Makalah Presus Kulit Hafiidz.docx

  • Uploaded by: Dea Karima
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Presus Kulit Hafiidz.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,550
  • Pages: 26
PRESENTASE KASUS KARBUNKEL Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Dermatovenereologi Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Diajukan Kepada : dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK

Disusun oleh Hafiidz Fatich Rosihan 20174011152

SMF DERMATOVENEREOLOGY RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2018

i

LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS KARBUNKEL Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh Hafiidz Fatich Rosihan 20174011152

Telah disetujui dan dipresentasikan Pada Tanggal Desember 2018

Pembimbing

dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK

ii

KATA PENGANTAR Assalamualaikumwarahmatullahwabarakatuh. Alhamdulillahirabbil’alamin, hanya itu kalimat pujian yang pantas penulis persembahkan kepada Allah SWT atas segala nikmat, petunjuk dan kemudahan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis bias menyelesaikan pesentasi kasus ini yang diberi judul “Karbunkel“. Shalawat dan salam buat junjungan alam Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Presentasi kasus ini selain disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, dan juga untuk memberikan informasi kepada tenaga kesehatan maupun masyarakat mengenai Karbunkel. Penulis menyadari presentasi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan. Dalam kesempatan yang sangat baik ini perkenankanlah penulis mengucapkan penghargaan dan terimakasih yang tidak ternilai kepada: 1. Allah SWT, telah memberikan segala nikmat yang tidak terhingga sehingga mampu menyelesaikan Presentasi Kasus ini dengan baik. 2. dr. Dwi Rini Marganingsih, M.Kes., Sp.KK selaku dokter pembimbing dalam menyelesaikan presentasi kasus ini. 3. Teman-teman Co-Assistensi seperjuangan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Wassalamu’alaikumwarahmatullahwabarakatuh. Bantul, September 2018 Penulis

iii

DAFTAR ISI i ii iii iv 1 1 2 2 5 5 5 5 5 6 7 8 8 8 11 12 13 13 15 15 16 17

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II PRESENTASE KASUS BAB III TUNJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI B. EPIDEMIOLOGI C. ETIOPATOGENESIS D. GEJALA KLINIS E. HISTOPATOLOGI F. PEMERIKSAAN PENUNJANG G. DIAGNOSIS H. DIAGNOSIS BANDING I. PENATALAKSANAAN J. PROGNOSIS BAB IV PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

iv

BAB I PENDAHULUAN

Karbunkel merupakan salah satu manifestasi dari infeksi kulit dan jaringan lunak disekitarnya. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa furunkel yang ber kelompok. Furunkel merupakan nodul yang berisi nanah yang terbentuk dibawah kulit akibat infeksi bakteri yang menyebabkan inflamasi pada folikel rambut dan jaringan sekitarnya. Karbunkel memiliki lesi inflamasi yang lebih luas dengan dasar lebih dalam dan ditandai dengan nyeri yang luar biasa. Pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang termasuk flora normal pada kulit, Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit. Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik yang menunjukkan prevalensi karbunkel. Karbunkel umumnya terjadi pada anak-anak, remaja sampai dewasa muda. Statistik Departemen Kesehatan Inggris menunjukkan bahwa pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Karbunkel dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Setiap orang memiliki potensi terkena penyakit ini, namun beberapa orang dengan penyakit diabetes, sistem imun yang lemah, jerawat atau problem kulit lainnya memiliki resiko lebih tinggi. Gambaran klinis penyakit ini adalah timbulnya nodul kemerahan berisi pus, panas dan nyeri. Diagnosis karbunkel dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri . Karbunkel dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius. Masuknya S. aureus ke dalam aliran darah menimbulkan bakteremia. Bakteremia S.aureus dapat mengakibatkan infeksi pada organ lain atau yang dikenal infeksi metastasis. Sekitar 30% kasus bakteremia menimbulkan endokarditis. Pada tahap akhir, mengakibatkan sepsis yang dapat menyebabkan kematian. Penatalaksanaan karbunkel meliputi insisi, drainase pus serta pemberian antibiotik sistemik. Umumnya penderita sembuh dengan terapi adekuat tersebut, namun ada beberapa 1

penderita yang mengalami rekurensi yang membutuhkan evaluasi dan penanganan lebih lanjut.

