Makalah Sistem Air Bersih Dan Penanggulangannya.docx

  • Uploaded by: Khalid Alfiady
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Sistem Air Bersih Dan Penanggulangannya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,148
  • Pages: 29
Makalah Sistem Air Bersih dan Penanggulangannya

REKAYASA SISTEM AIR BERSIH

MAKALAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Nilai Semester Genap

Oleh : Dedi Wihanda 1303120056

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH ACEH BANDA ACEH 2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya penulisan makalah ini semoga dapat dijadikan sebuah sarana sebagai penunjang pembelajaran. Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu selaku dosen pembimbing kami sebagai dosen mata kuliah Rekayasa Sistem Air Bersih yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat mengerti tentang krisis air bersih dan bagaimana cara penanggulangannya. Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Wassalam

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

i

ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Permasalahan 1.3 Tujuan

1

2

BAB 11 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air 2.2 Siklus Air

3

3

2.3 Potensi Air di Dunia 4 2.4 Kebijakan Pemerintah Terkait Sumber Daya Air

4

BAB 111 PEMBAHASAN 3.1 Gambaran Umum Krisis Air Bersih di Indonesia 3.2 Syarat-Syarat Dalam Penyediaan Air Bersih 5

5

3.3 Pencapaian Target ke 10 MDGs 3.4 Penyebab Krisis Air Bersih 7 3.5 Dampak Krisis Air Bersih BAB VI PENUTUP 5.1 Kesimpulan 8 5.2 Saran

8

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

9

7

6

Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Sepertiga bagian bumi yang kita tempati terdiri dari air, itulah kenyataan yang kita yakini bahwa air sangat penting bagi kehidupan.

Terdiri dari beragam jenis air yaitu air laut, air sungai, dan danau (air tawar). Keberadaannya pun mengelilingi kehidupan kita baik di lingkungan dan juga dalam tubuh kita. Dalam tubuh orang dewasa sekitar 70% massa tubuh mengandung air di dalamnya. Organ penting seperti darah, hati, jantung, paru-paru bahkan otak tidak akan bisa bekerja tanpa adanya kandungan air. Pada saat tubuh mengalami dehidrasi, bukan hanya akan mengganggu aktifitas tubuh namun, juga dapat menyebabkan kematian. Jika kita pahami, manfaat air bagi kehidupan makhluk hidup menempati urutan kedua setelah oksigen karena seseorang mungkin bisa tahan dalam waktu lama dengan minum air tanpa makanan.

Itulah alasan mengapa air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Di daerah rawan bencana, sering kita menjumpai masalah penyediaan air bersih. Padahal kita tahu bahwa air memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, dalam makalah yang akan penulis buat. Kami akan membahas mengenai penyediaan air bersih dan bagaimana cara penanggulangannya, terutama di daerah yang mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Sehingga kita akan mengetahui bagaimana penyediaan dan pengolahan pada daerah yang rawan terhadap masalah kekurangan air bersih tersebut.

1.2 Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas, yaitu :

a. Bagaimana upaya mengatasi masalah krisis penyediaan air bersih pada daerah rawan kekeringan.?

b. Bagaimana syarat dalam penyediaan air bersih yang sesuai dengan standar peraturan pemerintah.?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :

a.

Mengetahui dan memahami potensi ketersediaan air di Indonesia.

b.

Mengetahui gambaran krisis air di Indonesia.

c.

Mengetahui sebab-sebab terjadinya krisis air di Indonesia.

d.

Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari krisis air di Indonesia.

e.

Mengetahui program yang dilaksanakan pemerintah untuk mengatasi krisis air bersih.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Air

Dalam UU RI No.7 Tahun 2004 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002, disebutkan beberapa pengertian terkait dengan air, yaitu sebagai berikut :

a.

Sumber daya air adalah air dan daya air yang terkandung didalamnya.

b.

Air adalah semua air yang terdapat pada diatas, ataupun di bawah permukaan tanah.

c. Air Bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

d. Air Minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

e.

Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah.

Dalam referensi lain disebutkan bahwa air adalah adalah zat kimia yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi. Saat ini kualitas air minum di kota-kota besar di Indonesia masih memprihatinkan. Kepadatan penduduk, tata ruang yang salah dan tingginya eksploitasi sumber daya air sangat berpengaruh pada kualitas air itu sendiri.

2.2 Siklus Air

Siklus air, juga dikenal sebagai siklus hidrologi, dapat didefinisikan sebagai suatu siklus terus menerus, tak berujung dan penguapan air secara alami. Berikut ada berbagai proses yang terjadi selama siklus air, yang meliputi :

·

Penguapan/Suplimasi

·

Kondensasi/Presipitasi

·

Aliran air bawah permukaan

·

Limpasan permukaan/Pencairan salju

·

Debit sungai

2.3 Potensi Air di Dunia

Bumi sebenarnya masih mempunyai banyak persediaan air tetapi hanya sedikit sekali air yang layak dikonsumsi. Dalam 20 tahun ini, air yang dibutuhkan untuk konsumsi dunia, baik air minum maupun air untuk mengairi tanaman, sudah tak cukup lagi. Hanya 2,5 persen saja air di dunia ini yang tidak mengandung garam. Dan dua pertiga dari jumlah itu terkubur dalam gunung es dan glasier.

