Makalah Praktek Mnjm.docx

  • Uploaded by: Suci Aditia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Praktek Mnjm.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,553
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk bio, psiko, spiritual dan sosio yang ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit, mencakup siklus hidup manusia. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan tersebut adalah memelihara dan membersihkan alat-alat kesehatan. Alat kesehatan (UU RI no 36 Tahun 2009 tentang kesehatan) adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Peralatan penyelenggaraan

kesehatan

merupakan

salah

satu

faktor

penting

dalam

pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas

pelayanan kesehatan lainnya.

Guna mencapai kondisi maupun fungsi peralatan

kesehatan yang baik serta dapat mendukung pelayanan kesehatan maka perlu adanya pengelolaan peralatan kesehatan yang terpadu. Agar peralatan kesehatan dapat dikelola dengan baik diperlukan adanya kebijakan pemerintah dalam pengelolaan peralatan kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Saat ini banyak sekali ditemukan masalah yang berkaitan dengan alat-alat kesehatan. Contohnya : Kurangnya kebersihan pada alat-alat kesehatan serta tidak sterilnya ketika digunakan. Akibatnya, infeksi mudah terjadi dan membawa dampak pada lama rawat inap pasien bertambah, disamping itu bertambahnya pula biaya pengobatan yang harus dikeluarkan untuk perawatan pasien. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan termotivasi untuk memyusun makalah ini.

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Ruang Lingkup

E. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ALAT KESEHATAN 1. Peralatan Kesehatan a. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, implant yang mengandung obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. b. Permenkes RI No. 220/Men.Kes/Per/IX/1976 Tgl. 6 seperti 1976: Alkes adalah barang, instrumen, aparat atau alat trmsk tiap komponen, bagian atau perlengkapannya yang diproduksi, dijual. 2. Peralatan Medis Peralatan medis sebagai bagian peralatan kesehatan pada pedoman ini adalah yang memerlukan kalibrasi, pemeliharaan, perbaikan, pelatihan pengguna, dan dekomisioning.

kegiatan

biasanya

dikelola

oleh

para

tenaga

teknis

(elektromedis/clinical engineer). Peralatan medis digunakan untuk tujuan diagnosis tertentu dan pengobatan penyakit atau rehabilitasi setelah penyakit atau luka yang dapat digunakan baik sendiri atau bersamaan dengan aksesori, bahan operasional, atau bagian lain dari peralatan medis. Peralatan medis di pedoman ini tidak termasuk implan, peralatan sekali pakai atau disposabel. Peralatan medis adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan terapi, rehabilitasi dan penelitian medik, baik secara langsung maupun tidak langsung. 3. Pengertian Inventaris Inventaris adalah daftar barang-barang yang disimpan di suatu tempat. Masing-masing bagian pusat kesehatan menyimpan inventaris atas perlaatan yang tidak habis pakai. Peralatan baru yang dikeluarkan harus ditambahkan dalam inventaris, yang digunakan setiap jangka waktu tertentu untuk memeriksa persediaan peralatan yang digunakan. 4. Penggolongan Alat Kesehatan a. Menurut fungsinya. 1) Peralatan medis, seperti : a) EGC monitor/alat-alat yang digunakan di ICU/ICCU. b) Emergency set, oksigen set dan alat dikamar operasi

c) Alat-alat penunjang diagnosa seperti Otoskop, Rinoskop, Thermometer dan Tensimeter. d) Utensilien seperti bak bengkok/nierbeken, urinal, bad pan dan cateter. 2) Peralatan non medis. Seperti alat dapur, generator, peralatan cucian dan sendok. b. Menurut sifat pemakaian. 1) Consumable/disposable/sekali pakai. Seperti spuit, cateter, mag slang dan kondom. 2) Peralatan tahan lama yang dipakai terus-menerus. Seperti instrument operasi, bengkok dan otoskop. c. Menurut kegunaannya. 1) Penggolongan menurut sistem seperti : a) Sistem gastrointestinal (cateter canul dan NGT). b) THT seperti Otoskop dan rinoskop. c) Sistem reproduksi seperti cateter, bougic aparat, hegar dan speculum vagina/instrument ginekologi. d) Dentalog/alat gigi. e) Cardiovaskuler seperti ECG, layar monitor dan venulon dengan banyakjenisnya. f) Sistem ambulance/bantu gerak seperti kursi beroda dan kruk. g) Untuk terapi seperti lampu merah, blue life, dan alat fisioterapi. h) Perlindungan sistem integument seperti wind ring/bantal angin. d. Penggolongan menurut kep.MENKES RI NO.116/SK/79 1) Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan. 2) Peptisidan dan insektisida pembasmi hama manusia dan binatang piaraan. 3) Alat perawatan yang digunakan di salon kecantikan. 4) Wadah penampung yang terbuat dari plastik atau kaca untuk penyimpanan obat atau penampung juga karet penutup botol. 5) Peralatan obstetric dan ginekologi. 6) Peralatan Anestetika. 7) Peralatan dan kelengkapan kedokteran gigi. 8) Peralatan dan kelengkapan THT. 9) Peralatan dan perlengkapan THT. 10) Peralatan perlengkapan Rumah Sakit umumnya