2

BAB II PRESENTASE KASUS A. IDENTITAS PASIEN Nama

: Tn. Y

No.RM

: 63-61-80

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Bantul

Usia

: 60 Tahun

Pekerjaan

: Pensiun

Agama

: Islam

B. ANAMNESA 1. Anamnesis a. Keluhan Utama: Benjolan Nyeri di Pipi Kanan b. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli kulit RSPS dengan keluhan benjolan pada pipi kanan yang timbul semakin besar sejak 1 bulan terakhir.. Pada mulanya hanya berupa bintil seperti jerawat 1 buah sebesar kepala jarum pentul berwarna kemerahan. Gatal (-), nyeri (+) terutama bila tertekan, benjolan berisi nanah (+), benjolan berisi cairan (-), riwayat digigit binatang (-), demam (-), pasien lalu berobat ke bidan dan diberi 3 macam obat, salah satunya paracetamol sementara 2 obat lainnya tidak diketahui, namun keluhan tidak berkurang malah semakin membesar dan tumbuh seperti sekarang.

c. Riwayat Penyakit Dahulu 

Riwayat keluhan serupa disangkal



Riwayat alergi disangkal



Riwayat asma disangkal



Riwayat DM tidak terkontrol

d. Riwayat Penyakit Keluarga 

Riwayat keluhan serupa disangkal

3



Riwayat asma disangkal



Riwayat alergi disangkal

e. Data Sosial, Ekonomi, dan Linkungan. Pasien merupakan pensiunan dan

tinggal dengan kedua anaknya dan

menantunya di rumah. Pasien lebih sering berdiam diri di rumah. Pasien mandi 2x sehari menggunakan air bersih. Pasien menggunakan handuk dan perlengkapan mandi sering bergantian dengan anaknya. Pasien mengaku jarang mencuci muka nya dan suka berkeringat di rumahnya karena gerah.

2. Anamnesis Sistem A. Sistem saraf pusat

: Demam (-), penurunan kesadaran (-)

B. Sistem kardiovaskuler

: Sesak (-), nadi (-), pucat (-), kaki bengkak (-)

C. Sistem respiratori

: Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), sering bersin (-)

D. Sistem urinaria

: BAK (+) dalam batas normal

E. Sistem gastrointestinal

: BAB (+) dalam batas normal . Riwayat DM tidak terkontrol (GDS terakhir 400)

F. Sistem Anogenital

: Anus, genitalia tidak ada kelainan

G. Sistem Integumental

: Terdapat benjolan di pipi kanan.

H. Sistem musculoskeletal

: Gerakan bebas aktif, lumpuh (-), nyeri otot (-)

I. Sistem sensori

: Mata memerah (-), mata gatal (-)

C. PEMERIKSAAN FISIK 1. Kesan Umum Kesan umum : Tampak sakit Ringan Kesadaran

: Compos Mentis

Suhu

: 36,5o celcius

Nadi

: 90x/menit.

Pernafasan

: 18x/menit.

4

2. Pemeriksaan Generalisata

: Tampak Baik

3. Pemeriksaan Kulit (foto UUK terlampir)

STATUS DERMATOLOGIS ( Lokasi- Efloresensi-Penyebaran)  Lokasi : zigomatikum Dekstra  Efloresensi : nodul eritema, konsistensi keras, berisi infiltrat, pustula, krusta  Penyebaran: regional

TES SENSIBILITAS KULIT( Raba- Nyeri): Sedikit Nyeri D. DIAGNOSIS BANDING 1. Karbunkel 2. Folikulitis 3. Furunkel DIAGNOSIS KERJA Karbunkel

