Makalah Sistem Imunologi.docx

  • Uploaded by: Nurse Roel
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sistem Imunologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,039
  • Pages: 23
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Acquired immune defficiency syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi Human Immmunodeficiency Virus (HIV), AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV1. United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan jumlah orang hidup dengan HIV pada tahun 2012 sebanyak 35,3 juta orang. Pada tahun yang sama angka kematian AIDS sebesar 1,6 juta orang dan sebanyak 2,3 juta orang baru terinfeksi HIV di tahun 2012. Berdasarkan laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2013) sampai dengan tahun 2005 jumlah AIDS yang dilaporkan sebanyak 4.987, tahun 2006 (3.514), tahun 2007 (4.425), tahun 2008 (4.943), tahun 2009 (5.483), tahun 2010 (6.845), tahun 2011 (7.004), tahun 2012 (5.686). Dari tahun 1987 sampai dengan Juni 2013 jumlah kumulatif AIDS sebanyak 43.667 orang, sedangkan jumlah kumulatif infeksi HIV sebanyak 108.6003. WHO dan UNAIDS sudah memastikan Indonesia sebagai negara yang menunjukkan kecenderungan baru yang berbahaya sejak Desember 2002. Hal ini seiring ditemukan peningkatan kasus HIV/AIDS yang tidak hanya ditularkan melalui hubungan seksual tetapi juga oleh jarum suntik yang semakin marak digunakan kalangan pecandu narkotika. Selain itu, faktor dari pariwisata Indonesia juga mempengaruhi peningkatan angka HIV/AIDS di Indonesia . HIV menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia, dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pertukaran cairan tubuh saat melakukan hubngan seksual, melalui darah, melalui air susu ibu yang terpapar HIV, serta melalui penggunaan jarum suntik secara bersamaan dengan individu yang terpapar HIV. Virus ini secara bertahap membuat daya tahan tubuh semakin semakin berkurang dan mengarah pada

kematian. Sementara hingga saat ini adalah belum adanya vaksin yang dapat menyembuhkan atau membunuh virus tersebut. Hal ini dapat membuat penderita AIDS mengalami stress yang tinggi, yang jika tidak diintervensi akan berdampak negatif bagi kesehatan sehubungan dengan semakin menurunnya fungsi kekebalan tubuh. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sindroma penyakit defisiensi imunitas seluler yang didapat, disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sel yang berfungsi untuk sistem kekebalan tubuh yaitu CD4 (Lymphocyte T-helper). Sejak awal HIV/AIDS menjadi epidemik di seluruh negara di dunia, para klinisi telah melakukan pemeriksaan jumlah sel CD4 pasien sebagai indikator penurunan sistem imun dan untuk memantau risiko progresivitas dari infeksi HIV. Pada pertengahan tahun 1990, para klinisi mulai juga memantau secara rutin viral load HIV, yang secara langsung mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Dari beberapa penelitian, di antaranya yang dilakukan oleh John Mellors, MD dkk dan Bryan Lau, MD dkk yang ditampilkan pada 14th Annual Conference on Retroviruses and Opportunistic Infections (14th CROI) di Los Angeles Februari tahun 2007 menunjukkan bahwa pemeriksaan viral load HIV merupakan prediktor yang lebih baik untuk melihat progresivitas infeksi HIV dibandingkan pemeriksaan jumlah sel CD4. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa devinisi HIV DAN AIDS? 2. Apa saja anatomi fisiologi HIV AIDS? 3. Apa etiologi HIV AIDS? 4. Bagaimana patofisiologi HIV AIDS? 5. Bagaimana Penatalaksanaan pada pasien HIV AIDS? 6. Bagaimana terapi diet pada pasien HIV AIDS? 7. Bgaimana menentukan ASKEP pasien HIV AIDS?

