Makalah Problematika.docx

  • Uploaded by: Karmila Nusi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Problematika.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,048
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “paham” yaitu mengerti benar dalam suatu hal. Kemampuan memahami bias juga disebut “mengerti” sementara menurut Hamzah B. Uno (saffrine, 2012) mengartikan pemahaman sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu

dengan caranya sendiri tentang

pengetahuan yang diperolehnya. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian kimia, penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar kimia yang telah diterima oleh siswa. Pemahaman konseptual dalam pelajaran kimia mencakup kemampuan untuk mempresentasikan dan menerjemahkan masalah-masalah kimia dalam bentuk representasi makroskopik (dapat diamati), mikroskopik (partikel), bentuk-bentuk gambaran simbolik, dan sebagainya sevara simultan. Penyampaian konsep-konsep kimia yang pada umumnya bersifat abstrak sangat sulit di visualisasikan dalam bentuk verbal, sehingga menuntut kemampuan guru untuk mengorganisasi isi pelajaran yang dapat menstimulasi proses sebagai persiapan untuk membangun pengetahuan siswa. Untuk mencapai pemahaman konsep peserta didik dalam kimia bukanlah suatu hal yang mudah karena pemahaman terhadao suatu konsep kimia dilakukan secara individual setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep-konsep kimia. Namun demikian peningkatan pemahaman konsep kimia perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Sakah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, guru dituntut untuk professional dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran kimia dengan metode, teori atau pendekatan yang mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar bukan lagi objek belajar. 1

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sejarah perkembangan teori pemahaman konsep ? 2. Siapa saja para ahli yang mengembangkan teori pemahaman konsep dalam pembelajaran kimia? 3. Bagaimana contoh penerapan pemahaman konsep dalam pembelajaran kimia? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan teori pemahaman konsep. 2. Untuk mengetahui siapa saja para ahli yang mengembangkan teori pemahaman konsep dalam pembelajaran kimia. 3. Untuk mengetahui contoh penerapan pemahaman konsep dalam pembelajaran kimia.

2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Perkembangan Teori Pemahaman Konsep Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pemahaman berasal dari kata “paham” yaitu mengerti benar dalam suatu hal. Kemampuan memahami bias juga disebut “mengerti” sementara menurut Hamzah B. Uno (saffrine, 2012) mengartikan pemahaman sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu

dengan caranya sendiri tentang

pengetahuan yang diperolehnya. Menurut shadiq (2009: 13) pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam memahami prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Siswa dikatakan memiliki pemahaman konsep apabila siswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan konsep dalam pemecahan masalah. Pemahaman konsep ini sangatlah penting karena dengan adanya penguasaan konsep akan lebih memudahkan siswa dalam mempelajari konsep pada pembelajaran kimia. Pada setiap pembelajaran kimia diusahakan siswa lebih ditekankan pada penguasaan konsep agar siswa memiliki bekal dasar yang baik untuk dapat mencapai kemampuan dasar lainnya seperti : penalaran, komunikasi, koneksi dan pemecahan masalah. Kemampuan konsep juga merupakan kemampuan siswa berupa penguasaan sejumlah materi pelajaran, dimana siswa tidak hanya sekedar mengetahui atau mengingat sejumlah konsep yang di pelajari, tetapi siswa mampu mengungkapkan kembali dalam bentuk lain yang mudah dimengerti oleh siswa misalnya, dengan mengaitkan atau menerapkan konsep kimia yang sudah dipelajari dengan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya pemahaman konsep kimia tidak dianggap sebagai masalah, hal yang perlu diperhatikan juga adalah adanya keterkaitan positif antara pemahaman konsep dengan sikap terhadap ilmu dan juga sikap ilmiah. Dimana, keduanya merupakan aspek penunjang karir siswa selanjutnya, terutama sebagai tenaga 3

pendidik khususnya dibidang kimia nantinya. Sikap ilmiah, terdiri dari beberapa aspek yaitu rasa ingin tahu, inventif, berfikir kritis, da n ketelitian. Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa terhadap pembelajaran kimia, telah dikembangkan berbagai macam metode, media, hingga kurikulum yang menunjang. Pendekatan sejarah merupakan salah satu peningkatan pemahaman konsep (Monk & Osborne, 1997). Pembelajaran dengan pendekatan sejarah ini bukan sesuatu yang baru atau hanya terbatas pada ilmu kimia saja melainkan pembelajaran dengan pendekatan sejarah ini juga diterapkan dibeberapa cabang ilmu sains. Pendekatan sejarah memberikan cara pandang yang berbeda pada pendidik dalam memberikan konsep kimia, sejarah tidak dipandang dari sisi garis waktu saja tetapi dari perubahan konsep dan perkembangan teori dari konteks paling sederhana hingga kompleks. Konsep-konsep kemudian berkembang baik secara linear maupun bercabang, keterbatasan konsep yang pertama akan diperbaiki dengan pemikiran dan penemuan baru. Hal ini terjadi seiring dengan berkembangnya instrument pengindra dan pola piker manusia, maka pengalaman ini akan memberikan gambaran kepada peserta didik mengenai proses (metode) ilmiah.