e. Penggolongan alat menurut sifat bahan. 1) Bahan dasar logam. Contohnya pinset, gunting dan jarum heating. 2) Bahan dasar karet atau plastik. Contohnya kateter, sarung tangan dan NGT. 3) Bahan dasar linen. Contohnya sprei, sarung bantal dan selimut. 4) Bahan dasar kaca. Contohnya thermometer dan tabung reaksi. 5) Bahan dasar kertas. Contohnya status pasien. f. Penggolongan menurut umur instrument. 1) Consumable/disposable (spuit, jarum, cateter dan NGT). 2) Yang dapat dicuci/disterilkan seperti gunting, pinset dan selimut. 3) Alat-alat penting dan mahal umur lebih dari 5 tahun seperti x-ray, sterilisator dan alat ECG.

5. Jenis bahan peralatan a. Dua jenis utama bahan peralatan dikenal sebagai: 1) Habis pakai (juga disebut dapat habis dipakai atau dapat diperbaharui) Peralatan habis pakai adalah peralatan yang digunakan dalam waktu singkat misalnya korep api, kapas, pewarna laboratorium, kertas, tabung suntik (syringe) sekali pakai. 2) Tidak habis pakai (juga disebut kekal, atau tidak dapat diperbaharui) Peralatan yang tidak habis pakai adalah yang dapat bertahan beberapa tahun, serta perlu pelayanan dan pemeliharaan, mislanya mikroskop, pisau bedah furniture, timbangan, kendaraan, pispot. 6. Empat langkah utama dalam pengaturan peralatan adalah: 1) Pemesanan (mendapatkan peralatan dari toko) 2) Penyimpanan (mencatat, memberi label, dan menaruh peralatan dalam tempat persediaan atau penyimpanan) 3) Pengeluaran (menghabiskan, mencatat pengeluaran dan keseimbangan stock yang masih ada, dan menerima kupon/surat pengeluaran barang yang telah ditandatangani) 4) Pengawasan/pemeliharan (mengawasi peralatan habis pakai, memelihara dan memperbaiki peralatan tidak habis pakai).

B. PENGOPERASIAN PERALATAN KESEHATAN Beberapa tahapan kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam operasionalisasi peralatan kesehatan yaitu, tahapan persiapan, pelaksanaan pengoperasian dalam pelayanan dan penyimpanan peralatan apabila telah selesai digunakan dokter, operator, maupun para medik lain, sesuai dengan tindakan pelayanan yang dilaksanakan. 1. Persiapan pengoperasian Berbagai aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar peralatan siap di operasikan adalah : peralatan harus dikondisikan dalam keadaan layak pakai lengkap dengan aksesori yang diperlukan, terpelihara dengan baik, sertifikasi kalibrasi yang masih berlaku, ijin operasional yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan ijin. Prasarana yang diperlukan oleh masing-masing alat (misal; listrik,air,gas,uap) tersedia dengan kapasitas dan kualitas yang memenuhi kebutuhan. Bahan operasional tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan kemudian SDM siap dan baik. 2. Pelaksanaan pengoperasian dalam pelayanan Pelaksanaan pengoperasian peralatan dalam pelayanan medik kepada pasien, secara teknis agar mengikuti urutan yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat dimatikan setelah selesai melakukan suatu kegiatan pelayanan medik. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tombol mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan tombol mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian alat sesuai pelayanan medik selesai. Demikian halnya pada mematikan alat, maka tombol yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan adalah yang terakhir dimatikan (OFF) pada waktu mematikan alat. 3. Penyimpanan peralatan Setelah peralatan selesai dipergunakan untuk pelayanan medik kepada pasien, maka peralatan agar disimpan dalam kondisi yang baik. Selesai dioperasikan setiap aksesori alat harus dilepaskan, kemudian alat dari aksesorinya dibersihkan sebagai kegiatan perawatan yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan. Pada waktu disimpan (dalam keadaan tidak dioperasional), setiap alat agar ditutup dengan penutup debu, agar terhindar dari debu sehingga peralatan selalu terlihat dalam keadaan bersih. Peralatan yang mobile sebaiknya diletakkan dibagian ruangan tertentu yang terhindar dari jalan keluar masuk personil. Sedangkan perlatan yang bersifat portable beserta aksesorinya sebaiknya diletakkan dalam lemari atau rak.