5

E. PENATALAKSANAAN Langkah pengobatan karbunkel: TERAPI UMUM 

:

Menjaga kebersihan wajah, salah satunya dengan mencuci wajah dengan bersih

KHUSUS :  Ciprofloxacin 500mg, 2x1 tablet/ hari  Paracetamol 500mg prn  Kompres rivanol atau larutan NaCl 0.9% sebanyak 3x dalam 30 menit sehari  Gentamisin salep 3x1, bila sudah 2 hari di kompres. PROGNOSIS : QUO AD SANAM QUO AD VITAM QUO AD KOSMETIKUM

: bonam : bonam : bonam

6

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

A.

DEFINISI Karbunkel adalah infeksi bakteri pada sekelompok folikel rambut dan jaringan sekitarnya yang berdekatan3,15. Karbunkel terbentuk dari gabungan beberapa furunkel yang berkelompok dan dibatasi oleh trabekula fibrosa yang berasal dari jaringan subkutan yang padat7. Karbunkel merupakan nodul inflamasi pada daerah folikel rambut yang lebih luas dan dasarnya lebih dalam daripada furunkel1,3.

Gambar 1. Karbunkel. Lesi menunjukkan furunkel konfluens multipel yang sebagian mengeluarkan pus3.

B.

EPIDEMIOLOGI Karbunkel memiliki prevalensi yang kecil. Umumnya terjadi pada anak-anak, remaja sampai dewasa muda3. Berdasarkan statistik Departemen Kesehatan Inggris, pada tahun 2002 dan 2003 terdapat sekitar 0,19% atau 24.525 penderita yang berobat ke Rumah Sakit Inggris dengan diagnosa furunkel abses kutaneus dan karbunkel. Dari 24.525 pasien tersebut terdapat 90% yang memerlukan rawat inap. 54% dari pasien yang berobat tersebut adalah laki-laki dan 46% pasien adalah perempuan. Usia ratarata dari pasien yang berobat adalah 37 tahun. 72% berusia 15-59 tahun dan 6% berusia diatas 75 tahun4.

7

C.

ETIOPATOGENESIS Perubahan Karbunkel disebabkan infeksi bakteri, umumnya stafilokokus (Stafilokokus aureus)3. Bakteri S.aureus berbentuk bulat (coccus), memiliki diameter 0,5 –

1,5 µm, memiliki susunan bergerombol seperti anggur, tidak memiliki kapsul,

nonmotil, katalase positif dan pada pewarnaan gram tampak berwarna ungu7,11. Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus. yang merupakan flora residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit7. Selanjutnya, bakteri tersebut berkolonisasi di jaringan kulit. Respon primer host terhadap

infeksi

S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin TNF

(tumor

necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan sel kulit yang mati11.

D.

FAKTOR RESIKO Setiap orang dapat beresiko terkena karbunkel, namun terdapat beberapa

faktor yang dapat meningkatkan resiko, antara lain3,11 : 1. Karier S.aureus kronik (pada hidung, aksila, perineum, vagina). 2. Diabetes. Pada diabetes terjadi gangguan fungsi leukosit sehingga membuat tubuh sulit untuk melawan infeksi. 3. Higiene yang buruk. Hal ini mempermudah bakteri berkolonisasi di permukaan kulit, sehingga meningkatkan resiko infeksi. 4. Pakaian yang ketat. Iritasi yang terus menerus dari pakaian yang ketat dapat menyebabkan luka pada kulit, membuat bakteri mudah untuk masuk kedalam tubuh. 5. Kondisi kulit tertentu. Karena kerusakan barier protektif kulit, masalah kulit seperti jerawat, dermatitis, scabies, atau pedukulosis membuat kulit rentan menjadi furunkel atau karbunkel. 6. Penggunaan kortikosteroid. Hal ini terkait dengan efek kortikosteroid berupa supresi sistem imun tubuh.

