Makalah Protein.docx

  • Uploaded by: nurlia safa
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Protein.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,465
  • Pages: 22
MAKALAH KIMIA ORGANIK DASAR

“PROTEIN”

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK 3 JUNDULLAH H.

: H411 16 319

JERIANTO PONGANAN

: H411 16 025

NITUS LAPU’

: H411 16 009

NURLIA. S

: H411 16 016

SILFI AULIA HAYATI

: H411 16 017

FIRQAH INDZAR

: H411 16 018

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta salam dan shalawat kita kirimkan kepada Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa ummat-Nya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi suri tauladan bagi ummat-Nya. Dalam makalah ini kami akan membahas masalah mengenai ” Protein “ karena protein merupakan makromolekul yang sangat penting bagi mahkluk hidup sehingga penting untuk kita mengetahui apa itu protein dan apa fungsinya sehingga dikatakan penting untuk mahkluk hidup khususnya manusia. Dalam penulisan makalah ini kami sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan setelah membaca makalah ini. Saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga dengan manusia sendiri.

Makassar, 20 Maret 2019

Kelompok IV

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme. Protein adalah senyawa organik yang molekulnya sangat besar dan susunannya sangat kompleks serta merupakan polimer dari alfa asam-asam amino. Jadi, sebenarnya protein bukan merupakan zat tunggal, serta molekulnya sederhana, tetapi masih merupakan asam amino. Oleh karena protein tersusun atas asam-asam amino, maka susunan kimia mengandung unsur-unsur seperti terdapat pada asam-asam amino penyusunnya yaitu C, H, O, N dan kadang-kadang mengandung unsur-unsur lain, seperti misalnya S, P, Fe, atau Mg. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks interseluler dan sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekulmolekul yang esensial untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara selsel dan jaringan tubuh.

C. Manfaat Makalah Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa: 1. Dapat mengetahui defenisi protein. 2. Dapat mengetahui struktur protein 3. Dapat mengetahui sifat fisika dan kimia protein 4. Dapat mengetahui Penggolongan/klasifikasi protein. 5. Dapat mengetahui reaksi protein 6. Dapat mengetahui sintesis protein 7. Dapat mengetahui fungsi/kegunaan protein

BAB II PEMBAHASAN

A. Defenisi Protein Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof). Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh JÃ’ns Jakob Berzelius pada tahun 1838. B. Struktur Protein Sifat protein sebagian besar ditentukan oleh struktur tiga dimensinya. Bagaimanapun juga protein native (melipat secara alami) dispesifikasi oleh struktur primernya sehingga struktur primer suatu protein mempunyai

karakteristik yang unik. Mempelajari struktur protein merupakan dasar untuk mengerti hubungan struktur dan fungsi protein yang diperlukan pada sistem biologi. Hubungan antara struktur dan fungsi protein adalah bagian fundamental dari biokimia. Protein yang tersusun dari rantai asam amino akan memiliki berbagai macam struktur yang khas padamasing-masing protein. Karena protein disusun oleh asam amino yang berbeda secara kimianya, maka suatu protein akan terangkai melalui ikatan peptida dan bahkan terkadang dihubungkan oleh ikatan sulfida. Selenjutnya protein bisa mengalami pelipatan-pelipatan membentuk struktur yang bermacam-macam. Adapaun struktur protein meliputi struktur primer, sekunder, tersier dan kuartener. a. Struktur protein Primer Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai. struktur primer adalah ikatan peptida yang merupakan ikatan kovalen. Setiap protein mempunyai struktur primer yang dibedakan oleh jumlah, urutan dan macam residu asam amino yang terletak sepanjang rantai protein.