2.4 Kebijakan Pemerintah Terkait Sumber Daya Air

Sumber daya air merupakan kebutuhan mutlak setiap individu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidupnya. Apabila terjadi pengurangan kuantitas maupun kualitas sumber daya air maka akan mempengaruhi kehidupan manusia secara bermakna. Untuk menjamin ketersediaan dan pengelolaan sumber daya air ini, maka pemerintah sebagai pemangku tanggung jawab kesejahteraan warga negaranya, berkewajiban menetapkan suatu kebijakan atau Undang-Undang untuk mengatur sumber daya air. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 merupakan salah satu Undang-Undang yang dibuat untuk mengaturnya. Secara umum UndangUndang tersebut terdiri atas delapan belas bab, yang sebagian besar membahas tentang Ketentuan Umum, Wewenang dan Tanggung Jawab, Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air, dan Pengendalian Daya Rusak Air.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Krisis Air Bersih di Indonesia

Di Indonesia, dengan jumlah penduduk mencapai lebih 200 juta, kebutuhan air bersih menjadi semakin mendesak. Kecenderungan konsumsi air diperkirakan terus naik hingga 15-35

persen per kapita per tahun. Sedangkan ketersediaan air bersih cenderung melambat (berkurang) akibat kerusakan alam dan pencemaran.

Sekitar 119 juta rakyat Indonesia belum memiliki akses terhadap air bersih. Penduduk Indonesia yang bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, baru mencapai 20 persen dari total penduduk Indonesia. Itupun yang dominan adalah akses untuk perkotaaan. Artinya masih ada 82 persen rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air yang tak layak secara kesehatan. Contoh krisis air bersih diperkotaan pertengahan februari 2007, warga jakarta mengeluh kenaikan harga air yang gila-gilaan.

Seperti dilaporkan sejumlah media, harga air bersih di sebagian wilayah Jakarta Utara naik sampai lima kali lipat dari harga sebelumnya. Kelangkaan dan kenaikan harga air gerobakan itu terjadi akibat terputusnya aliran PAM.

3.2 Syarat-Syarat Dalam Penyediaan Air Bersih

Menurut pemenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syara-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sedangkan untuk air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum. Air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

1.

Syarat Fisik :

·

Tidak berbau

·

Tidak berwarna

·

Tidak berasa

·

Terasa segar

1.

Syarat Kimia :

·

Derajat keasaman (Ph antara 6,5-9,2).

·

Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun, kalaupun ada jumlahnya harus sedikit sekali).

· Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang boleh ditentukan. Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.

2.

Syarat Bakteriologis :

·

Tidak ada bakteri atau virus kuman berbahaya (patogen dalam air).

· Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja (Coliformbacteria) harus negatif.

3.

Syarat Radioaktifitas :

·

Tidak ada zat radiasi berbahaya dalam air.

3.3 Pencapaian Target ke 10 MDGs (Millenium Development Goals)

Selama puluhan tahun Indonesia telah melakukan pembangunan dalam sektor air minum. Akan tetapi sampai saat ini tingkat pelayanan air minum melalui sistem perpipaan yang relatif paling aman dibanding sistem lain secara nasional baru mencapai 41% untuk penduduk perkotaan dan 8% untuk penduduk pedesaan. Dalam target kesepuluh sasaran pembangunan milenium/MDGs ditetapkan bahwa tahun 2015 pemerintah perlu meningkatkan akses separuh masyarakat yang saat ini belum mendapat pelayanan terhadap air minum yang aman. Ada lima indikator untuk mengukur akses masyarakat terhadap ketersediaan air minum, yaitu :

·

Kualitas

·

Kuantitas

·

Kontinuitas

·

Keandalan (reliability) sistem penyediaan air minum

·

Kemudahan (affordiability), baik dalam harga maupun jarak/ waktu tempuh

Indonesia terancam gagal untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium pada 2015. Data Bappenas menunjukkan hingga saat ini, lebih dari 100 juta penduduk Indonesia belum mempunyai akses terhadap air (bersih) yang aman untuk diminum. Hal ini disebabkan, belum tersedianya sarana yang memadai di samping rendahnya prioritas anggaran penyediaan air bersih dari pemerintah 3.3 Penyebab Krisis Air Bersih

Berikut ada beberapa penyebab krisis air bersih yang terjadi saat ini, antara lain sebagai berikut :

a.

Perilaku Manusia

b.

Populasi yang terus bertambah dan sebaran penduduk yang tidak merata.

c.

Kerusakan Lingkungan

·

Penggundulan Hutan

·

Global Warming

·

Pencemaran Air

·

Kurangnya koordinasi antara institusi terkait

·

Anggaran yang tidak mencukupi

3.4 Dampak Krisis Air Bersih

Krisis air bersih yang berkepanjangan menyebabkan dampak yang buruk pada segala hal. Dalam masalah kekurangan air, negara-negara miskin paling banyak merasakan dampaknya. Negara-negara ini membutuhkan air dalam jumlah besar untuk bidang irigasi, domestik dan industri. Air adalah kebutuhan mendasar manusia, tanpa air lingkungan akan kering dan manusia akan mati. Ada beberapa penyebab merebaknya masalah krisis air ini, salah satunya kegagalan beberapa negara untuk meregulasi, mengatur dan menjaga kelestarian air, selain itu juga pertumbuhan populasi penduduk yang semakin meningkat.

Sebagai contoh, jumlah penduduk Cina yang mencapai 1,2 miliar saat ini akan membengkak menjadi 1,5 miliar pada tahun 2030. Berarti permintaan air akan meningkat sebesar lebih dari 66 persen selama periode itu.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Maka dari itu, ketika jumlah air dalam suatu daerah mengalami krisis seperti musim kemarau panjang maka kehidupan manusia akan sangat terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan masalah seperti membuat bak penampung sumber air/mata air dan membuat sumur resapan.

4.2 Saran

a. Untuk pemerintah diharapkan dapat membuat dan mengoptimalkan program mengenai Penyediaan Air bersih dan diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaaan program.

b. Untuk masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian alam sekitar sehingga kualitas ketersediaan air di daerah mereka tetap bagus dan tidak tercemar.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, & Suyono. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.

Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC.

