Makalah Promosi Mitigasi Bencana.docx

  • Uploaded by: ayunita rahmah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Promosi Mitigasi Bencana.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,575
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kata “bencana” identik dengan suatu kejadian alam yang menghancurka permukiman dan lingkungan sekitarnya yang disebabkan oleh tsunami, gempa bumi, letusan gunung berapi, dan badai hujan yang mengakibatkan banjir besar dan tanah longsor. Di sisi lain, bencana dapat juga menggambarkan suatu kejadian yang mengganggu pola kegiatan masyarakat sehari-hari. Gangguan tersebut umumnya timbul oleh ulah manusia, datangnya secara mendadak, tidak pernah terpikirkan sebelumnya, dan akibatnya sangat meresahkan masyarakat. Dari dua gambaran tersebut, kata “bencana” dapat diartikan sebagai suatu kejadian alam dan non-alam yang terjadi secara mendadak dan berangsur-angsur mengakibatkan kerugian yang harus ditanggung oleh masyarakat. Pada sisi lain, laju pembangunan di Indonesia telah diiringi peningkatan penggunaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, karena kurang tepatnya kebijakan penerapan teknologi, sering terjadi kegagalan teknologi yang berakibat fatal seperti kecelakaan industri. Hal yang demikian sering terjadi di Indonesia dan menjadi bencana nonalam yang mengakibatkan kerugian jiwa dan ekonomi. Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana (BAKORNAS PB) telah mengumpulkan dan mempublikasikan data bencana domestik. Berdasarkan publikasi BAKORNAS PB terdapat lebih dari 2.000 bencana di Indonesia pada tahun antara tahun 2002 dan 2006, dengan 743 banjir, 615 kekeringan, 222 longsor, dan 217 kebakaran. Jumlah korban yang sangat besar dalam tahun-tahun tersebut yakni sejumlah 165.945 korban jiwa dari gempa bumi dan tsunami. Di sisi lain, banjir membuat sebagian orang kehilangan rumah mereka, yang menyebabkan jumlah korban yang mengungsi sebanyak 2.665.697 jiwa. Secara grafis banyaknya jumlah kejadian bencana pada tahun 2002-2006 beserta jumlah korban dan jumlah yang rusak akibat bencana.

1

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan bencana? 2. Apa yang dimaksud dengan Kontribusi penduduk dalam kebencanaan ? 3. Bagaimana perilaku masyarakat terhadap kebencanaan? 4. Bagaimana bentuk penanggulanagn bncana oleh masyarakat? 5. Bagaimana pendidikan kebencanaan di masyarakat?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa itu bencana. 2. Untuk mengetahui apa itu kontribusi penduduk dalam kebencanaan 3. Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap kebencanaan 4. Untuk mengetahui brntuk penanggulangan bencana oleh masyarakat 5. Untuk mengetahui pendidikan kebencanaan di masyarakat.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Bencana 2.1.1 Pengertian UU No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana mendefinisikan bencana sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Sementara Asian Disaster Preparedness Center (ADPC) mendefinisikan bencana dalam formulasi “The serious disruption of the functioning of society, causing widespread human, material or environmental losses, which exceed the ability of the affected communities to cope using their own resources” (Abarquez & Murshed, 2004). Definisi bencana diatas mengandung tiga aspek dasar, yaitu: 1. Terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard). 2. Peristiwa atau gangguan tersebut mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat. 3. Ancaman tersebut mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka. Bencana dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu adanya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability) masyarakat. Bila terjadi hazard, tetapi masyarakat tidak rentan, maka berarti masyarakat dapat mengatasi sendiri peristiwa yang mengganggu, sementara bila kondisi masyarakat rentan, tetapi tidak terjadi peristiwa yang mengancam maka tidak akan terjadi bencana.

3

2.1.2 Jenis – jenis Bencana Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan bencana ke dalam tiga kategori yaitu: 1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2. Bencana non-alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror. Ethiopian Disaster Preparedness and Prevention Commission (DPPC) mengelompokkan bencana berdasarkan jenis hazard, yang terdiri dari: 1. Natural hazard. Ini adalah hazard karena proses alam yang manusia tidak atau sedikit memiliki kendali. Manusia dapat meminimalisir dampak hazard dengan mengembangkan kebijakan yang sesuai, seperti tata ruang dan wilayah, prasyarat bangunan, dan sebagainya. 2. Human made hazard. Ini adalah hazard sebagai akibat aktivitas manusia yang mengakibatkan kerusakan dan kerugian fisik, sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hazard ini mencakup: a. Technological hazard sebagai akibat kecelakaan industrial, prosedur yang berbahaya, dan kegagalan infrastruktur. Bentuk dari hazard ini adalah polusi air dan udara, paparan radioaktif, ledakan, dan sebagainya. b. Environmental degradation yang terjadi karena tindakan dan aktivitas manusia sehingga merusak sumber daya lingkungan dan keragaman hayati dan berakibat lebih jauh terganggunya ekosistem. 4