2.2 Pendapat Para Ahli Tentang Teori Pemahaman Konsep a. Teori Kontruktivisme Teori kontruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generative, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang sudah dipelajari. Teori kontruktivisme ini lebih mengarah kepada pemahaman belajar manusia untuk membangun atau menciptakan pengetahuan sesuai dengan pengalamannya. Menurut teori ini juga, satu prinsip yang mendasar adalah seorang guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif dalam membangun atau mengembangkan pengetahuan ddi dalam memorinya. Dalam hal ini guru dapat memberikan kemudahan untuk proses belajar ini, dengan 4

memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa agar menjadi sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar (Riyanto, 2012). (Suparno, 1997) mengidentifikasi prinsip-prinsip kontruktivis dalam belajar yakni sebagai berikut : 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun social. 2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pengajar kepada pembelajar, kecuali denga keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar. 3. Siswa aktif mengkonstruksi terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep menuju ke konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep ilmiah. 4. Pengajar sekedar membantu pembelajar dengan menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi pembelajar berlangsung secara efektif dan efisien.

b. Teori Belajar menurut Jerome S. Bruner Jerome S. Bruner (Dahar, 2011) mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. (Dahar, 2011) mengatakan bahwa pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan. Pertama, pengetahuan ini bertahan lama, atau lama diingat, bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari dengan cara-cara lain. Kedua, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik daripada hasil belajar lainnya. Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsipprinsip yang dijadikan milik kognitif seseorang lebih mudah diterapkan pada situasisituasi baru. Ketiga, secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berfikir secara bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan-keteramplan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain. 5

c. Teori Belajar menurut Jean Piaget piaget berpendapat bahwa setiap anak mengembangkan kemampuan berfikirnya menurut tahapan yang teratur, proses berfikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dan konkret menuju abstrak. Menurut piaget seorang anak akan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya. Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget (Dahar, 2011) dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh sebab itu, guru dalam mengajar harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. 2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik, guru harus membantu anak mengakomodaskan agar anak dapat berinyeraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. 3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya harus dirasakan sebagai bahan baru tetapi tidak asing. 4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai dengan tahap perkembangnnya. 5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan berdiskusi dengan teman-temannya.

6

2.3 Penerapan Teori Pemahaman Konsep dalam Pembelajaran Kimia Dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran kimia, ada terdapat salah satu penerapan pemahaman konsep misalnya: pada salah satu penelitian tentang: 1. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran hokumhukum dasar kimia ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X IPA SMA NEGERI 2 SURAKARTA. Mata pelajaran kimia merupakan produk pengetahuan alam yang berupa fakta, teori, prinsip, dan hokum dari proses kerja ilmiah, jadi pada pelaksanaan pembelajaran kimia harus mencakup tiga aspek utama yaitu, produk, proses, dan sikap ilmiah. Dalam jurnal ini juga dibahas bahwa situasi dan proses belajar yang pasif tidak akan mampu mengembangkan keterampilan siswa untuk berfikir kontruktivis dalam membangun ide dan konsep belajar siswa.

Sehingga

mengakibatkan para siswa menjadi pasif karena mereka cenderung hanya menghafal konsep dari mata pelajaran kimia sehingga siswa hanya pandai secara teoritis tetapi lemah dalm aplikasi. Materi yang diberikan pada hokum-hukum dasar kimia meliputi, hokum kekekalan massa, hokum perbandingan tetap, hokum kelipatan perbandingan, hukum perbandingan volume gay lussac, dan hokum Avogadro. Konsep dari seluruh hukum yang dipelajari tersebut saling berhubungan, sehingga apabila konsep satu hukum tidak tertanam dengan kuat maka siswa cenderung akan mengalami kesulitan dengan konsep hokum yang lain. Kurang kuatnya pemahaman konsep siswa inilah yang diindikasikan sebagai penyebab lemahnya pemahaman siswa mengenai hokumhukum dasar kimia. Hokum-hukum dasar kimia yang dipelajari merupakan materi yang berupa penggabungan konsep dan perhitungan matematika, sehingga diperlukan cara berfikir dan analisis yang tinggi untuk membangun serta mengaitkan konsep hokum yang diberikan. Oleh karena itu, untuk membantu keaktifan berfikir dari peserta didik 7