Gambar 1. Struktur protein primer

b. Struktur Protein Sekunder Struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Bentuk struktur sekunder protein adalah α-helix, β-sheet, loop (ikalan) dan turn (belokan). Struktur α-helix dan β-sheet merupakan struktur yang berulang pada interval yang teratur. Struktur α-helix seperti spiral dan hanya melibatkan satu polipeptida, sedangkan struktur β-sheet dapat melibatan satu atau lebih polipeptida. Struktur helix merupakan penataan paling sederhana dari rantai polipeptida yang oleh Pauling dan Corey dinamakan dengan α-helix. 1. α-helix Struktur sekunder rantai protein yang paling umum adalah berpilin ke kiri yang dikenal dengan α-helix. struktur α-helix membuat optimal penggunaan ikatan hidrogen. Struktur ini distabilkan oleh ikatan hidrogen yang sejajar dengan sumbu helix di dalam backbone rantai tunggal polipeptida. Jika struktur α-helix mulai terbentuk dari ujung N-terminal, maka atom O pada gugus C-O dari setiap residu asam amino berikatan hidrogen dengan atom H pada gugus N-H dari residu ke-4 asam amino. Konformasi helix memungkinkan penataan linier dari atomatom yang terlibat di dalam ikatan hidrogen.

Gambar 2. Struktur α-helix (a) dilohat dari samping (b) dari atas

2. β-Sheet Pada tahun 1951, Pauling dan Corey memperkirakan tipe struktur sekunder protein yang kedua yaitu konformasi β. Pada konformasi β, rantai polipeptida saling berdekatan bahkan dengan rantai polipeptida yang lain. Penataan atom pada konformasi β, rantai polipeptida yang saling berdekatan tersebut dinamakan βsheet. Bagian rantai polipeptida yang hampir sepenuhnya teregang membentuk β-sheet dimanakan β strand. Panjang masing-masing residu pada β strand sekitar 0,32 sampai 0,34 nm, sebaliknya panjang residu asam amino pada α-helix adalah 0,15 nm. Ketika β strand terdiri dari banyak bagian ditata samping ke samping, kumpulan β strand membentuk β-sheet. Bagaimanapun juga β-sheet distabilkan oleh ikatan hidrogen antara oksigen karbonil dan hidrogen amida pada β strand yang berdekatan. Dengan demikian, daerah struktur β hampir selalu ditemukan di dalam bentuk sheet. Oleh sebab itu dinamakan struktur βsheet. c. Struktur Tersier Struktur tersier protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak berurutan dari ikatan antara rantai samping (Gugus R) berbagai asam amino. Struktur ini merupakan konformai tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spesial antara sekunder. Struktur tersier ini menggambarkan pengaturan ruang residu asam amino yang berjauhan dalam urutan linear dan pola ikatan ikatan disulfida. Struktur ini distabilkan oleh tempat macam ikatan , yakni ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam struktur inim ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan dibagian

dalam protein globuler yang tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat hiodrofobik secara umum akan berada di permukaan luar yang berikatan dengan air disekelilingnya.

Gambar 3. Struktur Protein Tersier d. Struktur Protein kuartener Penataan polipeptida-polipeptida pada protein multisubunit dalam struktur tiga-dimensinya dinamakan struktur quartener. Struktur quartener berhubungan dengan topologi, penataan ruang dari dua atau lebih rantai polipeptida. Struktur quartener merupakan penataan dan pengorganisasian subunit-subunit protein menjadi protein kompleks yang fungsional. Interaksi antara subunit pada protein multisubunit dimediasi oleh interaksi nonkovalen seperti ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, dan interaksi elektrostatik. Sebagai akibat dari interaksi non kovalen tersebut, perubahan kecil struktur pada suatu sisi dari suatu molekul protein multisubunit mungkin menyebabkan perubahan drastis pada sisi yang jauh dari protein tersebut. Sifat protein seperti ini terjadi pada protein allosteric. Tidak semua protein multisubunit menunjukkan efek allosterik, tetapi kebanyakan efek allosterik adalah penting pada regulasi metabolik.