C. TUJUAN 1. Mengetahui devinisi HIV dan AIDS 2. Mengetahui anatomi fisiologi HIV AIDS 3. Mengetahui penyebab HIV AIDS 4. Mengetahui patofisiologi HIV AIDS 5. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien HIV AIDS 6. Mengenatahui terapi diet pada pasien HIV AIDS 7. Mengetahui ASKEP pada pasien HIV AIDS

D. MANFAAT Semoga dengan terselesaikannya makalah “HIV DAN AIDS”ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran yang dapat menambah wawasan tentang dan memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA A. DEINISI HIV DAN AIDS HIV kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus,yaitu virus jenis retrovirus yang hidup dan berkembang dalam tubuh manusia dan dapat melemahkan sistem kekbalan tubuh manusia. AIDS Syndrom,yaitu

kepanjangan sekumpulan

dari

Acquired

gejala

penyakit

Immuno yang

Deficiency

timbul

akibat

melemahnya sistem kekebalan tubuh yang didapat dari virus HIV. dapat diartikan juga AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).

B. ANATOMI FISIOLOGI HIV AIDS

Virion HIV berbentuk sferis dan memiliki inti berbentuk kerucut, dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran sel hospes. Inti virus mengandung protein kapsid terbesar yaitu p24, protein nukleo kapsid p7/p9, dua kopi RNA genom, dan tiga enzim virus yaitu protease, reverse transcriptase dan integrase. Protein p24 adalah antigen virus yang cepat terdeteksi dan merupakan target antibodi dalam tes screening HIV. Inti virus dikelilingi oleh matriks protein dinamakan p17, yang merupakan lapisan dibawah selubung lipid. Sedangkan selubung lipid virus mengandung dua glikoprotein yang sangat penting dalam proses infeksi HIV dalam sel yaitu gp120 dan gp41. Genom virus yang berisi gen gag, pol, dan env yang akan mengkode protein virus. Hasil translasi berupa protein prekursor yang besar dan harus dipotong oleh protease menjadi protein mature. Perjalanan penyakit HIV merupakan perjalanan interaksi HIV dengan sistem imun tubuh. Terdapat tiga fase yang menunjukkan terjadinya interaksi

virus

dan

hospes

yaitu

fase

permulaan/akut,

fase

pertengahan/kronik dan fase terakhir/krisis. Fase akut menandakan respon imun tubuh yang masih imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, fase tersebut ditandai oleh penyakit yang sembuh dengan sendirinya yaitu 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi HIV. Gejalanya berupa radang tenggorokan, nyeri otot (mialgia), demam, ruam kulit, dan terkadang radang selaput otak (meningitis asepsis). Produksi virus yang tinggi menyebabkan viremia (beredarnya virus dalam darah) dan penyebaran virus ke dalam jaringan limfoid, serta penurunan jumlah sel T CD4+. Beberapa lama kemudian, respon imun spesifik terhadap HIV muncul sehingga terjadi serokonversi. Respon imun spesifik terhadap HIV diperantarai oleh sel T CD8+ (sel T pembunuh, T sitotoksik cell) yang menyebabkan penurunan jumlah virus dan peningkatan jumlah CD4+ kembali. Walaupun demikian, penurunan virus dalam plasma tidak disertai

dengan berakhirnya replikasi virus. Replikasi virus terus berlangsung di dalam makrofag jaringan dan CD4+. Fase kronik ditandai dengan adanya replikasi virus terus menerus dalam sel T CD4+ yang berlangsung bertahun-tahun. Pada fase kronik tidak didapatkan kelainan sistem imun. Setelah bertahun-tahun, sistem imun tubuh mulai melemah, sementara replikasi virus sudah mencapai puncaknya sehingga perjalanan penyakit masuk ke fase krisis. Tanpa pengobatan, pasien HIV akan mengalami sindrom AIDS setelah fase kronik dalam jangka waktu 7 sampai 10 tahun. Fase krisis ditandai dengan hilangnya kemampuan sistem imun, meningkatnya jumlah virus dalam darah (viral load) dan gejala klinis yang berarti. Pasien mengalami demam lebih dari 1 bulan, lemah, penurunan berat badan dan diare kronis. Hitung sel T CD4+ berkurang sampai dibawah 500/µL. 1. Imunologi System a

