MAKALAH POLA HIDUP SEDERHANA DAN MENYANTUNI PARA DUAFA (QS. AL-MAUN : 1-7)
I.
PENDAHULUAN Sederhana adalah kata sifat yang bermakna “bersahaja” atau “tidak
berlebih-lebihan”. Orang yang hidup sederhana adalah orang yang hidup dengan bersahaja dan tidak berlebih-lebihan. Ketika kekurangan, orang yang sederhana tidak akan menghalalkan segala cara, termasuk menyusahkan dirinya, untuk memperoleh harta agar dihormati oleh orang lain. Begitu pula, ketika mempunyai harta lebih, orang sederhana tidak akan tergoda untuk bermewah-mewahan, menumpuk hartanya di rumah sendiri, tidak pula memanjakan diri dengan segala fasilitas serba lux. Kesederhanaan adalah kisah langka di era modern. Buktinya, banyak dari kita yang selalu merasa “tidak cukup”, meski hidup sudah tercukupi. Bahkan karena tidak bisanya hidup sederhana, ada orang yang sedang dihukum pun nekad membawa kemewahan ke dalam penjara. Mungkin baginya, tidak sah hidup di zaman kini tanpa melekatkan berbagai atribut kemewahan dalam dirinya. Menyantuni kaum duafa ialah memberikan harta atau barang yang bermanfaat untuk duafa, kaum duafa sendiri ialah orang yang lemah dari bahasa Arab (duafa) atau orang yang tidak punya apa-apa, dan mereka harus disantuni bagi kewajiban muslim untuk saling memberi, itu sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT perlu digaris bawahi, bahwa “memberi” tidak harus uang malah kita berikan makanan bisa tapi nanti ibadahnya akan mengalir terus seperti halnya infak dan kalau sudah diberi akan jadi tanggung jawab orang miskin itu, misal saja barang yang diberikan digunakan untuk beribadah kepada Allah atau hal positif lainnya akan terkena pahala yang sama
II.
PEMBAHASAN
A. QS. Al-Maun Ayat 1-7
(1). tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?(2). Itulah orang yang menghardik anak yatim, (3). dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.(4). Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (5). (yaitu) orangorang yang lalai dari shalatnya, (6). orang-orang yang berbuat riya, (7). dan enggan (menolong dengan) barang berguna.. B. Mufradat (tahukah kamu),
(mendustakan),
(dan tidak mendorong), (lalai),
(menghardik),
(memberi makan), (berbuat ria),
(maka celakalah),
(dan enggan),
(menolong)
C. Tafsir Ayat a.
Tahukah mendustakan agama?
kamu
(orang)
yang
(Al-Maun:1), Pada awal Surat ini, Allah
memulainya dengan sebuah pertanyaan. Sebenarnya, bisa saja Allah langsung mengabarkan tentang orang-orang yang mendustakan agama, seperti “Ketahuilah orang-orang yang mendustakan agama”. Tapi Allah tidak menggunakan cara itu, Allah memakai bentuk pertanyaan sebagai cara menggugah pendengar agar lebih siap menerima informasi. Tentu
berbeda ketika kita mendengar, “Ada seorang yang berbuat keji” dengan “Tahukah engkau, ada orang yang berbuat keji” b.
Itulah orang yang menghardik anak yatim. (Al-Ma'un: 2) Yakni dialah orang yang berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, menganiaya haknya dan tidak memberinya makan serta tidak memperlakukannya dengan perlakuan yang baik.
c.
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (Al-Ma'un: 3) Makna yang dimaksud ialah orang fakir yang tidak
mempunyai
sesuatu
pun
untuk
menutupi
kebutuhan
dan
kecukupannya. d.
Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari salatnya. (Al-Ma'un: 4-5). Makna yang dimaksud ialah orangorang munafik yang mengerjakan salatnya terang-terangan, sedangkan dalam kesendiriannya mereka tidak salat. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: bagi orang-orang yang salat. (Al-Ma'un: 4) Yaitu mereka yang sudah berkewajiban mengerjakan salat dan menetapinya, kemudian mereka melalaikannya. yang lalai dari salatnya. (Al-Ma'un: 5) Dan tidak disebutkan "yang lalai dalam salatnya". Adakalanya pula karena tidak menunaikannya di awal waktunya, melainkan menangguhkannya sampai akhir waktunya secara terus-menerus atau sebagian besar kebiasaannya.
e.
orang-orang yang berbuat ria. (Al-Ma'un: 6) bahwa barang siapa yang melakukan suatu perbuatan karena Allah, lalu orang lain melihatnya dan membuatnya merasa takjub dengan perbuatannya, maka sesungguhnya hal ini bukan termasuk perbuatan riya.
f.
dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (AlMa'un: 7) Yakni mereka tidak menyembah Tuhan mereka dengan baik dan
tidak pula mau berbuat baik dengan sesama makhluk-Nya, hingga tidak pula memperkenankan dipinjam sesuatunya yang bermanfaat dan tidak mau menolong orang lain dengannya, padahal barangnya masih utuh; setelah selesai, dikembalikan lagi kepada mereka. Dan orang-orang yang bersifat demikian benar-benar lebih menolak untuk menunaikan zakat dan berbagai macam amal kebajikan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
D. Kandungan Ayat Ayat 1 dan 2: maksudnya adalah orang yang membenci anak yatim termasuk oarang yang mendustakan agama, walaupun dia beribadah. Karena itu rasa benci, sombong tidak boleh ada di dalam jiwa seorang yang mengaku beragama Ayat 3: dia tidak mau menggalakkan/ mendorong orang supaya memberi makan orang miskin. Dilahapnya sendiri saja, dengan tidak memikirkan orang miskin. Atau tidak dididiknya anak istrinya supaya menyediakan makaanan bagi orang miskin jika mereka datang meminta makanan. Orang seperti itupun termasuk orang yang mendustakan agama. Karena dia mengaku menyembah Allah padahal hamba Allah tidak diberinya pertolongan dan tidak dipedulikannya. Ayat 4 dan 5: dia telah melakukan salat tetapi salat itu hanya membawa celaka saja karena tidak dikerjakan dengan ikhlas. Tidak timbul dari kesadarnnya, bahwa seorang manusia sudah mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah salah satunya adalah kewajiban menunaikan salat 5 waktu. Ayat 6: termasuk sifat-sifat orang yang mendustakan agama adalah riya. Walaupun dia beramal, kadang-kadang dia bermuka manis kepada anak yatim, kadang memberi makan orang miskin, kadang dia kelihatan khusuk pada salatnya tetapi semua itu dikerjakan karena riya. Yaitu karena ingin dilihat dan dipuji oleh orang lain maka hidupnya penuh dengan kebohongan dan kepalsuan sehingga tidak mendapat ridha Allah.
Ayat 7: orang yang mendustakan agama selalu menahan bahkan menghalang-halangi orang lain yang akan menolong sesama. Rasa cinta tidak ada dalam orang yang mendustakan agama. Yang ada hanyalah rasa benci, hatinya terlalu suka kepada benda yang fana. Insaf dan adil tak ada dalam hatinya. Dia menyangka begitulh hidup yang baik padahal itulah yang akan membawanya celaka.
III.
GAMBAR
Gambar Pola Hidup Sederhana
Gambar Menyantuni Para Dhuafa
IV.
PENUTUP
A. Kesimpulan Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang dianggap telah menjalankan perintah Allah dengan sempurna apabila telah memenuhi dua syarat berikut: 1. Ikhlas melakukannya karena Allah 2. Merasakan kebutuhan yang dirasakan orang-orang lemah dan bersedia membantu mereka Dengan demikian, semakin jelas bahwa agama Islam menuntut kebersihan jiwa, kepedulian terhadap lingkungan sekitar dan kerjasama antara sesama makhluk Allah. Karena tanpa itu semua, mereka yang shalat pun akan dinilai sebagai orang yang telah mendustakan agama dan mengingkari hari kebangkitan.
B. Saran Kami dari Kelompok menyadari bahwa masih kurang sempurnya makalah yang kami sajikan ini, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran yang membangun untuk memperbaiki dan kesempurnaan dari makalah kami ini.