4. Pemantauan operasional peralatan Pemantauan operasional peralatan yang dimaksud untuk mengetahui kondisi alat untuk melaksanakan pelayanan dan seberapa jauh beban kerja setiap alat yang dioperasional. Dalam pemantauan didatakan kondisi alat dan beban kerjanya selama satu bulan atau periode tertentu. Pemantauan dilakukan oleh pihak teknisi secara periodik pada selang waktu pemeliharaan preventif untuk setiap saat. Operator atau pengguna alat mendatakan/mencatat beban kerja setiap alat operasional. Apabila kondisi alat tidak memungkinkan untuk difungsikan, segera lakukan tindakan perawatan atau pemeliharaan.

C. MENGONTROL DAN MEMELIHARA PERALATAN Pemeliharaan peralatan kesehatan adalah suatu upaya yang dilakukan agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi layak pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan terdapat berbagai kriteria dan aspek – aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan. Peralatan habis pakai harus diawasi untuk menghindari pemborosan. Peralatan tidak hasbis pakai juga harus diawasi, untuk menjaga kondisinya tetap baik. 1. Untuk mengontrol dan menjaga peralatan, diperlukan beberapa keetrampilan sebagai berikut: a. Yakinkan staf bahwa peralatan harus dibersihkan, diperiksa dan diatur dengan baik, segala kerusakan harus dilaporkan segara, dan peralatan itu harus dikembalikan ke tempat semula setelah dipakai. b. Gunakanlah daftar periksa dan jadwal periksa c. Periksa adanya ketidakcocokan dan carilah penyebabnya 2. Meyakinkan Staf Akan Pentingnya Pemeliharaan Tidak ada cara yang mudah untuk meyakinkan staf akan perlunya membersihkan peralatan dan menjaganya agar tetap dalam kondisi yang baik. Cara yang paling baik adalah pengawas memberi contoh yang baik dan menekankan bahwa peralatan harus dijaga: a. Untuk mencegah penularan infeksi, mislanya melalui peralatan yang kotor b. Agar tetap dalam kondisi yang baik (peralatan yang kotor atau lembab dapat lebih cepat rusak daripada peralatan yang dijaga tetap bersih dan kering) c. Untuk berhemat

3. Pemeriksaan dengan daftar Periksa Peralatan dalam suatu bagian diperiksa dengan melihat apa yang ada dan membandingkannya dengan apa yang tertulis dalam dafar inventaris. Seberapa sering perlatan dipeirksa bergantung pada apakah barang tersebut cepat habis atau dapat bertahan lama dan apakah barang tersebut mudah rusak. Barang habis pakai harus sering diperiksa untuk menghindari kekurangan atau penumpukan persediaan. Peralatan yang awet, misanya tempat tidur, meja dan kursi hanya perlu diperiksa sekali setahun. Peralaan dan mesin-mesin yang mudah rusak (misalnya

