Makalah Pmp 1.docx

  • Uploaded by: pepi nuraini
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pmp 1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,526
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memegang peranan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Fungsi dari rumah sakit memberikan pelayanan yang sempurna, baik pencegahan maupun pengobatan penyakit. Dalam UU No. 23/1992 tentang kesehatan disebutkan berbagai sarana atau tempat untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang menangani khusus satu macam penyakit adalah Rumah Sakit Khusus, diantaranya adalah Rumah Sakit Jiwa (Depkes 1991-1992). Salah satu upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Khusus seperti Rumah Sakit Jiwa adalah pelayanan gizi yang dalam pelaksanaannya berintegrasi dengan pelayanan kesehatan lain yang ada di rumah sakit. Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan faktor penunjang dalam rangka meningkatkan status gizi pasien (Depkes 1990). Saat ini pelayanan gizi mulai dijadikan tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit karena makanan merupakan kebutuhan dasar manusia dan sangat dipercaya menjadi faktor pencegah dan membantu penyembuhan suatu penyakit. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik dan pelayanan penunjang medik. Salah satu pelayanan penunjang medik yang harus ada di rumah sakit adalah pelayanan gizi. Pelayanan gizi di rumah sakit melakukan empat kegiatan pokok yaitu asuhan gizi pasien rawat jalan, asuhan gizi pasien rawat inap, penyelenggaraan makanan, penelitian dan pengembangan gizi terapan. Pelayanan gizi di rumah sakit bertugas memberikan makanan kepada pasien rawat jalan dan rawat inap yang disesuaikan dengan standar diet masing-masing pasien dan juga harus disesuaikan dengan unit pelayanan kesehatan yang lain agar dapat mencapai pelayanan gizi yang optimal. Pelayanan gizi merupakan pelayanan yang menjadi tolak ukur mutu pelayanan di rumah sakit karena makanan termasuk kebutuhan dasar manusia dan merupakan faktor pencegah serta membantu penyembuhan penyakit. Pelayanan gizi di rumah sakit dilakukan dengan tujuan untuk memberikan makanan yang bermutu, bergizi yang sesuai standar kesehatan pasien dan untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diterapkan manajemen pelayanan gizi di rumah sakit. Manajemen pelayanan gizi sangat dibutuhkan karena tanpa 1

manajemen semua usaha akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia merupakan rumah sakit khusus jiwa kelas A dan milik Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Rumah sakit jiwa Grhasia didirikan pada tahun 1938 dan pada awal berdirinya berupa Rumah Perawatan atau Koloni Orang Sakit Lalijiwo. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau konsumen yang membutuhkan . Permasalahan yang terdapat di instalasi gizi RSJ Grhasia adalah tenaga juru masak yang masih kurang sehingga tenaga ahli gizi ikut membantu dan merangkap sebagai juru masak, tenaga pramusaji juga ikut membantu dan merangkap pekerjaan sebagai petugas linen seperti mengambil pakaian kotor pasien pasien dari bangsal ke laundry dan mengantar pakaian bersih dari laundry ke bangsal pasien. Terhambatnya perawatan alat pengolahan yang diakibatkan karena terhambatnya anggaran dari pihak manajemen rumah sakit dan kegiatan asuhan gizi tidak rutin dilaksanakan karena kurangnya tenaga juru masak sehingga ahli gizi membantu proses pemasakan. Berbagai departemen/instansi pemerintah yang bersangkutan dengan pelaksanaan Inpres No. 20 tahun 1979, telah mengadakan latihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi para petugas gizi dalam merencanakan dan mengelola program gizi yang sesuai dengan standar kesehatan bagi pasien, sekaligus untuk mempercepat proses penyembuhan pasien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penting diterapkan manajemen dalam penyelenggaraan makanan sehingga menghasilkan makanan yang bermutu dan kebersihan makanan yang memenuhi syarat kesehatan.

1.2 Tujuan 1. Mempelajari proses kegiatan penyelenggaraan makanan di Rumah Sakit dari perencanaan sampai pendistribusian ?