Handayani, Asti., Kuncoroyekti, Andre., Nu’man Afif., dkk. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta : Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL.

Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : PT. Graha Ilmu.

Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : PT. Rineke Cipta.

Purwanto, Eling., Pitojo., Setijo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang : CV Aneka Ilmu.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

i

ii

BAB 1. PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang

1

1.2 Rumusan Masalah 1 BAB 2. TOPIK

2

BAB 3. PEMBAHASAN

4

3.1 Upaya Mengatasi Masalah 4 3.2 Syarat dalam Penyediaan Air Bersih BAB 4. PENUTUP

6

14

4.1 Kesimpulan 14 4.2 Saran

14

DAFTAR PUSTAKA

15

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Air merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk menunjang kehidupan makhluk hidup. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Sepertiga bagian bumi yang kita tempati terdiri dari air, itulah kenyataan yang kita yakni bahwa air sangat penting bagi kehidupan. Terdiri dari beragam jenis air yaitu air laut, air sungai, dan danau (air tawar). Keberadaannya pun mengelilingi kehidupan kita baik di lingkungan dan juga dalam tubuh kita. Dalam tubuh orang dewasa sekitar 70% massa tubuh mengandung air di dalamnya. Organ penting seperti darah, hati, jantung, paru-paru bahkan otak tidak akan bisa bekerja tanpa adanya kandungan air. Pada saat tubuh mengalami dehidrasi, bukan hanya akan mengganggu aktifitas tubuh namun, juga dapat menyebabkan kematian. Jika kita pahami, manfaat air bagi kehidupan makhluk hidup menempati urutan kedua setelah oksigen karena seseorang mungkin bisa tahan dalam waktu lama dengan minum air tanpa makanan.

Itulah alasan mengapa air memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan. Di daerah rawan bencana, sering kita menjumpai masalah penyediaan air bersih. Padahal kita tahu bahwa air memiliki peran yang sangat penting. Oleh sebab itu, dalam makalah yang akan kami buat. Kami akan membahas mengenai penyediaan air bersih, terutama di daerah yang mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba. Sehingga kita akan mengetahui bagaimana penyediaan dan pengolahan pada daerah yang rawan terhadap masalah kekurangan air bersih.

1.2.Rumusan Masalah a. Bagaimana upaya mengatasi masalah krisis penyediaan air bersih pada daerah rawan kekeringan? b. Bagaimana syarat dalam penyediaan air bersih yang sesuai dengan standar peraturan pemerintah?

BAB 2. TOPIK

25 Daerah Di Jatim Alami Krisis Air Bersih Minggu, 22 September 2013, 18:15 WIB Komentar : 0

Republika/Bowo S Pribadi

Musim kemarau panjang sebabkan krisis air bersih di sejumlah wilayah di Tanah Air. A+ | Reset | A-

REPUBLIKA.CO.ID, PACITAN -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jawa Timur (Jatim) mengidentifikasi 25 daerah (kabupaten/kota) di wilayahnya yang mengalami krisis air bersih (kekeringan) selama beberapa pekan terakhir. "Jumlah tersebut sesuai dengan usulan permintaan bantuan. Hanya kota-kota seperti Surabaya atau Malang yang selama ini terhindar dari masalah ketersediaan air bersih selama musim kemarau," terang Kasi Rehabilitasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim Alwi Djunaedi usai berkunjung di Kabupaten Pacitan, Ahad (22/9). Untuk bantuan droping air bersih sendiri didasarkan pada usulan yang masuk, baik ke pemerintah provinsi maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Djunaedi mengonfirmasikan bahwa pihaknya telah mengucurkan bantuan dana dan prasarana senilai Rp20 miliar untuk mengatasi krisis air bersih di sejumlah wilayah tersebut. Namun, dia mengatakan bahwa bantuan itu bersifat sementara. Pemberian bantuan air bersih pada wilayah-wilayah rawan kekeringan di Jawa Timur sifatnya untuk jangka pendek tanpa dibarengi

upaya penyediaan sarana sumber air baku, misalnya, pembangunan embung. "Belum (rencana pembangunan embung), kalau kami bangun pun belum tentu memecahkan masalah kekeringan," ujarnya. Menurut dia, untuk mengatasi masalah kekeringan pada daerah-daerah rawan dalam jangka panjang, perlu koordinasi lebih intensif dengan instansi lain, salah satunya dengan Dinas Pekerjaan Umum atau Cipta Karya. Selain itu, keterlibatan pemerintah pusat melalui program penyediaan air bersih juga ikut membantu, khususnya pembangunan jaringan infrastruktur besar. Selain menghadapi kekeringan, pihak BPBD Jatim juga tengah berkonsentrasi pada pembenahan sejumlah tanggul sungai yang kondisinya rusak. Apalagi, tak lama lagi musim hujan akan tiba dan potensi banjir mengintai. Tidak hanya tanggul sungai, kata dia, juga saluran dan jalan. Namun, untuk saluran akan dikoordinasikan dengan pihak berwenang. Kondisi itu memaksa BPBD untuk bersiap melakukan perbaikan, terutama bila instansi terkait belum melakukannya. Dari inventarisasi, sejauh ini Kabupaten Lumajang menjadi wilayah dengan jumlah rehabilitasi tanggul terbanyak, yaitu 11 titik.

