Makalah Ppi.docx

  • Uploaded by: Sinta Mul16
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ppi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,927
  • Pages: 9
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilakukan dalam sebuah individu atau kelompok dalam sebuah organisasi, bertujuan untuk memelihara atau menjaga kesehatan dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan juga menyembuhkan penyakit, serta mengembalikan kesehatan sebuah individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna menyelamatkan nyawa. Dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. Para petugas kesehatan bertugas di Unit Gawat Darurat 24 jam sehari. Semua pasien yang masuk ke Rumah Sakit harus melewati UGD kemudian dilihat dalam hal kegawat daruratan pasien yang akan dilayani sesuai urutan prioritas gawat daruratnya. Sebagai tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat yang bekerja di Unit Gawat Darurat (UGD) sangat beresiko tinggi tertularnya penyakit. Tenaga kesehatan di unit gawat darurat merupakan lini terdepan yang 24 jam berinteraksi dengan pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan (Elivia, 2013). Penularan penyakit dapat melalui udara cairan tubuh seperti muntah, air seni bahkan lewat peralatan media yang digunakan.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah pengertian dari infeksi ? 1.2.2 Apa saja komponen yang menyebabkan terjadinya rantai penularan ? 1.2.3 Apa saja definisi yang berhubungan dengan pencegahan infeksi? 1.2.4 Apa tindak kewaspadaaan akan terjadinya infeksi? 1.2.5 Bagaimana peran perawat dalam memutus dan mencegah infeksi di UGD?

1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian infeksi 1.3.2 Untuk mengetahui komponen menyebabkan terjadinya rantai penularan 1.3.3 Untuk mengetahui definisi yang berhubungan dengan pencegahan infeksi 1.3.4 Untuk mengetahui tindak kewaspadaan akan terjadinya infeksi 1.3.5 Untuk mengetahui peran perawat dalam memutus dan mencegah infeksi di UGD

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Infeksi Infeksi adalah reaksi tubuh atas masuknya mikroorganisme sebagai penyebab penyakit. Perlu dibedakan istilah kontaminasi dan infeksi silang. Arti kontaminasi adalah terpaparnya seseorang oleh mikroorganisme dan belum menimbulkan infeksi, sedangkan infeksi silang adalah penularan penyakit dari seseorang kepada orang lain yang umumnya melalui suatu perantara. Media perantara penularan mikroorganisme penyebab infeksi dapat terjadi melalui cara kontak langsung dengan contohnya melalui cairan mulut dan darah. Kontak tidak langsung dapat melalui objek yang tercemar mikroorganisme pathogen, yang umumnya terjadi karena instrumen yang digunakan tidak steril. 2.2 Rantai Penularan Menurut Kemenkes RI, 2001 untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu mengetahui rantai penularan. Apabila suatu rantai dihilangkan atau dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah : 1. Agen Infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, riketsia, jamur dan parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhiterjadinya infeksi, yaitu : patogenesis, virulensi dan jumlah (dosis). 2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang, tumbuh – tumbuhan, tanah, air dan bahan – bahan organik lainnya. Pada orang sehat, permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina. 3. Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.

4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen infeksi dari reservoir ke penderita. Ada beberapa cara penularan yaitu : (a) kontak : langsung dan tidak langsung; (b) droplet; (c) airborne; (d) melalui vehikulum : makanan, air/minuman, darah; (e) melalui vektor biasanya serangga dan binatang pengerat. 5. Pintu masuk (portal of entry) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu (yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh (luka) 6. Pejamu (host) yang suseptibel adalah orang yang tidak memiliki daya tahan tubuh yang cukup untuk melawan agen infeksi serta mencegah terjadinya infeksi atau penyakit. Faktor yang khusus dapat mempengaruhi adalah umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah jenis kelamin, ras atau etnis tertentu, status ekonomi, gaya hidup, pekerjaan dan herediter. 2.3 Definisi yang Berhubungan dengan Pencegahan Infeksi Pencegahan infeksi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh termasuk di dalamnya bakteri, virus, fungi, dan parasit. Definisi-definisi yang berhubungan dengan pencegahan infeksi antara lain : a. Antisepsis adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir, atau jaringan lainnya dengan menggunakan bahan anti microbial (antiseptik). b. Asepsis dan teknik aseptic adalah semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh dan berpotensi untuk menimbulkan infeksi. Tujuan asepsis adalah menurunkan kembali ke tingkat aman atas jumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan objek mati (alat-alat kedokteran gigi, alat bedah, dan barangbarang yang lain). c. Dekontaminasi adalah proses yang membuat alat menjadi lebih aman untuk ditangani. d. Desinfeksi tingkat tinggi adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora pada alat-alat dengan merebus, mengukus, atau penggunaan desinfeksi kimia. e. Pembersihan atau pencucian alat adalah proses secara fisik menghilangkan semua debu, kotoran darah atau yang lainnya, yang tampak pada benda atau alat-alat dan membuang atau menghilangkan sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau menangani alat tersebut.