c. Conflict adalah hazard karena perilaku kelompok manusia pada kelompok yang lain sehingga menimbulkan kekerasan dan kerusakan pada komunitas yang lebih luas.

1) Gempa Bumi Gempa bumi adalah berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukkan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan. Ukuran dan luas daerah kerusakkan akibat gempa bumi secara kasar berhubungan dengan besarnya energi yang dilepaskan. Magnitudo gempa bumi menunjukkan besarnya energi yang dilepaskan pada pusat gempa bumi atau hiposenter. Skala magnitudo gempa bumi biasanya dinyatakan dalam skala richter Saat terjadi gempa bumi, energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebakan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa bumi ini juga dapat memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah lainnya yang merusakkan permukiman disekitarnya. Getaran gempa bumi juga dapat menyebabkan bencana ikutan yang berupa kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi, dan juga banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul-tanggul penahan lainnya. Bakornas PB mengungkapkan bahwa ada beberapa komponen-komponen bangunan yang dapat terancam oleh adanya gempa bumi yaitu sebagai berikut: 1. perkampungan padat dengan konstruksi yang lemah dan padat penghuni; 2. bangunan dengan desain teknis yang buruk, bangunan tanah, bangunan tembok tanpa perkuatan; 3. bangunan dengan atap yang berat; 4. bangunan tua dengan kekuatan lateral dan kualitas yang rendah bangunan tinggi yang dibangun di atas tanah lepas/ tidak kompak; 5. bangunan di atas lereng yang lemah/ tidak stabil; 5

6. infrastruktur di atas tanah yang timbunan; 7. bangunan industri kimia dapat menimbulkan bencana ikutan. Sedangkan untuk mengurangi resiko gempa bumi, Bakornas PB juga merekomendasikan bahwa: 1. bangunan harus dibangun dengan konstruksi tahan getaran/gempa; 2. perkuatan bangunan dengan mengikuti standar kualitas bangunan; 3. pembangunan fasilitas umum dengan standar kualitas yang tinggi; 4. perkuatan bangunan-bangunan vital yang telah ada; 5. rencanakan penempatan pemukiman untuk mengurangi tingkat kepadatan hunian di daerah rawan bencana; 6. asuransi; 7. zonasi daerah rawan bencana dan pengaturan penggunaan lahan; 8. pendidikan kepada masyarakat tentang gempa bumi; 9. membangun rumah dengan konstruksi yang aman terhadap gempa bumi; 10. masyarakat waspada terhadap resiko gempa bumi; 11. masyarakat mengetahui apa yang harus dilakukan jika terjadi gempa bumi; 12. masyarakat mengetahui tentang pengamanan dalam penyimpanan barang- barang yang berbahaya bila terjadi gempa bumi; 13. ikut serta dalam pelatihan program upaya penyelamatan dan kewaspadaan masyarakat terhadap gempa bumi; 14. pembentukan kelompok aksi penyelamatan bencana dengan pelatihan pemadam kebakaran dan pertolongan pertama; 15. persiapan alat pemadam kebakaran, peralatan penggalian, dan peralatan perlindungan masyarakatlainnya; 16. rencana kontingensi/kedaruratan untuk melatih anggota keluarga dalam menghadapi gempa bumi.