diperlukan metode pembelajaran ilmiah. Model pembelajaran konstruktivisme yang dapat membangun proses berfikir siswa secara ilmiah salah satunya yaitu problem based learning (PBL) melalui kegiatan pembelajaran konstruktivisme, siswa mencari dan membangun sendiri informasi dari sesuatu yang dipelajari sehingga proses belajar bukan sekedar kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan kegiatan yang membangkitkan keaktifan dan memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Dengan adanya model pembelajaran PBL ini dapat mengarahkan siswa kepada pemecahan masalah suatu konsep dari hokumhukum dasar kimia sehingga dapat membantu siswa agar lebih memahami terkait dengan pemahaman konsep materi hokum-hukum dasar kimia. Pencapaian hasil belajar menggunakan model pembelajaran ini adalah dengan melakukan test pengetahuan siswa terkait dengan materi hokum-hukum dasar kimia. Dengan pokok bahasan adalah: - Hokum kekekalan massa (Lavoisier) indicator pembelajarannya dengan membuktikan berdasarkan percobaan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap. - Hokum perbandingan tetap tetap dan kelipatan perbandingan, indicator pembelajaran ini dengan membuktikan berdasarkan percobaan dan menafsirkan data tentang perbandingan massa dua unsure yang bersenyawa. Pada pertemuan kedua aktivitas siswa lebih meningkat lebih baik dari pertemuan sebelumnya, untuk model pembelajaan ini memudahkan siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep dengan cara mengembangkan pemahamannya dengan percobaan sederhana terkait dengan materi hukum-hukum dasar kimia.

2. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi hasil belajar pokok bahasan larutan penyangga pada siswa kelas XI IPA SMAN 1 NGEMPLAK Menurut Galuh, dkk (2015) dengan penelitian PTK, menjelaskan bahwa penelitian ini dilakukan di SMAN 1 ngemplak boyolali penelitian ini menggunakan 8

teknik analisis kualitatif yang mengacu pada analisis Miles dan Huberman dalam sugiyono yang dilakukan secara interaktif melalui proses reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat evaluasi prestasi belajar adalah soal tes aspek kognitif. Instrument ini telah diujicobakan untuk mengetahui kelayakannya sebagai alat evaluasi. Pada pertemuan pertama siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep mengenai pengertian, komponen dan cara kerja larutan penyangga dari hasil diskusi terhadap data pengamatan dari eksperimen yang dilakukan. Pada penelitian ini, peneliti menjelaskan bahwa pelaksanaan pembelajaran tindakan dengan model discovery learning pada siklus 1 telah berjalan dengan baik interaksi antara guru dan siswa. Peningkatan aktivitas belajar siswa disebabkan oleh banyak factor, antara lain model pembelajaran discovery Learning yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dengan adanya diskusi, siswa lebih berani dalam menyatakan pendapat, menanggapi pertanyaan baik teman maupun guru. Berdasarkan prestasi belajar siswa yang mencakup aspek kognitif, efektif dan psikomotorik dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan prestasi belajar.

9

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpukan Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dari tiga aspek penilaian kimia, penilaian pada aspek pemahaman konsep ini bertujuan mengetahui sejauh mana siswa mampu menerima dan memahami konsep dasar kimia yang telah diterima oleh siswa. Pemahaman konseptual dalam pelajaran kimia mencakup kemampuan untuk mempresentasikan dan menerjemahkan masalah-masalah kimia dalam bentuk representasi makroskopik (dapat diamati), mikroskopik (partikel), bentuk-bentuk gambaran simbolik, dan sebagainya sevara simultan. Penyampaian konsep-konsep kimia yang pada umumnya bersifat abstrak sangat sulit di visualisasikan dalam bentuk verbal, sehingga menuntut kemampuan guru untuk mengorganisasi isi pelajaran yang dapat menstimulasi proses sebagai persiapan untuk membangun pengetahuan siswa.

10

DAFTAR PUSTAKA

Darsono dkk. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Dahar, R. W. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung. Erlangga. Monk, M & J. Osborne. 1007. Placing the history and philosophy of science on the curriculum: A model for the development of pedagogy. Science & Education (Sci Ed) 81:405-424. Wasonowati, dkk. 2014. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) pada pembelajaran hokum-hukum dasar kimia ditinjau dari aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK). Vol. 3 No. 3.

11

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""