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penjelasan Penyelenggaraan makanan merupakan salah satu dari empat kegiatan pokok yang ada di rumah sakit. Penyelenggaraan makanan merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang tepat, dan termasuk sampai kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi (Depkes 2003a). Tujuan dilaksanakannya penyelenggaraan makanan di rumah sakit untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi konsumen yang membutuhkannya. Sasaran penyelenggaraan makanan di rumah sakit adalah konsumen atau pasien maupun karyawan. Sesuai dengan kondisi rumah sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Dalam penyelenggaraan makanan rumah sakit, standar masukan (input ) meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metoda, peralatan. Sedangkan standar proses meliputi penyusunan anggaran belanja bahan makanan setahun, perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan harian dan bulanan, pengadaan/pembelian, penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan dan pendistribusian makanan. Sedangkan standar keluaran (output) adalah mutu makanan dan kepuasan konsumen. Menurut Mukrie. et al (1990) manajemen penyelenggaraan makanan berfungsi sebagai sistem dengan tujuan untuk menghasilkan makanan yang berkualitas baik.

2.2. Kegiatan Perencanaan Sampai Distribusi 2.2.1

Perencanaan Menu Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu yang akan diolah untuk memenuhi selera konsumen/pasien dan kebutuhan zat gizi yang memenuhi prinsip gizi seimbang. Perencanaan menu merupakan proses bertahap terdiri dari apa yang akan disajikan dan kapan makanan tersebut 3

disajikan. Tujuan perencanaan menu adalah tersedianya siklus menu sesuai dengan pedoman menurut klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit (Depkes 2003a). Keberhasilan dan kegagalan suatu penyelenggaraan makanan ditentukan oleh menu yang disusun atau hidangan yang disajikan. Untuk menghasilkan menu yang baik perlu diperhatikan variasi menu dan kombinasi hidangan untuk menghindari kebosanan karena pemakaian jenis bahan makanan atau jenis masakan yang berulang (Mukrie. et al 1990). Perencanaan menu akan baik hasilnya bila disusun oleh sekelompok orang (panitia kerja) yang terdiri dari orang-orang yang banyak kaitannya dalam penyelenggaraan makanan (Depkes 1991a). Dalam perencanaan menu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Kebutuhan gizi individu maupun kelompok populasi 2. Kebiasaan makan dan preferensinya terhadap makanan 3. Peraturan dan macam rumah sakit 4. Macam dan jumlah orang yang dilayani 5. Perlengkapan dan peralatan dapur yang tersedia 6. Macam dan jumlah pegawai 7. Macam pelayanan yang diberikan 8. Musim/iklim dan keadaan pasar 9. Keuangan yang tersedia

Menu makanan yang disajikan untuk orang sakit biasanya sudah ditentukan atau disebut menu baku, pada penyelenggaraan makanan institusi menu dapat disusun untuk jangka waktu yang lama, misalnya siklus menu 5 hari, 7 hari atau 10 hari. Untuk menghitung jenis dan jumlah bahan makanan yang dibutuhkan setiap hari dapat digunakan menu baku, standar porsi, resep baku, bumbu baku dan harga makanan per porsi.

2.2.2

Perencanaan Kebutuhan Bahan Makanan Perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah kegiatan untuk menetapkan jumlah, macam/jenis dan kualitas bahan makanan yang dibutuhkan untuk kurun waktu tertentu dalam rangka melaksanakan kegiatan pengadaan makanan. Tujuannya adalah tersedianya taksiran kebutuhan bahan makanan 4

dalam kurun waktu tertentu untuk pasien dan pegawai (Depkes 1990). Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan kebutuhan bahan makanan adalah menentukan jumlah pasien dengan mengacu pada DPMP (Daftar Permintaan Makanan Pasien), menentukan standar porsi tiap bahan makanan, menghitung berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklus menu (Depkes 2003a). Kegiatan pembelian bahan makanan sangat diperlukan taksiran kebutuhan bahan makanan. Pada umumnya perhitungan taksiran kebutuhan bahan makanan untuk pasien dan pegawai menurut masing-masing jenis bahan makanan dibuat dalam jangka waktu tiga bulan dengan memperhitungkan stock bahan makanan pada akhir triwulan sebelumnya.

2.2.3

Pemesanan dan Pembelian Bahan Makanan Pemesanan dan pembelian bahan makanan merupakan penyusunan permintaan bahan makanan berdasarkan menu atau pedoman menu dan rata-rata jumlah pasien. Dalam pemesanan dan pembelian bahan makanan tidak ada sistem yang dibuat, pemesanan bahan manakan hanya dilakukan oleh ka. instalasi gizi, kebutuhan bahan makanan disesuikan dengan jumlah pasien sesuai standar porsi per orang per jenis makanan.