6

2) Tsunami Tsunami berasal dari bahasa Jepang, “tsu” berarti pelabuhan, “nami” berarti gelombang, sehingga secara umum diartikan sebagai pasang laut yang besar di pelabuhan. Tsunami dapat diartikan juga sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut. Gangguan impulsif tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik,erupsi vulkanik, atau longsoran. Ada beberapa penyebab terjadinya tsunami, yaitu: 1. gempa bumi yang diikuti dengan dislokasi atau perpindahan masa tanah/batuan yang sangat besar di bawah laut; 2. tanah longsor di bawah tubuh laut; 3. letusan gunung api di bawah laut dan gunung api pulau. Tsunami mempunyai kecepatan yang berbanding lurus dengan kedalaman laut, semakin besar kedalaman laut maka kecepatan tsunami semakin besar. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya tsunami) menuju pantai, kecepatan semakin berkurang karena gesekan dengan dasar laut yang semakin dangkal. Akibatnya tingi gelombang dipantai menjadi semakin besar karena adanya penumpukan masa air akibat dari penurunan kecepatan. Ketika mencapai pantai, kecepatan tsunami yang naik ke daratan (run-up) berkurang menjadi sekitar 25 – 100 km/jam. Gelombang yang berkecepatan tinggi ini bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai dan kembalinya air ke laut setelah mencapai puncak gelombang (run-down) bisa menyeret segala sesuatu ke laut. Dataran rendah dapat menjadi tergenang membentuk lautan baru. Tsunami dapat merobohkan bangunan-bangunan, jembatan, merusak jalan raya, memutuskan jaringan listrik, jaringan telepon, dan infrastruktur lainnya. Sarana air bersih, lahan pertanian dan kesuburan tanah dapat terganggu karena terkontaminasi air laut. Menurut Bakornas PB, komponenkomponen yang dapat terancam oleh tsunami diantaranya: a. struktur bangunan ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu; 7

b. bangunan-bangunan sementara atau semi permanen; c. bangunan-bangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai; d. material bangunan tambahan yang menempel kurang kuat pada bangunan utama seperti papan, seng, asbes, dan sebagainya; e. bangunan dan fasilitas telekomunikasi, listrik, dan air bersih; f. kapal-kapal penangkap ikan atau banguan industri maritim lainnya yang terletak disekitar pantai; g. jembatan dan jalan di daerah dataran pantai; h. sawah, ladang, tambak, kolam budidaya perikanan. Sedangkan

untuk

mengurangi

resiko

tsunami,

Bakornas

PB

merekomendasikan untuk: a. meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya tsunami; b. pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya tsunami; c. membangunan Tsunami Early Warning System (TEWS); d. membangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang beresiko; e. menanaman mangrove serta tanaman lainnya sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami; f. membangun tempat-tempat evakuasi yang aman di sekitar daerah pemukiman yang bangunan tersebut harus cukup tinggi dan mudah diakses untuk menghindari ketinggian tsunami; g. meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal tentang pengenalan tanda- tanda tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami; h. membangun rumah yang tahan terhadap bahaya tsunami; i. mengenali karakteristik dan tanda-tanda bahaya tsunami di lokasi sekitarnya; j. memahami cara penyelamatan jika terlihat tanda-tanda tsunami;

8

k. meningkatkan kewaspadaan dan

kesiapsiagaan dalam

menghadapi tsunami;

3) Kegagalan Teknologi Bencana akibat kegagalan teknologi merupakan semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan teknologi dan atau industri. Ada beberapa penyebab bencana yang diakibatkan kegagalan teknologi, yaitu: 1) kebakaran; 2) kegagalan/kesalahan desain keselamatan kerja; 3) kesalahan prosedur pengoperasian pabrik; 4) kerusakan komponen; 5) kebocoran reaktor nuklir; 6) kecelakaan transportasi (darat, laut, dan udara); Pada dasarnya, bencana kegagalan teknologi pada skala yang besar akan dapat mengancam kestabilan ekologi scara global. Ledakan industri menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan bangunan dan infrastruktur. Kecelakaan transportasi membunuh dan melukai penumpang dan awak kendaraan, dan juga dapat menimbulkan pencemaran. Kebakaran pada industri dapat menimbulkan suhu yang sangat tinggi dan menimbulkan kerusakan pada daerah yang luas. Zat- zat pencemar (polutan) yang terlepas di air dan udara akan dapat menyebar pada daerah yang sangat luas dan menimbulkan pencemaran pada udara, sumber air minum, tanaman pertanian, dan tempat persediaan pangan, sehingga menyebabkan daerah tersebut tidak dapat dihuni, satwa akan binasa, dan sistem ekologi terganggu.