Redaktur : Nidia Zuraya

Sumber : Antara

BAB 3. PEMBAHASAN

Dalam topik yang kita pilih, memuat masalah mengenai krisis air bersih yang dialami oleh beberapa wilayah di Jawa Timur. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengidentifikasi sekitar 25 daerah kabupaten/kota mengalami kekeringan. Masalah ini disebabkan oleh musim kemarau panjang selama beberapa pekan terakhir. Pihak pemerintah sudah berupaya memberikan bantuan sementara yang bersifat jangka pendek. Artinya, bantuan yang diberikan tidak sepenuhnya menangani masalah yang terjadi. Kemungkinan masalah ini dapat menjadi masalah yang berkepanjangan. Oleh sebab itu kita perlu memikirkan upaya-upaya lain terkait masalah krisis penyediaan air bersih. 3.1. Upaya Mengatasi Masalah Membuat Bak Penampungan Sumber Air/Mata Air Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhkan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut, mencuci, dan memasak, dan kebutuhan yang lain. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu liter air bersih untuk keperluan lain seperti mandi,

mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga. Untuk daerah pedesaan yang kering di musim kemarau, pada waktu hujan hanya sedikit dan persediaan air dalam tanah menurun, akan sulit sekali untuk mendapatkan air yang bersih. Pada musin kemarau sumur menjadi kering, aliran sungai besar berubah menjadi kecil dengan air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak korban. Di samping itu pada musim kemarau banyak waktu dan tenaga terbuang untuk mengambil air bersih, karena sumber air biasanya terletak jauh dari tempat tinggal. Masalah kebutuhan air bersih dapat ditanggulangi dengan memanfaatkan sumber air dan air hujan. Menampung air hujan dari atap rumah adalah cara lain untuk memperoleh air. Cara yang cukup mudah ini kebanyakan masih diabaikan karena atap rumah yang terbuat dari daun rumbia atau alang-alang tidak memungkinkan. Namun pada rumah yang beratap genteng atau seng bergelombang, hal ini dengan mudah dapat dilakukan dengan memasang talang air sepanjang sisi atap dan mengalirkan air hujan itu ke dalam tempat penyimpanan. Ada tujuh cara penyimpanan air yang biasa digunakan atau dipakai di daerah pedesaan di Indonesia. Ketujuh cara tersebut diantaranya: 1.

Gentong penampungan air cara cetakan (Kapasitas 250 liter)

2.

Drum air cara kerangka kawat (Kapasitas 300 liter)

3.

Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 2.500 liter)

4.

Bak penampungan air bambu semen (Kapasitas 10.000 liter)

5.

Instalasi air bersih pipa bambu metode tradisional

6.

Instalasi air bersih pipa bambu sistem pengaliran tertutup

7.

Bak penampungan sumber air/mata air

Umumnya penyimpanan air yang digunakan adalah bak penampung yang dibuat dari drum, genteng dan bambu semen. Bahan ini digunakan karena relatif murah, tahan lama, konstruksi kuat, mudah dibuat, bahan baku mudah didapat dan air yang ditampung tidak mudah tercemar. Keuntungan 1. Air dari sumber dapat ditampung sebanyak-banyaknya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. 2. Air yang diperoleh cukup bersih karena dapat dipergunakan untuk diminum. Selain diminum juga bisa dipergunakan untuk keperluan mencuci dan mandi. 3. Rumah-rumah yang dekat dengan bak penampungan tidak memerlukan bambu yang panjang, sehingga akan efesien waktu dan tenaga.

Kerugian 1. Apabila musim kemarau, air yang ditampung hanya sedikit dan pemakaian supaya dihemat.

3.2. Syarat Dalam Penyediaan Air Bersih

Persyaratan air bersih menurut Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Sedangkan untuk air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat Pengawasan Kualitas Air Minum. Air bersih harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 1.

Syarat Fisik: tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa, terasa segar.

2.

Syarat Kimia:

a.

Derajat keasaman (Ph antara 6,5-9,2).

b. Tidak boleh ada zat kimia berbahaya (beracun, kalaupun ada jumlahnya harus sedikit sekali). c.

Unsur kimiawi yang diizinkan tidak boleh melebihi standar yang boleh ditentukan.

d.

Unsur kimiawi yang disyaratkan mutlak harus ada dalam air.

3.

Syarat Bakteriologis:

a.

Tidak ada bakteri atau virus kuman berbahaya (patogen dalam air).

b. Bakteri yang tidak berbahaya namun menjadi indikator pencemaran tinja (Coliformbacteria) harus negatif. 4.

Syarat Radioaktifitas: tidak ada zat radiasi berbahaya dalam air.

Pemeriksaan air yang lengkap untuk memenuhi standar air minum yang sehat terdiri atas: 1. Survei saniter (sanitary survey): Survei saniter (sanitary survey) merupakan pengumpulan data dari tempat dan sumber persediaan air. Data yang dikumpulkan, antara lain, sumber pencemaran, cara distribusi air, dan informasi lain yang ada kaitannya dengan kepentingan sanitasi. Survei harus dilakukan oleh orang yang terlatih dan memiliki keahlian di bidang sanitasi. Hasil-hasil pemeriksaan laboratorium harus dikonfirmasikan dengan data-data dari hasil survei sebelumnya sehingga dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sumber air yang telah diperiksa memang aman dan tidak berbahaya bagi masyarakat. 2. Pengambilan sampel (sampling): Pengambilan sampel (sampling) yang baik merupakan kegiatan yang paling penting. Sampel yang diambil harus representatif atau mewakili dari sumber air yang akan diperiksa dan bebas dari kontaminasi. Teknik pengambilan sampel bergantung pada tujuan pemeriksaan, apakah untuk pemeriksaan bakteriologis atau kimia. 3.

Pemeriksaan laboratorium

Seperti telah disebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan laboratorium, yaitu pemeriksaan fisik, kimia, bakteriologis, virologis, biologis, dan pemeriksaan radiologis. Pemeriksaan Fisik Karakteristik fisik dari air minum dinyatakan dalam satuan yang absolut dan respons yang subjektif. Variabel-variabel yang diperiksa di dalam pemeriksaan fisik ini, antara lain: a.