2.2.4

Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan Penerimaan bahan makanan merupakan suatu kegiatan yang meliputi memeriksa, meneliti, mencatat dan melaporkan macam, kualitas dan kuantitas bahan makanan yang diterima sesuai dengan pesanan serta spesifikasi yang telah ditetapkan (Depkes 2003a). Menurut Moehyi (1992b) dalam penerimaan dan hendaknya perlu diperhatikan jumlah, jenis, ukuran, kualitas bahan dan batas kadaluarsanya. Bahan makanan yang dikirim rekanan diterima di ruang penerimaan bahan makanan oleh panitia penerima yang dibentuk oleh pimpinan rumah sakit. Penerimaan bahan makanan berdasarkan bon pesanan bahan makanan yang telah dibuat sehari sebelumnya. Penyimpanan bahan makanan adalah suatu tatacara menata, menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah baik kualitas maupun kuantitas di gudang bahan makanan kering dan basah serta pencatatan dan pelaporannya (Depkes 2003a). 5

Menurut Tarwotjo (1983) penyimpanan bahan makanan adalah suatu kegiatan yang menyangkut pemasukan bahan makanan, penyimpanan serta penyaluran bahan makanan ke bagian persiapan dan pengolahan. Dalam penyimpanan bahan makanan perlu diperhatikan beberapa hal antara lain : 1. Bahan-bahan yang cepat mengalami proses pembusukan, tengik, kekeringan. 2. Bahan yang dapat disimpan beberapa jam, beberapa hari dan beberapa bulan. 3. Bagaimana cara pengaturannya dalam ruang penyimpanan bahan makanan. Metode penyimpanan bahan makanan yang baik harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) yang artinya bahan makanan yang terdahulu diletakkan terdepan atau teratas. Untuk mempermudah maka setiap bahan makanan yang diterima diberi tanggal penerimaan (Yuliati dan Santoso 1995). Untuk semua kelas rumah sakit diperlukan ruang penyimpanan untuk bahan makanan kering yaitu gudang bahan makanan dan ruang pendingin atau ruang pembeku (freezer) untuk bahan makanan basah. Petugas pengelola bahan makanan harus mencatat semua jenis dan jumlah bahan makanan yang diterima dan disimpan di gudang atau tempat penyimpanan serta mencatat setiap pengeluaran (Moehyi 1992b).

2.2.5

Persiapan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan yaitu menyiapkan semua bahan makanan yang diperlukan sebelum dilakukan pengolahan, proses persiapan bahan makanan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu suatu kegiatan yang spesifik dalam rangka mempersiapkan bahan makanan dan bumbu-bumbu sebelum dilakukan kegiatan pemasakan yang dilakukan oleh petugas gizi rumah sakit.

6

2.2.6

Pengolahan Bahan Makanan Persiapan bahan makanan adalah serangkaian kegiatan dalam penanganan bahan makanan yang meliputi berbagai proses antara lain membersihkan, memotong, mengupas, mengocok, merendam dan lain-lain. Tujuannya adalah menyiapkan bahan makanan serta bumbu-bumbu untuk mempermudah proses pengolahan. Pengolahan bahan makanan merupakan satu kegiatan untuk mengubah (memasak) bahan makanan mentah menjadi makanan yang siap dimakan, berkualitas dan aman untuk dikonsumsi. Menurut Tarwotjo dan Soejoeti (1983) pengolahan makanan adalah suatu proses kegiatan terhadap bahan makanan, mulai dari makanan mentah atau makanan setengah jadi menjadi makanan siap dimakan. Dalam pengolahan makanan melalui proses yang saling berkaitan yaitu persiapan bahan makanan, pemasakan dan penyaluran makanan. Berdasarkan pendapat Mahmud dan Krisdinamurtirin (1980) pegolahan bahan makanan bertujuan untuk mempertahankan nilai gizi, meningkatkan nilai cerna, mempertahankan sifat warna, bau, rasa, keempukan dan penampakan makanan serta bebas dari organisme yang berbahaya bagi kesehatan. Proses pengolahan bahan makanan biasanya disebut juga proses pemasakan. Untuk dapat menghasilkan makanan yang berkualitas tinggi diperlukan persiapan dan tehnik pengolahan dengan cara yang tepat, proporsi bahan seimbang, bervariasi serta memenuhi standar sanitasi. Kesalahan dalam urutan dan pencampuran bumbu akan menghasilkan makanan yang tidak menarik. Ada berbagai proses pemasakan yang dikenal yaitu pemasakan dengan media udara sebagai penghantar panas (oven : 100 – 200 ºC), menggunakan air panas (merebus : 85 – 120 ºC), menggunakanlemak/minyak atau menggoreng (125- 200 ºC) dan tehnik pemasakan cepat dengan tekanan tinggi.

