MAKALAH PROMOSI KESEHATAN
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5 1. ANNISA LOLA VANIANDA 2. MAYA RUMANTI 3. THREE MELENCHI
DOSEN PEMBIMBING PS. KURNIAWATI, M.KES
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN JURUSAN KEBIDANAN 2019
1
KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr.wb Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat allah swt, karena berkat rahmat dan karunia nya kami dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini menjelaskan atau mengambil judul peran bidan dalam promosi kesehatan Tiada kesempurnaan di muka bumi ini. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima segala saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Wassalamualaikum wr.wb
Bengkulu, februari 2019
penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Bab II Tinjauan Teori A. Topik 1
B. Topik 2
C. Topik 3
D. Topik 4
E. Topik 5
F. Topik 6
3
G. Topik 7
Bab III Penutup A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan. Tujuan promosi kesehatan bukan sekedar menyampaikan pesan pesan atau informasiinformasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan berperilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana mampu memelihara dan meningakatkan kesehatannya.
4
Upaya memecahkan masalah kesehatan ditujukan atau diarahkan kepada faktor perilaku dan faktor non perilaku (lingkungan dan pelayanan). Pendekatan terhadap faktor perilaku adalah promosi atau pendidikan kesehatan. Sedangkan, pendekatan terhadap faktor non perilaku adalah dengan perbaikan lingkungan fisik dan peningkatan lingkungan SosBud, serta peningkatan pelayanan kesehatan.
Makalah ini dapat membantu pembaca untuk dapat mengetahui konsepkonsep promosi kesehatan baik ditingakat penentu kebijakan maupun pelaksana lapangan. Selain itu, makalah ini dapat menembah kepustakaan kesehatan masyarakat dan promosi atau pendidikan kesehatan yang masih kurang.
Kami telah berusaha mempelajari konsep promosi kesehatan dari sumbersumber seperti, dari buku maupun internet. Namun, tidak menutup kemungkinan masih adanya kekurangan maupun kesalahan, maka kami sangat memerlukan saran dan kritik pembaca ataupun dosen pengampu.
B. Rumusan Masalah TOPIK 1 1. Apa itu promosi kesehatan ? 2. Apa saja determinan kesehata ? 3. Bagaimana
perkembangan
dan
keterkaitan
kesehatan
masyarakat,
pelayanan kesehatan, kesehatan dasar, pendidikan kesehatan dan promosi ? 4. Jelaskan 5 ruang lingkup promosi kesehatan ? 5. Jelaskan visi promosi kesehatan ?
TOPIK 2 1. Jelaskan pengertian perilaku ? 2. Sebutkan batasan bentuk dan domain perilaku ? 3. Jelaskan proses perubahan perilaku ?
5
4. Jelaskan teori perubahan perilaku ? 5. Jelaskan penyebab perubahan perilaku ?
TOPIK 3 1. Jelaskan konsep media promosi ? 2. Sebutkan penggolongan media promosi ? 3. Jelaskan memilih saluran media promosi ? 4. Sebutkan karakteristik media promosi ? 5. Bagaimana merancang mengembangkan berbagai jenis media promosi ? 6. Jelaskan apa itu promosi ? 7. Jelaskan evaluasi media promosi ?
TOPIK 4 1. Jelaskan analisa komunitas ? 2. Jeleskan diagnosa komunitas ? 3. Jelaskan penyusunan fokus program ? 4. Jelaskan analisa target ? 5. Jelaskan pengembangan pelaksanaan program ? 6. Jelaskan implementasi program ? 7. Jelaskan eveluasi program ?
TOPIK 5 1. Jelaskan kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan ?
TOPIK 6 1. Jelaskan teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran promosi
TOPIK 7 1. Jelaskan pengertian etika ? 2. Jelaskan pengertian moral ? 3. Jelaskan hal-hal yang harus dilakukan dalam etika promosi kesehatan ?
6
C. Tujuan TOPIK 1 1. Untuk mengetahui itu promosi kesehatan ? 2. Untuk mengetahui saja determinan kesehata ? 3. Untuk mengetahui Bagaimana perkembangan dan keterkaitan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan, kesehatan dasar, pendidikan kesehatan dan promosi ? 4. Untuk mengetahui 5 ruang lingkup promosi kesehatan ? 5. Untuk mengetahui visi promosi kesehatan ?
TOPIK 2 1. Untuk mengetahui pengertian perilaku ? 2. Untuk mengetahui batasan bentuk dan domain perilaku ? 3. Untuk mengetahui proses perubahan perilaku ? 4. Untuk mengetahui teori perubahan perilaku ? 5. Untuk mengetahui penyebab perubahan perilaku ?
TOPIK 3 1. Untuk mengetahui konsep media promosi ? 2. Untuk mengetahui penggolongan media promosi ? 3. Untuk mengetahui memilih saluran media promosi ? 4. Untuk mengetahui karakteristik media promosi ? 5. Untuk mengetahui Bagaimana merancang mengembangkan berbagai jenis media promosi ? 6. Untuk mengetahui apa itu promosi ? 7. Untuk mengetahui evaluasi media promosi ?
TOPIK 4 1. Untuk mengetahui analisa komunitas ? 2. Untuk mengetahui diagnosa komunitas ?
7
3. Untuk mengetahui penyusunan fokus program ? 4. Untuk mengetahui analisa target ? 5. Untuk mengetahui pengembangan pelaksanaan program ? 6. Untuk mengetahui implementasi program ? 7. Untuk mengetahui eveluasi program ?
TOPIK 5 1. Untuk mengetahui kebutuhan pendidikan kesehatan dalam pelayanan kebidanan ?
TOPIK 6 1. Untuk mengetahui teknik menyusun SAP dan metode pembelajaran promosi
TOPIK 7 1. Untuk mengetahui pengertian etika ? 2. Untuk mengetahui pengertian moral ? 3. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dalam etika promosi kesehatan ?
BAB II TINJAUAN TEORI TOPIK 1 A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN
a.
WHO (1984)
WHO berdasarkan piagam ottawa (1986) dalam heri D.J.Maulana (2009) mendefinisikan promosi kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
8
individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan kesehatan berbasis filosofi yang jelas mengenai pemberdayaan diri sendiri.
b.
Kementrian / Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam
mengendalikan
faktor-faktor
kesehatan
mealalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan
yang bersumberdaya
masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan di dukung oleh kebijakan publik dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Keputusan Menteri Kesehatan No. 114/Menkes/SK/VIII/2005).
c.
Maulana (2009).
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan seseorang untuk meningkatkan control dan peningkatan kesehatannya. WHO menekankan bahwa promosi kesehatan merupakan suatu
kontrol
yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan dan meningkatkan
kesehatannya
berbasis
filosofi
yang
jelas
mengenai
pemberdayaan diri sendiri (Maulana, 2009).
d.
Lawrence Green (1984)
Lawrence Green mendefinisi promosi kesehatan sebagai berikut: Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Dari batasan ini jelas, bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.
9
Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.
e.
Ottawa Charter (1986)
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan bahwa: Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali atas kesehatannya, dan meningkatkan status kesehatan mereka. Dengan kata lain promosi kesehatan adalah upaya yang dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi kesehatan ini mencakup dua dimensi yakni “ kemauan” dan “ kemampuan”, atau tidak sekedar meningkatnya kemauan masyarakat seperti dikonotasikan oleh pendidikan kesehatan. Untuk mencapai status kesehatan yang paripurna baik fisik, mental dan kesejahteraan social, masyarakat harus mampu mengenal/mengidentifikasi dan mewujudkam aspirasinya, untuk memenuhi kebutuhannya, dan mengubah atau mengatasi keadaan lingkungannya.
f.
Pender (1996)
Promosi kesehatan dalah pemberian motivasi untuk meningatkan kesehatan individu dan mewujudkan potensi kesehatan individu. Secara umum promosi kesehatan adalah proses peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan yang disertai dengan upaya memfasilitasi perubahan perilaku dan merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan dalam individu, masyrakat dan lingkungan.
B. DETERMINAN KESEHATAN
10
Teori klasik oleh Blum (1974) mengatakan bahwa ada 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatn individu, kelompok/masyarakat. Empat determinan tersebut secara berturut-turut besarnya pengaruh terhadap kesehatan adalah: 1.
Lingkungan : berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan)
2.
Perilaku yang meliputi : sikap, kebiasaan, tingkah laku
3.
pelayanan kesehatan : promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasigenetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia
4.
Keturunan atau herediter : gen, hereditas yang menjadi sifat dasar setiap individu.
Determinan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana, dan prasarana, dsb), dan lingkungan non fisik, seperti lingkungan social, budaya, ekonomi, politik, dsb. Bila dianalisis lebih lanjut determinan kesehatan itu sebenarnya adalah semua factor diluar kehidupan manusia , baik secara individu, kelompok, maupun komunitas yang secara langsung atau tidak langssung mempengaruhi kehidupan manusia itu. Hal ini berarti, di samping determinan-determinan tersebut yang telah dirumuskan oleh Blum masih terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi atau
menentukkan
terwujudnya
kesehatan
seseorang,
kelompok
atau
masyarakat.
Faktor-faktor atau determinan yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam piagam Ottawa disebut persyaratan untuk kesehatan terdapat 9 faktor, yakni: 1. Perdamaian atau kemakmuran 2. Tempat tinggal 3. Pendidikan
11
4. Makanan 5. Pendapatan 6. Ekosisten yang stabil dan seimbang 7. Sumber daya yang berkesinambungan 8. Keadilan sosial 9. Pemerataan
C. PERKEMBANGAN DAN KETERKAITAN KESEHATAN MASYARAKAT, PELAYANAN KESEHATAN’ KESEHATAN DASAR, PENDIDIKAN KESEHATAN DAN PROMOSI Perkembangan Kesehatan Masyarakat (Notoatmojo, 2007) Perkembangan kesehatan masyarakat di uraikan menjadi perkembangan kesehatan masyarakat sebelum perkembangan ilmu pengetahuan (pre-scientific period) dan sesudah ilmu pengetahuan itu berkembang (scientific period)
a.
Pre-Scientific Period (sebelum perkembangan ilmu pengetahuan)
Berawal dari kebudayaan yang paling luas yakni babylonia, mesir, yunani dan roma dimana tercatat sebagai manusia yang telah melakukan usaha untuk penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dan penyakit, juga telah ditemukannya dokumen tertulis, bahkan peraturan tertulis yang mengatur tentang pembuangan air limbah, pengaturan air minum dan sebagainya. Pada permulaan abad pertama sampai kira kira abad ke 7 kesehatan makin dirasakan kepentingannya karena berbagai macam penyakit menular mulai menyerang sebagian besar penduduk dan telah menjadi epidemic bahkan di beberapa kota telah menjadi endemic, india sejak abad ke-7 menjadi pusat endemic penyakit kolera. Upaya untuk mengatasi endemic tersebut, orang telah mulai memperhatikan masalah lingkungan terutama hygiene dan sanitasi lingkungan.
12
Wabah pes yang paling dahsyat terjadi pada abad ke-14 di cina dan india, jumlah yang meninggal karena wabah pes di dunia pada waktu itu mencapai lebih dari 60.000.000 orang. Oleh sebab itu waktu itu di sebut dengan “The Black Death”. Keadaan ini berlangsung sampai abad ke-18.
b.
Scientific Period (periode ilmu pengetahuan)
Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 mempunyai dampak yang luas terhadap segala aspek kehidupan manusia, di sini pendekatan masalah kesehatan harus di lakukan secara komprehensif dan multisektoral. Pada abad ini juga mulai ditemukannya vaksin.
Penyelidikan dan upaya kesehatan masyarakat secara ilmiah mulai di lakukan di inggris pada tahun 1832, pada waktu itu sebagian besar rakyat inggris terserang epidemic kolera, sebagai ketua komisinya pada waktu itu Edwin chardwich yaitu seorang pakar social (social scientist). Pada akhir abad ke-19 dan awal abad mulai dikembangkannya pendidikan tenaga kesehatan yang professional oleh john Hopkins, memelopori berdirinya universitas yang di dalamnya terdapat fakultas kedokteran.
Pada tahun 1872 telah diadakan pertemuan orang orang yang mempunyai perhatian kesehatan masyarakat, baik dari universitas maupun dari pemerintah di kota new York. Pertemuan tersebut menghasilkan Assosiasi Kesehatan Masyarakat Amerika (American Public Health Association). Tujuan Kesehatan Masyarakat Tujuan Umum : Terciptanya keadaan lingkungan yang sehat, terberantasnya penyakit menular, meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang prinsip-prinsip kesehatan perseorangan, tersedianya berbagai usaha keseehatan yang dibutuhkan masyarakat yang terorganisir dan terlibatnya badan-badan kemasyarakatan dalam usaha kesehatan.
13
Tujuan Akhir : Terciptanya jaminan bagi tiap individu masyarakat untuk mencapai suatu derajat hidup yang cukup guna untuk mempertahankan kesehatan.
Perkembanagn pelayanan kesehatan Perkembangan pelayanan kesehatan masyarakat di indonesia telah berhasil meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengakibatkan golongan masyarakat yang berpendidikan dan menguasai informasi semakin bertambah sehingga mereka dapat memilih dan menuntut untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas (Sabarguna, 2004). Puskesmas sebagai salah satu pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai tugas pokok memberikan pembinaan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar. Saat ini distribusi puskesmas dan puskesmas pembantu sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan dasar telah lebih merata. Setiap puskesmas melayani 30.000 - 50.000 penduduk atau sekurang-kurangnya satu kecamatan mempunyai satu puskesmas. Untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan, setiap puskesmas dibantu oleh 3-4 puskesmas pembantu dan satu puskesmas keliling (DepKes RI, 2003). Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai dan harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan pada kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, semua pemberi pelayanan ditekan untuk menurunkan biaya pelayanan namun kualitas pelayanan dan kepuasan klien sekarang konsumen masih tetap menjadi tolok ukur (Benchmark) utama keberhasilan pelayanan kesehatan yang diberikan (Nurachmah, 2001 Menurut
Depkes
RI,
Pelayanan
Kesehatan
adalah
upaya
yang
menyelenggarakan perorangan atau bersama-sama dalam organisasi untuk
14
mencegah dan meningkatkan kesehatan, memelihara serta menyembuhkan penyakit dan juga memulihkan kesehatan perorangan, kelompok, keluarga dan ataupun publik masyarakat. Promotif, yaitu pemelihara dan peningkatkan kesehatan hal-hal ini sangat diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi. Preventif, yaitu pencegahan terhadap orang yang berisiko terhadap penyakit, terdiri dari : Preventif primer, yaitu terdiri dari program pendidikan, misalnya imunisasi, penyediaan nutrisi yang baik. Preventif sekunder, yaitu pengobatan penyakit tahap dini. Preventif tersier, yaitu diagnosa penyakit, pembuatan diagnosa dan pengobatan. Kuratif, yaitu penyembuhan penyakit Rehabilitasi, yaitu pemulihan dan proses pengobatan
Perkembahangan Promosi Kesehatan di Indonesia. Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di mulai program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975, dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan. Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari Konvesi Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya
15
perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah ini. a.
Sebelum Tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan).
Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan. Dalam program-program kesehatan Pendidikan Kesehatan hanya sebagai pelengkap pelayanan kesehatan, terutama pada saat terjadi keadaab kritis seperti wabah penyaki, bencana, dsb. Sasarannya perseorangan (individu), dengan sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang. b.
Periode Tahun 1965-1975.
Pada priode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat. Saat itu juga dimulainya
peningkatan
profesional
tenaga
melalui
program
Health
Educational Service (HES). Tetapi intervensi program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan. c.
Periode Tahun 1975-1985.
