO, 1995

Panjang terhadap umur

Persentil

Tinggi terhadap umur

SD)

ke-2,3

(-2

Persentil ke-5

Medical Practice, 1999 Arah pertumbuhan ke bawah

melampaui

persentil semula. Medical Practice, 1999

19

3. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Antropometri merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Dimensi-dimensi ini dibagi menjadi kelompok statistika dan ukuran persentil.Kenyamanan menggunakan alat bergantung pada kesesuaian ukuran alat dengan ukuran manusia. Jika tidak sesuai, maka dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan stress tubuh antara lain dapat berupa lelah, nyeri, pusing. Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur diatas 18 tahun. IMT tidak dapat diterapkan pada bayi, anak-anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak bisa diterapkan pada keadaan khusus lainnya seperti edema, asites, dll. IMT/U merupakan yang terutama bermanfaat untuk penapisan kelebihan berat badan dan kegemukan. Biasanya IMT tidak meningkat dengan bertambahnya umur.

Rumus perhitungan IMT:

IMT merupakan alat yang sangat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. Indikator IMT/U hampir sama dengan BB/PB atau BB/TB. Ketika melakukan interpretasi resiko kelebihan berat badan, perlu mempertimbangkan berat badan orang tua.1 Tabel 2: Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia:[7] Kategori Kurus

IMT Kekurangan BB tingkat berat

< 17,0

Kekurangan BB tingkat ringan

17,0 - < 18,5 18,5 – 22,9

Normal

Gemuk

Kelebihan BB tingkat ringan

23 – 24,9

Kelebihan BB tingkat moderat (Obes I)

> 25 – 29,9

Kelebihan BB tingkat berat (Obes II)

> 30,0

Sumber. Sirajuddin 2012.

20

Berat badan merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR (dibawah 2500 gram). Pada masa bayi atau balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis (dehidrasi, asites, edema, atau adanya tumor). Dapat digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan. Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan protein otot menurun. Pada klien edema dan asites, terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi.6 Penimbangan (berat badan) adalah pengukuran antropometri yang umum digunakan dan merupakan kunci yang memberi petunjuk nyata dari perkembangan tubuh yang baik maupun yang buruk. Berat badan merupakan suatu pencerminan dari kondisi yang sedang berlaku dan ukuran yang paling baik mengenai konsumsi kalori protein dan karbohidrat.[8] Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama - Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. -

Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan.

-

Umum dan luas dipakai di Indonesia.

-

Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.

-

KMS yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.

-

Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.

-

Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat.

21

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:6 a. Mudah digunakan dan dibawa dari suatu tempat ke tempat yang lain. b. Mudah diperoleh dan relatife murah harganya. c. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg. d. Skalanya mudah dibaca. e. Cukup aman untuk menimbang anak balita.

Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006 untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5 tahun. Grafik WHO 2006 digunakan untuk usia 0-5 tahun karena mempunyai keunggulan metodologi dibandingkan CDC 2000. Subyek penelitian pada WHO 2006 berasal dari 5 benua dan mempunyai lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan optimal. Untuk usia di atas 5 tahun hingga 18 tahun digunakan grafik CDC 2000 dengan pertimbangan grafik WHO 2007 tidak memiliki grafik BB/TB dan data dari WHO 2007 merupakan smoothing NCHS 1981 (Moersintowarti B. Narendra, 2010)

22

5.2 Pemantauan Pertumbuhan Fisik.

PENGERTIAN Pemantauan pertumbuhan fisik perlu dilakukan untuk menentukan apakah pertumbuhan fisik seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis maupun statistik. Anak yang sehat dan diberi lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat akan tumbuh secara optimal.

Proses pertumbuhan fisik merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari konsepsi sampai dewasa, dengan mengikuti pola tertentu dan khas untuk setiap anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus-menerus serta rumit antara faktor-faktor genetik dan faktor lingkungan. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan fisiknya, digunakan parameter-parameter tertentu.

PARAMETER PEMANTAUAN PERTUMBUHAN FISIK 1. Ukuran antropometrik Untuk melihat pertumbuhan fisik anak, maka ukuran-ukuran antro- pometrik yang dibedakan menjadi 2 kelompok: a. Ukuran yang tergantung usia (age dependance) -

Berat badan (BB) terhadap umur

-

Tinggi/Panjang badan (TB) terhadap umur

-

Lingkaran kepala (LK) terhadap umur

-

Lingkaran Lengan atas (LLA) terhadap umur

b. Ukuran yang tidak tergantung pada umur -

BB terhadap TB

-

LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference measuring stick)

-

Lain-lain: LLA dibandingkan dengan standar/baku, lipatan kulit pada trisep, subscapular, abdominal disbanding dengan baku.