8

7. Defek fungsi netrofil seperti pada pasien yang mendapatkan obat kemoterapi atau mendapat obat omeprazole. 8. Penyakit imunodefisiensi primer seperti penyakit granulomatosa kronik, sindrom Chediak-Higashi, defisiensi C3, hiperkatabolisme C3, hipogammaglobulinemia transient, timoma dengan imunodefisiensi, dan sindrom Wiskott-Aldrich.

E.

DIAGNOSIS 1.

Anamnesa

Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul tersebut meningkat dalam beberapa hari dan dapat mencapai diameter 3-10 cm atau bahkan lebih. Beberapa pasien mengeluh demam dan malaise7. 2.

Pemeriksaan Fisik Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi setelah

kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar yang multipel (multiple follicular orifices). Karbunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan dengan granulasi3,11. 3.

Pemeriksaan Penunjang Karbunkel biasanya menunjukkan leukositosis. Pemeriksaan histologis dari

karbunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan lemak subkutan. Pada karbunkel, abses multipel yang dipisahkan oleh trabekula jaringan ikat menyusup dermis dan melewati sepanjang pinggir folikel rambut, mencapai permukaan melalui lubang pada epidermis yang terkikis7.

9

Gambar 3. Gambaran histopatologi Karbunkel6.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang dikonfirmasi dengan pewarnaan gram dan kultur bakteri3,7. Pewarnaan gram S.aureus akan menunjukkan sekelompok kokus berwarna ungu (gram positif) bergerombol seperti anggur, tidak bergerak16. Kultur pada medium agar MSA (Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat mefermentasikan manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi kuning10. Pada kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar (6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan14. Uji sensitivitas antibiotik diperlukan untuk penggunaan antibiotik secara tepat3.

10

Gambar 4. Gambaran Mikroskopik S.aureus dengan Pengecatan Gram16. .

Gambar 5. Hasil Kultur S. aureus dalam Medium MSA10.

11

Gambar 6. Hasil Kultur S.aureus dalam Medium Agar Darah14 F.

DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Banding Definisi

Etiologi Faktor pencetus

Karakteristik

Tempat predileksi Mekanisme

Karbunkel

Furunkel

Folikulitis

Satu kelompok beberapa folikel rambut yang terinfeksi

Peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan sekitarnya.

Staphylococcus aureus Penderita imunokompromise seperti penderita diabetes, obesitas penderita penyakit imunodefisiensi Higienitas yang buruk Nodul multipel pada lapisan dermis dan subkutis yang disertai pus; bisa merupakan gabungan dari beberapa furunkel Hidung, aksilla, Kulit kepala, tengkuk dan perineum Ketidakseimbangan pH kulit, penderita imunokomprimise  mempermudah infeksi foliker rambut oleh

Staphylococcus aureus Penderita imunokompromise seperti penderita diabetes, penderita penyakit imunodefisiensi Higienitas yang buruk Nodul eritema, keras yang disertai nyeri tekan

Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di kulit kemudian menyebar kejaringan sekitarnya Staphylococcus aureus Penderita imunokompromise seperti penderita diabetes, penderita penyakit imunodefisiensi Higienitas yang buruk. Noduleritema, milier

Hidung,tengkuk,kulit kepala, aksilla dan perineum Ketidakseimbangan pH kulit, penderita imunokomprimise  mempermudah infeksi foliker rambut oleh 12

Hidung, aksilla, tengkuk dan perineum Ketidakseimbangan pH kulit, penderita imunokomprimise  mempermudah infeksi foliker rambut oleh

Gejala klinis

Pemeriksaan Gram

G.