Turbiditas (kekeruhan)

Air minum harus bebas dari kekeruhan. Turbiditas dapat diukur dengan alat yang disebut turbidimeter. Salah satu turbidimeter standar adalah Jackson Candle Turbidimeter. Sementara itu batasan turbiditas yang di perbolehkan adalah kurang dari 5 unit.

b.

Warna

Air yang bersih harus jernih atau tidak boleh berwarna. Pemeriksaan warna dapat dilakukan dengan kalorimeter. Batasan yang diperbolehkan untuk air minum adalah kurang dari 15 unit. c.

Bau dan rasa

Air minum harus bebas dari bau dan rasa. Bau (odor) diukur secara subjektif terhadap air yang telah menjalani pencemaran serial. Pemeriksaan juga dilakukan pada larutan yang paling cepat encer, yang masih terdeteksi baunya. Jumlah pengenceran merupakan odor number dari air yang diperiksa. Rasa adalah subjektivitas yang sulit dispesifikasikan. Respons terhadap rasa dan bau bersifat subjektif dan bercampuran sehingga sulit dinyatakan secara kualitatif dan kuantitatif. Nilai ambang bau (threshold odor number) adalah 3. Pemerikasaan Kimia Karakteristik kimia air minum ditentukan berdasarkan kandungan bahan-bahan kimia di dalamnya. International Standard of Drinking Water dari WHO membagi komponen bahan kimia dalam air menjadi 4 kelompok, yaitu: 1.

Bahan-bahan toksik

Batas maksimal (NAB) yang diperbolehkan (dalam satuan mg/l): ·

Arsenik 0,05

·

Kadmium 0,005

·

Sianida 0,05

·

Timbal 0,05

·

Merkuri 0,001

·

Selenium 0,01

Adanya substansi yang disebut di atas ini dengan konsentrasi melampaui batasan maksimal yang diperbolehkan pada air minum tidak diperkenankan untuk dipergunakan oleh masyarakat. Contoh: Penyakit Minamata akibat keracunan Mercury di Jepang. 2.

Substansi yang dapat menimbulkan bahaya untuk kesehatan

a.

Flourida

Dari zat-zat kimia yang mungkin terkandung di dalam air minum, flourida (F) merupakan zat kimia yang sifatnya unik karena memiliki dua konsentrasi batas (konsentrasi atas dan konsentrasi bawah) yang dapat menimbulkan efek yang merugikan dan yang menguntungkan terhadap gigi dan tulang. Konsentrasi flourida yang berlebihan dalam air minum untuk masa waktu yang lama dapat menimbulkan lourosis kumulatif endemik, berupa kerusakan tulang rangka pada anak dan orang dewasa. Bila konsentrasi flourida dalam air minum kurang dari 0,5 mg/l, dapat peningkatan insidensi penyakit karies gigi pada masyarakat. Flourida merupakan bahan esensial untuk mencegah karies gigi pada anak-anak. Batasan yang aman untuk lourida adalah 0,5-0,8 mg/l. b.

Nitrat

Nitrat dalam konsentrasi >45 mg/l dapat membahayakan anak-anak dan menimbulkan metahemoglobinemia infantil. c.

Polynuclear Aromatic Hydrocarbon

Zat ini dapat bersifat karsinogenik. Konsentrasinya dalam air minum <0,2 g/l. 3.

Bahan-bahan yang mempengaruhi potabilitas air

WHO membuat suatu kriteria bahan-bahan yang dapat mempengaruhi potabilitas air yaitu, batasan maksimal yang diperbolehkan: ·

perubahan warna 5 unit

·

perubahan bau (unobjectionable)

·

perubahan rasa (unobjectionable)

·

pH 7,0-8,5

·

total solid 500 mg/l

·

total hardness 2 mEq/l

·

besi 0,1 mg/l

·

mangaan 0,05 mg/l

·

tembaga 0,005 mg/l

·

zink 5,0 mg/l

·

kalsium 75 mg/l

·

magnesium 30 mg/l

·

sulfat (SO4) 200 mg/l

·

klorida 200 mg/l

·

substansi phenolic 0,001 mg/l

4.

Bahan kimia sebagai indikator pencemaran

a.

Klorida

Semua sumber air yang ada, termasuk air hujan, mengandung zat klorida. Kadar klorida bervariasi antar tempat sementara di daerah dekat laut, kadar klorida cenderung tinggi. Zat klorida dapat digunakan sebagai indikator adanya pencemaran, yaitu dengan mengukur terlebih dahulu kadar klorida pada sumber air yang diperkirakan tidak mengalami pencemaran di sekitar lokasi sumber air yang akan di periksa. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar klorida yang lebih tinggi dibandingkan kadar klorida pada sumber air yang terdapat di sekitarnya, dapat di pastikan bahwa sumber tersebut telah mengalami pencemaran. b.

Amonia bebas (free and saline ammonia)

Amonia bebas merupakan hasil proses dekomposisi benda-benda organik. Keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan <0,05 mg/l di dalam air minum. c.

Amonia albuminoid

Amonia albuminoid merupakan bagian dari proses dekomposisi benda-benda organik yang belum mengalami oksidasi. Sumber air tanah tidak boleh mengandung amonia albuminoid. Jika terjadi hasil pemeriksaan menunjukkan adanya perembesan dari limbah kotoran manusia, batas yang diperbolehkan 0,1 mg/l. d.

Nitrit

Dalam keadaan normal, nitrit tidak ditemukan dalam air minum, kecuali dalam air yang berasal dari air tanah akibat adanya proses reduksi nnitrat oleh garam besi. Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya nitir (walau konsentrasinya rendah), perlu dicurigai adanya pencemaran. e. Nitrat Adanya nitrat dalam sumber air minum menunjukkan adanya bekas pencemaran yang lama dan batasan yang diperbolehkan tidak lebih dari 1 mg/l. f.