sfigmomanometer,

alat

sterilisasi

listrik,

kendaraan

memerlukan

pemeriksaan yang teratur dan lebih sering. Pemeriksaan adalah pekerjaan yang tidak menarik sehingga sering terlupakan atau terlewatka. Untuk mengingatkan pengawas, sebaiknya ditetapkan waktu khusus untuk memeriksakan, yang diperinci dalam jadwal pemeriksaan. 4. Menemukan dan Mengartikan Ketidakcocokan Ketidakcocokan diartikan sebagai perbedaan antara apa yang dilaporkan dengan apa yang ditemukan, mislanya perbedaan antara jumlah sesuatu yang sebenarnya terpakai dengan jumlah secara normal yang diperkirakan akan dipakai, atau perbedaan antara peralatan yang dimasukkan dalam daftar inventaris dengan perlengkapan yang sesungguhnya ada. 5. Kriteria pemeliharan Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat dua kriteria pemeliharaan : a. Pemeliharaan Terencana Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu : 1) Inspeksi Dan Pemeliharaan Preventif(IPM) IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi peralatan dan mencegah kerusakan atau kegagalan. Inspeksi adalah kegiatan terjadwal yang diperlukan untuk memastikan peralatan medis berfungsi dengan benar. Ini mencakup pemeriksaan kinerja dan keselamatan. Kegiatan inspeksi dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, atau kalibrasi, tetapi juga dapat dilakukan tersendiri yang dijadwalkan pada interval tertentu. Pemeliharaan preventif (PP) adalah

kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal,untuk

memperpanjang umur peralatan dan mencegah kegagalan yaitu dengan kalibrasi, penggantian bagian, pelumasan, pembersihan,dll). Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan akan dapat meningkatkan meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar berfungsi baik. Prosedur yang digunakan dalam melakukan kegiatan IPM harus dilakukan sebelum pelaksanaan inspeksi atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari setiap jenis peralatan (model). Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga teknik dari bagian Elektromedik/IPSRS. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tugas – tugas yang rutin dan mudah untuk dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini menghemat waktu untuk personil teknis dalam melakukan tugas - tugas teknis yang lebih kompleks dan kritis dan juga membuat pengguna mempunyai perasaan memiliki. Jenis inspeksi yang mungkin dilakukan pengguna adalah melakukan pemeriksaan sebelum digunakan atau pemeriksaan harian. Contoh jika memungkinkan adalah kalibrasi harian monitor glukosa darah, pengujian harian defibrillator atau memeriksa kalibrasi peralatan laboratorium. Ini adalah tanggung jawab bagian Elektromedik/IPSRS. Untuk melatih pengguna dalam melakukan tugas ini. Memberikan contoh inspeksi pemeliharaan preventif. Ketika pada saat kegiatan IPM terdapat masalah pada peralatan, perbaikan peralatan tersebut dapat dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu kegiatan IPM yang dilakukan, atau perbaikan tersebut dapat diselesaikan sebagai dari bagian proses IPM. Jika kegiatan IPM atau perbaikan terkait tidak dapat diselesaikan dalam perioda yang telah ditentukan sebelumnya, permintaan surat perintah perbaikan/pemeliharaan

(work

order) harus tetap ada, dan petugas pemelihara harus memeriksa atau memperbaiki peralatan secepat mungkin. Peralatan medis yang memiliki prioritas yang lebih tinggi yang sebelumnya tidak dilakukan kegiatan IPM pada periode sebelumnya, harus dilakukan terlebih dahulu. Rentang waktu inspeksi dan pemeliharaan peralatan kesehatan didasarkan pada kriteria yang direkomendasikan pabrikan seperti tingkat risiko dan pengalaman dari rumah sakit. Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa dan diuji sebelum penggunaan awal dan pada interval yang ditetapkan, biasanya

disebut sebagai perawatan pencegahan (PM). Jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan yang sistematis menjamin peralatan tersebut aman digunakan dan

memperoleh

pemanfaatan

maksimal

dengan

biaya

yang wajar.

