Makalah Profesi Kependidikan Kelompok 9.docx

  • Uploaded by: Ade Wira
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Profesi Kependidikan Kelompok 9.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,324
  • Pages: 22
MAKALAH “ Peran Guru Bidang Studi terhadap Bimbingan Konseling ”

Mata Kuliah : Profesi Kependidikan

Dosen Pengampu : VIDYA DWI AMALIA ZATI, S.S., M.Hum.

Disusun Oleh: Kelompok 9 ( Sembilan ) Kelas C

Nelvi Murniwati Mendrofa

: 3172131019

Ade Wiranda

: 3172131006

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Peran Guru Bidang Studi terhadap Bimbingan Konseling” ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan-kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun dalam susunan kalimat dan tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan atau saran dari Ibu untuk menyempurnakan dalam pembuatan laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 15 Mei 2018

( Kelompok 9 )

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................i Daftar isi.............................................................................................................ii BAB I Pendahuluan............................................................................................1 A. Latar Belakang..................................................................................1 B. Rumusan Masalah.............................................................................2 C. Tujuan dan Manfaat..........................................................................2 BAB II Pembahasan...........................................................................................3 A. Konsep dan pengertian Bimbingan Konseling................................3 B. peran Guru Bidang Studi terhadap Bimbingan Konseling.............7 C. Tujuan umum Bimbingan Konseling..............................................14 BAB III Kesimpulan dan Saran.........................................................................18 A. Kesimpulan......................................................................................18 B. Saran................................................................................................18

Daftar Pustaka

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sebagai pendidik sebenarnya tugas seorang guru selain mengajar dan melatih adalah memberikan bimbingan. Guru berperan dalam memberikan bimbingan penguasaan diri dalam rangka pembentukan kepribadian peserta didik, disiplin diri, perencanaan masa depan, membantu mengatasi kesulitan peserta didik, dan lainnya. Para peserta didik yang sedang belajar pada berbagai jenjang dan jenis pendidikan berada dalam tahap perkembangan, sedang berusaha mengembangkan diri, mengembangkan semua potensi dan bakat yang dimilikinya. Perkembangan tersebut akan mencakupseluruh aspek sikap spiritual peserta didik, aspek sikap sosial, aspek intelektual, aspek kepribadian, dan aspek fisik motorik.Kemudian, selama proses perkembangan ini ada hal-hal atau aspek-aspek yang dapat dicapai oleh peserta didik sendiri dan ada pula yang dapat dicapai dengan bantuan orang lain. Disinilah pentingnya peran seorang guru dalam memberikan bimbingan atau

bantuan

kepada

peserta

didik,

terutama

dalam

proses

pembelajaran.Kemampuan dan kemauan yang harus dimiliki oleh guru salah satunya adalah memahami peserta didik. Seorang petani terlebih dahulu perlu mengenal tanah yang akan dikerjakannya, baik jenis, tekstur, dan kandungannya sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.Demikian juga dengan guru (bidang studi), sebelum membimbing atau mengajar terlebih dahulu perlu mengenal dan memahami peserta didik sebab setiap peserta didik pasti memiliki karakter ataupun kemampuan yang berbeda-beda. Mereka juga memiliki minat, perhatian, atau penghargaan terhadap guru dan pelajarannya sendiri sehingga guru harus

bisa

mengatasi

perbedaan-perbedaan

ini

selama

proses

pembelajaran. Walaupun saat ini sudah diadakan bagian khusus yaitu guru BK, akan tetapi tidak lantas menghilangkan peran guru mapel ataupun bidang studi sebagai pengawas bagi peserta didik.