Selain itu, masih ada ukuran antropometri lain yang dipakai untuk keperluan khusus, seperti pada kasus-kasus kelainan bawaan atau untuk menentukan jenis perawakan-perawakan, antara lain: 1. Lingkaran dada, lingkaran perut, dan lingkaran leher

23

2. Panjang jarak antara 2 titik tubuh, seperti bi-akromial untuk leher bahu, bitrokanterik untuk lebar pinggul, bitemporal untuk lebar kepala 3. Kurva untuk palsi serebral 4. Kurva sindrom Down 5. Kurva bayi premature

Berat Badan (BB) Berat badan (BB) merupakan parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah diukur dan diulang. Berat badan merupakan ukuran yang terpenting yang dipakai pada setiap pemeriksaan penilaian pertumbuhan fisik anak pada semua kelompok umur karena berat badan merupakan indikator yang tepat untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak saat pemeriksaan. Berat badan sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja seperti sakit dan pola makan. Selain itu dari sisi pelaksanaan, pengukuran Berat badan relatif objektif dan dapat diulangi dengan timbangan apa saja, murah dan mudah, serta tidak memerlukan waktu lama. Perlu diketahui bahwa terdapat fluktuasi berat badan yang wajar dalam sehari, sebagai akibat dari asupan (intake) makanan dan minuman, dengan luaran (output) melalui urin, feses, keringat, dan napas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat individual yaitu berkisar antara 100 - 200 gram sampai 500-1000 gram, bahkan lebih. Fluktuasi dapat memengaruhi hasil penilaian Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk: 1. bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang yang akut maupun kronis, serta tumbuh kembang, kesehatan anak 2. monitor keadaan kesehatan, misal pada pengobatan penyakit 3. dasar penghitungan dosis obat dan makanan yang diberikan. Berat Badan dapat diukur dengan menggunakan rumus dari Behrman (1992), yaitu: -

Berat badan lahir rata-rata: 3,25 kg.

-

Berat badan usia 3-12 bulan, digunakan rumus: BB = Umur (bulan) + 9 / 2

-

Berat badan usia 1-6 tahun, digunakan rumus: BB = (Umur (tahun) x 2) + 8

24

Tinggi Badan (TB) Tinggi badan (TB) merupakan ukuran antropometrik ke dua yang terpenting. TB merupakan indikator yang menggambarkan proses pertumbuhan yang berlangsung dalam kurun waktu relatif lama (kronis), dan berguna untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan fisik di masa lampau. Keuntungannya adalah pengukurannya objektif, dapat diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa. Kerugiannya perubahan tinggi badan relatif lambat dan sukar untuk mengukur tinggi badan secara tepat. Pengukuran TB pada anak umur kurang dari 2 tahun dilakukan dengan posisi tidur dan pada anak umur lebih dari 2 tahun dilakukan dengan posisi berdiri. Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut panjang badan. Pada bayi baru lahir, panjang badannya rata-rata mencapai 50 cm. pada tahun pertama pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan (1,5 x panjang badan lahir). Penambahan ini akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu sekitar 5 cm/tahun. Peningkatan tinggi badan yang pesat terjadi pada usia pubertas yaitu sekitar 5-25 cm/tahun pada wanita sedangkan pada laki-laki peningkatannya sekitar 10-30 cm/tahun. Pertambahan tinggi badan akan berhenti pada usia 18-20 tahun. Lingkar Kepala (LK) Lingkar kepala (LK) menggambarkan pertumbuhan otak dari estimasi volume dalam kepala. Lingkar kepala dipengaruhi oleh status gizi anak sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak walaupun diperlukan pengukuran LK secara berkala daripada sewaktu-waktu saja. Apabila pertumbuhan otak mengalami gangguan yang dideteksi dari hasil pengukuran LK yang kecil (dinamakan mikrosefali) maka hal ini bisa mengarahkan si anak pada kelainan retardasi mental. Sebaiknya kalau ada gangguan pada sirkulasi cairan otak (liquor cerebrospinal) maka volume kepala akan membesar (makrosefali), kelainan ini dikenal dengan hidrosefalus. Pengukuran LK paling bermanfaat pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pada periode inilah pertumbuhan otak berlangsung dengan pesat. Namun LK yang abnormal

25

baik kecil maupun besar bisa juga disebabkan oleh faktor genetik (keturunan) dan bawaan bayi. Cara pengukurannya

Lingkarkan pita pengukur pada daerah glabela

atau supra orbita bagian interior menuju oksiput pada bagian posterior Pada 6 bulan pertama kehidupan LK berkisar antara 34-44 cm sedangkan pada umur 1 tahun sekitar 47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. Ukuran LK yang kecil dapat disebabkan oleh: -