S.aureusmerusak S.aureusmerusak S.aureusmerusak integritas kulit (dermis integritas kulit (dermis integritas kulit (dermis sampai subkutis ) sampai subkutis ) sampai subkutis ) Nyeri tekan (+), Nyeri tekan (+), Nyeri tekan (-), fluktuasi (+), gatal (+) fluktuasi (-), gatal (+), fluktuasi (-) gatal (+) hangat (+) dan bisa hangat (-) dan tidak dan tidak terdapat terdapat tanda-tanda terdapat tanda-tanda tanda-tanda infeksi infeksi sekunder infeksi sekunder sekunder seperti demam Coccus gram (+), Coccus gram (+), Coccus gram (+), PMN (+++) PMN (++) PMN (+)

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan karbunkel meliputi pembedahan untuk mengeluarkan pus, pemberian antibiotic sistemik dan terapi adjuvans1,3,7. 2.11.1 Pembedahan Terapi adekuat dari karbunkel adalah insisi dan drainase pus1,2. Persetujuan tindakan medis diperlukan sebelum melakukan tindakan. Selanjutnya semua perlengkapan operasi disiapkan. Pertama disinfeksi area karbunkel dan sekitarnya didisinfeksi dan dibatasi dengan duk steril.. Anastesi lokal yang umumnya digunakan adalah lidokain 1%.. Scalpel dipegang menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk membuat initial entry. insisi dilakukan langsung ke pusat abses. Insisi dibuat searah dengan skin-tension line. Insisi dilebarkan untuk membuat ruang yang cukup memadai sehingga semua pus dapat keluar. Hal ini dapat mencegah terjadinya rekurensi. Pengambilan pus utuk kultur dapat menggunakan hapusan atau spuit ke dalam ruang abses. Setelah pus mengalir spontan. klem yang berujung bengkok untuk membuka seluruh ruang abses. Klem dimasukkan ke dalam ruang abses ke dalam sampai menyentuh jaringan yang sehat, kemudian ujung klem dibuka dan digerakkan melingkar untuk mengeksplorasi memisahkan jaringan sehat dan ruang abses. Selanjutnya dilakukan irigasi menggunakan spuit tanpa jarum dengan normal saline sampai cairan irigasi yang keluar

dari ruang abses jernih. Wound-packing material ukuran seperempat atau

setengan inchi dimasukkan dalam ruang abses. Kemudian tutup luka dengan kasa steril dan plester. Penderita follow-up setelah 2-3 hari, jika tidak ada pus, wound-packing material di ambil5.

13

14

Gambar 7.. Insisi dan Drainase Abses5.

2.11.2 Antibiotik Sistemik Antibiotik sistemik mempercepat resolusi penyembuhan dan wajib diberikan pada seseorang yang beresiko mengalami bakteremia. Antibiotik diberikan selama empat sampai tujuh hari3,7,11. Bila infeksi berasal dari methicillin resistent Streptococcus aureus (MRSA) dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam7. Pilihan lain adalah tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak13. Terapi pilihan untuk golongan penicilinase-resistant penicillin adalah dicloxacilin Pada penderita yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih

15

golongan eritromisin. Pada orang yang alegi terhadap β-lactam antibiotic dapat diberikan vancomisin7. Terapi antimikrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang. Lesi yang didrainase harus ditutupi untuk mencegah autoinokulasi. Pasien dengan karbunkel yang berulang memerlukan evaluasi dan penanganan lebih komplek3,7,11. Tabel 2. Manajemen furunkulosis atau karbunkel rekuren3,8,11 

Evaluasi penyebab yang mendasari dengan teliti -

Proses sistemik

-

Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat kimia, minyak).

-

higiene yang buruk.

-

Sumber kontak Staphylococcus: infeksi piogenik dalam keluarga, olahraga kontak seperti gulat, autoinokulasi.

-

Stahphylococcus aureus dari hidung : disini tempat dimana penyebaran organisme ke tempat tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal bervariasi : 10%-15% pada balita 1 tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada dokter RS dan siswa militer.



Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun adalah penting. Sabun antimikrobial yang mengandung providone iodine atau benzoyl peroxide atau klorheksidin 4% dapat digunakan untuk mengurangi kolonisasi stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah harus digunakan dan secara hati-hari dicuci dengan air panas sebelum digunakan.



Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus digunakan sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada seprai dan pakaian dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya. Pakaian secara terpisah dicuci dalam air hangat dan diganti tiap hari.