Gambar 4. Struktur Quartener beberapa Protein Multisubunit

C. Sifat Fisika dan Kimia Protein 1. Sifat Kimia Protein Beberapa sifat kimia protein yang penting antara lain sifat-sifat amfoter, pengikatan ion, hidrasi, reaksi pewarnaan, hidrolisa, oksidasi-reduksi, sifat koloid, dan sifat sensoris. a. Amfoter Sifat amfoter merupakan kemampuan protein untuk dapat bereaksi dengan asam atau basa. Gugus karboksil bebas pada protein sangat lemah, namun demikian dapat bereaksi dengan basa. Gugus amino bebas pada sisi yang lain merupakan akseptor hidrogen dan dapat bereaksi dengan asam. Hanya beberapa molekul protein yang mempunyai gugus-gugus yang dapat bereaksi, diantaranya adalah gugus karboksil pada asam glutamat dan aspartat, serta gugus amino pada lisin. Gugus-gugus karboksil dan amino pada asam amino terikat melalui iakatan peptida, misalnya glisin. Gugus-gugus amino pada histidin, triptofan, prolin, dan hidroksiprolin bukan merupakan gugus amino dasar tetapi dapat mengikat ion

hidrogen. Kemampuan protein untuk bertindak sebagai asam atau basa tidak hanya tergantung kepada jumlah gugus-gugusnya, tetapi juga posisinya, demikian juga apakah permukaan molekulnya terbuka atau tertutup. b. Pengikat Ion Melalui reaksi dengan gugus karboksil bebas dan amino bebas, protein dapat mengikat kation dan anion. Pada nilai pH di atas titik isoelektris, protein berada sebagai ion negatip dan karena itu dapat mengikat atau bereaksi dengan kation. Pada pH di bawah titik isoelektris, protein berada sebagai ion positip dan karena itu dapat mengikat atau bereaksi dengan anion. Pengendapan protein oleh ion logam berat tergantung pada susunan garam protein. Sejumlah ion logam mempunyai kemampuan membentuk senyawa koordinasi (ion kompleks) dan segera bereaksi dengan N-terminal, substitusi amin pada rantai peptida, dan Nimidasol. Cu, Ni, dan Fe merupakan logam-logam yang mampu membentuk senyawa kompleks dengan protein. Dalam sebagian besar makanan, protein terdapat sebagai campuran, dan beberapa protein berada di bawah titik isoelektris, dan yang lain berada di atas titik isoelektris. Pada kondisi tertentu, kation akan mengikat beberapa protein dan anion mengikat yang lain. c. Hidrasi Protein Protein dapat membentuk hidrat dengan air dan tipe reaksi ini sangat penting karena seringkali dijumpai dalam kimia pangan. Molekul protein mengandung gugus-gugus nitrogen atau atom oksigen yang mengandung pasangan elektron, dan sanggup membentuk ikatan hidrogen. Nitrogen baik dalam rantai peptida maupun dalam gugus amino bebas yang relatif negatif dapat menarik hidrogen pada molekul air. Ikatan rangkap oksigen pada gugus karboksil ( COOH) atau karbonil ( CO) dalam rantai peptida lebih negatif dan

mempunyai daya tarik terhadap hidrogen lebih besar daripada notrogen. Ionisasi gugus yang terbentuk pada pH di bawah atau di atas titik isoelektris mempunyai afinitas atau daya gabung terhadap air lebih besar, akibatnya pembentukan hidrat lebih banyak terjadi pada pH di luar titik isoelektris. Molekul air yang telah terikat tersebut dapat menarik molekul air lainnya membentuk agregat. Agregat air dapat terbentuk di sekitar gugus polar pada molekul protein. Molekul protein yang terdispersi bersama-sama dengan senyawa lain misalnya senyawa elektrolit, gula, alkohol, dan lain-lain, maka akan terjadi kompetisi pengikatan air untuk membentuk hidrat. Hal ini terjadi karena senyawa elektrolit, gula, alcohol mempunyai kecenderungan mengikat air dan membentuk hidrat. Besarnya hidrasi protein yang terdispersi tidak hanya tergantung pada konsentrasi protein yang terdispersi tetapi juga tergantung pH, adanya senyawa-senyawa yang mengikat air, dan juga suhu. d. Reaksi Pewarnaan Beberapa reagen yang direaksikan dengan protein akan memberikan warna tertentu. Dalam banyak hal reaksi-reaksinya memerlukan adanya gugus-gugus tertentu dalam protein. e. Hidrolisa Ikatan peptida dalam protein terhidrolisa oleh asam kuat, alkali, dan ensim tertentu. Apabila protein dipanaskan beberapa jam dalam HCl 6N, maka akan terhidrolisa sempurna menjadi komponen asam-asam aminonya. Apabila protein dididihkan dalam NaOH 5N juga akan mengalami hidrolisa sempurna. Pemecahan ikatan peptida secara hidrolitik, juga dapat dikatalisis oleh ensim proteolitik. Setiap ensim proteolitik mempunyai sifat khusus yaitu akan memecah ikatan peptida tertentu. Endopeptidase akan memecah ikatan peptida yang berada di