1

Dibandingkan dengan guru BK, guru mapel senantiasa bersama dengan peserta didik selam proses pembelajaran sehingga akan memilki pengetahuan dan pemahaman yang lebih besar terhadap mereka.Terlebih apabila peserta didik mengalami kesulitandalam belajar, maka hal ini menjadi perhatian guru mapel dan sudah menjadi tugas mereka untuk membantu peserta didik untuk keluar dari kesulitan tersebut.Salah satu sifat dari kurikulum 2013 adalah penilaian dilakukan bukan berdasarkan hasil semata namun penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Amanat ini memberikan konsekuensi kepada setiap guru kelas dan guru bidang studi atau mata pelajaran terutama, untuk lebih jeli dalam memantau aktivitas peserta didik. Tujuannya bukan sekedar pada kemampuan kognitif peserta didik akan tetapi diharapkan guru dapat mengetahui perkembangan kepribadian, perilaku atau segala hal mengenai peserta didik secara mendalam. Jadi, guru dapat mengetahui bila peserta didik menghadapi masalah atau terjadi masalah antarpeserta didik baik dalam belajar atau diluar itu dan mampu memberikan pemecahan atas masalah-masalah tersebut. Selain itu guru juga tidak akan bisamelaksanakan tugasnya sebagai supervisor dari peserta didik secara maksimal, karena selainmengajar mereka juga dibebani tugas-tugas administratif yang tidak sedikit. Hal tersebut aka menimbulkan masalah bagi guru terkait perannya dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik.

B. Rumusan Masalah 1. Apa saja konsep dan pengertian Bimbingan Konseling ? 2. Bagaimana peran Guru Bidang Studi terhadap Bimbingan Konseling ? 3. Apa saja Tujuan umum Bimbingan Konseling ?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Untuk mengetahui konsep dan pengertian Bimbingan Konseling. 2. Untuk mengetahui apa saja peran guru bidang studi terhadap Bimbingan Konseling. 3. Untuk mengetahui tujuan umum dari Bimbingan Konseling.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN PENGERTIAN BIMBINGAN KONSELING Kehadiran guru bimbingan dan konseling (guru BK) di Indonesia masih relatif baru. Pada awal 1970-an, profesi ini baru diperkenalkan di negeri ini.Di negeri Paman Sam tempat dilahirkannya profesi ini; guru BK dikenal dengan istilah scholl counselor (konselor sekolah). Di Indonesia, pada awalnya dikenal dengan sebutan guru BP (bimbingan penyuluhan). Karena dalam konteks tugas istilah “konseling” lebih sesuai daripada “penyuluhan”, pada tahap selanjutnya sebutan guru BP berubah menjadi guru BK (bimbingan konseling).Pada beberapa daerah ada pula guru BP yang disebut dengan istilah guru pembimbing. Akhirakhir ini, penggunaan sebutan “konselor” lebih dianjurkan. Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (6) disebut istilah “konselor” untuk profesi pendidik ini. Lebih lanjut dalam buku Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal yang dikeluarkan Dirjen PMPTK Depdiknas tahun 2007, dijelaskan pendidikan minimal konselor adalah sarjana (S1) program studi bimbingan dan konseling. Diharapkan setelah lulus pendidikan akademik dan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) jurusan bimbingan dan konseling, lulusan dapat melanjutkan pendidikan profesi konselor (PPK). Dasar

pemikiran

penyelenggaraan

bimbingan

dan

konseling

di

Sekolah/Madrasah, bukan semata-mata terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik yang selanjutnya disebut konseli, agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual). Konseling sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut, konseli memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan

3

tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan konseli tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut. Perkembangan konseling tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku konseli, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga mempengaruhi gaya hidup, dan kesenjangan perkembangan tersebut, di antaranya: pertumbuhan jumlah penduduk yang cepat, pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi teknologi informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perubahan struktur masyarakat dari agraris ke industri. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian bimbingan, di bawah ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli : 

Miller (I. Djumhur dan Moh. Surya, 1975) mengartikan bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum di sekolah, keluarga dan masyarakat.



Peters dan Shertzer (Sofyan S. Willis, 2004) mendefiniskan bimbingan sebagai : the process of helping the individual to understand himself and his world so

that he can utilize his potentialities. 

United States Office of Education (Arifin, 2003) memberikan rumusan bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema

4

kependidikan,

jabatan,

kesehatan,

sosial

dan

pribadi.