Keuntungan lain adalah meminimalkan risiko klinis dan fisik. Setiap peralatan kesehatan mempunyai klasifikasi risiko berdasarkan: 1) Fungsi peralatan kesehatan : penghantar energi, pemantau pasien, atau peralatan untuk kenyamanan pasien. 2) Risiko fisik 3) Preventif pemeliharaan 4) Riwayat insiden Masing - masing peralatan kesehatan mempunyai bobot pada kategori fungsi, risiko fisik dan kebutuhan pemeliharaan. Fungsi

Peralatan

Kesehatan

Mempunyai

Nilai

1-10,

Yaitu

:

Resiko Peralatan Mempunyai Nilai 1-5, Yaitu :

Persyaratan Pemeliharaan Kesehatan Mempunyai Nilai 1-5, Yaitu :

Persyaratan Riwayat Insiden Peralatan Kesehatan Mempunyai Nilai +2 S.D -2

2) Pemeliharaan Korektif / Corrective Maintenance (CM) Pemeliharaan Korektif (CM) merupakan kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan tujuan mengembalikan fungsi peralatan sesuai dengan kondisi awalnya. Ciri dari kegiatan CM adalah biasanya tidak terjadwal, berdasarkan permintaan dari pengguna peralatan atau dari personel yang melakukan kegiatan performing maintenance. Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan masalah tentang peralatan tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, hal tersebut juga dapat terjadi ketika seorang teknisi dibagian IPSRS / Elektromedik menemukan Bahwa peralatan tidak memberikan kinerja seperti yang diharapkan selama IPM. Untuk mengembalikan peralatan ke layanan secepat mungkin, tindakan yang efektif diperlukan untuk memverifikasi kegagalan dan menentukan

penyebabnya. Dalam beberapa kasus teknisi akan menemukan bahwa peralatan itu sendiri telah gagal dan harus diperbaiki. Teknisi itu kemudian menentukan langkah apa yang diperlukan untuk memperbaiki masalah dan mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Para teknisi mulai melakukan pemeliharaan korektif, melakukan beberapa langkah sendiri dan bila diperlukan memanfaatkan tenaga ahli dari dalam fasilitas/in-house expertise atau penyedia layanan eksternal. Pemeliharaan korektif ini dapat dicapai pada berbagai tingkatan: a) Tingkat komponen, troubleshooting tingkat komponen dan perbaikan mengisolasi kegagalan sampai ke komponen tunggal yang diganti. Dalam peralatan elektrik , peralatan mekanik, dan untuk komponen pasif dari peralatan elektronik (seperti resistor atau kapasitor dalam suatu rangkaian elektronik,atausekering) ini sering pendekatan perbaikan yang paling efektif. Dalam kaitannya dengan peralatan elektronik, bagaimanapun, komponen tingkat perbaikan dapat memakan waktu dan sulit. Modul (circuit board) elektronik modern(terutama modul digital) sering tidak diperbaiki pada tingkat komponen. Dalam kasus-kasus papan tingkat atau bahkan sistem tingkat perbaikan perlu dipertimbangkan. b) Tingkat Modul (board' level) untuk peralatan elektronik adalah umum untuk mengisolasi kegagalan untuk sebuah modul tertentu dan untuk mengganti seluruh modul dari pada komponen elektronik yang diberikan. c) Tingkat peralatan atau sistem. Dalam beberapa kasus bahkan papan tingkat pemecahan masalah dan perbaikan terlalu sulit atau memakan waktu. Dalam kasus seperti itu lebih efektif jika mengganti seluruh peralatan atau sub Sistem tersebut.

b. Pemeliharaan Tidak Terencana Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemelihraan yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak tidak terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk dapat melaksankan pemeliharaan tidak terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap dan fasilitas pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan terencana.

c. Aspek pemeliharan Agar pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan sebaikbaiknya, maka unit kerja pemeliharan peralatan rumah sakit, perlu dilengkapi dengan aspek – aspek pemelihraan yang berkaitan dan memadai meliputi sumber daya manusia yaitu teknis, fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, sukucadang dan bahan pemeliharaan. Aspek – aspek pemeliharan ini umumnya memerlukan pembiayaan. 1) Sumber daya manusia Merupakan unsur yang penting dalam melaksanakan pemeliharaan peralatan kesehatan. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan jenis dan teknologi peralatan kesehatan yang ditangani, sedangkan jumlahnya setiap jenis alat. Semuanya ini merupakan beban kerja yang harus ditangani oleh teknisi. 2) Fasilitas Kerja Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksanakannya pemeliharaan peralatan kesehatan meliputi : a. Ruangan tempat bekerja terdiri dari workshop/bengkel, gudang dan ruang admistrasi. b. Peralatan kerja terdiri dari tool set elektrik, tool set elektronik, tool set mekanik dan berbagi alat ukur 3) Dokumen Pemeliharaan Dokumen pemeliharaan sangat pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil pemeliharaan. Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyadari peralatan pada waktu pengadaannya, pada umumnya meliputi brosure, installation manual, installation report, operating part list, recommend edparts. Prosedur tetap pengoperasian, prosedur tetap pemeliharaan dan sertifikasi kalibrasi juga merupakan dokumentasi teknis. Guna memudahkan penanganan pemeliharaannya, maka setiap alat agar dilengkapi dengan dokumentasi teknis yang bersangkutan. Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan yang ada pada umumnya merupakan kumpulan atau kronologi hasil pemeliharaan setiap alat, meliputi :