9

2.2 Kontribusi penduduk Terhadap Kebencanaan 2.2.1 Kontribusi Bentuk kontribusi yang bisa diberikan oleh masyarakat harus sesuai dengan kapasitas atau kemampuan masing-masing orang tersebut. Individu atau kelompok bisa menyumbangkan pikirannya, tenaganya, dan materinya demi mengsukseskan kegiatan yang direncanakan demi untuk mencapai tujuan bersama. Itulah pengertian kontribusi secara umum. kontribusi sendiri ialah tidak terbatas pada pemberian bantuan berupa uang saja, melainkan bantuan dalam bentuk lain seperti bantuan tenaga, bantuan pemikiran, bantuan materi, dan segala macam bentuk bantuan yang kiranya dapat membantu suksesnya kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama. Pada kontribusi ini pada saat bencana adanya partisipasi dari masyarakat pada waktu saat bencana dan pasca bencana karena masyarakat berkontribusi dalam tenaganya 1) Partisipasi masyarakat dikawasan rawan bencana Menurut Ganapati (2009), masyarakat harus aktif dilibatkan dalam perencanaan pasca bencana sehingga masyarakat tidak dianggap sebagai penerima manfaat saja. Selain itu Pemda dan Organisasi Berbasis Masyarakat hendaknya dilibatkan dalam proses perencanaan melalui diskusi dan konsultasi. Pendekatan yang dilakukan dalam rekonstruksi sebaiknya tidak berbasis proyek sehingga lemahnya kapasitas lokal. Masyarakat sebaiknya dilibatkan sebelum rencana ditetapkan sehingga aspirasi masyarakat dapat tertampung dalam rencana. Selain itu berdasarkan Lutfiana (2013), pemerintah lebih fokus dalam pemulihan fisik pasca bencana seperti rekonstruksi perumahan dan infrastruktur sehingga pemulihan kondisi sosialekonomi terkadang terabaikan. Adapun berdasarkan PP Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

PenanggulanganBencana,

Pengurangan

Bencana dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut : a. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana; 10

Risiko

b. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; c. Pengembangan budaya sadar bencana; d. Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana; dan e. Penerapan

upaya

fisik,

nonfisik,

dan pengaturan

penanggulangan bencana. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan pada tahap tahap prabencana, saat tanggap darurat,dan pascabencana karena masyarakat yang berhadapan langsung dengan bencana. Dalamkaitannya dengan pengurangan resiko bencana maka upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pengurangan tingkat kerentanan, karena hal tersebut relatif lebih

mudah

dibandingkan

dengan

mengurangi/

memperkecil

bahaya/hazard. Selanjutnya partisipasi masyarakat di kawasan rawan bencana berdasarkan jenis kegiatanmenurut Peraturan Kepala BNPB No.4 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Partisipasi masyarakat dibagi berdasarkan tahapan yaitu pra bencana berupa kegiatan pencegahan dan mitigasi, Pra bencanasaat terdapat Potensi bencana berupa kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pasca bencana (rehabilitasi dan rekonstruksi). Bentuk partisipasi masyarakat terhadap mitigasi bencana gempa bumi menggunakan pendekatan pendekatan top down dan battom up antara lain: 1. Bentuk ide atau usulan, usulan yang di ajukan masyarakat kepada

pemerintah,

membuat

keterampilan

untuk

kesejahteraan sosialnya. 2. Bentuk uang, uang dari pemerintah yang di berikan kepada masyarakat untuk membangun rumah yang roboh.

11

3. Bentuk tenaga, tenaga yang di berikan masyarakat bekerjasama dalam pembanguanan fasilitasfasilitas yang di berikan oleh pemerintah atau dari pihak swasta.

2.3 Perilaku Penduduk Terhadap Kebencanaan Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap bencana masih rendah. Kejadian bencana yang berulang-ulang seharusnya mampu meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebencanaan. Di Indonesia sebuah bencana lebih dianggap sebagai takdir Tuhan, sehingga mereka akan pasrah dalam menghadapi bencana. Pada kenyataanya, bencana bisa dicegah dan kemunculannya bisa dideteksi melalui tanda-tanda. Perilaku untuk mau belajar dan mampu mengenali tanda-tanda sebelum terjadinya bencana, pencegahan dan tahu apa yang harus dilakukan, serta bagaimana mengurangi resiko bencana yang dimaksud dengan perilaku tanggap bencana. Apabila setiap orang sudah menyadari akan resiko bencana dan berperilaku tanggap bencana tentunya resiko sebuah bencana akan berkurang. Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam wawancaranya dengan Republika terkait kebencanaan mengatakan kesiagaan orang Indonesia menghadapi bencana sangatlah rendah. Oleh karena itu penting bagi bangsa ini untuk membudayakan sadar bencana. Salah satu caranya, menurut dia adalah pendidikan sadar bencana. Hal ini akan membentuk karakter dan pengetahuan bencana. Tidak hanya itu , pendidikan juga meningkatkan pemahaman terkait bencana dan antisipasinya. Selain meningkatkan pengetahuan tentang bencana, Pemerintah menggunakan teknologi dalam usahanya untuk mengurangi resiko bencana. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknologi Early Warning System. Teknologi ini digunakan untuk deteksi awal sebuah bencana. beberapa bencana yang bisa menggunakan teknologi ini adalah tsunami dan tanah longsor. Menurut Departemen Kesehatan [DKS], Sistem Peringatan Dini adalah sistem (rangkaian proses) pengumpulan dan analisis data serta desiminasi informasi tentang keadaan darurat atau kedaruratan.