Oxigen adsorbed

Kadar oksigen diabsorpsi oleh air dapat digunakan sebagai approximate test terhadap kadar oksigen yang diabsorpsi oleh bahan-bahan organik dalam air. Kadar oksigen yang diabsorpsi oleh air pada temperatur 37 g.

dalam waktu 3 jam tidak boleh >1 mg/l.

Dissolved oxygen

Kadar oksigen yang dilepaskan oleh air tidak boleh >5 mg/l. Pemeriksaan kimia lengkap hanya dapat dilakukan pada pemeriksaan sumber air baru, sedangkan dalam pemeriksaan rutin selanjutnya dapat dilakukan uji-uji semacam pemeriksaan pH, oxidizability, amonia, nitrit, nitrat, kloridam amonia albuminoid, dan zat besi. Pemeriksaan Bakteriologis Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan yang paling baik dan sensitif untuk mendeteksi kontaminasi air oleh kotoran manusia. Mikroorganisme yang sering diperiksa sabagai indikator pencemaran oleh feses, antara lain: 1.

Organisme koliform

Organisme koliform merupakan organisme nonspora yang motil atau nonmotil, berbentuk batang, dan mampu memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada temperatur 37 dalam waktu 48 jam. Contoh tipikal koliform tinja adalah E.coli dan koliform nontinja adalah Klebsiella aerogeus. Keberadaan E. coli dalam sumber air merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia. Ada beberapa alasan mengapa organisme koliform dipilih sebagai indikator terjadinya kontaminasi tinja dibandingkan kuman patogen lain yang terdapat di saluran pencernaan manusia, antara lain: 

Jumlah organisme koliform cukup banyak dalam usus manusia. Sekitar 200 sampai 400 miliar organisme ini dikeluarkan melalui tinja setiap harinya. Karena jarang sekali ditemukan dalam air, keberadaan kuman ini dalam air memberi bukti kuat adanya kontaminasi tinja manusia.



Organisme ini lebih mudah di deteksi melalui metode kultur (walaupun hanya terdapat 1 kuman dalam 100cc air) dibanding tipe kuman patogen lainnya.



Organisme ini lebih tahan hidup dibandingkan dengan kuman usus patogen lainnya.



Organisme ini lebih resisten terhadap proses purifikasi air secara alamiah. Bila koliform organisme ini ditemukan di dalam sampel air maka akan diambil suatu kesimpulan bahwa kuman usus patogen yang lain dapat juga ditemukan dalam sampel air tersebut di atas walaupun dalam jumlah yang kecil.

2.

Streptokokus tinja

Organisme ini biasanya ditemukan di dalam tinja bersama dengan E.coli. Pada kasus-kasus yang tidak jelas streptokokus tinja ini dapat digunakan sebagai indikator untuk uji pembuktia (confirmatory test) adanya kontaminasi tinja manusia. 3.

Clostridium perfingens dan Clostridium welchii

Organisme ini biasa ditemukan dalam feses manusia dalam jumlah kecil. Sporanya dapat bertahan lama dalam air dan biasanya resisten terhadap dosis klorinasi normal. Keberadaan Cl. perfingens bersama E.coli dalam air menunjukkan terjadinya kontaminasi baru. Selabiknya, jika yang ditemukan hanya Cl. perfingens, kontaminasi terjadi setelah waktu berselang. Pengujian yang biasa dilakukan pada pemeriksaan bakteriologis air, antara lain: 1. Presumptive coliform test a.

Multiple tube method

b. Membrane Filtration Method c.

Primary Health Care Tehnique

2. Colony Count 3. Pemeriksaan streptokokus tinja dan Cl. perfingens

Standar bakteriologis air minum menurut WHO: 

Kapan saja sepanjang tahun, 95% dari sampel air yang diperiksa tidak boleh mengandung organisme koliform per 100 ml



Tidak satupun sampel air yang boleh mengandung E.coli per 100 ml.



Tidak ada dari sampel air yang boleh mengandung lebih 10 organisme koliform per 100 ml.

BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat melanjutkan kelangsungan hidup, baik manusia, hewan dan tumbuhan. Maka dari itu, ketika jumlah air dalam suatu daerah mengalami

krisis seperti musim kemarau panjang maka kehidupan manusia akan sangat terganggu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dibutuhkan suatu alternatif pemecahan masalah seperti membuat bak penampung sumber air/mata air dan membuat sumur resapan.

4.2 Saran Untuk pemerintah diharapkan dapat membuat dan mengoptimalkan program mengenai Penyediaan Air bersih dan diperlukan kerja sama dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaaan program. Untuk masyarakat diharapkan mempunyai kesadaran untuk menjaga kelestarian alam sekitar sehingga kualitas ketersediaan air di daerah mereka tetap bagus dan tidak tercemar.