a. Inventaris Peralatan Inventaris peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap tipe atau model alat untuk nama dan merk alat yang sama, mencakup nama alat, merk, model/type, nama perusahaan yang menanganinya, apakah mempunyai operating manual dan service manual, kalau tidak memilikinya maka perlu di usahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang tipe / modelnya sama. Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi beban kerja pemeliharaan. Dari data ini akan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan

secara

keseluruhan,

sehingga

pemeliharaan

peralatan

dapat

dilaksanakan dengan baik. Inventaris peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh pengelola pemeliharaan dan ditinjau secara periodik, paling tidak setahun sekali dan setiap ada perubahan atau penambahan alat yang baru.

b. Kartu Pemeliharaan Alat Kartu pemeliharaan alat adalah kartu yang dipasang / digantungkan pada setiap alat dengan maksud, agar memudahkan kepada setiap petugas terkait untuk mengetahui data mengenai suatu alat dan penanganan apa saja yang telah dilakukan terhadap alat tersebut. Kartu ini berlaku setiap alat memuat data masing-masing alat yang berkaitan erat dengan aspek pemeliharaan, yaitu :  Data statis meliputi : 1) Nama rumah sakit 2) Nama instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan 3) Nama alat sesuai fungsi 4) Merk alat, type/model 5) Nomor seri 6) Tahun pengadaan 7) Nomor inventaris / kode alat Data tersebut diatas dibuat pada saat alat mulai dimasukkan pada daftar inventarisasi di rumah sakit.

 Data dinamis, meliputi : 1) Tanggal kegiatan pemeliharaan dilakukan 2) Uraian kegiatan , hasil dan nama teknisi pelaksana 3) Keteranagan lainnya yang dianggap perlu Data ini dituliskan pada kartu pemeliharaan oleh teknisi, yang menjelaskan secara garis besar uraian kegiatan setiap melakukan pemeliharaan alat yang bersangkutan. c. Catatan Pemeliharaan Alat Catatan pemeliharaan alat berupa lembaran kartu yang disimpan pada urusan administrasi teknis peralatan di unit kerja pemeliharaan / IPS RS , dengan maksud agar memudahkan petugas administrasi teknis dan teknisi untuk mengetahui data alat dan penaganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini memuat data masing-masing alat yang berkaitan erat dengan kegiatan pemeliharaan dan lebih luas dari kartu pemeliharaan alat, yaitu :  Data statis, meliputi : 1) Nama rumah sakit 2) Nama instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan 3) Nama alat sesuai fungsi 4) Merk alat, type/model 5) Nomor seri 6) Sumber pengadaan/pemasangan 7) Tahun pengadaan 8) Supplier/agen 9) Periode pemeliharaan Data tersebut dibuat pada saat alat mulai diinventariskan di Rumah Sakit.  Data dinamis, meliputi : 1) Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum dilakukan pemeliharaan. 2) Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada alat yang bersangkutan . 3) Pelaksana, nama teknisi dan nama perusahaan pihak ke 3 yang melakukan pemeliharaan. 4) Biaya yang dikeluarkan / dibutuhkan.