12

Peringatan Dini itu sendiri merupakan fenomena keberadaan bahaya yang mengganggu dan atau mengancam terhadap manusia. Pengetahuan terhadap bencana memang meningkat, tapi belum mendorong kesiapsiagaan. Rendahnya kesiapsiagaan ini jadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia. Disatu sisi, ancaman bencana sangat nyata. Penyebab kesiapsiagaan bencana rendah, Menurut Sutopo Purwo Nugroho juru bicara BNPB dalam wawancaranya dengan National Geographic Indonesia menyatakan terbatasnya anggaran penanggulangan bencana. Rata-rata di Badan Penanggulangan Bencana Daerah provinsi anggaran hanya 0,38 persen dari Anggaran Perencanaan Belanja Daerah. BPBD kabupaten/kota bahkan rata-rata kurang dari 0,1 persen total APBD Belum diadopsinya perilaku tanggap bencana ini menunjukan bahwa adanya kegagalan proses komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah ketika menyebarkan ideide baru/ gagasan agar diadopsi oleh masyarakat. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan seperti mengenai kebudayaan,lingkungan setempat dan individu/ target adopter kita. Dampak dari komunikasi sosial ide baru tersebut adalah adanya perubahan sosial. Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi dari sebuah fungsi sosial (Rogers dalam Hanafi, 1981: 16).

2.4 Bentuk penanggulangan Bencana di Masyarakat 1. Kesiapsiagaan Definisi kesiapsiagaan di masyarakat berbeda antara satu masyarakat dengan yang lainnya. Kesiapsiagaan berarti merencanakan tindakan untuk merespons ketika terjadi bencana. Kesiapsiagaan juga dapat didefinisikan sebagai keadaan siap siaga dalam menghadapi krisis, bencana atau keadaan darurat lainnya4. kesiapsiagaan bertujuan untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui tindakan pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efesiensi untuk tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana5. Pendapat ini didukung adanya Pasal 1 Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana yang menerangkan bahwa kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna.

13

2. Pengetahuan Kebencanaan Pengetahuan kebencanaan adalah kemampuan dalam mengingat peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia yang dapat mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis7. Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagan besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga8. Pengetahuan kebencanaan akan dibutuhkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana, karena berbagai informasi mengenai jenis bencana yang dapat mengancam mereka, gejala-gejala bencana, perkiraan daerah jangkauan bencana, prosedur penyelamatan diri, tempat yang disarankan untuk mengungsi, dan informasi lain yang mungkin dibutuhkan masyarakat pada sebelum, saat dan pasca bencana itu terjadi dapat meminimalkan risiko bencana.

3. Sikap Masyarakat Defenisi lain sikap adalah perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka atau reaksi terhadap rangsangan yang datang dari luar11. Karena itu, sikap dapat digambarkan melalui pilihan sikap positif atau negatif. Sikap negatif dapat diidentikkan dengan tidak suka/tidak ada kemauan, sedang sikap positif diwujudkan dengan rasa suka/ada kemauan. Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.5 Pendidikan Kebencanaan: Upaya Mengembangkan Kesadaran Masyarakat Berdasarkan hasil kesepakatan bersama masyarakat internasional untuk membangun ketahanan bangsa dan komunitas terhadap bencana, di Indonesia telah membentuk Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN PB) yang berisi lima prioritas aksi yang harus dilakukan, yaitu:

14

(1) Meletakkan pengurangan risiko bencana sebagai prioritas nasional maupun daerah dan implementasinya harus dilaksanakan oleh suatu institusi yang kuat. (2) mengidentifikasi, mengkaji risiko bencana serta menerapkan sistem peringatan dini. (3) Memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk membangun budaya keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan. (4) Mengurangi cakupan risiko bencana. (5) Meningkatkan kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan, agar tanggapan yang dilakukan lebih efektif. Berdasarkan lima prioritas pengurangan risiko bencana yang tertuang dalam rencana aksi nasional tersebut dapat dipahami bahwa pengetahuan dan pendidikan menjadi pintu masuk yang penting dan strategis untuk membangun budaya masyarakat yang peduli pada hal hal yang berkaitan dengan persoalan kebencanaan. Gambaran masyarakat yang mengetahui, memahami dan peduli pada hal-hal yang berkaitan dengan bencana inilah yang kemudian penulis mendefinisikan sebagai “masyarakat sadar bencana”. Pendidikan kebencanaan merupakan suatu upaya menyampaikan hal hal yang berkaitan dengan bencana, dalam rangka untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan kepedulian masyarakat agar memiliki kesadaran untuk bersikap dan melakukan adaptasi, di wilayah yang rawan bencana dengan sebaik baiknya, sehingga dapat berpartisipasi secara aktif dalam meminimalisir terjadinya bencana atau mengatasi dampak apabila terjadi bencana.

Adapun rencana aksi nasional pengurangan risiko bencana melalui pemanfaatan pengetahuan, inovasi dan pendidikan, terdiri dari empat hal penting , yaitu : 1. Manajemen informasi dan pertukaran informasi. Dengan bentuk kegiatan: a. Menyediakan informasi resiko dan pilihan perlindungan bencana yang mudah dipahami, terutama pada masyarakat pada daerah beresiko tinggi; b. Memperkuat jaringan ahli bencana, pejabat berwenang, dan perencana antar sektor dan wilayah, dan menyusun atau memperkuat 15

prosedur untuk memanfaatkan keahlian dalam menyusun rencana pengurangan resiko bencana; c. Meningkatkan dialog dan kerjasama antara para ilmuwan dan praktisi di bidang pengurangan resiko bencana; d. Meningkatkan pamanfaatan dan penerapan informasi terkini, komunikasi dan teknolog; e. untuk mendukung upaya pengurangan resiko bencana; Dalam jangka menengah, mengembangkan direktori, inventaris, dan sistem pertukaran informasi skala lokal, nasional, regional dan internasional; Institusi yang berhubungan dengan pengembangan perkotaan harus menyediakan informasi mengenai pemilihan konstruksi, pemanfaatan lahan atau jual beli tanah; f. Memperbaharui

dan

menyebarluaskan

terminologi

standar

internasional tentang pengurangan resiko bencana. 2. Kedua, Pendidikan dan Pelatihan, dengan cara : a. Memasukkan unsur pengetahuan pengurangan resiko bencana pada kurikulum sekolah yang relevan; b. Mempelopori implementasi pengkajian resiko dan program-program kesiapsiagaan bencana di sekolah-sekolah dan institusi pendidikan yang lebih tmggi; c. Mempelopori penerapan program dan kegiatan minimalisasi dampak bencana di sekolah-sekolah; d. Mengembangkan

programprogram

pengurangan

bencana

resiko

pada

pelatihan sektor

dan tertentu

pembelajaran (perencana

pembangunan, penanggungjawab keadaan darurat, pemerintah daerah); e. Mempelopori inisiatif pelatihan berbasis masyarakat, ditekankan pada aturan-aturan bagi sukarelawan; f. Menyediakan peluang akses pelatihan dan pendidikan yang sama bagi perempuan dan konstituen yang rentan lainnya. 3. Ketiga, Penelitian, dengan kegiatan :

16

a. Membangun metode lanjutan untuk pengkajian prediksi bencana multi resiko

dan

analisis

sosio-ekonomi

cost-benefit

dalam

kegiatan

pengurangan resiko bencana,; b. Memperkuat kapasitas teknis dan ilmiah untuk mengembangkan dan menerapkan metodologi, kajian, dan model dari pengkajian kerentaan, serta dampak bencana geologis, cuaca, klimat, dan air. Keempat, Kepedulian Publik : c. Memperkuat peran media untuk merangsang budaya kesiapsiagaan terhadap bencana dan keterlibatan masyarakat.

Menurut pendapat Tim Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM12 pendidikan kebencanaan yang merupakan bagian dari lima agenda besar rencana aksi nasional ini menjadi jembatan yang sangat penting dalam membangun moral manusia agar dalam kehidupan menjunjung tinggi nilai etika lingkungan, serta mau bertindak dan berpartisipasi dalam mencari jawab yang fundamental tentang penanggulangan

bencana.