Variasi normal

-

Bayi kecil

-

Keturunan

-

Retardasi mental/ mikrosefali

-

Kraniostenosis

Ukuran LK yang besar pada umumnya disebabkan: -

Variasi normal

-

Bayi besar

-

Keturunan

-

Hidranensefali

-

Tumor serebri

-

Efusi sebdural

-

Hidrosefalus

-

Penyakit Canavan

-

Megaensefali

Lingkaran Lengan Atas (LLA) Lingkar lengan atas (LLA) menggambarkan tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit dan otot yang tidak banyak terpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan (BB). LLA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur prasekolah (1-5 tahun). Pengukuran LLA ini mudah, murah, alat bisa dibuat sendiri dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Alat yang digunakan biasanya adalah pita ukur elastis. Namun, penggunaan

26

LLA ini lebih tepat untuk mengidentifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan fisik yang berat. Selain itu terkadang pengukurannya juga dengan menekan pertengahan LLA yang dirasakan tidak nyaman bagi anak-anak. Tebal Lipatan Kulit (TLK) Tebal Lipatan Kulit (TLK) merupakan pencerminan tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kulit yang lebih spesifik. Hampir 50% lemak tubuh berada di jaringan subkutis sehingga dengan mengukur lapisan lemak (TLK) dapat diperkirakan jumlah lemak total dalam tubuh. Hasilnya dibandingkan dengan standar dan dapat menunjukkan status gizi dan komposisi tubuh serta cadangan energi. Makna klinisnya adalah TLK ini dapat digunakan untuk menganalisis kecukupan energi anak. Bila dikaitkan dengan indeks BB/TB, ia dapat menentukan masalah nutrisi yang kronik. Pada keadaan asupan gizi yang kurang (malnutrisi misalnya), tebal lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal pada anak dengan asupan gizi yang berlebihan (overweight sampai obese). Sehingga parameter ini juga dapat bermakna penting bagi pengaturan pola diet anak khususnya yang mengalami kegemukan (overweight sampai obese). Selain itu, pemeriksaan TLK bila dikaitkan dengan nilai LLA misalnya pada otot triseps dapat dipakai untuk menghitung massa otot. Regio tubuh umum tempat dilakukannya pengukuran TLK dengan menggunakan skinfold calliper adalah regio trisep, bisep, subskapula, suprailiaka, dan betis. Pengukuran dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot dasarnya, ditarik menjauhi tubuh kemudian menempatkan kaliper diantara cubitan kulit tersebut.

Gambar 2. Pengukuran tebal lipatan kulit (skin fold) menggunakan skinfold calipers

27

5.3 Penilaian Status Gizi Anak. cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Umur. Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004). b. Berat Badan Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990). c. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada 28

umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004). Berat badan dan tinggi badan

adalah salah satu parameter penting untuk

menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994). Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 Penilaian

Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB

Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS No 1

2

3

Indeks

yang Batas

Sebutan Status Gizi

dipakai

Pengelompokan

BB/U

< -3 SD

Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD

Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD

Gizi baik

> +2 SD

Gizi lebih

< -3 SD

Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD

Pendek

- 2 s/d +2 SD

Normal

> +2 SD

Tinggi

< -3 SD

Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD

Kurus

- 2 s/d +2 SD

Normal

> +2 SD

Gemuk

TB/U

BB/TB

Sumber : Depkes RI 2004.

29

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anakanak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS) No

1

2

3

Indeks yang digunakan

Interpretasi

BB/U

TB/U

BB/TB

Rendah

Rendah

Normal

Normal, dulu kurang gizi

Rendah

Tinggi

Rendah

Sekarang kurang ++

Rendah

Normal

Rendah

Sekarang kurang +

Normal

Normal

Normal

Normal

Normal

Tinggi

Rendah

Sekarang kurang

Normal

Rendah

Tinggi

Sekarang lebih, dulu kurang

Tinggi

Tinggi

Normal

Tinggi, normal

Tinggi

Rendah

Tinggi

Obese

Tinggi

Normal

Tinggi

Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi

: > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus : 30

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR Cipanas 2000 oleh para Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2. Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut Diketahui BB= 60 kg

TB=145 cm

Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Age

Standard Deviations

Yr

Mth

-3sd

-2sd

-1sd

Median

+1sd

+2sd

+3sd

15

0

31.6

39.9

48.3

56.7

69.2

81.6

94.1

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS Stature

Standard Deviations

Cm

-3sd

-2sd

-1sd

Median

+1sd

+2sd

+3sd

24.8

28.8

32.8

36.9

43.0

49.2

55.4

145

0

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS Stature

Standard Deviations

Yr mth

-3sd

-2sd

-1sd

Median

+1sd

+2sd

+3sd

15

144.8

152.9

160.9

169.0

177.1

185.1

193.2

0

Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985

Jadi untuk indeks BB/U adalah = Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD = status gizi baik Untuk IndeksTB/U adalah 31

= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD = status gizi pendek Untuk Indeks BB/TB adalah = Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD = status gizi gemuk

Definisi Operasional Status Gizi Sebenarnya untuk mendefinisikan operasional status gizi ini dapat dilakukan di klinik kesehatan swasta maupun pemerintah yang menyediakan

pengukuran status gizi,

namun demikian yang perlu diketahui masyarakat adalah pengertian dan pemahaman dari status gizi anak, selanjutnya ketika mengunjungi klinik gizi hasilnya dapat segera diketahui termasuk upaya-upaya mempertahankan status gizi yang baik.