Pertimbangan umum : beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren. Kadang-kadang, masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh pasien agar tidak melakukan pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu dengan stres emosional dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu,

16

idealnya pada iklim sejuk atau kering akan membantu dengan cara menyediakan istirahat dan juga menyisihkan waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan program perawatan kulit. 

Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin maupun yang resisten methicillin) dari hidung (dan kulit) : -

Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada hidung dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit, sebuah proses yang menyebabkan furunkulosis rekuren. Pemakaian secara intranasal dari salep mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih dan lembut selama 5 hari dapat mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar 70% pada individu yang sehat selama 3 bulan. Resistensi stafilokokus terhadap mupirocin hanya didapatkan pada 1 dari 17 pasien. Profilaksis dengan salep asam fusidat yang dioleskan pada hidung dua kali sehari setiap minggu keempat pada pasien dan anggota keluarganya yang merupakan karier strain infeksius S.aureus pada hidung (bersamaan dengan pemberian antibiotik anti-stafilokokus peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti dengan beberapa keberhasilan8.

-

Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif dalam mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode lebih dari 12 minggu. Penggunaan rifampin dalam jangka waktu tertentu untuk mengeradikasi S.aureus pada hidung dan menghentikan siklus berkelanjutan dari furunkulosis rekuren adalah beralasan pada pasien yang dengan pengobatan lain gagal. Namun, strain yang resisten rifampin dapat muncul dengan cepat pada terapi seperti itu. Penambahan obat kedua (dikloxacillin

bagi

S.aureus

yang

peka

methicillin;

trimethoprim-

sulfametaxole, siprofloksasin, atau minoksiklin bagi S.aureus yang resisten methicillin) telah digunakan untuk mengurangi resistensi rifampin dan untuk mengobati furunkulosis rekuren13.

17

H.

PROGNOSIS Umumnya pasien mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi insisi dan drainase pus serta antibiotic sistemik3,7. Beberapa pasien mengalami komplikasi bakteremia dan bermetastasis ke organ lain7,11 . Beberapa pasien mengalami rekurensi, terutama pada penderita dengan penurunan kekebalan tubuh3,11.

18

BAB IV PEMBAHASAN

Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita mengeluh timbul benjolan kemerahan sejak 1 bulan yang lalu, bercak kemerahan tersebut tidak terasa gatal dan sedikit nyeri. Di keluarga maupun lingkungan sekitarnya tidak ada yang mengalami penyakit yang sama. Penderita tidak memiliki riwayat alergi demikian juga pada keluarganya.Pasien memiliki riwayat diabetes melitus yang merupakan faktor resiko terjadinya karbunkel. Dari status dermatologinya didapatkan letak lesi yang menunjukkan tempat predileksi Karbunkel yaitu Hidung, aksilla, Kulit kepala, tengkuk dan perineum. Dari effloresensi didapatkan nodul eritema, , konsistensi keras, berisi infiltrat, pustula, krusta. Dari gambaran klinis diatas sangat menunjang diagnosis kita ke arah suatu karbunkel. Pengobatan medikamentosa pada pasien ini diberikan secara topikal dan sistemik. Pengobatan topikal yang diberikan adalah Kompres rivanol atau larutan NaCl 0.9% sebanyak 3x dalam 30 menit sehari Gentamisin salep 3x1, bila sudah 2 hari di kompres. Pengobatan sistemik pada kasus ini adalah Ciprofloxacin 500mg, 2x1 tablet/ hari dan Paracetamol 500mg prn sebagai terapi simptomatik oleh karena pasien mengeluh nyeri dan keluar nanah. Apabila nyeri berkurang, infeksi sekunder dapat dicegah karena pasien tidak menyentuh daerah yang nyeri. Selain pengobatan KIE kepada pasien juga sangat penting. Prognosis karbunkel pada pasien ini baik jika diabetes melitus terkontrol dan higienitas pasien terjaga.