DAFTAR PUSTAKA Budiman., & Suyono. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Chandra, Budiman. 2012. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: EGC. Handayani, Asti., Kuncoroyekti, Andre., Nu’man Afif., dkk. 2008. Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Jakarta: Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL. Kartasapoetra, A.G. 2005. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu. Notoatmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT. Rineke Cipta. Purwanto, Eling., Pitojo., Setijo. 2003. Deteksi Pencemar Air Minum. Semarang: CV Aneka Ilmu. Sarudji, Didik. 2006. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Media Ilmu. Sutrisno, Totok., dkk. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: PT. Rhineka Cipta. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/13/09/22/mtixyn-25-daerah-di-jatim-alamikrisis-air-bersih (diakses pada tanggal 3-12-2013)

Metode Pengawasan dan Perbaikan Kualitas Air Bersih Pada Wilayah Bencana Kebutuhan air bersih menjadi sangat penting pada wilayah bencana, khususnya pada daerah pengungsian. Dari aspek kesehatan, kecukupan air bersih sangat penting, misalnya terkait dengan upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit diare. Penyakit diare merupakan penyakit menular yang sangat potensial terjadi di daerah pengungsian maupun wilayah bencana. Selain karena keterbatasan akses air bersih, penyebaran penyakit ini juga sangat erat terkait dengan masalah perilaku dan masalah sanitasi lain. Berdasarkan kondisi tersebut, beberapa upaya dapat dilakukan untuk mencegah berkembangnya penyakit diare di wilayah bencana, seperti dengan selalu menggunakan air bersih yang memenuhi syarat, pemanfaatan jamban untuk sarana buang air besar,berperilaku membuang tinja bayi dan anak kecil di jamban, selalu berperilaku CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) sebelum makan atau menjamah/memasak makanan dan sesudah buang air besar. Mengingat pentingnya air bersih pada wilayah bencana, maka harus dapat dipastikan akses air bersih yang memadai untuk mampu berperan memelihara kesehatan pengungsi. Masalah lain juga harus selalu diperhatikan jika akses ini sudah memadai, yaitu berbagai upaya pengawasan dan perbaikan kualitas air bersih dan sarana sanitasi di wilayah bencana. Tujuan utama perbaikan dan pengawasan kualitas air adalah untuk mencegah timbulnya risiko kesehatan akibat penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan. Pada tahap awal kejadian bencana atau pengungsian ketersediaan air bersih bagi pengungsi perlu mendapat perhatian, karena tanpa adanya air bersih sangat berpengaruh terhadap kebersihan dan mening-katkan risiko terjadinya penularan penyakit seperti diare, typhus, scabies dan penyakit lainnya. Standar minimum kebutuhan air bersih 1. Prioritas pada hari pertama atau awal terjadinya bencana/pengungsian, kebutuhan air bersih yang harus disediakan bagi pengungsi adalah 5 liter/orang/hari. Jumlah ini dimaksudkan hanya untuk memenuhi kebutuhan minimal, seperti masak, makan dan minum. 2. Pada hari kedua dan seterusnya harus segera diupayakan untuk meningkatkan volume air sampai sekurang kurangnya 15–20 liter/orang/ hari. Volume sebesar ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan minum, masak, mandi dan mencuci. Bilamana hal ini tidak terpenuhi, sangat besar potensi risiko terjadinya penularan penyakit, terutama penyakt penyakit berbasis lingkungan. 3. Hari berikutnya: 20 liter/org/hari 4. Bagi fasilitas pelayanan kesehatan dalam rangka melayani korban bencana dan pengungsian, volume sir bersih yang perlu disediakan di Puskesmas atau rumah sakit: 50 liter/org/hari. Sumber air bersih dan pengolahannya 1. Bila sumber air bersih yang digunakan untuk pengungsi berasal dari sumber air permukaan (sungai, danau, laut, dan lain-lain), sumur gali, sumur bor, mata air dan sebagainya, perlu segera dilakukan pengamanan terhadap sumber-sumber air tersebut dari kemungkinan terjadinya pence-maran, misalnya dengan melakukan pemagaran ataupun pemasangan papan pengumuman dan dilakuk perbaikan kualitasnya. 2. Bila sumber air diperoleh dari PDAM atau sumber lain yang cukup jauh dengan tempat pengung-sian, harus dilakukan pengangkutan dengan mobil tangki air.

3. Untuk pengolahan dapat menggunakan alat penyuling air (water purifier/water treatment plant).

Beberapa cara pendistribusian air bersih berdasarkan sumbernya 1. Air Permukaan (sungai dan danau) : Diperlukan pompa untuk memompa air ke tempat pengolahan air dan kemudian ke tangki penampungan air di tempat penampungan pengungsi; b. Area disekitar sumber harus dibebaskan dari kegiatan manusia dan hewan 2. Sumur gali : a. Lantai sumur harus dibuat kedap air dan dilengkapi dengan SPAL (saluran pembuangan air limbah); b. Bilamana mungkin dipasang pompa untuk menyalurkan air ke tangki tangki penampungan air 3. Sumur Pompa Tangan (SPT): a. Lantai sumur harus dibuat kedap air dan dilengkapi dengan SPAL (saluran pembuangan air limbah); b. Bila lokasinya agak jauh dari tempat penampungan pengungsi harus disediakan alat pengangkut seperti gerobak air dan sebagainya 4. Mata Air: Perlu dibuat bak penampungan air untuk kemudian disalurkan dengan pompa ke tangki air; b. Bebaskan area sekitar mata air dari kemungkinan pencemaran Tangki penampungan air bersih di tempat pengungsian Tempat penampungan air di lokasi pengungsi dapat berupa tangki air yang dilengkapi dengan kran air. Untuk mencegah terjadinya antrian yang panjang dari pengungsi yang akan mengambil air, perlu diperhatikan jarak tangki air dari tenda pengungsi minimum 30 meter dan maksimum 500 meter. Untuk keperluan penampungan air bagi kepentingan sehari hari keluarga pengungsi, sebaiknya setiap keluarga pengungsi disediakan tempat penampungan air keluarga dalam bentuk ember atau jerigen volume 20 liter. Perbaikan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih Pada situasi bencana dan pengungsian umumnya sulit memperoleh air bersih yang sudah memenuhi persyaratan, oleh karena itu apabila air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis, perlu dilakukan dengan membuang bahan pencemar, serta melakukan beberapa hal berikut. 1. Melakukan penjernihan air secara cepat apabila tingkat kekeruhan air yang ada cukup tinggi.