Pengembangan

kesadaran

masyarakat

melalui

pendidikan kebencanaan ini menjadi penting dalam upaya membekali masyarakat dalam menjalani hidup berdampingan dengan ancaman bencana. Dengan bekal kesadaran yang ada, masyarakat dapat bertindak, berpartisipasi aktif dan melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana sejak dini. Dalam implementasinya,pendidikan

kebencanaan

ini

secara

garis

besar

dapat

dilaksanakan melalui pendidikan formal, non formal maupun informal. Implementasi program pendidikan ini, dapat bekerja sama dengan masyarakat atau kelompok kelompok tertentu dalam masyarakat seperti pimpinan agama, tokoh masyarakat, aktifis perempuan, pemuda, wartawan, atau organisasi masyarakat. Pelibatan masyarakat secara aktif dalam mengelola hal hal yang berkaitan dengan bencana ini dikenal dengan manajemen bencana berbasis masyarakat. Implementasi manajemen bencana berbasis masyarakat juga merupakan salah satu pilar penting guna mensukseskan progam pendidikan kebencanaan. Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, akan menambah pengalaman, pemahaman, 17

ketrampilan, kepedulian, sekaligus membangun kesadaran mereka dalam merespon hal hal yang berkait dengan kebencanaan. Beberapa aspek yang dapat dipakai sebagai landasan untuk pengembangan kesadaran masyarakat antara lain : 1) Dampak bencana pada masyarakat; 2) Cara terbaik untuk penanganan awal dampak tersebut baik oleh perorangan, keluarga sampai oleh RT/RW; 3) Bagaimana masyarakat dapat membantu warga yang terkena musibah; 4) Apa yang sudah disiapkan oleh pihak kompeten (aparat Pemerintah) guna membantu daerah yang terkena bencana; Bagaimana rakyat dapat berperan secara aktif dalam komunikasi dan peringatan dini; 5) Bagaimana

desa

dapat

melakukan

improvisasi

untuk

tempat

perlindungan dan memperoleh kebutuhan pokok selama masa darurat (sebelum bantuan sampai); 6) Peranan dan fungsi PMI dalam pelbagai kegiatan sesuai siklus bencana; 7) Apa yang dapat diharapkan masyarakat setempat dari organisasi/fasilitas PMI dalam situasi bencana; 8) Apa yang diharapkan PMI dari masyarakat/LSM dalam rangka pelaksanaan peran kemanusiaan itu.

18

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Negara Indonesia dikenal dengan negeri seribu bencana. Berbagai macam jenis bencana, baik yang d`isebabkan oleh faktor alam, atau faktor perbuatan manusia, atau karena faktor keduanya, datang silih berganti melanda Indonesia, seperti gempa bumi, letusan gunung merapi, banjir, tanah longsor, kebakaran lahan. Belajar dari pengalaman penanganan bencana di Indonesia beberapa tahun terakhir ini, penanggulangan bencana di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup progressif, yang ditandai dengan diluncurkannya Rencana Aksi Nasional Pengurangan Resiko Bencana (RAN PB), dan diundangkannya Undang Undang Nomor 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Salah satu agenda penting yang perlu diperhatikan dalam menyikapi kejadian bencana yang datang bertubi tubi di Indonesia adalah menyiapkan dan membangun masyarakat sadar bencana. Yang dimaksud dengan masyarakat sadar bencana adalah : kondisi masyarakat yang memiliki pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan kepedulian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebencanaan, sehingga memiliki kesadaran untuk bersikap dan melakukan adaptasi di wilayah yang rawan bencana dengan sebaik baiknya, dan dapat berpartisipasi secara aktif dalam meminimalisir terjadinya bencana atau mengatasi dampak apabila terjadi bencana. Dalam upaya membangun masyarakat atau komunitas yang sadar bencana ini, pendidikan kebencanaan menjadi pintu masuk yang cukup penting dan strategis. Pendidikan kebencanaan dapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, non formal maupun informal.

3.2 Saran

19

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, Anwar Syamsul. 2013. PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP MITIGASI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA SENGON KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN KLATE. http://eprints.ums.ac.id/25317/13/NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Hariani, Sri. 2010. Membangun Masyarakat yang Sadar Bencana. https://media.neliti.com/media/publications/76324-ID-membangun-masyarakatsadar-bencana.pdf

http://eprints.undip.ac.id/48018/1/Bab_I.pdf

Rahmayanti, Atika Zahra. 2014. Peran Desentralisasi Fisikal dalam Manajemen Bencana di Indonesia. https://media.neliti.com/media/publications/77806-ID-peran-desentralisasi-fiskaldalam-manaje.pdf