Dalam

pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. 

Jones et.al. (Sofyan S. Willis, 2004) mengemukakan : “guidance is the help given by one person to another in making choice and adjusment and in solving problem.



Djumhur dan Moh. Surya, (1975) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan

dirinya

(self

direction)

dan

kemampuan

untuk

merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. 

Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.



Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.



M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

5

Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193). Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu Perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11). Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, kendati demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa : Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan. Bimbingan konseling adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang bahwa proses pendidikan adalah proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah. Masukan mentah adalah peserta didik, sedangkankan masukan alat adalah tujuan pendidikan, kerangka, tujuan dan materi kurikulum, fasilitas dan media pendidikan,

system

administrasi

dan

supervisi

pendidikan,

sistem

penyampaian, tenaga pengajar, sistem evaluasi serta bimbingan konseling (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:58). Selain itu, dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization). Konseling

adalah

proses

pemberian

yang

dilakukan

melalui

wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang

6

mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106). Dalam Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi di sekolah dasar.

B. PERANAN GURU DALAM BIMBINGAN KONSELING Peran guru dalam bimbingan konseling, meliputi : 1. Peran guru kelas/mata pelajaran Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Kendati demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan

kepada

siswa

harus

manusiawi-religius,

bersahabat,

ramah,

mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah : 1. Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa

7

2. Membantu guru pembimbing/konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut. 3. Mengalih tangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor 4. Menerima siswa alih tangan dari guru pembimbing/konselor, yaitu siswa yang menuntut guru pembimbing/konselor memerlukan pelayanan pengajar /latihan khusus (seperti pengajaran/ latihan perbaikan, program pengayaan). 5. Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan

siswa-siswa

yang

menunjang

pelaksanaan

pelayanan

pembimbingan dan konseling. 6. Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu. 7. Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus. 8. Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya. Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu: 1. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum. 2. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.

8

3. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar. 4. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. 5. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar. 6. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan. 7. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar. 8. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. 9. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak. Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Abin Syamsuddin dengan mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses pembelajaran peserta didik, yang mencakup : 1. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (pre-teaching problems).; 2. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik & humanistik (manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems). 3. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan, menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.

9

Selanjutnya, dalam konteks proses belajar mengajar di Indonesia, Abin Syamsuddin menambahkan satu peran lagi yaitu sebagai pembimbing (teacher counsel), di mana guru dituntut untuk mampu mengidentifikasi peserta didik yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Di lain pihak, Moh. Surya (1997) mengemukakan tentang peranan guru di sekolah, keluarga dan masyarakat. Di sekolah, guru berperan sebagai perancang pembelajaran, pengelola pembelajaran, penilai hasil pembelajaran peserta didik, pengarah pembelajaran dan pembimbing peserta didik. Sedangkan dalam keluarga, guru berperan sebagai pendidik dalam keluarga (family educator). Sementara itu di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), penemu masyarakat (social inovator), dan agen masyarakat (social agent). Lebih jauh, dikemukakan pula tentang peranan guru yang berhubungan dengan aktivitas pengajaran dan administrasi pendidikan, diri pribadi (self oriented), dan dari sudut pandang psikologis. Dalam hubungannya dengan aktivitas pembelajaran dan administrasi pendidikan, guru berperan sebagai : 1. Pengambil inisiatif, pengarah, dan penilai pendidikan; 2. Wakil masyarakat di sekolah, artinya guru berperan sebagai pembawa suara dan kepentingan masyarakat dalam pendidikan; 3. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkannya; 4. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar para peserta didik melaksanakan disiplin; 5. Pelaksana administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik; 6. Pemimpin generasi muda, artinya guru bertanggung jawab untuk mengarahkan perkembangan peserta didik sebagai generasi muda yang akan menjadi pewaris masa depan; dan

10

7. Penterjemah

kepada

masyarakat,

yaitu

guru

berperan

untuk

menyampaikan berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat.