2.2.7

Pendistribusian Makanan Pendistribusian

makanan

merupakan

serangkaian

kegiatan

menyalurkan makanan sesuai dengan jumlah porsi dan jenis makanan konsumen yang dilayani baik makanan biasa maupun makanan khusus 7

(Depkes 2003a). Distribusi makanan merupakan tahap akhir dari kegiatan penyelenggaraan makanan, bila cara menyajikannya kurang menarik dapat mengecewakan konsumen yang berarti pula merupakan kegagalan bagi petugas penyelenggara makanan yang telah susah payah bekerja seharian (Tarwotjo 1983). Pada umumnya ada dua cara distribusi makanan yang dilakukan di rumah sakit, yaitu : A. Distribusi makanan yang dipusatkan (sentralisasi). Makanan dibagikan pada masing-masing alat makan pasien (plato) ditempat penyelenggaraan makanan kemudian langsung didistribusikan ke pasien.

B. Distribusi makanan tidak dipusatkan (Desentralisasi). Makanan dibawa dalam jumlah banyak di wadah-wadah ke dapur ruang perawatan pasien, selanjutnya makanan tersebut diporsikan ke alat makan yang tersedia kemudian didistribusikan ke pasien. Pembagian makanan dilakukan oleh petugas gizi ruangan. Kedua cara pendistribusian di atas dapat pula digunakan bersama-sama disuatu rumah sakit bila dianggap perlu. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebaiknya pihak penyelenggara dapat memilih cara yang lebih tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang bersangkutan (Depkes 1991a).

2.3 Perencanaan pelayanan gizi di RSJ Grhasia Yogyakarta Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen kesehatan yang berperan penting dalam mempersiapkan secara sistematis kegiatan yang akan dilakukan untuk mecapai tujuan tertentu. Perencananaan yang baik menuntut adanya sistem monitoring dan evaluasi yang memadai dan berfungsi umpan balik untuk tindakan pengendalian.3 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan perencanaan pelayanan gizi di RSJ Grhasia sudah terencana dengan baik dan sesuai dengan Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). RSJ Grhasia melakukan perencanaan anggaran belanja yang dilakukan satu tahun sekali dan perencanaan menu enam bulan sekali. Perencanaan menu disesuaikan dengan kebutuhan gizi pasien, anggarannya, dengan penyakitnya serta 8

disesuaikan dengan kondisi lingkungan seperti penyediaan bahan makanan yang ada di pasar. Perencanaan menu menggunakan siklus menu 10 hari dan dilakukan setiap enam bulan sekali. Perencanaan menu sangat diperlukan untuk menghasilkan susunan hidangan yang serasi dan dapat memenuhi selera dan kebutuhan gizi pasien. Untuk menghasilkan menu yang baik yang harus diperhatikan variasi menu dan kombinasi hidangan untuk menghindari kebosanan karena pemakaian jenis bahan atau makanan yang berulang. Perencanaan anggaran belanja dilakukan setiap satu tahun sekali dan disesuaikan dengan jumlah pasiennya yang harus dilayani, disesuaikan dengan gizi pasiennya seperti makanan minuman pasien dan ekstra fooding untuk petugas jaga. Anggaran untuk semua kegiatan yang ada di instalasi gizi berasal dari Pemda kota Yogyakarta. Anggaran tersebut meliputi pembelian bahan makanan, pembelian peralatan, pemeliharaan peralatan dan penyediaan gas (bahan bakar gas). Anggaran makan pasien sudah ditetapkan dari Pemda yaitu sebesar Rp 22.500/hari dan untuk petugas jaga sebesar Rp 9.000/hari. Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran belanja adalah peraturan pemberian makanan yang meliputi jumlah dan jenis bahan makanan yang diberikan sehari, nilai gizi serta pembagian waktu makan sehari bagi konsumen atau pasien yang ada di rumah sakit. Menurut Depkes perencanaan anggaran belanja merupakan suatu kegiatan penyusunan anggaran biaya yang diperlukan untuk penyediaan bahan makanan bagi konsumen maupun pasien yang dilayani. Tahap dalam penyelenggaraan makanan perlu dilakukan perencanaan menu dan perencanaan anggaran agar menghasilkan output yang maksimal bagi konsumen dan penyelenggaranya dan apabila tidak dilakukan perencanaan menu maka tidak tersedianya siklus menu yang sesuai dengan klasifikasi pelayanan yang ada di rumah sakit. Untuk pembelian atau penyediaan bahan makanan di instalasi gizi RSJ Grhasia bekerja sama dengan rekanan. Pihak rumah sakit yang mengadakan kerja sama dengan rekanan kemudian rekanan yang membelikan bahan makanan sesuai dengan spesifikasi dan instalasi gizi tinggal menerima bahan makanan tersebut. Pembelian bahan makanan kering dilakukan setiap seminggu sekali sedangkan untuk bahan makanan basah dilakukan setiap hari. 9