Sistem imun : sistem pertahanan internal tubuh yang berperan dalam mengenali dan menghancurkan bahan yang bukan “normal self” (bahan asing atau abnormal cells)

b

Imunitas atau respon imun : Kemampuan tubuh manusia untuk melawan organisme atau toksin yang berbahaya

2. Ada 2 macam RI, yaitu : a

RI Spesifik : deskriminasi self dan non self, memori, spesifisitas.

b

RI non Spesifik : efektif untuk semua mikroorganisme

3. Sel-sel yang berperan dalam respon Imun a

Sel B Sel B adalah antigen spesifik yang berproliferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B merupakan nama bursa fabrisius, yaitu jaringan limfoid yang ditemukan pada ayam. Jaringan sejenis yang ada pada mamalia yaitu sumsum tulang, jaringan limfe usus, dan limpa. Sel B matur bermigrasi ke organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe, bercak Peyer pada saluran pencernaan, dan

amandel. Sel B matur membawa molekul immunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran selnya. Saat diaktifasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit T, sel B akan derdiferensiasi melalui dua cara, yaitu :  Sel plasma adalah: Sel ini mampu menyintesis dan mensekresi

antibodi

untuk

menghancurkan

antigen

tertentu.  Sel memori B adalah Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespons antigen perangsang yang muncul dalam pajanan selanjutnya dengan respons imun sekunder yang lebih cepat dan lebih besar. b

Sel T Sel T juga menunjukan spesifisitas antigen dan akan berploriferasi jika ada antigen, tetapi sel ini tidak memproduksi antibodi. Sel T mengenali dan berinteraksi dengan antigen melalui reseptor sel T, yaitu protein permukaan sel yang terikat membran dan analog dengan antibodi. Sel T memproduksi zat aktif secara imulogis yang disebut limfokin. Sub type limfosit T berfungsi untuk membantu limfosit B merespons antigen, membunuh sel-sel asing tertentu, dan mengatur respons imun. Respons sel T adalah :  Sel T, seperti sel B berasal dari sel batang prekusor dalam sumsum tulang. Pada periode akhir perkembangan janin atau segera setelah lahir, sel prekusor bermigrasi menuju kelenjar timus, tempatnya berproliferasi, berdiferensiasi dan

mendapatkan

kemampuan

untuk

mengenali

diri.Setelah mengalami diferensiasi dan maturasi, sel T bermigrasi menuju organ limfoid seperti limpa atau nodus limfe. Sel ini dikhususkan untuk melawan sel yang mengandung organisme intraselular.

1) Sel T efektor : a) Sel T sitotoksik (sel T pembunuh) Mengenali

dan

menghancurkan

sel

yang

memperlihatkan antigen asing pada permukaannya b) Sel T pembantu Tidak berperan langsung dalam pembunuhan sel. Setelah aktivasi oleh makrofag antigen, sel T pembantu diperlukan untuk sistesis antibodi normal, untuk pngenalan benda asing sel T pembantu melepas interleukin-2 yang menginduksi proliferasi sel T sitotoksik, menolong sel T lain untuk merespons antigen dan sel T pembantu dpt memproduksi zat (limfokin) yang penting dalam reaksi alergi (hipersensitivitas). c) Sel T supresor Setelah diaktifasi sel T pembantu akan menekan respon sel B dan T. d) Makrofag Makrofag memproses antigen terfagositosis melalui denaturasi

atau

mencerna

sebagian

antigen

untuk

menghasilkan fragmen yang mengandung determinan antigenic. Makrofag akan meletakkan fragmen antigen pada permukaan selnya sehingga terpapar untuk limfosit T tertentu. C. ETIOLOGI DAN GEJALA TERSERANG HIV AIDS Secara etiologi, HIV, yang dahulu disebut virus limfotrofik sel-T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus limfadenopati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV-1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS di seluruh dunia

1. Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS.Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala. 2. Tanda-tanda klinis penderita AIDS : 1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan 2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan 3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan 4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis 5. Dimensia/HIV ensefalopati 3. Gejala minor : 1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan 2. Dermatitis generalisata yang gatal 3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang 4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita 4. HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu : 1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom

2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama 3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik 4. Bayi yang ibunya positif HIV Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi HIV terutamanya jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena virus HIV. Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini : 1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC. 2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik. 3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan

makanan

pada

sistem

pencernaan

yang

mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.

4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten. 5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retakretak) serta Eczema atau psoriasis. 6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

D. PATOFISIOLOGI Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus.retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang. HIV

menginfeksi

tubuh

pada

periode

inkubasi

yang

panjang(klinik-laten),dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS.HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya.hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+dan limfosit untuk mereplikasi diri.dalam proses itu virus menghancurkan linfosit dan CD4+.

Sistem imun melindungi tubuh dengan mengenali bakteri atau virus yang masuk kedalam tubuh,dan bereaksi terhadapnya.ketika sistem imun melemah oleh virus HIV tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik.sistem imun terdiri atas organ dan jaringan limfoid. dari tahap terinfeksi HIV akan samapi ke tahap AIDS,sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien,terutama imunitas seluler dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis.penurunan imunitas biasanya diikuti adanya peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi opurtunistik serta penyakit keganasan(Depkes RI,2003).Dari semua orang yang terinfeksi HIV,sebagian berkembang menjadi AIDS pada 3 tahun pertama,50% menjadi AIDS sesudah 10 tahun,dan hampir 100% pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun(Sudoyo,2006). Dalam tubuh ODHA,partikel virus akan bergabung dengan DNA sel pasien,sehingga orang yang terinfeksi HIV seumur hidup akan terinfeksi. sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas tidak khas infeksi seperti demam,nyeri menelan,pembengkakan kelenjar getah bening,ruam,diare,ataubatuk

pada

3-6

minggu

setelah

infeksi(Sudoyo,2006).kondisi ini dikenal dengan infeksi primer.pada fase awal proses infeksi(imunokompeten) akan terjadi respon imun berupa peningkatan aktivasi imun,yaitu pada tingkat seluler(HLA-DR;selT;IL2R);serum atau humoral(beta-2 mikroglobulin,neopterin,CD8,IL-R)dan antibody

upregulation(gp

120,anti

p24;IgA)(Hoffman,Rokstroh,Kamps,2006)Induksi selT-helper dan sel-sel lain diperlukan untuk mempertahankan fungsi sel-sel faktor imun agar tetap berfungsi baik.infeksi HIV akan menghancurkan sel-sel T,sehingga T- helper tidak dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun seperti T8 sitotoksik,sel NK monosit dan sel Btidak dapat berfungsi secara baik.Daya tahan tubuh menurun sehingga pasien jatuh ke dalam stadium lajut (Hoffman,Rockstroh,Kamps,2006).

E. PATHWAY

F. PENATALAKSANAAN PASIEN HIV AIDS Menurut Sarafino (2006), sebagaian besar orang denga HIV/AIDS yang mengalami lemahnya sistem kekebalan tubuh dan opportunistic infection, dapat ditangani efektif secara medis. untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan : a. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi. b. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.

c. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya. d. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya. e. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir  Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu : a. Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. b. Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral

Human

Immunodeficiency

Virus

(HIV)

dengan

menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 c. Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : 1) Didanosine 2) Ribavirin 3) Diedoxycytidine 4) Recombinant CD 4 dapat larut d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat

menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. e. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makanmakanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obatobatan yang mengganggu fungsi imun. f. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV). G. TERAPI DIET PADA PASIEN HIVAIDS a. Kebutuhan zat gizi makro Umunya Odha mengkonsumsi zat gizi di bawah optimal. Biasanya mereka hanya mengkonsumsi 70% kalori dan 65% protein dari total yang diperlukan oleh tubuh. Konsumsi zat gizi yang demikian tidak memenuhi kecukupan kalori yang meningkat karena peningkatan proses metabolisme sehubungan dengan infeksi akut. Kebutuhan kalori Odha sekitar 2000-3000 Kkcal/hari dan protein 1,5-2 gram/kgBB/hari. Untuk mencukupi kebutuhan kalori dan protein sehari diberikan dengan memberikan makanan lengkap 3 kali ditambah makanan selingan 3 kali sehari. Kebutuhan kalori yang berasal dari lemak dianjurkan sebesar 10-15% dari total kalori sehari, khusus pada Odha dianjurkan mengkonsumsi lemak yang berasal dari MCT agar penyerapan lebih baik dan mencegah diare. Kebutuhan zat gizi makro tersebut di atas harus dipenuhi untuk mencegah penurunan berat badan yang drastis. b. Suplementasi zat gizi mikro Prinsip pemberian terapi gizi adalah pemberian zat gizi untuk pembentukan sel-sel dalam tubuh. Namun di pihak lain HIV bersifat merusak sel-sel tersebut sehingga terjadi suatu persaingan dalam tubuh Odha. Apabila pada saat terjadi penrusakan sel-sel dalam tubuh terdapat pula kekurangan zat gizi maka fase AIDS akan terjadi lebih cepat. Selain penurunan berat badan, Odha

sangat rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro, oleh karena itu perlu suplemen multizat gizi mikro terutama yang mengandung vitamin B12, B6, A, E, dan mineral Zn, Se dan Cu. Pemberian Fe dianjurkan pada Odha dengan anemia. Pada

Odha

yang

mengalami

infeksi

oportunistik,

pemberian Fe dilakukan 2 minggu setelah pengobatan infeksi. Mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi 1 tablet multivitamin dan mineral setiap hari. Pemberian suplemen vitamin dan mineral dalam jumlah besar (megadosis)agar berkonsultasi ke dokter karena pemberian yang berlebihan justru akan menurunkan imunitas tubuh.Kebutuhan air perlu diperhatikan dan mereka dianjurkan untuk mengkonsumsi paling sedikit 8 gelas cairan sehari untuk memperlancar metabolisme terutama pada penderita yang demam. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi minuman atau makanan yang mengandung kafein dan alkohol serta zat lainnya yang dapat meningkatkan pengeluaran air kencing. Diare kronis, mual dan muntah, keringat malam dan demam berkepanjangan memerlukan

penambahan

cairan

sehingga

minum

perlu

diperbanyak untuk menganti kehilangan cairan tersebut.Prinsip diet pada pasien HIV/AIDS Tinggi kalori tinggi protein (TKTP) diberikan bertahap secara oral (melalui mulut). Kaya vitamin dan mineral, dan cukup air. H. ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS 1. Pengkajian a. Riwayat Penyakit Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes : 1. Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T ) Terapiradiasi,

defisiensinutrisi,

penuaan,

aplasia timik, limpoma, kortikosteroid, globulin anti limfosit, disfungsi timik congenital. 2. Kerusakan imunitas humoral (Antibodi) Limfositik

leukemiakronis,

mieloma,

hipogamaglobulemia congenital, protein – liosing enteropati (peradangan usus). b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif) 1. Aktifitas / Istirahat Gejala

:Mudah

lelah,intoleran

activity,progresi

malaise,perubahan pola tidur. Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ). 2. Sirkulasi Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera. Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler. 3. Integritas dan Ego Gejala:Stressberhubungandengankehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.