5) Keterangan penjelasan yang mendukung kegiatan pemeliharaan. Data dinamis ini ditulis oleh petugas administrasi teknis berdasarkan laporan dari teknisi yang melaksanakan pemelihraan. d. Daftar Keagenan Peralatan Keberadaan perusahaan yang mengageni suatu alat sangat diperlukan dalam rangka pemeliharaan peralatan kesehatan. Agen peralatan bertanggung jawab terhadap penyediaan suku cadang peralatan yang diageninya , sebagai realisasi dari jaminan purna jual terhadap peralatan yang dijualnya. Untuk peralatan tertentu yang tidak mampu dilaksanakan oleh teknisi RS, secara teknis dan ekonomis pemeliharaannya

lebih

baik

dilaksankan

langsung

oleh

perusahaan

yang

mengageninya, sejauh dapat diproses sesuai dengan prosedur dan ketentuan berlaku. Daftar keagenan peralatan dapat memudahkan untuk mengetahui nama perusahaan dan alamatnya yang mengageni peralatan tertentu, sehingga apabila alat mengalami suatu masalah, agen yang bersangkutan dapat dengan mudah dimintakan bantuannya. e. Pelaporan Dan Evaluasi Setiap kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, dan hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian dilaporkan oleh dan kepada pejabat pemberi tugas sesuai dengan penugasannya. Kemudian secara berkala, laporan di evaluasi sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemeliharaan periode selanjutnya. Contoh formulir yang berkaitan dengan kegiatan dan laporan meliputi : 1) Laporan kegiatan harian 2) Data komplain eksternal 3) Laporan evaluasi kerja teknisi elektromedik f. Pengujian dan Kalibrasi Pengujian alat kesehatan adalah keseluruhan tindakan meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat dipastikankesesuaian alat kesehatan terhadap kselamatan keja dan spesifikasinya. Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga konsis alat kesehatan agartetepa sesuai dengan 45upplier besaran pda spesifikasinya. Dengana adanya kalibrasi maka akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin sesuai besaran – besaran yang tertera/diabadikan pada alat kesehatan yang bersangkutan.

 Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria : 1) Belum memiliki sertifikasi dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi 2) Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis 3) Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjannya atau keamanannya tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku 4) Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikasi dan tanda maish berlaku 5) Telah dipindahkan bagu yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikasi dan tanda maish berlaku 6) Atau jika tanda layak pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya  Pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk: 1) Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan ukur atau instrument 2) Menentukan deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu besaran ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur 3) Menjamin hasil – hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional  Sedangkan manfaatnya yang dapat diperoleh dari pengujian dan kalibrasi ini adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan spesifikasinya.  Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi pekerjaan, kemampuan teknisi, tingkat teknologiperalatan, fasilitas kerja dan prosedur pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit dilakukan oleh teknisi rumah sakit setempat dengan rujukan pihak III 1) Dilaksanakan olek teknisi rumah sakit Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit harus dapat dilaksanakan oleh teknisi ditempat sejauh memungkinkan ditinjau dari segala aspek terutama aspek pemeliharaan 2) Dilakukan oleh teknis rujukan Apabila teknis RS tidak mampu melakukan pemeliharaan suatu alat disebabkan oleh bebrapa hal, misalnya kuantitas teknisi kurang (dibanding jumlah alat yang banyak) atau peralatan kerja tidak lengkap, maka pemeliharaan dilaksankan oleh teknisi rujukan dari rumah sakit yang lebih mampu.

3) Dilaksanakan oleh pihak ke III Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku cadang atau keahlian khusus dan biaya yang besar maka pelaksanaannya diserahkan kepada pihak yang III, pada umumnya dilaksanakan oleh perusahaan yang menagani alat tersebut, melalui proses sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku. g. Biaya Pemeliharaan Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara teratur dilakukan pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan untuk pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif maupun korektif. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan medis akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan kebutuhan biaya pemeliharaan adalah tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan. Tujuan dari penyusun anggaran pemeliharaan adalah untuk memperkirakan biaya yang dibutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan medis, sehingga dapat memastikan bahwa peralatan medis dapat berfungsi dengan baik. Sangatlah penting dalam membuat perkiraan yang seefektif mungkin karena : 1) Anggaran yang terlalu rendah (under-estimate) akan menghasilkan pemeliharaan yang tidak berjalan dengan baik 2) Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan menjadi tidak efisien dan bisa mengganggu pelayanan penting lainnya yang memerlukan anggaran Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6% dari nilai investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebenarnya serta standar kebutuhan pemeliharaan dari setiap peralatan. Besaran biaya pemeliharaan peralatan medis masing – masing rumah sakit bisa berbeda. Annualized investment cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu metode ini seperti menghitung biaya depresiasi atau penyusutan pada sistem akunting keuangan. Annulized investment cost menggunakan prinsip nilai sekarang (present value=PV) akan lebih rendah dibanding dengan nilai dimas depan (future value = FV) , karena adanya infasi nilai uang serta dihitung denganmemperhatikan usia pakai serta usia teknis suatu peralatan kesehatan.