2.3.1

Pengorganisasian pelayanan gizi Pengorganisasian

merupakan

suatu

proses

pengelompokkan

orangorang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab atau wewenang dengan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai seorang manajer, kepala instalasi gizi harus terus melaksanakan fungsi manajemen dengan baik yaitu dengan merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinir, mengawasi kegiatan di instalasi gizi dengan meningkatkan mutu secara keseluruhan dan dapat meningkatkan kepuasan kepada tenaga kesehatan lainnya maupun kepada pasien secara keseluruhan. Pengorganisasian di instalasi gizi RSJ Grhasia sudah tersusun dengan baik yaitu sudah tersusunnya struktur organisasi yang sesuai dengan fungsinya seperti sudah ada pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawabnya. Susunan organisasi dan pembagian tugas berdasarkan Pergub DIY Nomor 60 Tahun 2008 tentang rincian dan fungsi rumah sakit grhasiaorganisasi dan pembagian tugas berdasarkan Pergub DIY Nomor 60 Tahun 2008 tentang rincian dan fungsi rumah sakit grhasia. Instalasi gizi RSJ Grhasia masih ada terdapat perangkapan pekerjaan, hal ini dikarenakan kurangnya tenaga yang ada di instalasi gizi seperti pramusaji ditambah pekerjaannya sebagai petugas linen dan ahli gizi juga ikut merangkap pekerjaannya membantu proses pengolahan dikarenakan petugas juru masaknya yang sedikit dan petugas juru masak juga ikut membantu di bagian administrasi. Pengorganisasian secara keseluruhan sudah cukup baik, tetapi jumlah pemenuhan karyawan kurang dari yang dibutuhkan, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan sehingga mengharuskan karyawan menambah pekerjaannya seperti satu orang karyawan yang seharusnya hanya mengerjakan empat pekerjaan bertambah menjadi lima pekerjaan. 2.3.2

Pelaksanaan pelayanan gizi Pelaksanaan merupakan tahapan implementasi dari keseluruhan rantai manajemen.10 Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan pelayanan gizi di instalasi gizi RSJ Grhasia sudah sesuai dengan PGRS, yang meliputi tiga pelayanan yaitu asuhan gizi dan konsultasi gizi, penyelenggaraan makanan, 10

penelitian dan pengembangan gizi. Kegiatan asuhan gizi untuk pasien rawat inap dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi pasien dan terapi diet. Konsultasi gizi untuk pasien rawat jalan yang memerlukan konsultasi. Sedangkan penyelenggaraan makanan dimulai dari perencanaan anggaran belanja sampai dengan pendistribusian makanan ke pasien. Peralatan yang ada didapur instalasi gizi RSJ Grhasia sudah cukup mendukung untuk proses pengolahan dan peralatannya selalu dilakukan perawatan dan pemeliharaan. Apabila ada yang rusak akan segera dilaporkan ke atasan agar dapat langsung diperbaiki. Sedangkan untuk pendistribusian makanan dilakukan oleh tenaga pramusaji dan makanan didistribusikan sehari tiga kali yaitu pagi, siang dan sore. Metode yang digunakan pada saat pendistribusian makanan menggunakan metode sentralisasi dan desentralisasi. 2.3.3