2. Melakukan desinfeksi terhadap air yang ada dengan menggunakan bahan bahan desinfektan untuk air 3. Melakukan pemeriksaan kadar sisa klor jika air dikirim dari PDAM 4. Melakukan pemeriksaan kualitas air secara berkala pada titik-titik distribusi Perbaikan Kualitas Air JIka air yang tersedia tidak memenuhi syarat, baik dari segi fisik maupun bakteriologis dapat dilakukan upaya perbaikan mutu air seperti berikut: Penjernihan Air Cepat, dengan menggunakan Alumunium Sulfat (Tawas). Sedangkan cara Penggunaan tawas sebagai berikut: 1. Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember 20 liter 2. Tuangkan/campuran tawas yang sudah digerus sebanyak 1/2 sendok teh dan langsung diaduk perlahan selama 5 menit sampai larutan merata 3. Diamkan selama 10–20 menit sampai terbentuk gumpalan/flok dari kotoran/lumpur dan biarkan mengendap. Pisahkan bagian air yang jernih yang berada di atas endapan, atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan 4. Bila akan digunakan untuk air minum agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih atau didesinfeksi dengan aquatabs Penjernihan Air Cepat, dengan menggunakan Poly Alumunium Chlorida (PAC). Lazim disebut penjernih air cepat yaitu polimer dari garam alumunium chloride yang dipergunakan sebagai koagulan dalam proses penjernihan air sebagai pengganti alumunium sulfat. Kemasan PAC terdiri dari: a). Cairan yaitu koagulan yang berfungsi untuk menggumpalkan kotoran/ lumpur yang ada di dalam air dan b). Bubuk putih yaitu kapur yang berfungsi untuk menetralisir pH Cara Penggunaan: 1. Sediakan air baku yang akan dijernihkan dalam ember sebanyak 100 liter 2. Bila air baku tersebut pH nya rendah (asam), tuangkan kapur (kantung bubuk putih) terlebih dahulu agar pH air tersebut menjadi netral (pH=7). Bila pH air baku sudah netral tidak perlu digunakan lagi kapur 3. Tuangkan larutan PAC (kantung A) kedalam ember yang berisi air lalu aduk perlahan lahan selama 5 menit sampai larutan tersebut merata 4. Setelah diaduk merata biarkan selama 5 – 10 menit sampai terbentuk gumpalan/flok flok dari kotoran/lumpur dan mengendap. Pisahkan air yang jernih dari endapan atau gunakan selang plastik untuk mendapatkan air bersih yang siap digunakan 5. Bila akan digunakan sebagai air minm agar terlebih dahulu direbus sampai mendidih atau di desinfeksi dengan aquatabs Desinfeksi Air Proses desinfeksi air dapat menggunakan Kaporit (Ca(OCl)2) atau Aquatabs (Aqua tablet); Desinfeksi dengan Kaporit (Ca(OCl)2)

1. Air yang telah dijernihkan dengan tawas atau PAC perlu dilakukan desinfeksi agar tidak mengandung kuman patogen. Bahan desinfektan untuk air yang umum digunakan adalah kaporit (70% klor aktif). 2. Kaporit adalah bahan kimia yang banyak digunakan untuk desinfeksi air karena murah, mudah didapat dan mudah dalam penggunaanya. 3. Banyaknya kaporit yang dibutuhkan untuk desinfeksi 100 liter air untuk 1 KK (5 orang) dengan sisa klor 0,2 mg/liter adalah sebesar 71,43 mg/hari (72 mg/hari). Desinfeksi dengan Aquatabs (Aqua tablet) 1. Sesuai namanya aquatabs berbentuk tablet, setiap tablet aquatabs (8,5 mg) digunakan untuk mendesinfeksi 20 liter air bersih, dengan sisa klor yang dihasilkan 0,1 – 0,15 mg/liter 2. Setiap 1 KK (5 jiwa) dibutuhkan 5 tablet aquatabs per hari untuk mendesinfeksi 100 liter air bersih. Pengawasan Kualitas Air Pengawasan kualitas air dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, antara lain: 1. Pada awal distribusi air: a). Air yang tidak dilakukan pengolahan awal, perlu dilakukan pengawasan mikrobiologi, tetapi untuk melihat secara visual tempatnya, cukup menilai ada tidaknya bahan pencemar disekitar sumber air yang digunakan; b). Perlu dilakukan test kekeruhan air untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan pengolahan awal; b). Perlu dilakukan test pH air, karena untuk desinfeksi air memerlukan proses lebih lanjut bilamana pH air sangat tinggi (pH >5); c). Kadar klor harus tetap dipertahankan agar tetap 2 kali pada kadar klor di kran terakhir (rantai akhir), yaitu 0,6 – 1 mg/liter air. 2. Pada distribusi air (tahap penyaluran air), seperti di mobil tangki air perlu dilakukan pemeriksaan kadar sisa klor. 3. Pada akhir distribusi air, seperti di tangki penampungan air, bila air tidak mengandung sisa klor lagi perlu dilakukan pemeriksaan bakteri Coliform. Sementara itu pemeriksaan kualitas air secara berkala yang perlu dilakukan antara lain meliputi: 1. Pemeriksaan Sisa klor. Pemeriksaan dilakukan beberapa kali sehari pada setiap tahapan distribusi untuk air yang melewati pengolahan 2. Pemeriksaan Kekeruhan dan pH. Pemeriksaan dilakukan mingguan atau bilamana terjadi perubahan cuaca, misalkan hujan. 3. Pemeriksaan Bakteri E. coli tinja. Pemeriksaan dilakukan mingguan disaat KLB diare dan periode emergency dan pemeriksaan dilakukan bulanan pada situasi yang sudah stabil dan pada periode paska bencana. Referensi, Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Depkes RI, 2007

Related Documents


More Documents from ""