dalam rantai peptida. Eksopeptidase akan g. Sifat Koloid Protein mempunyai berat molekul 10.000 sampai 1.000.000 merupakan partikel

koloid.

Dalam

larutan,

molekul

protein

kemungkinan

terjadi

penggabungan dan membentuk agregat atau misela. Protein globular akan menyerap air dan menggelembung sekali. Bagian yang melakukan penyerapan terhadap air adalah ikatan peptide h. Sifat Sensoris Protein murni tidak berasa, tidak berbau, dan tidak berwarna, kecuali monellin mempunyai rasa yang sangat manis. Rasa, warna atau bau dari protein kemungkinan berasal dari preparasi yang kurang bersih atau berasal dari gugus prostetis. Bahan pangan yang banyak mengandung protein dapat mengalami dekomposisi, membentuk bau busuk. Bau busuk tersebut dikarenakan hasil dekomposisi berupa molekul-molekul berberat molekul rendah yang mengandung N, S atau keduanya. Gugus sulfhidril mudah dilepaskan dari protein membentuk H2S misalnya pada pembusukan telur. Bau adonan terutama dikarenakan terbentuknya H2S dari gluten yang terdapat dalam gandum 2. Sifat Fisika Protein Protein murni tidak berwarna dan tidak berbau, jika protein dipanaskan warna berubah menjadi coklat dan baunya seperti bau bulu atau rambut terbakar. Protein alam yang murni juga juga tidak memiliki rasa tetapi hasil hidrolisis protein yaitu pentose, pepton, dan peptide mempunyai rasa pahit. Kelarutan protein dalam berbagai pelarut (air, alcohol dan garam encer) berlainan. Protein yang kaya akan radikal-radikal non polar bebas lebih mudah larut dalam campuran alkohol dari pada air. Protein yang miskin akan radikal-

radikal polar bebas cenderung untuk mengendap dengan penambahan sedikit alkohol atau aseton. Tinggi rendahnya suhu dapat mempengaruhi kelarutan protein dalam larutan garam . Protein yang terdapat dalam biji-biji tanaman lebih mudah larut dalam larutan garam pada suhu tinggi disbanding suhu rendah. D. Penggolongan/Klasifikasi Protein a. Berdasarkan fungsi biologisnya 1) Protein Enzim Golongan protein ini berperan pada biokatalisator dan pada umumnya mempunyai bentuk globular. Protein enzim ini memiliki sifat yang khas karena hanya bekerja pada substrat tertentu. Yang termasuk golongan ini antara lain: a) Peroksidase yang mengkatalase penguraian hidrogen peroksida b) Pepsin yang mengkatalisa pemutusan ikatan peptida c) Polinukleotidase yang mengkatalisa hidrolisa polinukleotida 2) Protein Pengangkut Protein pengangkut mempunyai kemampuan membawa ion atau molekul tertentu dari suatu organ ke organ lain melalui aliran darah. Yang termasuk golongan ini antara lain: a) Hemoglobin pengangkut oksigen b) Lipo protein pengangkut lipid 3) Protein Struktural Peranan protein struktural adalah sebagai pembentuk struktural sel jaringan dan memberi kekuatan pada jaringan. Yang termasuk golongan ini adalah elastin, fibrin, dan keratin. 4) Protein Hormon