Istilahnya mulai berubah menjadi Penyuluh Kesehatan. Di Tingkat Departemen Kesehatan ada Diterektorat PKM. PKMD menjadi andalan program sebagai pendekatan Community Development. Saat itu program UKS di SD diperkenalkannya Dokter Kecil. Sudah mulai aktif membina dan memberdayakan
masyarakat.
Saat
itulah
Posyandu
lahir
sebagai
pusat
pemberdayaan dan mobilisasi masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku masyarakat tentang kesehatan. Misi dipengaruhi oleh Deklarasai Alma Ata. d.
Periode Tahun 1985-1995.
Dibentuklah Direktoral Peran Serta Masyarakat (PSM), yang diberi tugas memberdayakan masyarakat. Sirektoral PMK berubah menjadi Pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi, komunikasi, kampanye dan pemasaran
16
sosial bidang kesehatan. Saat itu pula PKMD menjadi Posyandu. Tujuan dari PKM dan PSM saat itu adalah perubahan perilaku. Pandangan (Visi) mulai dipengaruhi oleh ’Ottawa Charter’ tentang Promosi Kesehatan. e.
Periode Tahun 1995-Sekarang.
Istilah PKM menjadi Promosi Kesehatan. Bukan saja pemberdayaan kearah mobilisasi massa yang menjadi tujuan, tetapi juga kemitraan dan politik kesehatan (termasuk advokasi). Sehingga sasaran Promosi Kesehatan bukan saja perubahan perilaku tetapi perubahan kebijakan atau perubahan menuju perubahan sistem atau faktor lingkungan kesehatan. Pada Tahun 1997 diadakan konvensi internasional Promosi Kesehatan dengan tema ”Health Promotion Towards The 21’stCentury, Indonesian Policy for The Future” dengan melahirkan ‘The Jakarta Declaration’. Tujuan promosi kesehatan Tujuan utama promosi kesehatan adalah :
Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
Peningkatan perilaku masyarakat
Peningkatan status kesehatan masyarakat.
Menurut Green (1990), tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu : 1.
Tujuan program
Tujuan program merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan. 2.
Tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. 3.
Tujuan perilaku
Tujuan perilaku merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap.
17
Keterkaitan Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Kesehatan, Kesehata Dasar, Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan 1.
Promotif. Istilah promotif diartikan sebagai "peningkatan", hal tersebut
tidak terlepas dari asal mula digunakannya istilah promotif itu sendiri. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu indivudu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya, untuk mencapai kesehatan secara optimal. Sedangkan WHO (World Health Organization) yang merupakan organisasi kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merumuskan promosi kesehatan sebagai perluasan makna dari pendidikan kesehatan, sebagai berikut :
Promosi kesehatan adalah proses untuk kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. 2.
Preventif. Usaha pencegahan suatu penyakit lebih baik dari mengobati
suatu penyakit. Hal ini dikarenakan usaha pencegahan suatu penyakit akan memunculkan hasil yang lebih baik dan biaya yang lebih murah. 3.
Kuratif. Termasuk dalam tindakan ini adalah mengenal dan mengetahui
jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatan yang tepat dan segera. Tujuan utama dari usaha pengobatan (kuratif) adalah pengobatan yang setepat-tepatnya dan secepat-cepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera. 4.
Rehabilitatif. Proses rehabilitatif adalah usaha untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat, sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat sesuai dengan kemampuannya. Usaha rehabilitasi ini memerlukan bantuan dan pengertian dari seluruh anggota masyarakat untuk dapat mengerti dan memahami keadaan mereka (bekas penderita), sehingga memudahkan mereka (bekas penderita)
18
dalam proses penyesuaian dirinya dalam masyarakat dengan kondisinya yang sekarang ini.
D. LIMA RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN Ruang lingkup dalam promosi kesehatan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu: 1. Ruang Lingkup Berdasarkan Area Masalah Dilihat dari area masalah, ruang lingkup upaya promosi mencakup berbagai ideologi dari kesehatan dan penyakit seperti kesehatan ibu, kesehatan anak, penyakit infeksi dan penyakit infeksi menular, penyakit tidak menular, kecelakaan dan bencana, kesehatan manula. Pada saat ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan medical model. Pada model sosial, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata dengan mengobati penyakit yang merupakan akaibat dari masalah kesehatan.
2. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegahan Oleh karena masyarakat berada dalam berbagai status atau kondisi, maka promosi kesehatan harus bersifat komprehensif. Di dalam upaya kesehatan, dikenal 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark (1967): a. Pencegahan primer, yang terdiri dari: I. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion) II. Perlidungan khusus (specific protection) b. Pencegahan sekunder III. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment) IV. Pembatasan cacat (disability limitation) Pencegahan tertier: V. Rehabilitasi (rehabilitation)
19
3. Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Dasar Deklarasi Alma Ata (1978) yang terkenal dengan visi “Sehat untuk semua tahun 2000” menghasilkan konsep Pelayanan Kesehatan dasar (Primary Health Care), yang meliputi: Acute primary care; Health education; Health promotion; Disease surveilance and monitoring; Community Development. Sigerist (1945) mengkategorikan upaya-upaya seperti di atas menjadi 4 tingkat pelayanan dan menyebutnya sebagai fungsi kedokteran (Tones and Green, 2004: 14) a. Peningkatan derajat kesehatan (health promotion) b. Pencegahan penyakit (prevention of disease) c. Perawatan/pengobatan penyakit (curation of disease) d. Pemulihan dari sakit (rehabilitation)
4. Ruang lingkup aktivitas Diperluasnya peran Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan oleh WHO menggambarkan juga luasnya ruang lingkup aktivitas promosi kesehatan. Ottawa Charter mengemukakan 5 (lima) pilar utama/cara untuk mempromosikan kesehatan (yang bunyi pernyataannya sesungguhnya bersifat perintah), yaitu: a. Build Healthy Public Policy (Buat kebijakan publik yang sehat) b. Create Supportive Environment (Ciptakan lingkungan yang mendukung) c. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masyarakat) d. Develop Personal Skills (Kembangkan / tumbuhkan keterampilan pribadi) e. Reorient Health Services (Orientasi ulang pelayanan kesehatan).
5. Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (Health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice). Konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang dikembangkan Benjamin Bloom. Hal ini berguna untuk mengukur
20
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi: a.
Pengetahuan Kesehatan. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor
yang
terkait
dan
atau
mempengaruhi
kesehatan,
pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan. b.
Sikap terhadap kesehatan. Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c.
Praktek kesehatan. Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan
Secara sederhana ruang lingkup promosi kesehatan diantaranya sebagai berikut: a.
Promosi kesehatan mencakup pendidikan kesehatan (health education) yang
penekanannya
pada
perubahan/perbaikan
perilaku
melalui
peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan. b.
Promosi kesehatan mencakup pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c.
Promosi kesehatan adalah upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya pada penyebaran informasi.
21
d.
Promosi kesehatan merupakan upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e.
Promosi kesehatan mencakup upaya advokasi di bidang kesehatan.
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Menurut Prof.Dr.Soekidjo Notoadmodjo, ruang lingkup promosi kesehatan dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu: a. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi aspek pelayanan kesehatan Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni: a) aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan b) aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian ini, maka ruang llingkup pendidikan/promosi kesehatan juga dikelompokkan menjadi dua.
1)
Promosi Kesehatan pada aspek promotif
Sasaran promosi kesehatan pada aspek promotif adalah kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat di suatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau lebih meningkat lagi. Derajat kesehatan adalah dinamis, oleh sebab itu meskipun seseorang sudah dalam kondisi sehat, tetap perlu ditingkatkan dan dibina kesehatannya.
2)
Promosi Kesehatan pada aspek Pencegahan dan Penyembuhan
Pada aspek ini upaya promosi kesehatan mencakup 3 (tiga) upaya atau kegiatan, yakni:
22
a) Pencegahan tingkat pertama (Primary prevention) Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misanya kelompok ibu hamil dan menyusui, para perokok, obesitas (orang-orang yang kegemukan), para pekerja seks (wanita atau pria), dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit.
b) Pencegahan tingkat kedua (Secondary prevention) Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit kronis, misalnya asma, diabetes melitus, tuberkulosis, rematik, tekanan darah tinggi, dan sebagainya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.
c) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention) Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar mereka segera pulih kembali kesehatannya. Dengan kata lain menolong para penderita yang baru sembuh dari penyakitnya ini agar tidak menjadi cacat atau mengurangi kecacatan seminimal mungkin (rehabilitasi).
b. Ruang Lingkup berdasarkan Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan. Berdasarkan tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi atau pendidikan kesehatan, maka ruang lingkup promosi kesehatan ini dapat dikelompokkan menjadi: 1) Promosi Kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga) Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-
23
perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini. Karena orang tua, terutama ibu, merupakan peletak dasar perilaku dan terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka.
2) Promosi Kesehatan pada tatanan sekolah Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, dan sebagainya.
3) Promosi Kesehatan di tempat kerja Tempat kerja merupakan tempat orang dewasa memperoleh nafkah untuk keluarga. Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan nonfisik) akan mendukung kesehatan pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktifitas yang optimal. Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan menurunkan derajat kesehatan pekerjanya, dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu pemilik, pemimpin, atau menajer dari institusi tempat kerja termasuk perkantoran merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja.
4) Promosi Kesehatan di tempat-tempat umum Tempat-tempat umum di sini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota, dan sebagainya. Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus dilengkapi dengan fasilitas kebersihan
24
dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yang dimaksud, disamping melakukan imbauan-imbauan kebersihan dan kesehatan bagi pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan sebagainya.
5) Fasilitas Pelayanan Kesehatan Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup rumah sakit (RS), puskesmas, poliklinik, rumah bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, di mana rumah sakit atau puskesmas tidak menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau, tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebaginya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan ini. Mereka inilah yng bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau promosi kesehatan di institusinya. Kepada para pemimpin atau manajer institusi pelayanan kesehatan ini diperlukan kegiatan advokasi. Sedangkan bagi para karyawannya diperlukan pelatihan tentang promosi kesehatan. Beberapa rumah sakit memang telah mengembangkan unit pendidikan (penyuluhan) tersendiri yang disebut PKMRS (Penyuluhan/Promosi Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit).
c. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, promosi kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari Leavel and Clark. 1) Promosi kesehatan (Health Promotion) Dalam tingkat ini promosi kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi, kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan, dan sebagainya.
25
2) Perlindungan Khusus (Spesific Protection) Dalam program Imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini, promosi kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya, masih rendah.
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment) Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh layanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu, promosi kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.
4) Pembatasan Cacat (Disability Limitation) Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
sering
mengakibatkan
masyarakat
tidak
melanjutkan
pengobatannya sampai tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan sesuatu. Oleh karena itu promosi kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.
5) Rehabilitasi (Rehabilitation) Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, maka ia tidak atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan.
26
Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. Sering terjadi pula masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Oleh sebab itu jelas promosi kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.
E. VISI PROMOSI KESEHATAN
Visi dalam promosi kesehatan adalah apa yang diinginkan oleh promosi kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain. Visi umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang Kesehatan No. 23/1992 dan WHO, yaitu meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Promosi kesehatan terdapat di semua program kesehatan, misalnya pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, kesehatan ibu dan anak, serta program kesehatan lainnya dengan harapan adanya kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok dan masyarakat.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai visi tersebut disebut misi. Misi promosi kesehatan adalah upaya yang harus dilakukan untuk mencapai visi promosi kesehatan. Misi promosi kesehatan secara umum terbagi menjadi berikut ini.
a.
Advokat (Advocate)
Melakukan promosi berarti melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu didukung oleh kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan yang dikeluarkan oleh mereka.
27
b.
Menjembatani (Mediate)
Menjalin kemitraan dan bekerja sama dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan untuk melaksanakan program-program kesehatan.
c.
Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri. Sebagai contoh, pendidikan dan pelatihan dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga dengan cara memberikan keterampilan cara bertani, beternak, menjahit, bertanam obat-obat tradisional, dan sebagainya. Dengan meningkatnya pendapatan keluarga diharapkan kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga juga meningkat.
TOPIK 2 A. PENGERTIAN PERILAKU suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1)
dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)
2)
dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit)
28
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Pengertian perilaku menurut para ahli 1. Soekidjo Notoatmodjo, 1987 segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup.
2. Robert Y. Kwick , 1972 tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
3. Ensiklopedi Amerika suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula.
4. Skinner respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.teori Skinner disebutteori “S-O-R” ( Stimulus – Organisme – Respon).
B. BATASAN BENTUK DAN DOMAIN PERILAKU 1.
Batasan Bentuk
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
29
a.
Perilaku pasif (respons internal), perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada tindakan yang nyata. Contohnya : berpikir, berfantasi, berangan-angan,dll.
b.
Perilaku aktif (respon eksternal), perilaku yang sifatnya terbuka.Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati langsung, berupatindakan yang nyata seperti mengerjakan soal, melakukan aktifitas dll.
2.
Domain Perilaku
Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan (1908, dalam Notoatmodjo, 2007) membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), yaitu : 1. kognitif (cognitive) 2. afektif (affective) 3. psikomotor (psychomotor).
Meskipun perilaku dibedakan antara prilaku tertutup (covert), dan perilaku terbuka (overt) seperti telah diuraikan sebelumnya, tetapi sebenarnya prilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktifitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara factor internal dan eksternal. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan, membedakan adanya tiga area wilayah, ranah atau domain prilaku ini, yakni kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah prilaku sebagai berikut :
1. Pengetahuan (Knowledge)
30
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya). Dengan
sendirinya
pada
waktu
penginderaan
sampai
menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar penngetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda – beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu : a.
Tahu (Know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jawabannya adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes agepti dan sebagainya.
b.
Memahami (Comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar
dapat
menyebutkan,
tetapi
orang
tersebut
harus
dapat
menginterprestasiikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
c.
Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d.
Analisis (analysis)
Analisis
adalah
kemampuan
seseorang
untuk
menjabarkan
dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen – komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.
e.
Sintesis (Synthesis)
31
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuanyang dimiliki.
f.
Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang unhhtuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap objek tertentu.
2. Sikap (Attitude) Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu , yang sudah melibatkan factor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang – tidak senang, setuju – tidak setuju dan sebagainya) jadi jelas, disini di
katakana bahwa sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam
merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan kejiwaan yang lain. Komponen Pokok sikap : Menurut Allport (1945) sukap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu : a.
Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang ttersebut terhadap penyakit kusta.
b.
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya factor emosi) orang tersebut terhadap objek. Seperti contoh butir a tersebut, berarti bagaimana orang tersebut menilai penyakit kusta apakah penyakit yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan.
c.
Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau prilaku terbuka. Sikap adalah ancang – ancang untuk bertindak atau berprilaku terbuka
32
(tindakan). Misalnya, tentang contoh sikap terhadap penyakit kusta tersebut adalah apakah yang dilakukan seseorang apabila ia menderita penyakit kusta. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat – tingkat berdasarkan itensitasnya, sebagai berikut : a.
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).
b.
Menaggapi (responding) Menaggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi .
c.
Mmenghargai (valving) Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai positif yang terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.
d.
Bertanggung jawab Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawag terhadap apa yang diyakininya.
C. PROSES PERUBAHAN PERILAKU Pembentukan perilaku merupakan bagian yang sangat penting dari usaha mengubah perilaku seseorang. Berikut beberapa langkah yang perlu diambil untuk merubah perilaku: 1.
Menyadari.
Menyadari merupakan proses dimana seseorang membuat identifikasi tentang apa/ bagian mana yang diinginkan untuk diubah dan mengapa perubahan
33
tersebut diinginkan. Dalam hal ini perlu diingat bahwa kesadaran tersebut harus menyatakan keinginan bukan ketakutan. Contoh: a.