Status Gizi Anak adalah

keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat

kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB Indikasi pengukuran dari variabel ini ditentukan oleh : 1. Penimbangan Berat Badan (BB) dan pengukuran Tinggi Badan (TB) Dilakukan oleh petugas klinik gizi sesuai dengan syarat-syarat penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan yang baik dan benar penggunaan timbangan berat badan dan meteran tinggi badan (mikrotoise) 2. Penentuan umur anak ditentukan sesuai tanggal penimbangan BB dan Pengukuran TB, kemudian dikurangi dengan tanggal kelahiran yang diambil dari data identitas anak pada sekolah masing-masing, dengan ketentuan 1 bulan adalah 30 hari dan 1 tahun adalah 12 bulan. a. Kriteria objektifnya dinyatakan dalam rata-rata dan jumlah Z score simpang baku (SSB) induvidu dan kelompok sebagai presen terhadap median baku rujukan (Waterlow.et al, dalam, Djuamadias, Abunain, 1990) Untuk menghitung SSB dapat dipakai rumus :

Skor Baku Rujukan  Dimana : NIS NMBR

NIS  NMBR NSBR

: Nilai Induvidual Subjek : Nilai Median Baku Rujukan 32

NSBR

: Nilai Simpang Baku Rujukan

Hasil pengukuran dikategorikan sbb 1. Untuk BB/U a. Gizi Kurang

Bila SSB < - 2 SD

b. Gizi Baik

Bila SSB -2 s/d +2 SD

c. Gizi Lebih

Bila SSB > +2 SD

2. TB/U a. Pendek

Bila SSB < -2 SD

b. Normal

Bila SSB -2 s/d +2 SD

c. Tinggi

Bila SBB > +2 SD

3. BB/TB a. Kurus

Bila SSB < -2 SD

b. Normal

Bila SSB -2 s/d +2 SD

c. Gemuk

Bila SSB > +2 SD

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes, 2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjuukan pada tabel 3

Tabel 3

Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks

(BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS) Interpretasi

Indeks yang digunakan BB/U

TB/U

BB/TB

Normal, dulu kurang gizi

Rendah

Rendah

Normal

Sekarang kurang ++

Rendah

Tinggi

Rendah

Sekarang kurang +

Rendah

Normal

Rendah

Normal

Normal

Normal

Normal

Sekarang kurang

Normal

Tinggi

Rendah

Sekarang lebih, dulu kurang

Normal

Rendah

Tinggi

Tinggi, normal

Tinggi

Tinggi

Normal

Obese

Tinggi

Rendah

Tinggi

Sekarang lebih, belum obese

Tinggi

Normal

Tinggi

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) : Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

33

Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS Tinggi

: > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber: Depkes RI, 2004

34

BAB VI KESIMPULAN AKHIR

Seorang ibu yang khawatir terhadap perbandingan dua anaknya. Yang mana adiknya lebih besar dibandingkan rina. Ibu merasa, rin ayang mula-mula malnutrisi, ketika diperiksa berdasarkan who, cdc, imt rina masih dalam kondisi normal, adiknya yang mengalami kegemukan untuk anak seusianya.

Untuk rina di anjurkan untuk mengoptimnalkan porsi makan , mengkonsumsi makanan yang kaya protein. Untuk adik rina dianjurkan pola makannya diatur dan meningkatklan aktifitas fisik untuk anak seusianya.

35

DAFTAR PUSTAKA

Referensi : 1. Soetjiningsih, Gde Ranuh IGN. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC 2. Arsad.RA, (2006), Perbedaan Hemoglobin, Status Gizi dan Prestasi Belajar Anak SD Wilayah Gunung dan Pantai di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2006, FKM-UNHAS, Makassar. 3. Abunain Djumadias, 1990, Aplikasi Antropometri sebgai Alat Ukur Status Gizi, Puslitbang Gizi Bogor. 4. http://www.who.int/growthref/who2007_weight_for_age/en/

36

Related Documents


More Documents from "BIntangsinaga"

Uraian Materi Kb 1.pdf
April 2020 27
Cjr Bahan
October 2019 33
Cover (done).docx
October 2019 46