Protein hormone adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin membantu mengatur aktivitas metabolisme di dalam tubuh. 5) Protein Pelindung Protein ini pada umumnya terdapat dalam darah, melindungi organisme dengan cara melawan serangan zat asing yang masuk dalam tubuh. 6) Protein Kontraktil Golongan ini berperan dalam proses gerak, memberi kemampuan pada sel untuk berkontraksi atau mengubah bentuk. 7) Protein Cadangan Protein cadangan atau protein simpanan Protein Cadangan Protein cadangan atau protein simpanan adalah protein yang disimpan dan dicadangkan untuk beberapa proses metabolisme. b. Berdasarkan bentuk molekulnya 1) Protein Globuler Protein ini bentuknya bulat atau hampir bulat, karena rantai polipeptida melingkar. Protein golongan ini mudah larut dalam garam, asam, basa, dan alkohol. Yang termasuk golongan ini, yaitu albumin, globulin, dan beberapa protein yang menunjukkan aktivitas fisiologisnya yang spesifik seperti proteohormon dan proteoenzim. 2) Protein Fibrosa Protein golongan ini bentuknya memanjang karena rantai polipeptidanya memanjang. Pada umumnya, protein golongan ini tidak larut dalam pelarut yang umum. Yang termasuk golongan ini adalah kolagen, miosin, karotin, dan fibrin. c. Berdasarkan komponen penyusunnya 1) Protein Sederhana

Protein sederhana tersusun oleh asam amino saja. Oleh karena itu, pada hidrolisisnya hanya diperoleh asam-asam penyusunnya saja. Yang termasuk golongan ini adalah albumin, globulin, histon, dan prolamin. 2) Protein Majemuk Protein ini tersusun oleh protein sederhana dan zat lain yang bukan protein. Zat lain yang bukan protein disebut radikal prostetik. Yang termasuk golongan ini antara lain: a) Phosporotein dengan radikal prostetik asam phostat b) Nukleoprotein dengan radikal prostetik asam nukleat c) Mukoprotein dengan radikal prostetik karbohidrat E. Reaksi-reaksi Protein a. Tes Nitroprusida Natrium nitroprusida dalam larutan amonia akan menghasilkan warna merah dengan protein yang mempunyai gugus –SH bebas (merkapto). Jadi, protein yang mengandung sistein akan memberikan hasil positif. Gugus –S–S– pada sistein apabila direduksi terlebih dahulu dapat juga memberikan hasil positif.

b. Reaksi sakaguci Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan pereaksi nafol dan natrium hipobromit. Pada dasarnya reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila

ada gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah. c. Reaksi Xantoprotein Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin, fenil alanin dan triptofan.

d.

Reaksi Hopkins-Cole Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa aldehida dengan bantuan

asam kuat dan membentuk senyawa yang berwarna. Larutan protein yang mengandung triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole yang mengandung asam glioksilat. Reaksi Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus indol dalam protein.

e. Reaksi Millon Pereaksi Millon adalah campuran larutan raksa (I) nitrat dan raksa (II) nitrat dalam asam nitrat. Jika pereaksi Millon ditambahkan ke dalam larutan

protein, akan dihasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah akibat pemanasan. Tirosin memberikan hasil yang positif dengan tes Millon karena mengandung gugus fenol. Pereaksi ini positif untuk protein yang mengandung asam amino dengan gugus samping senyawa fenol sebab terjadi reaksi antara senyawa raksa (II) dengan gugus hidroksifenil membentuk senyawa berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif.

d. Reaksi Biuret Larutan protein memberikan hasil yang positif terhadap pereaksi biuret. Tes Biuret dilakukan dengan cara menuangkan larutan natrium hidroksida pekat ke dalam larutan protein. Kemudian, larutan CuSO4 ditambahkan setetes demi setetes yang akan terbentuk warna ungu.