Tanda:Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarikdiri, marah 4. Eliminasi Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau

abses

rectal,perianal,perubahan

jumlah,warna,dan karakteristik urine. 5. Makanan / Cairan Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema 6. Hygiene Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri. 7. Neurosensor Gejala

:Pusing,

sakit

kepala,

mental,kerusakan

status

perubahan

status

indera,kelemahan

otot,tremor,perubahan penglihatan Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, reflekstidaknormal,tremor,kejang,hemiparesis,kej ang. 8. Nyeri / Kenyamanan Gejala :Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis. Tanda :Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang. 9. Pernafasan Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.

Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum. 10. Keamanan Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit

defisiensi

imun,

demam

berulang,berkeringat malam. Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya

nodul,

pelebaran

kelenjar

limfe,

menurunya kekuatan umum, tekanan umum. 11. Seksualitas Gejala

:Riwayat

berprilaku

seks

beresiko

tinggi,

menurunnya libido, penggunaan pil pencegah kehamilan. Tanda : Kehamilan,herpes genetalia 12. Interaksi Sosial Gejala:Masalah

yang

ditimbulkan

oleh

diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS Tanda : Perubahan interaksi 13. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi, penyalahgunaan obat-obatan IV, merokok, alkoholik. Tanda: 2. DiagnosaKeperawatan a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko. b. Resiko tinggi infeksi (kontakpasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi non opportunisitik yang dapat ditransmisikan. c. Intoleransaktivitas

berhubungan

denganke

pertukaranoksigen, malnutrisi, kelelahan.

lemahan,

d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake

yang

kurang,

meningkatnya

kebutuhan

metabolic, dan menurunnya absorbs zat gizi. e. Diare berhubungan dengan infeksi GI f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai

3. IntervensiKeperawatan Diagnosa

Tujuan dan Intervensi

keperawatan

kriteria hasil

Intoleransi

aktifitas Pasien

1

berhubungan dengan berpartisipa kelemahan,pertukara

si

dalam

n

kegiatan,

oksigen,malnutrisi,d

dengan

an kelelahan

kriteria

2

bebas dyspnea dan takikardi selama aktivitas

Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri tidak mampu

3 Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak menggang gu istirahat

Rasional

1

2

3

Respon bervariasi dari hari ke hari Mengurangi kebutuhan energi Ekstra istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dari beberapa penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa HIV merupakan virus yang dapt merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang tidak dapat hidup di luar tubuh manusia.Kerusakan sistem kekebalan tubuh

ini

akan

menimbulkan

kerentanan

terhadap

inveksi

penyakit.Sedangkan AIDS atau Aquired immune deficiency syndrom merupakan kumpulan gejala penyakitakibat menurunya sitem kekebalan tubuh oleh virus yang di sebut HIV.HIV dan virus-virus sejenisnyaumunya ditularkan melalui kontak lansung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) aliran darah, dengan cara tubuh yang mengandung HIV seperti darah,air mani,cairan vaginacairan preseminal,dan air susu ibupenularan dapat terjadi dengan berhubungan intim ,transfusi darah,jarum suntik yang terkontaminasi,antara

ibudan

bayi

selama

kehamilan,bersalin,atau

menyusuiserta bentuk kontak lainya dengan cairan-cairan tubuh tertentu. B. SARAN kami yakin dalam penyusunan makalah ini tak lupu tdari kesalahan sehingga makalah ini belum begitu sempurna karena kami masih dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini dapat menjadi sempurna.Dan apabila ada kesalahan dan keganjalan kami mohon maaf karena kami hanyalah memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasanbagi mahasiswa lain.

DAFTAR PUSTAKA BkkbN.2011.HIV dan AIDS.JAKARTA: BkkbN BkkbN.2009.Kurikulum dan pelatihan pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja oleh pendidik sebaya.MATARAM: BkkbN Nursalam dan Dian Kurniawati.2011.Asuhan keperawatan pasien terinfeksi HIV/AIDS.JAKARTA:Salemba Medika

Related Documents


More Documents from "sjnetclient"