D. PENGELOLAAN INVENTARIS : ALAT TENUN 1.

Tujuan a. Mencegah terjadinya infeksi silang, infeksi nosokomial bagi pasien dan petugas rumah sakit dengan mengelola dan mengendalikan bahan-bahan linen b. Menjaga citra rumahsakit dengan menciptakan ketersediaan bahan linen sesuai d engan visi dan misi serta filosofi rumah sakit c. Mengelola sumbersumber daya rumahsakit untuk menyediakan linen bagi kebutu han dan harapan customers rumah sakit

2.

Tupoksi : a. Merencanakan kebutuhan linen b. Merencanakan kebutuhan bahan pencuci c. Menjaga kebersihan linen d. Memperbaiki alat tenun yang rusak Mengatur sistem distribusi untuk kelancaran pelayanan linen e. Memelihara peralatan laundri f. Menyusun laporan kegiatan unit linen dan laundri g. Mengawasi kegiatan unit linen dan laundri h. Melaksanakan stock opname secara periodik i. Melaksanakan tugas kepegawaian

3.

Ukuran Kinerja : a.

Proper cleaned (benar ² bersih)

b.

Good smell (tak bau)

c.

No pots (tak bernoda)

d.

Well pressed (pengepakan licin)

e.

Nice folding and hanging (cara melipat rapi)

f.

Nice presentation (penampilannya menarik)

g.

Time pick up (pengambilan linen tepat)

h.

Time delivery (pengantaran tepat)

i.

Well informed (pemberian informasi yang benar)

4.

Alur linen kotor

5.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan linen : a. Arsitektur dan lay out bangunan rumahsakit b. Jumlah dan BOR TT dewasa dan anak c. Jumlah dan jenis operasi d. Jumlah dan jenis penyakit e. Jumlah dan jenis petugas fungsional danteknis f. Jenis linen dan pencuci g. Penggunaan, kerusakan dan kehilangan linen h. Ergonomi

6.

1 par stock tempat tidur dewasa a. 1 lb bed pad (alas di atas kasur) b. 3 lb kain sprei ( 1 alas tidur, 2 lb penutup selimut) c. 1 lb steek laken ( alas melintang) d. 1 lb zeil (perlak dan kain) e. 1 lb selimut f. 1 lb sarung bantal g. 1 lb bed cover

h. 1 lb handuk mandi i. 1 lb handuk tangan j. 1 lb handuk muka k. 1 lb wash lap l. 1 keset kamar mandi 7.

8.

Ratio tempat tidur dan per linen a.

1 TT : 3 – 9 par linen

b.

ICU : 1 TT : 6 – 10 par linen

c.

1 par linen dipakai pasien

d.

1 par linen dicuci

e.

1 par disimpan di ruangan

f.

1 par disimpan di gudang

Kebutuhan perlengkapan linen a) Bila penggantian dan pencucian setiap hari 1 kali, butuh 3 par stock per Tempat

Tidur

rawat

, di linen room dan di laundri Untuk rawatinap anak dibutuhkan > 3 par stock b) Untuk rawatinap intensif dibutuhkan > 6 par stock Untuk pelayanan operasi/tindakan tergantung jenis dan jumlah operasi per hari c) bentuk : berlubang/tidak d) ukuran : besar, sedang, kecil e) jenis linen : katun, drill pakaian fungsional

inap dewasa

dipakai

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Peralatan kesehatan perlu dan harus dilakukan pemeliharaan agar kondisi maupun fungsi peralatan kesehatan tetap dalam keadaan baik dan dapat mendukung pelayanan kesehatan di rumah sakit maupun institusi kesehatan lainnya. Dengan melakukan pemeliharaan yang baik dan benar terdapat prosedur atau cara yang sesuai dengan peraturan yang telah dibuat pada Undang – undang dan tidak sembarang orang dapat melakukan proses pemeliharaan alat kesehatan tersebut.

Related Documents


More Documents from "Max Klau"