F. Sintesis Protein

G. Fungsi Protein 1. Sebagai biokatalisator (enzim). Protein yang paling bervariasi dan mempunyai kekhususan tinggi adalah protein yang mempunyai aktivitas katalis, yakni enzim. Hampir semua reaksi kimia biomolekul organik didalam sel dikatalis oleh enzim. Lebih dari 2000 jenis enzim , masing-masing dapat mengkatalisa reaksi kimia yang berbeda, telah ditemukan dalam berbagai bentuk kehidupan. 2. Sebagai protein transport Protein sebagai transport contohnya hemoglobin mengangkut oksigen dalam eritrosit, mioglobin mengangkut oksigen dalam otot. Ion besi diangkut dalam plasma darah oleh transferin dan disimpan dalam hati sebagai kompleks dengan feritin. Protein transport didalam plasma darah mengikat dan membawa molekul atau ion spesifik dari satu organ ke organ lain. Hemoglobin pada sel darah merah mengikat oksigen ketika darah melalui paru-paru, dan membawa oksigen ke jaringan periferi. Plasma darah mengandung lipo protein. Yang membawa lipid dari hati ke organ lain. Protein transport lain terdapat didalam membran sel dan menyesuaikan strukturnya untuk mengikat dan membawa glukosa, asam amino dan nutrien lain melalui membran menuju kedalam sel. 3. Sebagai pengatur pergerakan. Protein merupakan komponen utama daging. Gerakan otot terjadi karena ada dua molekul (aktin dan miosin) protein yang saling bergeseran. 4. Sebagai penunjang mekanis

Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebabkan adanya kolagen. Pada persendian ada elastin. Pada kuku, bulu rambut ada protein keratin. 5. Pertahanan tubuh dalam bentuk antibodi Suatu protein khusus yang mengikat benda asing yang masuk kedalam tubuh seperti virus, bakteri dan lain lain. 6. Sebagai media perambatan impuls saraf Protein ini biasanya berbentuk reseptor misalnya rodopsin suatu protein yang bertindak sebagai reseptor atau penerima warna atau cahaya pada sel-sel mata. 7. Protein Nutrien dan Penyimpan Biji berbagai tumbuhan menyimpan protein nutrien yang dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio tanaman, terutama protein biji dari gandum, jagung dan beras. 8. Protein Pengatur Beberapa protein membantu mengatur aktivitas seluler atau fisiologi. Terdapat sejumlah hormon, seperti insulin, yang mengatur metabolisme gula dan kekurangannya, hormon pertumbuhan dari pituitary dan hormon paratiroid, yang mengatur transport Ca++ dan fosfat juga.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah 1. protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. 2. Penggolongan protein berdasarkan bentuknya yaitu 1) protein globular, 2) protein serabut (fibrous). Dan struktur protein terdiri ; protein primer, protein sekunder, protein tersier, dan protein kuartener. 3. Fungsi protein antara lain ; Sebagai biokatalisator (enzim, Sebagai protein transport, Sebagai pengatur pergerakan, Sebagai penunjang mekanis, Pertahanan tubuh dalam bentuk antibodi, Sebagai media perambatan impuls saraf, Sebagai pengendalian pertumbuhan. Dan pencernaan protein, yaitu darimulut, lambung, dan usus halus. Metabolisme protein terdiri dari absorpsi dan transportasi protein, katabolisme protein, dan anabolisme protein. B. Saran Sebaiknya dalam mengkonsumsi makanan tidak hanya yang mengandung protein saja tapi juga unsur yang lain harus dipenuhi agar dapat seimbang sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi tubuh.

DAFTAR PUSTAKA

Abun., 2006, Protein dan Asam Amino pada Unggas, Bahan Ajar Mata Kuliah Nutrisi Ternak Unggas Dan Monogastrik. Universitas Padjadjaran, Bandung. Almatsier, S., 2009, Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Muhtadi, D., dan Astawan, M., 2008. Nutrifikasi Pangan (Modul 1). Universitas Terbuka, Tangerang. Murray, R.K. Daryl K., Granner V., W, dan Radwell, 2009, Biokimia Harper Edisi 27.Jakarta: Penerbit Buku Kedokeran (EGC). Sloane, E., 2003, Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Sugiyono, 2004. Kimia Pangan. Fakultas Teknik Universitas Negri Yogyakarta.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Makalah Protein.docx
June 2020 8
Bab 3 Dan Bagan.docx
June 2020 16
Cpt L Cpc.xls
November 2019 15
Lt.3.pdf
December 2019 15