2.4 Tindak Kewaspadaan terhadap Infeksi Tindak kewaspadaan berdasarkan dibutuhkan untuk memutus rantai transmisi mikroorganisme penyebab infeksi. Hal ini dibuat untuk diterapkan terhadap penderita sakit yang diketauhi atau diduga terinfeksi atau terkolonisasi pathogen yang dapat ditransmisikan lewat udara, doplet, kontak dengan kulit atau permukaan yang terkontaminasi. Ada beberapa tindakan kewaspadaan terhadap infeksi antara lain : a. Tindak Kewaspadaan Transmisi Kontak Tindak kewaspadaan transmisi kontak ditujukan untuk menurunkan risiko transmisi pathogen melalui kontak langsung atau tidak langsung. Kontak langsung meliputi kontak kulit terbuka/abrasi, kontak antara seseorang dengan kulit penderita penyakit yang terinfeksi (contoh : membalikkan

tubuh penderita penyakit, memandikan, membantu penderita

penyakit bergerak, mengganti perban dengan luka basah, dll). Resiko kontak langsung tersering adalah kontak tangan. Transmisi kontak tidak langsung terjadi antara seseorang dengan benda terkontaminasi mikroba infeksius seperti sapu tangan, kassa, sarung tangan, handuk, makanan, dll. Adapun tips tindak kewaspadaan terhadap penularan penyakit melalui kontak, yaitu : 1) Cuci tangan sebelum dan setelah merawat penderita penyakit. 2) Gunakan sarung tangan bersih apabila kontak dengan penderita penyakit. 3) Hindari menyentuh wajah, mata, dan mulut dengan tangan yang memakai atau tidak memakai sarung tangan sebelum melakukan kebersihan tangan. 4) Minimalkan kontak terhadap penderita penyakit. 5) Pengendalian lingkungan : pembersihan permukaan lingkungan dan benda-benda yang terkontaminasi. b. Tindak Kewaspadaan Transmisi Droplet Transmisi droplet terjadi melalui kontak dengan konjungtiva (lapisan tipis yang berada di mata yang berguna melindungi sklera atau area putih dari mata), membran mukosa hidung atau mulut individu yang rentang/tanpa pelindung oleh percikan partikel besar (berbicara, batuk, bersin, dan tindakan seperti pengisapan lendir) dan dpat menyebarkan organisme. Droplet tidak bertahan lama di udara dan segera jatuh/menempel di permukaan lingkungan sehingga tidak membutuhkan penanganan khusus udara atau ventilasi. Transmisi droplet juga sering terjadi secara kombinasi dengan transmisi kontak yaitu partikel droplet mengkontaminasi permukaan tangan atau permukaan tubuh atau lingkungan yang lain dan dapat ditransmisikan ke membrane mukosa. Transmisi droplet dapat terjadi saat penderita

penyakit itu berbicara batuk (spontan/akibat induksi), ataupun bersin. Adapun tips tindak kewaspadaan terhadap penularan penyakit melalui droplet, yaitu : 1) Cuci tangan sebelum maupun sesudah merawat penderita penyakit. 2) Gunakan masker apabila sedang berdekatan dengan penderita penyakit. 3) Pengendalian lingkungan : pembersihan permukaan dan benda-benda yang terkontaminasi. c. Tindak Kewaspadaan Transmisi melalui Udara (Airbone) Transmisi melalui udara (Airbone) merupakan infeksi pathogen yang ditransmisikan melalui jalur udara. Tindak kewaspadaan ini ditujukan untuk menurunkan resiko transmisi mikroba penyebab infeksi melalui udara baik yang ditransmisikan berupa nuklei (sisa partikel kecil dari droplet yang mengandung mikroba dan bertahan lama di udara) atau partikel debu yang mengandung mikroba penyebab infeksi. Beberapa contoh penyakitnya antara lain : campak, cacar air, serta influenza. Adapun tips tindak kewaspadaan terhadap penularan penyakit melalui udara (Airbone), yaitu : 1) Cuci tangan sebelum dan setelah merawat penderita penyakit. 2) Gunakan masker apabila sedang merawat ataupun berdekatan dengan penderita penyakit. 3) Batasi gerak penderita penyakit ketika merawat, serta edukasi etika batuk pada penderita penyakit. 4) Pengendalian lingkungan : cek aliran udara dengan selembar tisu, kontrol sistem ventilasi secara teratur terhadap tempat dirawatnya penderita penyakit, tidak direkomendasikan menggunakan AC, serta melakukan pembersihan pemukaan lingkungan dan benda-benda yang terkontaminasi. 2.5 Peran Perawat dalam Memutus dan Mencegah Infeksi di UGD Ada beberapa langkah untuk memutus dan mencegah infeksi tersebut, antara lain : a. Kebersihan Tangan Langkah-langkah dalam mencuci tangan harus benar dan tepat dilakukan 6 langkah dalam mencuci tangan. Ada 5 momen mencuci tangan, yaitu : 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan tindakan aseptik 3. Setelah kontak dengan pasien

4. Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien 5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien b. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) APD merupakan alat kesehatan yang terdiri dari masker, topi, sarung tangan, pelindung wajah, sepatu yang digunakan petugas maupun pasien untuk melindungi diri dari kontaminasi penyakit infeksi, digunakan sesuai indikasi, segera dilepas jika sudah selesai tindakan. c. Penanganan Limbah Sebagai perawat harus tahu beda saat membuang limbah rumah sakit di sampah yang benar dan tepat agar tidak menimbulkan infeksi. d. Pengendalian Lingkungan Pertahankan kondisi lingkungan sehat, seperti udara bersih, sistem ventilasi bertekanan negatif, penyediaan air bersih, permukaan lingkungan bersih, sedemikian rupa sehingga tampak rapi dan mudah dibersihkan. e. Peralatan Perawatan Pasien Peralatan non kritikal adalah peralatan yang hanya dipermukaan tubuh pasien (pembersihan atau disinfeksi). Peralatan semi kritikal adalah peralatan yang masuk kedalam membrane mukosa (minimal disinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi). Peralatan kritikal adalah peralatan yang masuk ke dalam pembuluh darah atau jaringan steril (sterilisasi). f. Penanganan Line Menyimpan linen bersih di dalam lemari tertutup, memisahkan penyimpanan linen bersih dengan linen steril, memisahkan troley linen bersih dan linen kotor, memisahkan linen kotor ternoda darah atau cairan tubuh dengan linen kotor tidak ternoda, membawa linen kotor maupun bersih dalam keadaan tertutuo dan persediaan linen sesuai kebutuhan. g. Penempatan Pasien Tempatkan pasien dengan jenis kuman yang sama, beri jarak lebih dari 1 meter antar bed, lakukan kohorting bila tidak memungkinkan untuk memiliki ruangan yang sesuai standar, kewaspadaan sesuai cara transmisi penyebab infeksi. h. Penyuntikan yang Aman Tidak direkomendasikan menggunakan spuit berulang kali (one needle, one shoot, one time), menggunakan bak instrumen jika memberikan suntikan bukan keranjang plastik berlubang-lubang, memberikan suntikan dengan teknik aseptik.

i. Etika Batuk atau Bersin Menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin dengan menggunakan lengan bagian dalamatau krah baju bagian dalam, kemudian pakai tisu, buang ke tempat sampah yang ada warna kuning bila terkena sekret saluran napas dan lakukan cuci tangan dengan antiseptik dan gunakan air mengalir, jaga jarak terhadap orang dengan gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dengan demam. j. Perlindungan Kesehatan Karyawan Petugas dilakukan screening setiap 5 tahun sekali dan dilakukan pemberian vaksin atau pada saat ada kejadian yang membutuhkan pemeriksaan dan apabila ada kejadian tertusuk jarum bekas pasien segera dilaporkan. k. Praktek Lumbal Punksi Masker harus dipakai klinisi saat melakukan lumbal pungsi, anestesi spinal atau epidural, pasang kateter vena sentral. Cegah droplet flora orofaring, dapat menimbulkan meningitis bakterial.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di Rumah Sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat. Infeksi banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi masih menjadi penyebab utama. Salah satunya berada di UGD. Faktor perkembangan infeksi yaitu Agen Infeksi, Respon dan Toleransi tubuh pasien, Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung. Resintensi antibiotik dan faktor alat. Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yang dilakukan di Rumah Sakit terutama di UGD melalui proses fisik maupun kimiawi. Maka dari itu, perawat harus lebih waspada dan berhati-hati dalam melakukan tindakan yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, memakai APD, dan penanganan lingkungan yang tepat agar infeksi dapat dicegah.

3.2 Saran

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Makalah Ppi.docx
May 2020 0
Diare.pptx
December 2019 59
Siroh Nabi Sulaiman.docx
October 2019 73
Anemia Dr Ineu 1.docx
December 2019 44
Default(2).pdf
April 2020 25