Di pandang dari segi diri-pribadinya (self oriented), seorang guru berperan sebagai : 1. Pekerja sosial (social worker), yaitu seorang yang harus memberikan pelayanan kepada masyarakat; 2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu seorang yang harus senantiasa belajar secara terus menerus untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya; 3. Orang tua, artinya guru adalah wakil orang tua peserta didik bagi setiap peserta didik di sekolah; 4. model keteladanan, artinya guru adalah model perilaku yang harus dicontoh oleh mpara peserta didik; dan 5. Pemberi keselamatan bagi setiap peserta didik. Peserta didik diharapkan akan merasa aman berada dalam didikan gurunya.

Dari sudut pandang secara psikologis, guru berperan sebagai : 1. Pakar psikologi pendidikan, artinya guru merupakan seorang yang memahami psikologi pendidikan dan mampu mengamalkannya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik; 2. seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relations), artinya guru adalah orang yang memiliki kemampuan menciptakan suasana hubungan antar manusia, khususnya dengan para peserta didik sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan; 3. Pembentuk kelompok (group builder), yaitu mampu mambentuk menciptakan kelompok dan aktivitasnya sebagai cara untuk mencapai tujuan pendidikan; 4. Catalyc agent atau inovator, yaitu guru merupakan orang yang yang mampu menciptakan suatu pembaharuan bagi membuat suatu hal yang baik; dan

11

5. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), artinya guru bertanggung jawab bagi terciptanya kesehatan mental para peserta didik.

Sementara itu, Doyle sebagaimana dikutip oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukan dua peran utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Yang dimaksud keteraturan di sini mencakup hal-hal yang terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti : tata letak tempat duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran, lingkungan belajar, dan lain-lain.

Sejalan dengan tantangan kehidupan global, peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian kemampuan profesionalnya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran peserta didik. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satu-satunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang tumbuh, berkembang, berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengahtengah peserta didiknya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari peserta didik, orang

tua

maupun

masyarakat.

Untuk

menghadapi

tantangan

profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus

12

paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pengajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitiaan guru tidak terjebak pada praktek pengajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namum kenyataannya justru mematikan kreativitas para peserta didiknya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pengajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. a. Peran Wali Kelas Sebagai pengelola kelas tertentu dalam pelayanan bimbingan dan konseling, Wali Kelas berperan : 1) Membantu

guru

pembimbing/konselor

melaksanakan

tugas-tugasnya,

khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. 2) Membantu Guru Mata Pelajaran melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan dan konseling, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. 3) Membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya dikelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti/menjalani layanan dan/atau kegiatan bimbingan dan konseling; 4) Berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan konseling, seperti konferensi kasus; dan 5) Mengalihtangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing/konselor. 6) Kerjasama guru dan konselor dalam layanan bimbingan konseling.

2. Peran guru pembimbing/konselor Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang harus dimili oleh seorang guru penyuluh / konselor. 1. Kwalifikasi Dan Pendidikan Guru Penyuluh Untuk menghadapi kebutuhan dewasa ini seorang guru penyuluh sekurang-kurangnya harus seorang sarjana muda. Ia harus memiliki kwalifikasi yang memungkinkannya untuk dapat melaksanakan tugas penyuluhan dengan

13

berhasil baik. Diantarannya : kecakapan scholastic, minat terhadap pekerjaannya, dan berkepribadian yang baik. 2. Kewajiban Dan Tanggungjawab Guru Penyuluh Pada umumnya guru penyuluh bertanggungjawab dalam melaksanakan Bimbingan Pendidikan ( Educational Guidance ), dan Bimbingan dalam masalahmasalah pribadi

( Personal Guidance ). Iapun harus menetapkan kasus-kasus

yang perlu mendapatkan perhatiannya dengan segera dengan jalan meneliti catatan-catatan sekolah, mengadakan pertemuan-pertemuan dengan anggotaanggota staff sekolah lainya, melaksanakan observasi yang dilakukannya sendiri dan menggunakan teknik sosiometrik.