Seorang mahasiswa yang belajar di bidang kesehatan sebelumnya tidak peduli akan kebersihan diri dan perawatan dirinya. Setelah belajar tentang pentingnya perawatan dan kebersihan diri serta penyakit yang dapat ditimbulkan jika tidak adanya personal hygiene, maka siswa tersebut mulai peduli dengan kesehatan dirinya, kemudian dia akan mengaplikasikan bagaimana cara merawat kesehatan dirinya.
b.
Seorang mahasiswa kedokteran yang sedang meneliti tentang penyakit kista, menemukan bahwa salah satu penyebabnya adalah pola makan yang tidak sehat. Dalam penelitiannya mahasiswa ini benar-benar menghayati betapa pentingnya pola makan yang sehat dan seimbang bagi kesehatan seseorang. Karena itu, mahasiswa tersebut mulai menerapkan pola makan sehat dan seimbang.
2.
Mengganti
Setelah seseorang menyadari untuk merubah perilakunya, maka proses selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengganti. Mengganti merupakan proses melawan bentuk keyakinan, pemikiran, dan perasan yang diyakini salah. Contoh: a.
Dulu seorang bidan atau perawat melakukan perawatan tali pusat dengan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alkohol. Kemudian bidan atau perawat juga membungkus tali pusat. Ini dimaksudkan agar bayi terhindar dari adanya infeks pada tali pusat. Akan tetapi setelah adanya Evidence Based maka diketahui hal ini sebenarnya hal ini yang justru meningkatkan kemungkinan infeksi. Betadhine dan alkohol akan menyebabkan tali pusat lembab bahkan basah. Apalagi ditambah dengan pembungkusan tali pusat yang membuat tali pusat semakin basah dan tidak adanya pertukaran udara. Hal ini justru bgi bakteri dan kuman untuk
34
merupakan lingkungan yang baik bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak dan berpeluang besar menghakibatkan infeksi. Oleh karena itu kebiasaan merawat tali pusat dengan membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine atau alcohol diganti dengan perawatan tali pusat tanpa membungkus dan membubuhi tali pusat dengan betadhine ataupun alcohol. Kini perawatan tali pusat cukup dengan hanya membersihkan dengan air DTT dan mengeringkannya.
b.
Sebelum diketahui betapa pentingnya Inisiasi Menyusui Dini dan Bounding Attachment, ibu cenderung dipisahkan dengan bayinya pasca kelahiran bayinya tersebut. Ini dimaksudkan agar sang bayi tidak mengganggu istirahat ibu pasaca persalinan yang melelahkan. Akan tetapi, saat ini tidak lagi. Sebisa mungkin bidan atau tenaga kesehatan lain yang menolong persalinan akan berusaha untuk terciptanya IMD dan Bounding Attachment. Ini dilakukan karena sangat penting terciptanya keterikatan hubungan emosional ibu dan bayi segera setelah persalinan dan juga menginngat betapa besarnya keuntungan IMD bagi ibu dan bayinya.
3.
Mengintrospeksi
Mengintrospeksi merupakan proses dimana seseorang membuat penilaian mengenai apa yang sudah diraih dan apalagi yang perlu untuk dilakukan. Di samping itu instropeksi juga berguna untuk mendeteksi kadar self-excusing yang bisa jadi masih tetap ada dalam diri seseorang hanya karena lupa membuat elaborasi, analogi, atau interpretasi dalam memahami dan melaksanakan. Contoh: a.
Seorang ibu yang hamil anak keduanya, dia akan cenderung mengingat pengalaman hamil sebelumnya. Dia akan mencoba memperbaiki perilakunya saat hamil agar kehamilannya kali ini sama dengan kehamilan sebelumnya atau lebih baik dari sebelumnya. Contoh lainnya: jika sebelumnya
seorang ibu
melahirkan
bayi
prematur
maka
pada
35
kehamilannya yang selanjutnya dia akan mencari penyebabnya dan memperbaiki pola perilakunya saat kehamilan ini agar anaknya lahir dengan keadaaan aterm. b.
Dulu penghisapan lendir rutin pada BBL sering dilakukan dengan tujuan membantu proses pernafasan bayi. Tetapi setelah dinilai, hal ini tidak efektif. Penghisapan lendir bahkan dapat membahayakan jiwa bayi bila tidak dilakukan dengan benar.
D. TEORI PERUBAHAN PERILAKU
1.
Teori Stimulus – Organisme – Respons (SOR)
Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapatkan oleh setiap manusia. Dengan demikian pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah bervariatif dengan asumsi senantiasa manusia akan mendapatkan proses pengalaman atau mengalami. Proses pengetahuan tersebut menurut Brunner melibatkan tiga aspek, yaitu : a) Proses mendapatkan informasi baru dimana seringkali informasi baru ini merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan penyempurnaan informasi sebelumnya. b) Proses transformasi, yaitu proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. c) Proses mengevaluasi, yaitu mengecek apakah cara mengolah informasi telah memadai (Brunner dalam Suparno, 2001). Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek sikap. Ini berarti sikap seseorang akan keterampilan pada kesetujuanketidaksetujuan.
36
Keterampilan adalah aktivitas fisik
yang dilakukan seseorang yang
menggambarkan kemampuan kegiatan motorik dalam kawasan psikomotor. Seseorang dikatakan menguasai kecakapan motoris bukan saja karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar dan tepat waktu. Dalam hal ini terdapat kecenderungan terkoordinasikannya aktivitas fisik karena pengenalan dan kelenturan jasmani untuk digerakkan sesuai ketentuan gerakan yang mestinya dilakukan (Suparno, 2001). Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan
fungsi
mental
yang
bersifat
kognitif.
Pemaknaan
keterampilan dalam hal ini kemampuan sebagai level of competence, terdapat dua penggunaan istilah competence (y), yakni: 1.
Digunakan untuk merujuk pada area pekerjaan atas peranan yang mampu dilakukan
oleh
seseorang
dengan
kompeten
jadi
fokusnya
mendeskripsikan tugas-tugas pekerjaan dan output jabatan, kemudian disebut kompeten (competence). 2.
Digunakan untuk merujuk pada dimensi-dimensi perilaku yang berada di balik kinerja yang kompeten jadi fokusnya mendeskripsikan mengenai perilaku, sikap, dan karakteristik orang dalam melakukan berbagai tugas pekerjaan untuk menghasilkan outputjabatan yang efektif, outstanding, atau superior, kemudian disebut kompetensi (competency).
Berdasarkan teori SOR prilaku manusia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a.
Prilaku Tertutup (Covert Behavior)
b.
Prilaku tertutup terjadi apabila respons terhadap stimulus, tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable
37
behavior” atau “Covert behavior” yang dapat diukur dari pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu hamil tau pentingnya periksa hamil untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri (pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangganya dimana tempat periksa hamil yang dekat (sikap) c.
Prilaku Terbuka (Overt Behavior) Prilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau “observable behabior”. Contoh seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya kepuskesmas atau kebidan praktik, seorang penderita TB paru minum obat anti TB secara teratur, seorang anak menggosok gigi setelah makan. Contoh – contoh tersebut adalah berbentuk nyata, dalam bentuk kegiatan atau dalam bentuk praktik (practice)
2.
Teori Lawrence Green
Menurut Lawrence Green (1980) factor – factor yang menentukan prilaku sehingga menimbulkan prilaku yang positif adalah sebagai berikut. a.
Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Factor predisposisi merupakan factor anteseden terhadap prilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi prilaku, yang termasuk dalam factor ini adalah pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan pengalaman. Sebagai contoh : prilaku ibu hamil dalam meminum tablet Fe akan termotifasi apabila ibu hamil tersebut tahu manfaat dari tablet Fe. Kepercayaan ibu hamil terhadap tablet Fe dapat mencegah terjadinya anemia akan bertambah apabila ibu tersebut sudah punya pengalaman dari kehamilan pertama.
b.
Factor pemungkin atau pendukung (Enabling Factors) Factor pemungkin adalah factor antaseden terhadap prilaku yang memungkinkan motivasi atau aspirasi terlaksana, yang termasuk dalam factor ini adalah keterampilan, fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya prilaku seseorang atau
38
masyarakat. Sebagai contoh : ibu hamil akan mudah mendapatkan tablet Fe apabila tersedianya tablet Fe dipuskesmas atau rumah sakit.
c.
Factor penguat (reinforcing factors) Factor penguat merupakan factor penyerta prilaku atau yang datang sesudah prilaku itu ada. Hal – hal yang termasuk dalam factor ini adalah keluarga, teman, petugas kesehatan dan sebagainya. Sebagai contoh : ibu hamil akan teratur minum tablet Fe apabila dia didukung atau diingatkan oleh keluarga, suami dan sebagainya.
Tiap – tiap perilaku kesehatan dapat dilihat dari sebagai fungsi dari pengaruh ketiga factor yang dapat memengaruhi prilaku tersebut (predisposisi, pendukung dan penguat). Dengan kata lain, program penyebaran informasi kesehatan tanpa memperhatikan pengaruh dari factor ppredisposisi, factor pendukung, dan factor penguat tidak akan berhasil mempengaruhi perilaku.
Berdasarkan tiga factor determinan prilaku tersebut, maka kegiatan promosi kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga factor tersebut : a.
Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor predisposisi adalah dalam bentuk pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Tujuan kegiatan ini memberikan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat sehingga akan mempermudah terjadinya prilaku sehat mereka. Upaya ini dimaksudkan untuk meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai – nilai, dan sebagainya yang tidak kondusif bagi prilaku sehat.
b.
Kegiatan
promosi
pendukung/pemungkin
kesehatan adalah
yang
ditujukan
memberdayakan
untuk
factor
masyarakat
melalui
pengembangan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu memfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk berprilaku sehat.
39
c.
Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan pada factor penguat adalah dengan pelatihan – pelatihan kepada keluarga, tokoh, masyarakat untuk menguatkan prilaku yang sudah terbentuk.
3.
Teori “Dissonance” : Festinger
Perilaku seseorang pada saat tertentu karena adanya keseimbangan antara sebab atau alasan dan akibat atau keputusan yang diambil (conssonance). Apabila terjadi stimulus dari luar yang lebih kuat, maka dalam diri orang tersebut akan terjadi ketidak seimbangan (dissonance). Kalau akhirnya stilmulus tersebut direspons positif (menerimanya dan melakukannya) maka berarti terjadi perilaku baru (hasil perubahan), dan akhirnya kembali terjadi keseimbangan lagi (conssonance).
Rumus perubahan perilaku menurut Festinger: Terjadinya perubahan perilaku karena adanya perbedaan elemen kognitif yang seimbang dengan elemen tidak seimbang. Contoh: Seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya terjadi karena ketidak seimbangan antara keuntungan dan kerugian stimulus (anjuran perikasa hamil).
4.
Teori fungsi: Katz
Perubahan perilaku terjadi karena adanya kebutuhan. Oleh sebab itu stimulus atau obyek perilaku harus sesuai dengan kebutuhan orang (subyek).
Prinsip teori fungsi: a.
Perilaku merupakan fungsi instrumental (memenuhi kebutuhan subyek)
b.
Perilaku merupakan pertahanan diri dalam mengahadapi lingkungan (bila hujan, panas)
c.
Perilaku sebagai penerima obyek dan pemberi arti obyek (respons terhadap gejala sosial)
40
d.
Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dalam menjawab situasi.(marah, senang)
5.
Teori “Driving forces”: Kurt Lewin
Perilaku adalah merupakan keseimbangan antara kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan penahan (restraining forces). Perubahan perilaku terjadi apabila ada ketidak seimbangan antara kedua kekuatan tersebut. Kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan perilaku: a.
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatanpenahan tetap.
b.
Kekuatan pendorong tetap, kekuatan penahan menurun.
c.
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.
5. Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan Model perilaku ini dikembangkan pada tahun 50an dan didasarkan atas partisipasi masyarakat pada program deteksi dini tuberculosis. Analisis terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada program tersebut kemudian dikembangkan sebagai model perilaku. Health belief Model didasarkan atas 3 faktor esensial ; 1.
Kesiapan individu intuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.
2.
Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.
3.
Perilaku itu sendiri.
Ketiga faktor diatas dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan individu, serta pengalaman berhubungan dengan sarana & petugas kesehatan.
Kesiapan individu dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil
41
kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, dan adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku akan memberikan keuntungan. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku adalah perilaku itu sendiri yang dipengaruhi oleh karakteristik individu, penilaian individu terhadap perubahan yang di tawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomen-dasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba merubah perilaku yang serupa.
Menurut Rosenstock (1974, 1977), model ini dekat dengan Pendidikan Kesehatan Perilaku kesehatan merupakan fungsi dari pengetahuan dan sikap. Secara khusus bahwa persepsi sesorang tentang kerentanan dan kemujaraban pengobatan dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam perilaku kesehatannya Aspek-aspek pokok perilaku kesehatan menurut Rosenstock: a) Ancaman 1) Persepsi
tentang
kerentanan
diri
terhadap
penyakit
(atau
kesediaanmenerima diagnosa penyakit) 2) Persepsi tentang keparahan penyakit/kondisi kesehatannya
b) Harapan 1) Persepsi tentang keuntungan suatu tindakan 2) Persepsi tentang hambatan-hambatan untuk melakukan tindakan itu
c) Pencetus tindakan: 1) Media 2) Pengaruh orang lain 3) Hal-hal yang mengingatkan (reminders)
d) Faktor-faktor Sosio-demografi (pendidikan, umur, jenis kelamin/gender, sukubangsa)
42
e) Penilaian diri (Persepsi tentang kesanggupan diri untuk melakukan tindakan itu) Ancaman suatu penyakit dipersepsikan secara berbeda oleh setiap individu. Contoh: kanker. Ada yang takut tertular penyakit itu, tapi ada juga yang menganggap penyakit itu tidak begitu parah, ataupun individu itu merasa tidak akan tertular olehnya karena diantara anggota keluarganya tidak ada riwayat penyakit kanker. Keputusan untuk mengambil tindakan/upaya penanggulangan atau pencegahan penyakit itu tergantung dari persepsi individu tentang keuntungan dari tindakan tersebut baginya, besar/kecilnya hambatan untuk melaksanakan tindakan itu serta pandangan individu tentang kemampuan diri sendiri. Persepsi tentang ancaman penyakit dan upaya penanggulangannya dipengaruhi oleh latar belakang sosio-demografi si individu. Untuk menguatkan keputusan bertindak, diperlukan faktor pencetus (berita dari media, ajakan orang yang dikenal atau ada yang mengingatkan). Jika faktor pencetus itu cukup kuat dan individu merasa siap, barulah individu itu benarbenar melaksanakan tindakan yang dianjurkan guna menanggulangi atau mencegah penyakit tersebut. Health Belief Model menurut Becker (1979) ditentukan oleh : a.
Percaya bahwa mereka rentan terhadap masalah kesehatan
b.
Menganggap serius masalah
c.
yakin terhadap efektivitas pengobatan
d.
tidak mahal
e.
menerima anjuran untuk mengambil tindakan kesehatan
E. PENYEBAB PERUBAHAN PERILAKU Dalam perkembangannya, perilaku seseorang dapat berubah-ubah sesuai dengan
hal-hal
yang
memungkinkan
perubahan
itu
terjadi.
Dalam
perkembangannya di kehidupan, perilaku manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan ekstern yang memungkinkan suatu perilaku mengalami
43
perubahan. Berikut diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku pada manusia.
1)
Faktor Internal
Tingkah laku manusia adalah corak kegiatan yang sangat dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam dirinya. Faktor-faktor intern yang dimaksud antara lain jenis ras/keturunan, jenis kelamin, sifat fisik, kepribadian, bakat, dan intelegensia. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan secara lebih rinci seperti di bawah ini.
a.