Rahmawati, Kurnia. 2017. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM UPAYA MITIGASI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN PUCANGSAWIT KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA. https://eprints.uns.ac.id/40840/1/K5413040_pendahuluan.pdf

Yusfida, Irma. 2014. https://www.academia.edu/11689207/PARTISIPASI_MASYARAKAT_PADA_ KAWASAN_RAWAN_BENCANA_DI_INDONESIA_PRA_BENCANA_T ANGGAP_DARURAT_DAN_PASCA_BENCANA_

20

SOAL 1. Berguncangnya bumi yang disebabkan oleh tumbukkan antar lempeng bumi, patahan aktif aktivitas gunung api, atau runtuhan batuan, merupakan penjelasan dari? A. Bencana B. Gempa Bumi C. Tsunami D. Gunung meletus 2. Skala magnitudo gempa bumi biasanya dinyatakan dalam skala richter Saat terjadi gempa bumi, energi getaran gempa dirambatkan keseluruh bagian bumi. Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat menyebakan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan sehingga dapat menimbulkan korban jiwa. Getaran gempa bumi ini juga dapat..... A. Menyebabkan terjadinya peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard). B. Mengancam kehidupan, penghidupan, dan fungsi dari masyarakat. C. Memicu terjadinya tanah longsor, runtuhan batuan dan kerusakan tanah lainnya yang merusakkan permukiman disekitarnya. D. mengakibatkan korban dan melampaui kemampuan masyarakat untuk mengatasi dengan sumber daya mereka. 3. Dapat terjadi, karena ada dua kondisi yaitu..... A. Bencana alam dan non-alam B. Bencana sosial dan bencana non-alam C. Natural hazard dan human made hazard D. Peristiwa atau gangguan yang mengancam dan merusak (hazard) dan kerentanan (vulnerability). 4. Menurut Bakornas PB, komponen-komponen yang dapat terancam oleh tsunami diantaranya: 1) Struktur bangunan ringan atau perumahan yang terbuat dari kayu 2) Bangunan-bangunan sementara atau semi permanen 3) Bangunan-bangunan yang dimensi lebarnya sejajar dengan garis pantai 4) Membangun rumah dengan konstruksi yang aman terhadap gempa bumi

21

Dari beberapa keterangan diatas, yang bukan termasuk kedalam komponen-komponen yang dapat terancam oleh tsunami adalah..... A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 5. Bentuk penanggulangan Bencana di Masyarakat..... A. Kesiapsiagaan, pengetahuan bencana, sikap masyarakat B. Penyuluhan masyarakat, mitigasi bencana, pencegahan bencana C. ketidak-pedulian masyarakat D. perhatian masyarakat yang kurang terhadap bencana 6. Pengembangan kesadaran masyarakat melalui pendidikan kebencanaan ini menjadi penting dalam upaya membekali masyarakat dalam menjalani hidup berdampingan dengan..... A. Upaya mengatasi bencana B. Ancaman bencana C. Lingkungan masyarakat D. Lingkungan alam 7. Masyarakat sadar bencana adalah..... A. Merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek B. kemampuan dalam mengingat peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia C. kondisi masyarakat yang memiliki pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan kepedulian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebencanaan, sehingga memiliki kesadaran untuk bersikap dan melakukan adaptasi di wilayah yang rawan bencana dengan sebaik baiknya D. merencanakan tindakan untuk merespons ketika terjadi bencana.

22

8. Belum diadopsinya perilaku tanggap bencana menunjukan bahwa..... A. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. B. Adanya kegagalan proses komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah ketika menyebarkan ide-ide baru/ gagasan agar diadopsi oleh masyarakat. C. Kurangnya atau masih minimnya pengetahuan masyarakat terhadap bencana D. Tidak pedulinya masyarakat tentang bencana 9. Juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam wawancaranya dengan Republika terkait kebencanaan mengatakan kesiagaan orang Indonesia menghadapi bencana sangatlah rendah. Oleh karena itu penting bagi bangsa ini untuk membudayakan...... A. Peenyuluhan bencana B. Penanggulangan bencana C. Tanggap bencana D. Sadar bencana 10. Cara terbaik untuk penanganan awal dampak tersebut baik oleh perorangan, keluarga sampai oleh RT/RW. Penjelasan diatas termasuk kedalam aspek? A. Aspek sebagai landasan untuk kesadaran masyarakat B. Aspek pembentuk karakter masyarakat C. Aspek pertolangan untuk masyarakat D. Aspek pertahanan saat bencana

23

Related Documents


More Documents from "Furqan Rahmadani"