19

BAB V KESIMPULAN Karbunkel merupakan abses pada kulitdan jaringan subkutan yang menggambarkan perluasan sebuah furunkel yang telah menginvasi beberapa buah folikel rambut, karbunkel berukuran besar dan memiliki letak yang dalam. Biasanya keadaan ini disebabkan oleh infeksi stapilococcus. Karbunkel paling sering ditemukan didaerah yang kulitnya tebal dan tidak elastis. Bagian posterior leher dan bokong merupakan lokasi yang sering. Pada karbunkel, inflamasi yang luas sering tidak diikuti dengan pengisolasian infeksi tersebutsehingga terjadi absorpsi yang mengakibatkan panas tinggi, rasa nyeri, leikositosis dan bahkan penyebaran infeksi kedalam darah. Pada karbunkel : penderita diabetes mellitus, malnutrisi, gagal jantung, penyakit kulit yang menyeluruh dan berat misalnya eritoderma, pemfigus dan pengobatan steroid lama, walaupun dapat pada orang sehat. Tersering pada laki-laki, usia menengah dan usia tua

20

DAFTAR PUSTAKA 1. Brunicardi, C. F. et al. 2005. Scwartz’s Principle Of Surgery, eighth edition .USA: the McGraw Hill Companies Inc. 2. Chambers, Henry F, Moellering, Robert C, and Kamitsuka, Paul. 2008. Management of Skin and Soft-Tissue Infection. NEJM.http:/www.nejm.org. 3. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN, Swartz MN, Johnson RA. 2008. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: McGraw Hill Medical 4. Departement

of

Health,

England.

2003.

Statistics

about

Carbuncle.

http://www.cureresearch.com/c/carbuncle/stats.htm. 5. Fitch, Michael T., Manthey, David E. et.al. Abscess Incision and Drainage. NEJM. http:/www.nejm.org. 6. Friendlander, Ed. 1995. Infectious Disease: Histopathology of Carbuncles. http.www.pathguy.com/lecture/infect.htm 7. G, Berger T. 2007. Furunculosis (Boils) and Carbuncles. In: McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM (eds).Current Medical Diagnosis and Treatment 46th ed. New York: McGraw Hill. 8. G, M. Lindsay. 2006. The Treatment Triangle for Staphylococcal Infection. NEJM. http:/www.nejm.org. 9. Jablonski, Nina G. 2006.Skin: A Natural History. University of Calofornia Press. NEJM. http:/www.nejm.org. 10. Kaiser, Gary. 2002. Staphylococcus aureus growing on Manitol Salt Agar. http:/student.ccbmcmd.edu/courses/bio141/lab manua/lab15/msasa.html 11. Lowy FD.2006. Staphylococcal Infections. In: Kasper DL, Braunwald E, et al (eds). Harrison’s Principle of Internal Medicine 17th ed. New York: McGraw Hill. 12. Paus, Ralf and C, George. The Biology of Hair Follicles. NEJM.http:/www.nejm.org. 13. R, S. Daum. 2007 Skin and Soft Tissue Infections Caused by Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus. NEJM. http:/www.nejm.org.

21

14. Rebecca, Buxton. 2005. Blood Agar Plates and Hemolysis: Staphylococcus and orther Catalase Positive Gram-Positive Cocci. Department of PathologyUniversity of UtahSalt

Lake

City,

UT

84132USA.

http.microbelibrary.org/Culture

Media/details.asp. 15. Shear, N., Najwa E. dan Sabrina I. dan M Kerba 2000. Dermatology. Review Notes Lecture Series. MCCQE. 16. W, Scott. 2003. Methicilin-resistant Staphylococcus aureus.AVMA Journals Home. http://www.avma.org/onlnews/javma/nov03/031115a.asp

22

Related Documents

Makalah Kulit Normal.docx
December 2019 5
Kulit
August 2019 59
Kulit
June 2020 35
Kulit
April 2020 35

More Documents from "mohamad rafe"