Jenis Ras/ Keturunan
Setiap ras yang ada di dunia memperlihatkan tingkah laku yang khas. Tingkah laku khas ini berbeda pada setiap ras, karena memiliki ciri-ciri tersendiri.
b.
Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain cara berpakaian, melakukan pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional.
c.
Sifat Fisik
Kretschmer Sheldon membuat tipologi perilaku seseorang berdasarkan tipe fisiknya. Misalnya, orang yang pendek, bulat, gendut, wajah berlemak adalah tipe piknis. Orang dengan ciri demikian dikatakan senang bergaul, humoris, ramah dan banyak teman.
d.
Kepribadian
44
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
e.
Intelegensia
Intelegensia adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah dan efektif. Bertitik tolak dari pengertian tersebut, tingkah laku individu sangat dipengaruhi oleh intelegensia. Tingkah laku yang dipengaruhi oleh intelegensia adalah tingkah laku intelegen di mana seseorang dapat bertindak secara cepat, tepat, dan mudah terutama dalam mengambil keputusan.
f.
Bakat
Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai suatu kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus, misalnya berupa kemampuan memainkan musik, melukis, olah raga, dan sebagainya.
2) Faktor Eksternal
a.
Pendidikan
Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan rendah.
b.
Agama
45
Agama akan menjadikan individu bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai yangdiajarkan oleh agama yang diyakininya.
c.
Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat istiadat atau peradaban manusia. Tingkah laku seseorang dalam kebudayaan tertentu akan berbeda dengan orang yang hidup pada kebudayaan lainnya, misalnya tingkah laku orang Jawa dengan tingkah laku orang Papua.
d.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh untuk mengubah sifat dan perilaku individu karena lingkungan itu dapat merupakan lawan atau tantangan bagi individu untuk mengatasinya. Individu terus berusaha menaklukkan lingkungan sehingga menjadi jinak dan dapat dikuasainya.
e.
Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. TOPIK 3 A. KONSEP MEDIA PROMOSI 1.
Definisi Kata “media” berasal dari bahasa latin “medius” yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Secara harfiah dalam bahasa Arab,media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim atau penerima pesan. Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa, atau dicium untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.
46
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik melalui media cetak, elektronika, media luar ruang, sehingga pengetahuan sasaran dapat meningkat dan akhirnya dapat mengubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan.(Soekidjo,2005)
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan.
Penyuluhan adalah proses penyebarluasan informasi tentang ilmu pengetahuan, teknologi maupun seni. Sehingga media penyuluhan memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut : a.
Media penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam proses penyampaian pesan.
b.
Media penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat.
c.
Media
penyuluhan
menampilkan pesan
adalah
semua
informasi
sarana
yang ingin
atau
upaya
untuk
disampaikan oleh
komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. (Susilowati, 2016)
Alat peraga digunakan secara kombinasi, misalnya menggunakan papan tulis dengan foto dan sebagainya.Tetapi dalam menggunakan alat peraga,baik secara kombinasi maupun tunggal,ada dua hal yang harus diperhatikan,yaitu alat peraga harus mudah dimengerti oleh masyarakat sasaran dan ide atau gagasan yang terkandung didalamnya harus dapat
47
diterima oleh sasaran. Alat peraga yang digunakan secara baik memberikan keuntungan,antara lain : 1.
Dapat menghindari kesalahan pengertian /pemahaman atau salah tafsir
2.
Dapat memperjelas apa yang diterangkan dan dapat lebih mudah ditangkap. Apa yang diterapkan akan lebih lama diingat,terutama hal – hal yang
3.
mengesankan. 4.
Dapat menarik serta memusatkan perhatian.
5.
Dapat memberi dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan. (sumber, Mubarak 2012)
2.
Tujuan Media Promosi a.
Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c.
Media dapat memperjelas informasi
d.
Media dapat mempermudah pengertian
e.
Media dapat mengurangi komunikasi yang verbalistis
f.
Media dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap mata
g.
Media dapat memperlancar komunikasi (sumber, Mubarak 2012)
B. PENGGOLONGAN MEDIA PROMOSI Media dapat digolongkan menjadi dua,berdasarkan bentuk umum penggunaan dan berdasarkan cara produksi. a.
Berdasarkan bentuk umum penggunaan
1) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, leaflet majalah, buletin, tabloid, dll. 2) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, flip chart, transparansi, slide, film, dll.
48
b.
Berdasarkan cara produksi
1) Media cetak Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan – pesan visual.Pada umumnya terdiri atas gambaran sejumlah kata, gambar, atau foto dalam tata warna. Contohnya poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, stiker dan pamflet.Tujuan utamanya memberikan informasi dan menghibur.Kelebihan media cetak antara lain tahan lama,mencakup banyak orang,biaya tidak terlalu tinggi, tidak perlu energi listrik, dapat dibawa, mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya tidak dapat mensimulasi efek suara dan efek gerak serta mudah terlipat.
2) Media elektronik Media elektronik yaitu suatu media bergerak,dinamis dan dapat dilihat, didengar, dan dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika. Contohnya televisi, radio, film, kaset, CD, DVD, VCD, slide show, CD interaktif, dll. Kelebihan media elektronik antara lain sudah dikenal dimasyarakat,melibatkan semua panca indra,lebih mudah dipahami,lebih menarik
karena
adala
suara
dan
gambar.kelemahannya
biaya
lebih
tinggi,sedikit rumit,memerlukan listrik,perlu keterampilan.
3) Media luar ruang Media luar ruang yaitu suatu media yang penyampaian pesannya diluar ruang secara umum melalui media cetak dan elektronik secara statis. Contohnya papan reklame, spanduk, pameran, banner, TV layar lebar, dll. Kelebihannya sebagai informasi umum dan hiburan, melibatkan semua panca indra, lebih menarik karena ada suara dan gambar, penyajian dapat dikendalikan, jangkauan relatif luas. Kekurangannya biaya lebih tinggi, sedikit rumit, ada yang memerlukan listrik dan alat canggih, perlu kesiapan yang matang, perlu keterampilan penyimpanan. (sumber, Mubarak 2012)
C. MEMILIH SALURAN MEDIA PROMOSI
49
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran.Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas.Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda.Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan,frekuensi dan efektivitas pesan. (sumber, Mubarak 2012)
D. KARAKTERISTIK MEDIA PROMOSI 1.
Media Above Line (Media Lini Atas) a. Media Cetak Contoh: Surat kabar, majalah, tabloid Kelebihan : 1) Bersifat permanen karena penyampaian pesan dilakukan secara berulang-ulang sehingga ada pendalaman efek 2) Bersifat Space Organized sehingga isi lebih rinci dan mendalam 3) Komunikan dapat menentukan waktu dalam menikmati isi pesan 4) Repeatable, dapat di baca berkali-kali dengan menyimpannya atau menglipingnya. 5) Analisa lebih tajam, dapat membuat orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan.
Kelemahan : 1) Komunikan tidak mampu membaca 2) Menuntut kemauan membaca, jika reading habbitnya rendah akan sulit 3) Mahal 4) Memerlukan konsentrasi 5) Lambat, dari segi waktu media cetak adalah yang terlambat karena media cetak tidak dapat menyebarkan langsung berita yang terjadi kepada masyarakat dan harus menunggu turun cetak. Media cetak
50
sering kali hanya memuat berita yang telah disebarluaskan oleh media lainnya. 6) Tidak adanya audio, media cetak hanya berupa tulisan yang tentu saja tidak dapat didengar. 7) Visual yang terbatas, media cetak hanya dapat memberikan visual berupa gambar yang mewakili keseluruhan isi berita. 8) Produksi, biaya produksi yang cukup mahal karena media cetak harus mencetak dan mengirimkannya sebelum dapat dinikmati masyarakat.
b.
Media Radio
Media ini banyak diandalkan oleh masyarakat. Kelebihan : 1) Santai dan praktis 2) Daya langsung 3) Mengatasi bagi yang buta huruf 4) Bersikap akrab dan personal
Kekurangan : 1)
Hanya sekilas dengar
2)
Banyak gangguan
3)
Tidak dapat menyampaikan pesan yang kompleks
4)
Pesan kurang atraktif
c. Media Televisi Kelebihan : 1) Merekam dengan distorsi rendah 2) Digunakan secara berulang-ulang oleh audience yang heterogen 3) Mampu mgungkap peraaan dengan gambar, musik, maupun kata sehingga multiple effect 4) Mampu mengajak penonton sehingga pendekatan individu melalui tokoh 5) Dapat mengemukakan individu yang abstrak
51
Kekurangan : 1)
Mahal
2)
Komunikan dituntut intensitas perhatian
3)
Kurang akrab
d. Media Film Film meruapakan media yang bersifat menghibur, tapi dapat disisipi dengan pesan-pesan yang bersifat edukatif. Sasaran media ini adalah kelompok besar, dan kolosal. Kekurangan dan kelebihan sama dengan media televisi karena sifatnya yang audio visual. Kelebihan : 1) Merekam dengan distorsi rendah 2) Digunakan secara berulang-ulang oleh audience yang heterogen 3) Mampu mgungkap peraaan dengan gambar, musik, maupun kata sehingga multiple effect 4) Mampu mengajak penonton sehingga pendekatan individu melalui tokoh 5) Dapat mengemukakan individu yang abstrak
Kekurangan : 1) Mahal 2) Komunikan dituntut intensitas perhatian 3) Kurang akrab
2. Media Below The Line (Media Lini Bawah) a. Poster Berupa lembaran-lembaran cetak yang terdiri dari dua aspek yaitu aspek verbal (naskah dan teks) dan visual (ilustrasi). Poster juga bisa berupa selembar kertas dengan ketebalan tertentu yang isinya didesain sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian orang-orang yang melihatnya. Berisi pemberitahuan dengan pesan-pesan yang persuasive. Untuk itu poster harus
52
ditempatkan/ditempelkan di tempat-tempat umum/keramaian yang tentunya disesuaikan dengan jenis posternya, dalam hal ini adalah tempat-tempat yang berhubungan dengan dunia seni dan pendidikan. Lebih singkatnya poster dapat didefinisikan sebagai plakat berupa pengumuman atau iklan yang dipasang di tempat umum (WJS Poerwadarminta, 1986:783)
Poster adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Katakata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo.
Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak.
Kelebihan : 1) Bahasa singkat, sederhana, dan mudah dipahami 2) Menggunakan huruf besar sehingga tetap terlihat pada jarak jauh 3) Ilustrassi bervariasi, yang berupa gambar, foto, dan warna yang menarik 4) Pesan yang sederhana, misalnya menunjukan produk 5) Ukuran bervariasi, ada besar dan ada kecil 6) Wilayah sesuai keinginan
Kelemahan : 1) Luas jangkauan terbatas karena bersifat local
53
2) Tidak dapat memilah khalayak 3) Khalayak hanya melihat sepintas
b.
Leaflet
Berupa lembaran, tanpa lipatan, jumlah satu lembar, dan dirancang khusus. Merupakan jenis pamflet atau brosur yang paling populer. Biasanya terdiri dari satu lembar saja dengan cetakan dua muka. Namun yang khas dari leaflet adalah adanya lipatan yang membentuk beberapa bagian leaflet seolah-olah merupakan panel atau halaman tersendiri. Kualitas cetakan leaflet biasanya bagus, dibuat dengan desain yang menarik, dan berisi informasi yang lengkap baik berupa gambar maupun tulisan. Karena bentuknya lipatan, pembuatan leaflet biasanya memperhatikan sisi psikologi orang membuka leaflet, sehingga desainnya pun dibuat untuk memudahkan orang menerima informasi yang ada pada leaflet tanpa terlalu banyak membolak-balik leaflet. Dibanding dengan media promosi lain (booklet, katalog, flyer), leaflet sangat sering dijumpai karena bisa digunakan untuk bermacam hal misalnya mengenalkan produk, sebagai katalog mini atau booklet mini, profil perusahaan, dan lain sebagainya.
c. Bentuk Booklet Bentuk buku meskipun hanya satu lembar. Tetapi biasanya terdiri dari beberapa halaman dan seringkali memiliki sampul, halaman judul, dijilid baik secara sederhana menggunakan staples maupun dijilid dengan hiasan misalnya menggunakan ring. Sejumlah produk konsumen seperti barang elektronik (misalnya handphone), sering menyertakan buklet berisi spesifikasi produk atau penjelasan cara penggunaan (manual book) secara ringkas.
Booklet atau buklet yang
menyertai
barang
elektronik
kadang-kadang
memiliki jumlah halaman yang banyak dan tidak untuk habis dibaca dalam satu kali kesempatan. Album rekaman, seperti kaset atau CD sering
54
menyertakan buklet yang berisi lirik lagu, foto, dan nama-nama artis pendukung. Booklet yang biasanya terlihat seperti sebuah buku mini, bukan merupakan sarana beriklan secara langsung. Kelebihan leaflet dan booklet : 1) Dapat disimpan sehingga dapat dibaca berulang-ulang 2) Isinya dapat terperinci 3) Desain cetak, ilustrasi dibuat menarik 4) Mampu memilah khalayak
Kekurangan : 1) Adanya nir massa yaitu khalayak yang tidak tercover 2) Tidak cocok untuk audience dengan tingkat pendidikan rendah 3) Adanya eye catcher yaitu umpan menangkap mata tetapi tergantung ilustrasi, desain, jenis kertas, dan kualitas cetak.
E. MERACANG MENGEMBANGKAN Langkah – langkah dalam merancang pengembangan media promosi kesehatan adalah sebagai berikut : a.
Menetapkan tujuan
Tujuan harus realistis,jelas dan dapat diukur (apa yang diukur,siapa sasran yang akan diukur,seberapa banyak perubahan yang akan diukur,berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan).Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi.
b.
Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat
dan
dianggap
sangat
menentukan
keberhasilan
promosi
kesehatan.Tujuannya antara lain memberikan pelayanan yang sebaikbaiknya,memberikan kepuasan pada masing – masing segmen,menentukan
55
ketersediaan jumlah dan jangkauan produk,serta menghitung jenis dan penempatan media.
c.
Memposisikan pesan (positioning)
Memposisikan pesan adalah proses atau upaya menempatkan suatu produk perusahaan,individu atau apa saja kedalam alam pikiran sasaran atau konsumennya.Positioning memberikan citra.
d. Menentukan strategi positioning Identifikasi para pesaing,termasuk persepsi konsumen,menentukan posisi pesaing,menganalisis preferensi khalayak sasaran,menentukan posisi merk sendiri,serta mengikuti perkembangan posisi.
e.
Memilih media promosi
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran.Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas.Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda.Penggunaan beberapa media secara serempak dan terpadu akan meningkatkan cakupan,frekuensi dan efektivitas pesan. (sumber, Mubarak 2012)
F. PROMOSI Promosi/pendidikan kesehatan juga sebagau suatu proses dimana proses tersebut mempaunyai masukan (input) dan keluaran (output). beberapa contoh promosi pendidikan kesehatan melalui media ini, antara lain : 1.
Ceramah umum (public speaking) Pada acar-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat untuk pesan
kesehatan.
Safari
bentuk
pendekatan massa.
KB
juga
menyampaikan pesan-
merupakan
salah
satu
56
2.
Pidato-pidato/ diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
3.
Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa.
4.
Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa.
5.
Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa. Contoh : billboard Ayo ke Posyandu
G. EVALUASI MEDIA PROMOSI Evaluasi pada media promosi kesehatan pada dasarnya memiliki kesamaan dengan tahap evaluasi pada prosesnya secara umum.. Didalam tahapan evaluasi hal penting yang harus diperhatikan adalah standar ukuran yang digunakan untuk dijadikan suatu pedoman evaluasi. Standar ini diperoleh dari tujuan dan hasil yang diharapkan diadakannya suatu media tersebut. Contoh : a. Menimbulakan minat sasaran pendidikan b. Mencapai sasaran yang lebih banyak c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman d. Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain e. Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang diterima melalui indra. Menurut penelitian para ahli, indra yang paling
57
banyak menyalurkan pengetahuanke dalam otak adalah mata. Kurang lebih
75%
sampai
87%
dari
pengetahuan
manusia
diperoleh/disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% samapi 25% lainnyatersalur melalui indra lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat
visual
lebih
mempermudah
cara
penyampaian
dan
penerimaan informasi atau bahan pendidikan. g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Orng yang melihat sesuatu yang memang diperlukan tentu akan menarik perhatiaanya, dan apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan memberikan pengertian baru baginya, yang merupakan pendorong untuk melakukan/memakai sesuatu yang baru tersebut. h. Membantu menegakan pengertian yang diperoleh. Didalam menerima sesuatu yang baru, manusia mempunyai kecenderungan untuk melupakan atau lupa terhadap pengertian yang telah diterima. Untuk mengatasi hal ini alat bantu akan membantu menegakan pengetahuanpengetahuan yang telah diterima sehingga apa yang diterima akan lebih lama tersimpan didalam ingatan.
TOPIK 4 A. ANALISA KOMUNITAS Analisis
komunitas
berperan
dalam
mengidentifikasi
masalah
serta
menentukan tujuan. Analisis komunitas dapat berarti menelaah berbagai aspek baik berupa unsur-unsur internal yang melekat secara khas dalam kehidupan masyarakat, maupun unsur-unsur eksternal yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan kehidupan masyarakat secara umum.
58
Beberapa aspek yang menjadi sasaran dalam melakukan analisis komunitas, antara lain identifikasi anggota masyarakat, batas-batas geografis, kebutuhankebutuhan, kepentingan-kepentingan, aspirasi-aspirasi, motivasi-motivasi para anggotanya
dan
atau
efektifitas
sistem
pelayanan
kesehatan
yang
tersedia.Secara lebih rinci tahapan-tahapan dalam melakukan analisis komunitas adalah mengumpulkan informasi, mendefinisikan batas-batas, mendefinisikan latar belakang, menganalisis status kesehatan masyarakat termasuk analisis terhadap sistem perawatan kesehatan dan potensi keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan.
B. DIAGNOSA KOMUNITAS Pada tahap selanjutnya dilakukan diagnosis masyarakat untuk menentukan kondisi kesehatan masyarakat, menentukan pola pelayanan kesehatan di masyarakat,
menentukan
hubungan
antara
status
kesehatan
dan
pelayanan/perawatan kesehatan serta mengidentifikasi dan menentukan determinan-determinan dari problem utama yang berkaitan dengan kebutuhan dan sumberdaya kesehatan dalam masyarakat bersangkutan.
C. PENYUSUNAN FOKUS PROGRAM 1. Identifikasi Masalah, Potensi dan Analisis Situasi 2. Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu : a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat b. Peningkatan perilaku masyarakat c. Peningkatan status kesehatan masyarakat
3.
Menentukan Sasaran Promosi Kesehatan
Di dalam promosi kesehatan yang dimaksud dengan sasaran adalah
59
kelompok sasaran, yaitu individu, kelompok maupun keduanya.
4.
Menentukan Isi/Materi Promosi Kesehatan
Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu buat menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
5.
Menentukan Metode
a.
Pengetahuan : penyuluhan langsung, pemasangan poster, spanduk, penyebaran leaflet, dll.
b.
Sikap : memberikan contoh konkrit yang dapat menggugah emosi, dan sikap sasaran, misalnya dengan memperlihatkan foto, slide atau melalui pemutaran film/video.
c.
Keterampilan : sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba keterampilan tersebut.
d.
Pertimbangkan sumber dana & sumber daya.
e. 6. Menetapkan Media a. Teori pendidikan : belajar yang paling mudah adalah dengan menggunakan media. b. Media yang dipilih harus bergantung pada jenis sasaran, tk pendidikan, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber daya yang ada. 7. Menyusun Rencana Evaluasi Rencana evaluasi harus dijabarkan yaitu mengenai kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan dievaluasi & siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.
8. Menyusun Jadwal Pelaksanaan Penjabaran dari waktu,tempat & pelaksanaan yang biasanya disajikan dalam bentuk gan
chart
(Listyaningrum,
2008).
60
Setelah
melalui
tahapan
perencanaan,
selanjutnya
dilakukan
tahap
implementasi Program promosi kesehatan.
D. ANALISA TARGET Analisa target penting untuk memastikan bahwa promosi kesehatan yang akan dilakukan terfokus pada prioritas kerja yang sesuai dengan tujuan/goal yaitu memberikan layanan keperawatan terbaik pada klien meliputi individu, kelompok maupun masyarakat. Analisa target diperlukan dalam promosi kesehatan karena perencanaan menyediakan cara untuk memandu pilihan sehingga keputusan yang dibuat mewakili cara terbaik untuk mencapai target yang diinginkan. Pendekatan rasional menunjukkan bahwa seluruh jajaran atau option
harus
diidentifikasi
dan
dipertimbangkan
sebelum
program
komprehensif disusun. Model perencanaan rasional (Rational planning model) memberika pedoman pilihan dalam mengambil keputusan yang mewakili langkah terbaik untuk mencapai tujuan yang akan dicapai. Perencanaan memiliki keuntungan supaya tujuan yang akan dicapai jelas oleh karena itu dalam tahap perencanaan memerlukan: 1.
Pengkajian kebutuhan promosi kesehatan
2.
Penentuan tujuan mengenai apa yang akan dicapai
3.
Penentuan taget berhubungan dengan tepat hasil. Target harus SMART; Sesific, Measurable, Achieveable, Realistic, Time-limited
4.
Pemilihan metode atau strategi yang akan digunakan dalam pencapaian tujuan
E. PENGEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM Langkah-langkah
dalam
merancang
pengembangan
program
promosi
kesehatan adalah sebagai berikut : 1.
Menetapkan tujuan
61
Tujuan harus realistis, jelas, dan dapat diukur (apa yang diukur, siapa sasaran yang akan diukur, seberapa banyak perubahan akan diukur, berapa lama dan dimana pengukuran dilakukan). Penetapan tujuan merupakan dasar untuk merancang media promosi dan merancang evaluasi.
2.
Menetapkan segmentasi sasaran
Segmentasi sasaran adalah suatu kegiatan memilih kelompok sasaran yang tepat dan dianggap sangat menentukan keberhasilan promosi kesehatan. Tujuannya
antara
lain
memberikan
pelayanan
yang
sebaik-baiknya,
memberikan kepuasan pada masing-masing segmen, menentukan ketersediaan jumlah dan jangkauan produk, serta menghitung jenis dan penempatan media.
3.
Memilih media promosi kesehatan
Pemilihan media didasarkan pada selera khalayak sasaran. Media yang dipilih harus memberikan dampak yang luas. Setiap media akan memberikan peranan yang berbeda. Penggunaan beberapa media secara seremoak dan terpadu akan meningkatkan cakupan, frekuensi, dan efektivitas pesan.
F. IMPLEMENTASI PROGRAM Implementasi Program Promosi Kesehatan 1.
Persiapan Pelaksanaan Meliputi persiapan alat pendukung dan media fasilitasi dalam program promosi kesehatan.
2.
Implementasi Kegiatan a.
Melaksanakan kegiatan pelatihan yang berkaitan dengan promosi
kesehatan (apabila ada rencana pelatihan dalam Rencana Kerja Masyarakat).
62
b.
Melaksanakan kegiatan program promosi kesehatan dengan
sasaran yang telah ditentukan.
G. EVALUASI PROGRAM Hawe et al.(1998) mengatakan evaluasi adalah proses yang memungkinkan kita untuk menetapkan kebenaran atau nilai dari sesuatu. Evaluasi meliputi dua proses yaitu: observasi (pengamatan) dan pengukuran, serta membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria atau standar yang dianggap merupakan hal yang baik. Evaluasi juga meliputi pengamatan dan pengumpulan hasil pengukuran tentang operasionalisasi program dan pengaruh progam terhadap masalah dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan program (Masyuni, 2010). Monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan dilaksanakan secara terus menerus dan kontinyu untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan (target) program promosi kesehatan. a.
Mengetahui Kemajuan Perubahan Secara Fisik dengan menggunakan peta sosial,
b.
Memeriksa Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan dengan menggunakan tabel perencanaan yang disusun berdasar data dalam RKM, untuk mengetahui apakah jenis dan volume kegiatan yang direncanakan, pada saat ini sudah dilaksanakan.
c.
Evaluasi Perubahan Perilaku Secara Partisipatif (pada target sasaran)
d. Monitoring Kesinambungan
63
TOPIK 5 KEBUTUHAN
PENDIDIKAN
KESEHATAN
DALAM
PELAYANAN
KEBIDANAN A. KONSEP KEBUTUHAN INDIVIDU DAN KELOMPOK 1. Konsep Kebutuhan Individual (Perorangan)
64
Dalam memenuhi kebutuhan individu pendidikan kesehatan harus dilakukan agar dapat tercapai dengan menggunakan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja memperoleh / mendengarkan penyuluhan kesehatan.
Pendekatan yang digunakan agar ibu tersebut menjadi akseptor yang lestari atau ibu hamil tersebut segera minta imunisasi maka harus didekati perorangan. Perorangan disini tidak hanya berarti kepada ibu-ibu yang bersangkutan tetapi mungkin juga kepada suami atau keluarga dari ibu tersebut.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta membantunya maka perlu menggunakan metode (cara ini). Bentuk dari pendekatan ini, antara lain : 1) Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance and Counseling) Dengan cara ini, kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh perhatian, akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku).
2) Interview (Wawancara) Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang
65
akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian atau kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2.
Konsep Kebutuhan Kelompok
Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan. 1) Kelompok Besar Sasarannya berjumlah lebih dari 15 orang, dapat menggunakan metode ceramah dan seminar. a) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah. Persiapan :Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri.Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan :Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara yang cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan) tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat.
66
b) Seminar Metode ini digunakan untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting
2)
Kelompok Kecil Peserta kegiatan dalam kelompok kecil berjumlah kurang dari
15 orang. a) Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadaphadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama
sehingga
tiap
anggota
kelompok
mempunyai
kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk memulai diskusi, pemimpin diskusi harus memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic yang dibahas. Agar terjadi diskusi
yang
hidup
maka
pemimpin
kelompok
harus
mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
b) Curah pendapat (Brain Storming)
67
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sana dengan metode diskusi kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
c) Bola Salju (Snow Bailing) Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung menjadi satu. Msreka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
d) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group) Kelompok
langsung
dibagi
menjadi
kelompok-kelompok
kecil (buzz group) yang kemudian diberi suatu permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masingmasing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
e) Bermain peran (Role Play)
68
Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota
masyarakat.
Mereka
memperagakan,
misalnya
bagaimana interaksi atau berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
f)
Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk
permainan
seperti
permainan
monopoli.
Cara
memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
B. KEBUTUTAN PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN Menurut Malcolm S Knowless, kebutuhan pendidikan adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh seseorang guna kelangsungan hidupnya, organisasi yang dimasuki, atau untuk kelangsungan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan pendidikan adalah kebutuhan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo. S ( 2003 : 20 ), pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Sedang dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik.
69
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya. Pendidikan kesehatan dianggap sebagai komponen promosi kesehatan ( Kolbe, 1988, De Leeuw 1989, Schmidt dkk., 1990, Kok dkk., 1990 ). Menurut Tones dalam De Leeuw (1989), pendidikan kesehatan berfungsi membangkitkan keinsyafan dalam masyarakat tentang aspek-aspek kerugian kesehatan lingkungan dan sumber-sumber sosial penyakit, yang secara ideal diikuti dengan keterlibatan masyarakat dengan giat. Pendidikan kesehatan berusaha membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka dengan memengaruhi, memungkinkan, dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri. Ada beberapa alasan mengapa pendidikan kesehatan itu penting dan perlu diberikan, antara lain : 1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat, dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yg optimal. 2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yg sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. 3. Agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yg dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yg ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yg tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
70
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, salah satu alasan pentingnya pendidikan kesehatan adalah tercapainya perubahan prilaku baik individu, keluarga, dan masyarakat. Perubahan prilaku ini adalah menuju prilaku kesehatan. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Masyarakat memiliki beberapa macam perilaku terhadap kesehatan. Perilaku tersebut umumnya dibagi menjadi dua, yaitu perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat yaitu perilaku seseorang yang sehat dan meningkatkan kesehatannya tersebut. Perilaku sehat mencakup perilaku-perilaku dalam mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau masalah, atau penyebab masalah (perilaku preventif). Contoh dari perilaku sehat ini antara lain makan makanan dengan gizi seimbang, olah raga secara teratur, dan menggosok gigi sebelum tidur. Yang kedua adalah perilaku sakit. Perilaku sakit adalah perilaku seseorang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior). Perilaku ini mencakup tindakan- tindakan yang diambil seseorang bila terkena masalah kesehatan untuk memperoleh kesembuhan melalui sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
Kok dkk. (1990) mengungkapkan bahwa pendidikan kesehatan dilandasi dengan motivasi, dengan mengubah tiga faktor penentu perilaku, yaitu sikap, pengaruh sosial, dan kemampuan lewat komunikasi.
71
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan kesehatan, tempat dalam memberikan pendidikan kesehatan dapat berlangsung diberbagai tempat, sehingga dengan sendirinya sasaranya juga berbeda. Misalnya : 1. Pendidikan kesehatan di keluarga 2. Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran guru dan murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan sekolah 3. Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien 4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan 5. Pendidikan kesehatan di tempat umum, misalnya pasar, tempat ibadah, terminal, dsb
C. TEKNIK IDENTIFIKASI KEBUTUHAN Identifikasi berasal dari kata “ identify ” yang artinya meneliti, menelaah. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari, menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan informasi dari lapangan. Jadi, identifikasi kebutuhan adalah kegiatan yang mencari/menemukan kebutuhan yang diperlukan oleh individu atau masyarakat.
Sebelum mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, harus memahami masyarakat secara menyeluruh dan himpun dan ukur seluruh informasi dasar mengenai masyarakat. Hal ini dilakukan, agar bisa mengetahui kebutuhan yang diperlukan masyarakat. Dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, ada beberapa teknik yang dilakukan, antara lain : a.
Memanfaatkan rapat – rapat perangkat desa yang dilaksanakan pada setiap desa
72
b.
Mengikuti rapat dengar pendapat yang biasanya dilaksanakan di tingkat kecamatan dimana setiap kepala desa berkumpul pada acara tersebut.
c.
Memanfaatkan pertemuan kader kesehatan.
d.
Kotak saran juga dapat di gunakan untuk menampung aspirasi masyarakat
e.
Melakukan survey aspirasi kebutuhan masyarakat ( bisa dilakukan dengan metode terbuka atau metode tertutup dengan sudah kita siapkan pertanyaannya ). Grup diskusi internal yang memanfaatkan komunitas – komunitas kecil dalam
f.
masyarakat.
Setelah mengindentifikasi kebutuhan masyarakat, kemudian merangkum dan menganalisa kebutuhan tersebut, setelah itu menetapkan kegiatan yang akan dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut ewles dan simnett (1994), empat hal yang perlu dipertimbangkan antara lain ruang lingkup tugas, perimbangan antara bersikap reaktif dan proaktif, sejauh mana menempatkan kepentingan klien terlebih dahulu. a.
