Ketentuan Najis
Disusun Oleh: Hany Syarifah
(11160163000034) Siti Khoiriyah
(11160163000049)
2
Pengertian Najis Najis merupakan lawan dari thaharah (suci), Secara etimologi najis berarti sesuatu yang dapat mengotori. Sedangkan menurut istilah syara’, najis adalah sesuatu yang kotor dan dapat menghalangi keabsahan shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan atau benda yang kotor
yang wajib di bersihkan oleh setiap muslim
3
Dalil-dalil tentang Najis Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman: )222 : (البقرة. ان هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين
Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang bersuci. (Al-Baqarah: 222).
Sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bersabda: َّ ُ ش )ن (رواه مسلم ِِ اال ْي َم َ الط َه ْو ُر ِ ط ُر “Kesucian itu sebagian dari iman.”(HR. Muslim). َ َك ف ِط ِه ْر َِ الر ْجزَِ فَا ْه ُج ِْر َوثِ َيا َب ُّ َو
Artinya:
“Dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk berhala jauhilah” (Qs. Al-mudatsir: 4)
Hal-hal yang Termasuk Najis Bangkai Darah
Nanah Segala benda yang keluar dari dua pintu Arak dan setiap minuman yang memabukkan Anjing dan babi
6
Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup Kotoran dan Kencing Hewan Yang Haram Dimakan Dagingnya
Hewan Jalalah (Liar) Wadi Kencing dan Muntah Manusia
Jenis-jenis Najis 1. Najis Mukhaffafah ( Ringan ) Yaitu termasuk najis yang ringan. Misalnya kencing anak laki-laki yang belum memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda yang kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air pada benda itu, meskipun tidak mengalir. Adapun kencing anak perempuan yang belum memakan makanan apa-apa selain ASI, kaifiat mencucinya hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis itu dan hilang rasa baunya.
2. Najis Mutawassitah (Sedang) Yaitu najis pertengahan yang tidak ringan juga tidak berat. Najis Muthawasithah adalah semua selain najis anjing dan babi atau peranakan dari keduanya. Najis Muthawasithah ini termasuk najis ‘aniyyah (najis yang dapat diketahui melalui indra manusia) maka menghilangkan najis tersebut adalah wajib. Hal itu dianggap belum sempurna sampai hilang warna, bau najis tersebut.
3. Najis Mughalazhah (Najis Berat) Yaitu najis yang berat. Termasuk dalam najis ini adalah anjing dan
babi termasuk babi hutan serta keturunannya atau keturunan salah satu dari keduanya. Berikut pula air seni, air liur, tinja dll. Yang bersumber dari binatang-binatang tersebut. Adapun cara
mencuci najis atau benda yang terkena najis ini adalah dengan mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu atau tanah yang suci.
Najis yang dimaafkan Percikan air kencing yang amat sedikit Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir Mulut anak kecil yang terkena najis mutahannya sendiri Debu di jalan-jalan yang mengenai orang.
Darah yang masih ada pada daging. Najis yang dimaafkan ketika mengenai pakaian namun tidak dimaafkan ketika meneai air
Perkara yang Menyucikan Najis
Perkara yang Menyucikan Najis
Air Muthla’
Debu
Tanah
Benda Keras
12
Cara Mencuci Benda yang Terkena Najis Pakaian atau Anggota Badan yang Terkena Najis Pakaian atau anggota badan yang terkena najis, wajib dicuci dengan air bersih (air yang suci dan mensucikan), sedemikian
rupa sehingga zat najis itu hilang warnanya, baunya. Jika, setelah cukup dicuci, masih juga ada sedikit warna atau bau yang sukar dihilangkan, hal itu dimaafkan
Zat Najis yang Tidak Tampak Bila zat najis itu tidak tampak; seperti kencing yang sudah lama kering, sehingga telah hilang tanda-tandanya atau sifat-sifatnya,
cukup mengalirkan air diatasnya, walaupun hanya satu kali saja. Bejana yang Terkena Jilatan Anjing Bejana yang bagian dalamnya terkena jilatan anjing, dibasuh tujuh kali, yang pertama atau salah satunya dicampur dengan tanah. Boleh juga menggantikan tanah dengan sabun, atau pembersih lain yang kuat.
Cara Menyucikan Kencing Bayi Kencing bayi (laki-laki atau perempuan) berusia dibawah dua
tahun dan tidak makan makanan selain air susu manusia (baik dari ibinya sendiri atau ataupun seorang wanita lainnya), cukup diperciki air bersih diatasnya dan sedikit lagi dibawahnya. Tanah yang Terkena Najis Untuk menyucikan tanah yang terkena najis, cukup dengan menuangkan air diatasnya, sehingga meliputi tempat najis tersebut
Kaca, Pisau dan Keramik Untuk membersihkan kaca, pisau, pedang keramik dan segala benda yang permukaannya licin seperti itu, apabila terkena najis, cukup dengan mengusapnya sehingga hilang bekas-bekas najis tersebut. Sepatu dan Sandal Bagian bawah sepatu, sandal dan sebagainya, apabila terkena najis,
cukup dibersihkan dengan cara menggosoknya ketanah sehingga hilang zat dari najisnya.
Tetesan Air yang Meragukan Apabila seseorang terkena tetesan air atau percikan air yang tidak jelas najis atau tidaknya, maka tidak wajib menanyakan hal itu dan
menyucinya. Akan tetapi jika ia telah diberitahu oleh orang terpercaya bahwa air itu adalah najis, maka wajib manyucinya. Pakaian yang Terkena Lumpur Jalanan Pakaian yang terkena lumpur jalanan, tidak harus dicuci walaupun jalanan tersebut biasanya terkena najis. Kecuali jika ia yakin bahwa
yang mengotorinya itu zat najis.
Najis yang Tidak Dikenali Tempatnya Jika seseorang mengetahui adanya najis pada pakaiannya tetapi kini ia tidak tahu lagi di bagian manakah najis tersebut, wajiblah ia mencuci semuanya, karena hanya dengan begitu ia dapat meyakini kesuciannya. Menggunakan Alat-Alat Makan-Minum Orang-Orang Non-Muslim
Dirawikan bahwa abu Tsa’labah Al-Khusyani pernah bertanya, “Ya Rasulullah, adakalanya kami berada di negeri Ahl’l-Kitab. Bolehkah kami makan dengan menggunakan alat-alat makan-minum mereka? Jawab Nabi Saw., “jika ada yang
lainnya, sebaiknya tidak menggunakan alat-alat mereka. Tetapi jika tidak ada, cucilah dan kemudian makanlah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Thanks! Any questions?
19