C. TUJUAN BIMBINGAN KONSELING Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugastugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitankesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.

14

Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir. 1. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial konseli adalah: 

Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat pada umumnya.



Memiliki sikap toleransi terhadap umat beragama lain, dengan saling menghormati dan memelihara hak dan kewajibannya masing-masing.



Memiliki pemahaman tentang irama kehidupan yang bersifat fluktuatif antara yang menyenangkan (anugrah) dan yang tidak menyenangkan (musibah), sertadan mampu meresponnya secara positif sesuai dengan ajaran agama yang dianut.



Memiliki pemahaman dan penerimaan diri secara objektif dan konstruktif, baik yang terkait dengan keunggulan maupun kelemahan; baik fisik maupun psikis.



Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.



Memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan secara sehat



Bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya. Memiliki rasa tanggung jawab, yang diwujudkan dalam bentuk komitmen terhadap tugas atau kewajibannya.



Memiliki kemampuan berinteraksi sosial (human relationship), yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahim dengan sesama manusia.



Memiliki kemampuan dalam menyelesaikan konflik (masalah) baik bersifat internal (dalam diri sendiri) maupun dengan orang lain.



Memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan secara efektif.

15

2. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek akademik (belajar) adalah : 

Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.



Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.



Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.



Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, mengggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.



Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh

informasi

tentang

berbagai

hal

dalam

rangka

mengembangkan wawasan yang lebih luas. 

Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.

3. Tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek karir adalah : 

Memiliki pemahaman diri (kemampuan, minat dan kepribadian) yang terkait dengan pekerjaan.



Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang kematangan kompetensi karir.



Memiliki sikap positif terhadap dunia kerja. Dalam arti mau bekerja dalam bidang pekerjaan apapun, tanpa merasa rendah diri, asal bermakna bagi dirinya, dan sesuai dengan norma agama.



Memahami

relevansi

kompetensi

belajar

(kemampuan

menguasai

pelajaran) dengan persyaratan keahlian atau keterampilan bidang pekerjaan yang menjadi cita-cita karirnya masa depan.

16



Memiliki kemampuan untuk membentuk identitas karir, dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, kemampuan (persyaratan) yang dituntut, lingkungan sosiopsikologis pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.



Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial ekonomi.



Dapat membentuk pola-pola karir, yaitu kecenderungan arah karir. Apabila seorang konseli bercita-cita menjadi seorang guru, maka dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karir keguruan tersebut.



Mengenal keterampilan, kemampuan dan minat. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karir amat dipengaruhi oleh kemampuan dan minat yang dimiliki.

17

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah - sekolah sangat penting sekali. Guru mempunyai peran yang sentral dalam kegiatan Bimbingan dan konseling yaitu : 1.

Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa

aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. 2.

Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kecakapan-

kecakapan, sikap, minat, dan pembawaannya. 3.

Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku social yang baik.

4.

Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk memperoleh

hasil yang lebih baik. 5.

Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat, kemampuan

dan minatnya.

B. SARAN Untuk Mewujudkan peran guru dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dikarenakan, di Sekolah semua anak berbeda tingkah laku dan sifatnya. di samping itu juga guru ditugaskan untuk mengajar mata pelajaran sesuai dengan bidangnya. Oleh karena itu, guru kelas hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan Bimbingan dan Konseling sehingga memiliki wawasan yang mendalam terhadap kegiatan-kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolahsekolah.

18

DAFTAR PUSTAKA

https://www.pdfcoke.com/doc/286235623/Peran-Guru-Bidang-Studi-DalamPelaksanaan-Bk http://septidulfa.blogs.uny.ac.id/2017/12/11/peran-guru-bidang-studi-dalambimbingan-konseling/ https://afhny.wordpress.com/peran-guru-dalam-bimbingan-konseling/ https://dokumen.tips/documents/peran-guru-bidang-studi-dalam-pelaksanaanbk.html

19

Related Documents


More Documents from "khairuddin safri"