Ruang lingkup tugas Bagi sebagian petugas, tugas mengidentifikasi kebutuhan dalam batas tertentu telah dilakuakan. Contoh seorang bidan telah melakukan pelayanan yang berorientasi pada pasien yang bersangkutan, tentu saja ia perlu mengidentifikasi dan memberi tanggapan terhadap kebutuhankebutuhan individual setiap pasien.
Semua promotor kesehatan memerlukan kompetensi untuk bersikap responsive terhadap kebutuhan promosi kesehatan dari klien mereka. Meskipun promotor kesehatan mampu melakukan kegiatan tertentu, tetapi perlu mempertimbangkan apakah kegiatan tersebut dalam ruang lingkup tugasnya sebagai promotor kesehatan.
b.
Reaktif dan proaktif
73
Dalam mengidentifikasi kebutuhan, perlu dibedakan antara reaktif dan proaktif. Bersikap reaktif adalah memberi tanggapan (bereaksi) terhadap kebutuhan-kebutuhan dan permintaaan orang lain. Bersikap proaktif berarti mengambil inisiatif dan keputusan tentang kawasan pekerjaan yang akan dilakukan. Individu dapat mengatakan “tidak” terhadap permintaan orang lain jika permintaan itu tidak cocok dengan kebijakan dan prioritas anda.
Bersikap reaktif dan proaktif berhubungan dengan pendekatanpendekatan promosi kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan pendekatan berpusat pada klien berarti bersikap reaktif terhadap kebutuhan yang dinyatakan klien, sedangkan pendekatan perubahan prilaku atau medical berarti bersikap proaktif. Dalam praktik selalu ada perimbangan yang harus diterima antara bersikap proaktif dan proaktif.
c.
Menempatkan kebutuhan penggunaan atau sasaran lebih dulu Kebutuhan siapa yang harus didahulukan, pihak pengguna(sasaran) atau pemberi layanan ? mungkin terdapat konflik diantara keduanya seperti sasaran ingin pelayanan KB buka hari sabtu, tetapi pihak pemberi layanan tidak dapat melakukannya karena kesulitan memperoleh staf yang bekerja di akhir minggu. Meski demikian, terdapat beberapa kecenderungan yang berupaya menempatkan pandangan dan kebutuhan pihak pengguna atau sasaran sebagai pusat kegi beriatan pelayangan promosi keseahatan, antara lain sebagai berikut : 1) Penekanan pada pemakai sebagai individu yang unik 2) Kecenderungan professional bermitra dengan sasaran 3) Penekanan pada peningkatan penyediaan dan jangkauan terhadap pelayanan yang mempromosikan kesehatan 4) Kecenderungan
kearah
pendekatan
berorientasi
klien
dalam
penyuluhan lesehatan, dengan pemberdayaan diri klien sebagai tujuan.
74
5) Kecenderungan partisipasi pengguna dalam perencanaan dan evaluasi kegiatan-kegiatan promosi kesehatan.
Cara paling penting dalam menetapkan kegiatan-kegiatan yang lebih responsive bagi pengguna dan penerima adalah memberi kesempatan kepada mereka untuk mengendalikan diri terhadap apa yang terjadi dalam dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pemahaman dan pengertian pada pengguna dan penerima berkaitan dengan ruang lingkup kebutuhan promosi kesehatan. Tahapan atau prosedur penerapan teknik identifikasi meliputi : 1) Common sense approach (Swich dan Diggens) langkah-langkah pokoknya adalah: a) identifikasi kebutuhan (memilih prioritas kebutuhan) b) menyusun dan mengkomunikasikan kebutuhan kebutuhan tersebut kepada kelompok awan dan profesional c) memilh program pada tahap percobaan d) pengembangan suatu on-going evaluation process untuk menjamin penyempurnaan program secara terus-menerus
2) Goal-ratting (Britingham) langkah-langkah pokoknya adalah: a) Membuat daftar yang mencakup semua tujuan yang mungkin b) Menetapkan kepentingan relatif masing-masing c) Menilai tingkat pencapaian tujuan oleh program yang ada (mengidentifikasi kesenjangan) d) Menetukan kesenjangan mana yang paling perlu untuk diperbaiki.
3) Grass root approach Pengalaman Departemen Kesehatan dan Pendidikan Amerika mengemukakan bahwa keberhasilan suatu identifikasi kebutuhan, besar atau kecil, menuntut sembilan langkah berikut:
75
a) Identifikasi orang dan peranannya b) Menyamakan bahasa c) Merumuskan tujuan-tujuan dan concerns d) Menemukan kebutuhan-kebutuhan e) Mengukur dan memperingkat kebutuhan f)
Menetapkan prioritas
g) Menentukan fisibilitas pemenuhan kebutuhan h) Merencanakan program ( tujuan - tujuan operasional dan prosedur) i)
Penilaian kembali secara kontinyu.
D. SURVEY KEBUTUHAN Survey merupakan penelitian yang mengumpulkan informasi dari suatu sampel dengan menanyakan melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi (Faenkel dan Wallen, 1990). Survey merupakan
salah
satu
jenis
penelitian
yang
banyak dilakukan oleh peneliti dalam bidang sosiologi, bisnis, politik, pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan. Tujuan dari survey, antara lain : 1. Mencari informasi faktual secara mendetail yang sedang menggejala 2. Mengindentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapat justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan 3. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan oleh orang – orang yang menjadi sasaran penelitian dalam memecahkan masalah, sebagai bahan penyusunan rencana dan pemganbilan keputusan dimasa mendatang.
SPKP adalah survei panel yang diadakan secara berturut-turut selama tiga tahun. Survei ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan pelayanan
76
kesehatan dan pendidikan di Indonesia selama tiga tahun, dimulai dari tahun 2007, 2008 dan 2009. Secara umum, survei ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi pelayanan kesehatan ibu hamil/melahirkan dan bayi/balita, serta pendidikan wajib belajar 9 tahun. a.
Gambaran tentang Kecamatan SPKP Pada tahun 2007, survey panel ini mengumpulkan data di 6 propinsi, yaitu: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara dan Gorontalo. Dari 6 propinsi dipilih 668 kecamatan. Untuk kepentingan analisa, kecamatan SPKP dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1) Kecamatan Komunitas adalah kecamatan yang sampel rumah tangganya menggambarkan kondisi umum rumah tangga pada kecamatan tersebut. 2) Kecamatan Rumah Tangga adalah kecamatan yang sampel rumah tangganya mewakili gambaran rumah tangga miskin di kecamatan tersebut.
Pada tahun 2008, survey ini hanya mengunjungi kecamatan Komunitas. Sementara pada tahun 2009, survey ini akan mengunjungi kembali seluruh dari kecamatan pada tahun 2007. Bilamana terjadi pemekaran wilayah kecamatan selama tahun survey (2007-2009), untuk menjaga kekonsistenan data, maka pemekaran wilayah tersebut diabaikan.
b.
Gambaran tentang Desa/Kelurahan SPKP Di setiap kecamatan SPKP dipilih maksimum 8 desa/kelurahan secara random. Setiap desa/kelurahan ini dikunjungi kembali pada tahun 2008 (untuk kecamatan komunitas) dan pada tahun 2009 (untuk kecamatan komunitas dan kecamatan rumah tangga). Dengan demikian, pada tahun 2009 ini tidak ada desa/kelurahan yang baru. Seperti juga kecamatan, untuk menjaga kekonsistenan data, maka pemekaran desa/kelurahan di wilayah sampel SPKP diabaikan.
77
c.
Gambaran tentang Rumah Tangga SPKP Jumlah rumah tangga yang harus diwawancarai di setiap kecamatan adalah 40 rumah tangga atau rata-rata 5 rumah tangga di setiap desa/kelurahan. Pada tahun 2008, 20 rumah tangga tahun 2007 di kecamatan komunitas dikunjungi ulang, sementara 20 rumah tangga dipilih baru. Hal yang sama juga akan berlaku pada tahun 2009 untuk rumah tangga di kecamatan komunitas. Sementara itu, di kecamatan rumah tangga, seluruh rumah tangga tahun 2007 akan dikunjungi ulang. Untuk keperluan analisa, pada tahun 2009 ini kemungkinan akan ditambahkan sejumlah rumah tangga di kecamatan-kecamatan tertentu dari kecamatan komunitas dan rumah tangga.
d.
Gambaran tentang Anggota Rumah Tangga SPKP Anggota rumah tangga SPKP yang diwawancarai hanya yang memenuhi persyaratan buku Individu saja, sebagai berikut: Buku 1B: untuk wanita usia 16-49 tahun Buku 1C: untuk anak usia 6 – 15 tahun Buku 1D: untuk bayi usia 0 – 36 bulan Persyaratan umur ini tidak berlaku untuk anggota rumah tangga di rumah tangga panel yang telah diwawancarai per buku pada tahun 2007. Semua anggota rumah tangga yang telah diwawancarai buku 1B, 1C atau 1D pada tahun 2007 atau 2008 akan diwawancarai ulang pada tahun 2009 ini minimal dengan buku yang sama pada tahun 2009 ini.
e.
Gambaran tentang Fasilitas SPKP Fasilitas kesehatan yang harus diwawancarai adalah Puskesmas, Bidan desa/praktik swasta dan Posyandu. Untuk fasilitas pendidikan adalah SMP/MTS dan SD/MI baik negeri maupun swasta.
78
TOPIK 6 TEKNIK MENYUSUN SAP DAN METODE PEMBELAJARAN PROMOSI A. MEMILIH KEBUTUHAN Saat melakukan pengkajian promosi kesehatan, perawat perlu menentukan prioritas. Hirarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna untuk menetukan prioritas. Hirarki tentang kebutuhan
79
manusia mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkat. Tingkat pertama atau tingkat paling dasar mencakup kebutuhan seperti udara, air, dan makanan. Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan. Tingkat ketiga mengandung kebutuhan dicintai dan memiliki. Tingkat keempat mengandung kebutuhan dihargai dan harga diri. Tingkat kelima adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Lain halnya dengan Bradshaw (1972), Bradshaw secara umun mengunakan suatu taksonomi yang membedakan kebutuhan kesehatan dan sosial menjadi empat tipe kebutuhan, yaitu: a.
Kebutuhan normatif: Didasarkan pada pertimbangan ahli profesional. Contohnya perencanaan karir, keuangan, asuransi, dan liburan.
b.
Kebutuhan yang dirasakan: Kebutuhan yang diidentifikasi sebagai apa yang mereka inginkan. Tergantung pada kesadaran dan pengetahuannya
c.
Kebutuhan yang dinyatakan: Kebutuhan yang dirasakan yang telah diubah menjadi permintaan yang terungkap (demand), biasanya berupa keinginan. Kebutuhan ini bisa bertentangan dengan kebutuhan normatif.
d.
Kebutuhan Komparatif: Kebutuhan dengan membandingkan diantara kelompok yang sama.
Empat (4) kunci yang perlu dipertimbangkan dalam mengidentifikasi kebutuhan: a.
Ruang lingkup tugas;
b.
Reaktif atau proaktif;
c.
Menempatkan kebutuhan klien lebih dulu;
d.
Pendekatan pemasaran
Pada promosi kesehatan perawat lebih banyak berperan sebagai fasilitator self-care dibandingkan pemberi asuhan keperawatan. Proses pengkajian ditujukan untuk mengkaji klien, termasuk individual client, keluarga atau
80
komunitas dan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kekuatan serta sesuai dengan hasil (Roberta Hunt, 2005).
B. MENYUSUN TIU DAN TIK Merupakan rumusan tujuan dan pokok-pokok isi pendidikan. Di dalamnya tertulis komponen-komponen sebagai berikut: a.
Tujuan Instruksional Umum (TIU) TIU atau tujuan akhir : berisi kompetensi umum yang diharapkan dapat dikuasi, didemonstrasikan, atau ditampilkan oleh individu/ keluarga/ masyarakat setelah selesai penyampaian satu pokok bahasan. Rumusan penulisan TIU : kata kerja + objek (kompetensi)
Contoh: setelah mengikuti materi ini, klien dapat : melakukan+perawatan luka sendiri
b.
Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
TIK atau tujuan pembelajaran: berisi kompetensi khusus yang akan dicapai oleh individu/ keluarga/ masyarakat setelah mengikuti satu materi pendidikan.
Kompetensi tersebut merupakan jabaran dari TIU. Berbeda dengan TIU, kompetensi pada TIK dimulai dengan jenjang yang lebih rendah dan lingkup yang lebih sempit. Rumusan dalam TIK mengandung 4 unsur: Sasaran + kata kerja dan objek + kondisi + tingkat penguasaan
Contoh: Klien S + dapat menjelaskan konsep luka + minimal + 80%
C. MENYUSUN MATERI
81
Setelah tujuan, sasaran, situasi, masalah, dan latarbelakang sasaran ditentukan, maka isi penyuluhan dapat ditentukan. Isi penyuluhan dan keuntungan terhadap kelompok sasaran harus juga disebutkan. Isi penyuluhan harus dituangkan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh sasaran, pesan harus benar-benar bisa dilaksanakan oleh sasaran dengan sarana yang mereka miliki, atau yang terjangkau oleh mereka. Dasar-dasar komunikasi perlu dipahami dalam menyusun isi penyuluhan. Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu dibuat menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.
D. MENENTUKAN METODE Metode diartikan sebagai cara pendekatan tertentu. Didalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metode (cara) mengajar yang cocok atau relevan, sesuai dengan kondisi setempat. Meskipun berlaku pedoman umum bahwa tidak ada satu pun metode belajar yang paling baik dan tidak ada satu pun metode belajar yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang cukup tentang penerapan, metode yang sesuai dengan sasaran, tempat, dan waktu yang berbeda.
Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama, tetapi waktu dan atau tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang berbeda. Demikian juga sebaliknya, pada sasaran yang berbeda dengan tempat yang sama, membutuhkan metode yang mungkin berbeda atau bahkan metode yang sama. Ketepatan pemilihan metode sangat diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan kesehatan itu sendiri. a.
Jenis Metode Secara garis besar, metode dibagi menjadi dua, yaitu metode didaktif dan metode sokratik. Metode didaktik didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau one way method. Tingkat keberhasilan metode didaktif sulit
82
dievaluasi karena peserta didik bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif (misalnya: ceramah, film, leaflet, booklet, poster, dan siaran radio, kecuali siaran radio yang bersifat interaktif, dan tulisan di media cetak).Metode sokratik. Metode ini dilakukan secara dua arah (two ways method). Dengan metode ini, kemungkinan antara pendidik dan peserta didik bersikap aktif dan kreatif (misalanya: diskusi kelompok, debat, panel, forum, seminar, bermain peran, demonstrasi, studi kasus, lokakarya, dan penugasan perorangan).
Metode dalam melakukan pendidikan kesehatan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) Metode Pendidikan Individual (Perorangan) 2) Metode Pendidikan Kelompok 3) Metode Pendidikan Massa
b.
Aspek Penilaian Metode Pemilihan
metode
belajar
yang
efektif
dan
efesien
harus
mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) Disesuaikan dengan tujuan pendidikan 2) Bergantung pada kemampuan pendidiknya 3) Bergantung pada besarnya kelompok sasaran atau kelas 4) Harus disesuaikan dengan waktu penyampaian pesan 5) Mempertimbangkan fasilitas-fasilitas yang ada
c.
Klasifikasi Metode Menurut Notoatmodjo (1993) dan WHO (1992), metode pendidikan kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu metode pendidikan individu, kelompok, dan massa. 1) Metode pendidikan inividu a) Bimbingan dan Konseling
83
Bimbingan berisi penyampaian informasi yang berkenan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan yang tidak langsung. Konseling adalah proses belajar yang bertujuan memungkinkan konseling (peserta pendidik) mengenal dan menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyelesaian dengan lingkungannya (Nurihsan, 2005). Konseling menjadi strategi utama dalam proses bimbingan, dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat pendidikan. Konseling membantu konselingdalam masalah-masalah pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat serta membantu mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Proses konseling terdiri atas tiga tahap (Cavagnh, 1982), yaitu : i). Tahap awal. Meliputi pengenalan, kunjugan, dan dukungan lingkungan ii). Tahap pertengahan. Berupa kegiatan penjelasan masalah klien, dan membantu apa yang akan diberikan berdasarkan penilaian kemabli masalah klien iii). Tahap akhir. Ditandai oleh penurunan kecemasan klien. Terdapat perubahan perilaku kearah positif, sehat dan dinamik, tujuan hidup yang jelas di masa yang akan datang, dan terjadi perubahan sikap
b) Wawancara Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan konseling. Wawancara petugas dengan klien dilakukan untuk
84
menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum diadopsi memiliki dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.
2) Metode pendidikan kelompok Metode kelompok dibagi menjadi 2 yaitu: a) Kelompok Besar Sasarannya berjumlah lebih dari 15 orang, dapat menggunakan metode ceramah dan seminar.
b) Ceramah Metode ini baik untuk sasaran pendidikan tinggi maupun rendah.
Persiapan :Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan. Untuk
itu
penceramah
harus
mempersiapkan
diri.Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound sistem, dan sebagainya.
Pelaksanaan :Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal seperti sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara yang cukup keras dan
85
jelas, pandangan harus tertuju pada seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan) tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat.
c) Seminar Metode ini digunakan untukpendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting
d) Kelompok Kecil Peserta kegiatan dalam kelompok kecil berjumlah kurang dari 15 orang.
e) Diskusi Kelompok Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk di antara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap anggota kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat.
Untuk
memulai
diskusi,
pemimpin
diskusi
harus
memberikan pancingan-pancingan yang dapat berupa pertanyaan-petanyaan atau kasus sehubungan dengan topic
86
yang dibahas. Agar terjadi diskusi yang hidup maka pemimpin kelompok harus mengarahkan dan megatur sedemikian rupa sehingga semua orang dapat kesempatan berbicara, sehingga tidak menimbulkan dominasi dari salah seorang peserta.
f) Curah pendapat (Brain Storming) Metode
ini
kelompok.
merupakan Prinsipnya
modifikasi
sana
dengan
metode
diskusi
metode
diskusi
kelompok. Bedanya, pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan satu masalah dan kemudian tiap peserta memberikan jawaban atau tanggapan (curah pendapat). Tanggapan atau jawaban-jawaban tersebut ditampung dan ditulis dalam flipchart atau papan tulis. Sebelum semua peserta mencurahkan pendapatnya, tidak boleh dikomentari oleh siapa pun. Baru setelah semua anggota dikeluarkan pendapatnya, tiap anggota dapat mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
g) Bola Salju (Snow Bailing) Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang) dan kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah. Setelah lebih kurang 5 menit maka tiap 2pasang bergabung mendiskusikan
menjadi masalah
satu.
Msreka
tersebut,
dan
tetap mencari
kesimpulannya. Kemudian tiap 2 pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya, demikian seterusnya sehingga akhirnya akan terjadi diskusi seluruh anggota kelompok.
h) Kelompok-kelompok Kecil (Buzz Group)
87
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil
(buzz
group)
yang
kemudian
diberi
suatu
permasalahan yang sama atau tidak sama dengan kelompok lain, Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah tersebut, Selanjutnya hasil dan tiap kelompok didiskusikan kembali dan dicari kesimpulannya.
i) Bermain peran (Role Play) Dalam metode ini beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peran tertentu untuk memainkan peranan, misalnya sebagai dokter Puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dan sebagainya, sedangkan anggota yang lain sebagai pasien atau anggota masyarakat. Mereka memperagakan,
misalnya
bagaimana
interaksi
atau
berkomunika sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
j) Permainan Simulasi (Simulation Game) Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diakusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan disajikan da lam beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli, dengan menggunakan dadu, gaco (petunjuk arah), selain beberan atau papan main. Beberapa orang menjadi pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai narasumber.
3) Metode pendidikan massa Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesanpesan kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Karena sasaran pendidikan bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan tingkat pendiidkan. Umumnya, bentuk pendekatan massa diberikan secara
88
tidak langsung, biasanya menggunakan atau melalui media massa. Berikut ini merupakan contoh metode pendidikan massa yakni: a) Ceramah umum (public speaking). Pada acara-acara tertentu, misalnya pada Hari Kesehatan Nasional, Menteri Kesehatan atau pejabat kesehatan lainnya berpidato dihadapan massa rakyat
untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan.
Safari KB juga merupakan salah satu bentuk
pendekatan
massa. b) Pidato-pidato/
diskusi
tentang
kesehatan
melalui
media
elektronik, baik TV maupun radio, pada hakikatnya merupakan bentuk promosi kesehatan massa. c) Simulasi, dialog antara pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan adalah juga merupakan pendekatan pendidikan kesehatan massa. d) Tulisan-tulisan di majalah atau koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab atau konsultasi tentang kesehatan adalah merupakan bentuk pendekatan promosi kesehatan massa. e) Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster, dan sebagainya juga merupakan bentuk promosi kesehatan massa.
E. MERANCANG TEMPAT, WAKTU Untuk seorang perawat pemberi promosi kesehatan yang bekerja dengan klien individu, ini sangat penting untuk diketahui agar dapat meningkatkan partisipasi klien dalam proses keperawatan. Bagi perawat komunitas selain untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka, bekerja dengan kelompok atau komunitas pengetahuan tentang profil komunitas dapat menjadikan pengkajian lebih sistematik daripada melakukan pengamatan subjektif.
Perawat pemberi promosi kesehatan perlu mendengarkan pandangan masyarakat. Hal ini penting untuk dilakukan karena pertama, perawat perlu
89
mendorong masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam proses. Kedua, perawat perlu memeberi keyakinan bahwa perawat menyediakan informasi yang berguna dalam memenuhi kebutuhan dalam aktivitas masyarakat. Proses ini dapat dikatakan tida berhasil jika masyarakat psif dalam penyediaan informasi dan tidak berpartisipasi secara langsung dalam proses promosi kesehatan. Untuk membuat masyarakat mau berpartisipasi dalam proses promosi kesehatan, perawat dapat meminta bantuan dengan cara melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh masyarakat, seperti Tokoh yang memiliki pengetahuan tentang isu umum dalam mayarakat, misalnya guru; Pemuka agama; Tokoh yang penting dalam jaringan informal dan memiliki peranan dalam local communication seperti shopkeepers dan bookmakers.
Bagaimana kita bisa mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan? Dan darimana saja sumber-sumber yang dapat digunakan? Perhatikan/cermati point berikut tentang cara mencari dan menfaatkan informasi. Sumber data terdiri dari: a.
Data primer: secara langsung diambil dari objek/sasaran, baik perorangan, kelompok, organisasi maupun masyarakat.
b.
Data sekunder: data yang didapat tidak secara langsung dari objek/sasaran. Data yang didapat sudah jadi, yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara/ metode, baik komersial maupun non komersial, misalnya melalui media cetak maupun elektronik.
c.
Informasi Kualitas Kehidupan : diperoleh dengan melihat data sekunder (Strata keluarga) informasi ini hanya berfungsi sebagai latar belakang masalah saja.
d.
Informasi tentang perilaku sehat : diperoleh dari kunjungan rumah atau di Pos Yandu
e.
Informasi tentang faktor penyebab (predisposing, enabling dan reinforcing factors) diperoleh melalui survei cepat etnografi (Rapid etnography assesment) yang dilakukan oleh tingkatan kabupaten atau kota.
90
f.
Informasi tentang faktor internal (tenaga, sarana, dana promosi kesehatan) dan eksternal (peraturan, lingkungan di luar unit) diperoleh dari lapangan/tempat.
Dalam melakukan pengkajian dibutuhkan suatu metode yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang terdiri dari Tes / Ujian, lisan maupun tertulis.
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sisttematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian/sasaran. Observasi merupakan metode yang cukup mudah dilakukan untuk pengumpulan data. Banyak gejala yang hanya dapat diamati dalam kondisi lingkungan tertentu sehingga dapat terjadi gangguan yang menyebabkan obeservasi tidak dapat dilakukan. Contoh observasi adalah dengan Survey Langsung kita dapat melihat karakteristik tentang gaya hidup, tempat tinggal dan tipe rumah dan lingkungan rumah.
F. MERANCANG STRATEGI PENDIDIKAN PROMOSI Buatlah uraian rencana yang menggambarkan aktivitas anda dan sasaran saat akan dilakukan program pendidikan kesehatan, dimulai dari : a.
Pembukaan
b.
Pelaksanaan kegiatan inti penyuluhan, dan
c.
penutupan
G. MERANCANG EVALUASI DALAM PROMOSI Setelah pokok-pokok kegiatan penyuluhan ditetapkan, termasuk waktu tempat dan pelaksanaannya, maka dibuat jadwal pelaksanaan yang dicantumkan dalam suatu daftar. Harus dijabarkan tentang kapan evaluasi kana dilakukan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang mana akan di evaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evalusi tersebut.
91
Dirumuskan apakah tujuan yang sudah dijabarkan secara khusus dan jelas mencantumkan kapan akan dievalusi di daerah mana akan dilakukan, serta siapa kelompok sasaran yang akan dievaluasi. Hal yang harus diperhatikan : a.
Indikator apa yang digunakan dalam penilaian.
b.
Perlu dilihat kembali apakah tujuan penyuluhan sudah sejalan dengan tujuan program.
c.
Kegiatan-kegiatan penyuluhan mana yang akan dievaluasi.
d.
Metode dan istrumen yang akan dipergunakan untuk evaluasi.
e.
Siapa yang akan melaksanakan evaluasi.
f.
Sarana-sarana (peralatan, biaya, tenaga, dan lain-lain), yang diperlukan dalam evaluasi, dan dimana sarana tersebut bisa diperoleh.
g.
Apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenagatenaga yang akan melaksanakan evaluasi.
h.
Bagaiman rencana untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi ini kepada para pimpinan program.
TOPIK 7 A. PENGERTIAN ETIKA Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu”Ethos”, yang
92
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa latin, yaitu”Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan moral kurang lebih sama pengertiaannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan.
Terdapat dua macam etika (Keraf,1991) yaitu 1. Etika deskriptif yaitu etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku manusia serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai. Artinya etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Dapat disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa dinilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.
2. Etika normativ, etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi, etika normativ merupakan norma-norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.
Etika dalam promosi kesehatan
93
Pada tahun 2002, American Public Health Association secara resmi mengadopsi dua belas prinsip praktek kode etik untuk umum. Dua belas prinsip yang diuraikan: 1.
Kesehatan masyarakat terutama harus membahas penyebab dasar penyakit dan persyaratan untuk kesehatan, yang bertujuan untuk mencegah hasil kesehatan yang merugikan.
2.
Kesehatan masyarakat harus mencapai kesehatan masyarakat dengan cara yang menghormati hak-hak individu dalam masyarakat.
3.
Kebijakan
kesehatan
masyarakat,
program,
dan
prioritas
harus
dikembangkan dan dievaluasi melalui proses yang menjamin kesempatan untuk masukan dari anggota masyarakat. 4.
Kesehatan
masyarakat
harus
mengadvokasi
dan
bekerja
untuk
pemberdayaan dari pemuda anggota masyarakat, yang bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya dasar dan kondisi diperlukan untuk kesehatan dapat diakses oleh semua. 5.
Kesehatan masyarakat harus mencari informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dan program yang melindungi dan mempromosikan kesehatan.
6.
Institusi kesehatan umum harus menyediakan masyarakat dengan informasi yang mereka miliki yang diperlukan untuk keputusan tentang kebijakan atau program-program dan harus mendapatkan persetujuan masyarakat untuk pelaksanaannya.
7.
Lembaga kesehatan publik harus bertindak secara tepat waktu pada informasi yang mereka miliki dalam sumber daya dan mandat yang diberikan kepada mereka oleh masyarakat.
8.
Program kesehatan umum dan kebijakan harus menggabungkan berbagai pendekatan yang mengantisipasi dan menghormati nilai-nilai yang beragam, keyakinan, dan budaya dalam masyarakat.
9.
Program kesehatan umum dan kebijakan harus dilaksanakan dengan cara yang paling meningkatkan lingkungan fisik dan sosial.
94
10. Lembaga
kesehatan publik harus melindungi kerahasiaan informasi yang
dapat membawa kerugian bagi individu atau komunitas jika dibuat publik. Pengecualian harus dibenarkan 11. Atas
dasar kemungkinan tinggi membahayakan signifikan terhadap individu
atau orang lain.
Paradigma pembangunan kesehatan yang baru yaitu paradigma sehat yang merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan masyarakat yang bersifat proaktif. Paradigma sehat sebagai model pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk mandiri dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventive.
Dalam Indonesia sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan, serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong. Perilaku masyarakat Indonesia serta 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
B. PENGERTIAN MORAL Moral
atau
moralitas
untuk
penilaian
perbuatan
yang
dilakukan,
sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Dengan kata lain, pengertian etika sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang terbaik .
95
C. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN DALAM ETIKA PROMOSI KESEHATAN 1. Analisis Masalah Kesehatan dan Perilaku Masalah adalah ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Suatu masalah adalah suatu masalah atau kendala yang membuatnya sulit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, objektif atau tujuan. Ini mengacu pada situasi, kondisi, atau masalah yang belum terselesaikan. Dalam arti luas, sebuah masalah ada ketika seorang individu menjadi sadar akan perbedaan yang signifikan antara apa yang sebenarnya dan apa yang diinginkan. Dalam melakukan upaya promkes masalah yang ada perlu dianalisis secara cermat agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Analisis masalah kesehatan merupakan upaya sistematis untuk mengidentifikasi masalah yang hendak ditanggulangi, dengan mengumpulkan data dasar, membuat rumusan masalah, mencari “akar” masalah dan prioritas masalah sehingga hasil analisis harus dapat dirumuskan secara jelas. Perilaku, promosi kesehatan sebagai proses perubahan perilaku. Tujuan promosi kesehatan adalah mengubah perilaku individu, kelompok, dan masyarakat menuju hal-hal positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan perilaku mencakup tiga ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Melalui promosi kesehatan (perilaku sehat) akan terjadi emosi yang positif, pengetahuan yang baik, pikiran sehat, keinginan yang realistis, dan lain sebagainya yang selanjutnya perilaku tersebut di aplikasikan secara nyata oleh tiap-tiap individu dalam lingkungan keluarga, kelompok dan masyarakat.
2.
Menetapkan Sasaran
Sasaran perlu ditetapkan agar promosi kesehatan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan. Missal sasaran pada ibu hamil, balita, lansia, penyakit khusus dengan resiko tinggi. Juga menyangkut strategi individu, kelompok, dan masyarakat. Kelompok sasaran: jelas,realistis,dan bisa diukur. Telah di sebutkan di atas bahwa tujuan akhir atau visi promosi kesehatan adalah kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
96
mereka sendiri. Dari visi ini jelas bahwa yang menjadi sasaran utama promosi kesehatan adalah masyarakat, khususnya lagi perilaku masyarakat. Namun demikian, karena terbatasnya sumber daya, akan tidak efektif apabila upaya atau kegiatan promosi kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah maupun swasta itu, langsung di alamatkan kepada masyarakat. Oleh sebab itu perlu di lakukan pentahapan sasaran promosi kesehatan Berdasarkan pentahapan upaya promosi kesehatan ini, maka sasaran di bagi dalam 3 kelompok sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
3.
Menetapkan Tujuan
Begitu juga tujuan yang diharapkan harus dirumuskan pula secara jelas. Apa akan dicapai dalam jangka pendek,menengah atau jangka panjang. Tujuan utama promosi kesehatan adalah menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri,memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, serta memutuskan kegiatan yang paling tepat guna meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahtaraan masyarakat. Sedangkan tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat ,bangsa,dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu,adil,dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Indonesia. Tujuan biasanya merupakan hal yang paling penting dalam proses dan produk. “Proses” promosi kesehatan mencakup cara individu
mendapatkan
informasi
dan
wawasannya,
serta
bagaimana
kemampuan pengambilan keputusan mengalami kemajuan sejak menggunakan atau membuang informasi yang ia anggap tepat. “Produk” promosi kesehatan atau hasil akhir, seringkali tidak dapat dihitung sehingga sulit untuk di ukur, tanpa memerhatikan secara signifikan jumlah sampel, dan jutaan faktor lain yang dapat menyebabkan efek yang tidak diperhitungkan (Crafter, 1997).
97
4.
Menetapkan Pesan Pokok
Pesan adalah informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, gerakan tubuh atau ekspresi wajah. Pesan yang akan disampaikan dalam promosi kesehatan adalah pesan yang terus diingat, dapat juga digunakan sewaktuwaktu oleh sasaran, cara penyampaian menarik, menggunakan kata-kata yang baik serta ekspresi wajah dan intonasi yang membuat klien nyaman. Penyebab alasan sasaran lupa pesan yang disampaikan meliputi alasan psikologis, merasa kurang tertarik dengan pesan yang disampaikan, ingatan (fading), pesan tidak dipergunakan dalam waktu yang lama, blocking, serta banyak pesan-pesan baru, sedangkan pesan lama belu melekat secara mantap. Pesan dalam program pembangunan
dikelompokkan
dalam
pokok-pokok
program
yang
pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dengan pembangunan sector lain yang memerlukan dukungan dan peran serta masyarakat. Ada tujuh program pembangunan kesehatan yaitu (Depkes, 1999): 1.
Program perilaku dan pemberdayaan masyarakat;
2.
Program lingkungan sehat;
3.
Program upaya kesehatan;
4.
Program pembangunan sumber daya kesehatan;
5.
Program pengawasan obat, makanan dan obat berbahaya;
6.
Program kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan;
7.
Program pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Untuk meningkatkan percepatan perbaikan derajat kesehatan masyarakat yang inilai penting untuk mendukung keberhasilan program pembangunan nasional ditetapkan sepuluh program unggulan kesehatan (Depkes,1999): 1.
Program
kebijakan
kesehatan,pembiayaan
kesehatan dan hukum
kesehatan; 2.
Program perbaikan gizi;
3.
Program pencegahan penyakit menular termasuk imunisasi;
4.
Program peningkatan perilaku hidup sehat dan kesehatan mental;
98
5.
Program lingkungan pemukiman, air da sehat;
6.
Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi, dan keluarga berencana;
7.
Program kesehatan dan kesehatan kerja;
8.
Program anti tembakau, alcohol dan madat;
9.
Program pengawasan obat,bahan berbahaya, makanan dan minuman;
10. Program pencegahan kecelakaan dan keselamatan lalu lintas.
5. Menetapkan Metode dan Saluran Komunikasi Metode dan teknik promosi kesehatan adalah suatu kombinasi antara cara – cara atai metode alat – alat bantu atau media yang di gunakan dalam setiap pelaksanaan promosi kesehatan. Dengan perkataan lain, metode dan teknik promosi kesehatan, adalah dengan cara dan alat apa yang di gunakan oleh pelaku promosi kesehatan untuk menyampaikan pesan – pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku kesehatan kepada sasaran atau masyarakat. Berdasarkan sasarannya, metode dan teknik promosi kesehatan di bagi menjadi 3 yaitu : a.
Metode promosi kesehatan individual
Metode ini di gunakan apabila promoter kesehatan dan sasaran atau kliennya dapat berkomunikasi langsung, baik bertatap muka (face to face) maupun melalui sasaran komunikasi lainnya, misalnya telepon. Cara ini paling efektif, karena antara petugas kesehatan dengan klien dapat saling dialog, saling merespons dalam waktu yang bersamaan. Dalam menjelaskan masalah kesehatan bagi kliennya petugas kesehatan dapat menggunakan alat bantu peraga yang relevan dengan masalahnya. Metode dan teknik promosi kesehatan, antara lain: 1.
Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Councelling)
Dengan cara ini kontak antara klien dan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya
99
klien tersebut dengan sukarela, berdasarkan kesadaran, dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku). 2.
Wawancara (interview)
Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, apakah ia tertarik atau tidak terhadap perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
b.
Metode promosi kesehatan kelompok
Teknik dan metode promosi kesehatan kelompok ini di gunakan untuk sasara kelompok. Sasaran kelompok di bedakan menjadi dua, yakni kelompok kecil dan kelompok besar. Disebut kelompok kecil kalau kelompok sasaram terdiri antara 6 – 15 orang, sedang kelompok besar bila sasaran di atas 15 sampai dengan 50 orang. Oleh sebab itu, metode promosi kesehatan kelompok juga di bedakan menjadi 2 yaitu : 1)
Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok kecil, misalnya : diskusi kelompok, metode curah pendapat (brain storming), bola salju (snow ball), bermain peran (role play), kelompok kecil (buzz group) metode permainan simulasi (simulation game), dan sebagainya. Untuk mengefektifkan metode ini perlu di bantu dengan alat bantu atau media, misalnya : lembar balik (flip chart), alat peraga, slide, dan sebagainya.
2)
Metode dan teknik promosi kesehatan untuk kelompok besar, misalnya : metode ceramah yang di ikuti atau tanpa di ikuti dengan Tanya jawab, seminar, loka karya, dan sebagainya. Untuk memperkuat metode ini perlu di bantu pula dengan alat bantu misalnya, overhead projector, slide projector, film, sound system, dan sebagainya.
c.
Metode promosi kesehatan massa
Apabila sasaran promosi kesehatan adalah massal atau public, maka metode – metode dan teknik promosi kesehatan tersebut tidak akan efektif, karena itu
100
harus di gunakan metode promosi kesehatan massa. Merancang metode promosi kesehatan massal memang paling sulit, sebab sasaran publik sangat hiterogen, baik di lihat dari kelompok umur, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, sosio – budaya dan sebagainya. Kita memahami masing – masing kelompok sasaran sangat variatif tersebut berpengaruh terhadap cara merespons, cara mempersepsikan dan pemahaman terhadap pesan – pesan kesehatan. Padahal kita harus merancang dan meluncurkan pesan – pesan kesehatan tersebut kepada massa tersebut dengan metode, teknik, dan isi yang sama. Metode dan teknik promosi kesehatan untuk massa yang sering di gunakan adalah : 1)
Ceramah umum (public speaking), misalnya di lapangan terbuka dan tempat – tempat umum (public place).
2)
Penggunaan media massa elektronik, seperti radio dan televise. Penyampaian pesan melalui radio dan TV ini dapat di rancang dengan berbagai bentuk, misalnya : sandiwara (drama), talk show, dialog interaktif, simulasi, spot dan sebagainya.
3)
Penggunaan
media
cetak,
seperti
Koran,
majalah,
buku, leaflet, selebaran, poster, dan sebagainya. Bentuk sajian dalam media cetak ini juga bermacam – macam, antara lain : artikel, Tanya jawab, komik, dan sebagainya. 4)
Penggunaan media di luar ruangan, misalnya : billboard, spanduk, umbul – umbul dan sebagainya.
Selanjutnya Saluran Komunikasi atau Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronik, dan media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. 1.
Tujuan media promosi kesehatan
101
Adapun beberapa tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan antara lain: a.
Media dapat mempermudah penyampaian informasi
b.
Media dapat menghindari kesalahan persepsi
c.
Dapat memperjelas informasi
d.
Media dapat mempermudah pengertian
e.
Mengurangi komunikasi yang verbalistik
f.
Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata
g.
Memperlancar komunikasi, dll
2.
Penggolongan media promosi kesehatan berdasarkan cara produksinya, yaitu: b. Media cetak, yaitu media yang mengutamakan pesan-pesan visual umumnya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Macam-macam dari media cetak antara lain: poster, leaflet, brosur, majalah, surat kabar, lembar balik, sticker, dan pamflet. c. Media elektronika, yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektonika. Adapun macamnya antara lain televise, radio, video, slide, flim, cassette, CD dan VCD. d. Media luar ruang yaitu media yang menyampaikan pesannya diluar ruang secara umum, misalnya papan reklame, spanduk, banner dan TV layar lebar.
6.
Menetapkan Kegiatan Operasional
Penetapan kegiatan operasional menyangkut waktu,tempat,dan jadwal pelaksanaan. Untuk mencapai taraf kesehatan bagi semua,yang terpenting adalah menetapkan kegiatan operasional yang harus tercakup dalam pelayanan kesehatan dasar: 1.
Pendidikan tentang masalah kesehatan umum,cara pencegahan,dan pemberantasannya;
102
2.
Peningkatan persediaan pangan dan kecukupan gizi;
3.
Penyediaan air minum dan sanitasi dasar;
4.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana;
5.
Imunisasi;
6.
Pengobatan dan pengadaan obat.
7.
Menetapkan Pemantauan dan Evaluasi
Dalam promosi kesehatan evaluasi diselenggarakan dalam praktik dan ditujukan untuk merefleksikan atau membentuk praktik promosi kesehatan secara eksplisit. Tones dan Tilford (1994, hlm. 49) menyatakan bahwa: Evaluasi berfokus pada pengkajian suatu aktivitas terhadap nilai dan tujuan dalam beberapa cara yang hasilnya dapat berkontribusi dalam pembuatan keputusan dan/ suatu kebijakan di masa datang.... Pemantauan dan evaluasi yang dilakukan mencakup hal-hal berikut: 1.
Memperkenalkan kepada masyarakat gagasan dan teknik perilaku program promosi kesehatan melelui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). PHBS merupakan pendekatan terencana untuk mencegah penyakit menular melalui perubahan perilaku masyarakat secara luas. Program ini dimulai dari apa yang diketahui,diinginkan dan dilakukan masyarakat. Perencanaan suatu program promosi hygiene untuk masyarakat dilakukan berdasarkan jawaban atau pertanyaan di atasa atau bekerja sama dengan pihak yang terlibat, untuk diperlukan pesanpesan
sederhana,positif,dan
menarik
yang
dirancang
untuk
dikomunikasikan lewat sarana local seperti poster, leaflet. 2.
Mengidentifikasikan perubahan perilaku masyarakat. Identifikasi perilaku beresiko dilakukan pada tahap ini melalui pengamatan terstruktur. Dengan demikian, cara pendekatan baru terhadap perbaikan hygiene dapat ditemukan.
3.
Memotivasi
perubahan
perilaku
masyarakat.
Langkah-langkah
memotivasi orang untuk menerapkan perilaku hygiene, termasuk memilih beberapa perubahan perilaku yang diharapkan.
103
4.
Mencari tahu apa yang dirasakan oleh kelompok sasaran mengenai perilaku tersebut melalui diskusi terfokus,wawancara dan uji coba perilaku
5.
Membuat pesan yang tepat sehingga sasaran mau melakukan perubahan perilaku.
6.
Menciptakan sebuah pesan sederhana, positif, menarik berdasarkan apa yang disukai kelompok sasaran.
7. Pertimbangan-pertimbangan Etis Etika pada umunya mengajarkan bahwa setiap pribadi manusia mempunyai otonomi
moral.
Manusia
mempunyai
untuk menentukan sendiri
hak
kewajiban
tindakan-tindakannya,
serta mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Keberadaan etika dalam strata kehidupan sosial tidak terlepas dari system kemasyarakatan. Manusia terdiri atas aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Etika bertujuan sebagai alat bantu utnuk mengukur perilaku dan moral, menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat dan profesi bidan. Menurut Americans Ethic Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi adalah: 1.
Mampu mengenal dan mengidentifikasi unsure moral dalam praktek kebidanan;
2.
Manganalisis masalah moral dalam praktik kebidanan;
3.
Dapat
dipertanggungjawabkan
kepada
diri
sendiri,
keluarga,
masyarakat, dan Tuhan
Pertimbangan-pertimbangan etis yang perlu kita lakukan dan pikirkan yaitu petugas kesehatan tidak boleh secara sengaja menunda pelayanan atau informasi peningkatan status pengetahuan klien dapat bermanfaat terhadap pengembangan promosi kesehatan kepada klien tersebut;petugas kesehatan menghargai kerahasiaan informasi klien kecuali atas permintaan hukum atau
104
demi kepentingan klien;dan petugas kesehatan yang tidak kompeten tidak boleh mengerjakan kegiatan promosi kesehatan.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Promosi Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat,
agar
mereka
dapat
menolong
dirinya
sendiri,
serta
105
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidahkaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik.
B. Saran Dalam melakukan promosi kesehatan NAKES harus menjaga hubungan dengan klien, agar isi dari promosi kesehatan yang disampaikan dapat diterima dan diterapkan oleh klien.
Dalam menerima promosi kesehatan klien harus berperan dalam menentukan keputusan untuk dirinya sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Susilowati. 2016.
Promosi Kesehatan, Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesi Keputusan Menteri Kesehatan No. 114/Menkes/SK/VIII/2005.
106
Mubarak Wahit Iqbal. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Novita Nesi, Yunerta Franciska. 2011. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Maryam Siti,SST,M.Kes. 2002. Promosi Kesehatan dalam Pelayanan Kebidanan, Jakarta: EGC. Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Wibowo Adik & Tim. 2012. Kesehatan Masyarakat Di Indonesia, Jakarta: Salemba Medika. Green. 1991. Health Promotion Planning An Aducational and Environmental Approach Second Edition. London.Mayfield publishing company. Notoatmodjo, Soekidjo,2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta Solita Sarwono, Sosiologi Kesehatan, Beberapa Konsep Beserta Aplikasinya, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. notoadmojo, s, 2007, promosi kesehatan ilmu perilaku, rineka cipta Jakarta paticia webb, 1994, healt promotion and patient education, chapma dan hall, London UK. Pusat promosi kesehatan, 2004, kebijaksanaan nasional promosi kesehatan departemen kesehatan RI, jakarta Mubarak, 2012, Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika
Beta.new.pamsimas.org/18/02/2018
Susilowati, 2016, Promosi Kesehatan, KEMENKES
Repository.usu.ac.id/bitstream/handle/18/02/2018
107
Bunton, R. (1992). More Than A Woolly Jumper Health Promotion As Social Regulation. Critical Public Health 3: 4-11.
Departemen Kesehatan RI. (1997). Deklarasi Jakarta Tentang Promosi Kesehatan pada Abad 21. Jakarta: PPKM Depkes RI.
__________, (2006). Promosi Kesehatan Untuk Politeknik/D3 Kesehatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan - Depkes RI.
__________, (2004), Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat Promkes, Jakarta
Dignan, M.B., Carr, P.A. (1992). Program Planning for Health Education and Promotion. 2nd ed. Philadelphia: Lea & Febiger.
Ewles, L., Simnett, I. (1994). Promoting Health : A Practical Guide. Emilia, O (Alih Bahasa). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
French, J. (1990). Boundaries and horizons, the role of health education within health promotion. Health Education Journal 49: 7-10
Green, L & Kreuter, M.W, (2005). Health Promotion Planning, An Educational and Environmental Approach, Second Edition, Mayfield Publishing Company.
Greene, W & Simon, M, (1990). Introdusction to Health Education, Waveland Press Inc, Prospect Height, Illinois.
Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
108