Pengawasan pelayanan gizi Pengawasan dilakukan dengan tujuan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijakan yang ditetapkan, mengetahui sedini mungkin kemajuan dan penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan dan apabila ada penyimpangan, melaksanakan perbaikan secara dini dan apabila ada penyimpangan dan memperoleh bahan yang baru dapat digunakan untuk penyusunan program selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian pengawasan pelayanan gizi di RSJ Grhasia dilakukan oleh bagian pihak penunjang dengan menerima masukanmasukan dan melakukan pengamatan secara langsung mengenai semua kegiatan yang ada di instalasi gizi. Pengawasan juga langsung diawasi oleh kepala instalasi gizi dimana setiap petugas mempunyai bukti masing-masing untuk setiap pekerjaan yang dilakukannya. Hasil pengawasan tersebut akan dibawa ke bagian penunjang dan untuk kepala instalasi gizi sendiri langsung diawasi oleh bagian penunjang. Pengawasannya juga ada dilakukan audit internal yang dilakukan setiap setengah tahun sekali. Audit internal dilakukan oleh pihak rumah sakit. Selain itu ada juga penanganan komplain dan rapat interen yang dilakukan setiap bulan sekali. Pengawasan pelayanan gizi dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan pelaksanaan di instalasi gizi sudah sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan untuk mengetahui sedini mungkin kemajuan maupun 11

penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan, kemudian melaksanakan perbaikan-perbaikan secara dini dan apabila ditemukan penyimpangan dan memperolah bahan yang baru dapat digunakan untuk penyusunan program selanjutnya. Pengawasan yang dilakukan berdampak positif pada pelayanan gizi yaitu tercapainya tujuan yang telah ditentukan, pelaksanaan pelayanan gizi sesuai dengan yang direncanakan dan minimnya kesalahan atau penyimpangan yang terjadi.

2.3.4

Evaluasi pelayanan gizi

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanakan telah tercapai tujuannya atau tidak.7 Tujuan evaluasi adalah untuk menilai pelakasanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Evaluasi pelayanan gizi di

instalasi gizi RSJ Grhasia dilakukan setiap tiga bulan dan dilakukan

melalui sasaran mutu, kotak saran dan penyebaran kuesioner ke pasien dan perawat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan gizi sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana dan kebijaksanaan yang disusun sehingga dapat mencapai tujuan yang dikehendaki. Sasaran mutu dalam pelayanan gizi yang berdasarkan standar pelayanan minimal rumah sakit meliputi tiga indikator yaitu: 1. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien ≥ 90%. 2. Sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien ≤ 20%. 3. Tidak adanya kesalahan pemberian diet (100%). 2.3.5

Manajemen Pelayanan Gizi Manajemen pelayanan gizi sangat penting dilakukan agar dapat menghasilkan makanan yang bermutu dan dapat mempercepat proses penyembuhan pasiennya. Tujuan manajemen pelayanan gizi yaitu untuk menjamin agar instalasi gizi senantiasa dapat berfungsi dengan baik, efisien, ekonomis, sesuai dengan spesifikasi atau kemampuan awalnya. Manajemen 12

pelayanan gizi yang dilakukan di RSJ Grhasia sudah terlaksana sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen antara lain yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi. Akan tetapi dalam proses pelaksanaan pelayanan gizi ada beberapa kegiatan yang belum berjalan secara optimal dan masih terdapat perangkapan pekerjaan oleh petugasnya. Seperti kegiatan asuhan gizi di ruang rawat inap belum bisa dilaksanakan secara rutin. Hal ini dikarenakan kurangnya pegawai juru masak yang ada di instalasi gizi sehingga ahli gizi ikut membantu dalam proses pengolahan sehingga ahli gizi tidak bisa rutin datang ke ruang rawat inap. Selain itu, petugas pramusaji juga ikut membantu sebagai petugas linen yang seharusnya tugas pramusaji hanya mengantar makanan ke ruangan pasien. Kurangnya tenanga yang ada di instalasi gizi terutama juru masak sehingga diperlukan penambahan petugas di instalasi gizi agar kegiatan pelaksanaan pelayanan gizi di RSJ Grhasia dapat berjalan secara optimal dan petugas dapat melaksanakan tugasnya sepenuhnya serta tidak ada petugas yang memiliki tugas ganda. Karena manajemen yang baik harus dapat mengatur sumber daya yang ada di organisasi tersebut dimana pekerjaan atau tugas dapat dibagi dengan adil sehingga tidak ada yang bekerja terlalu banyak atau bekerja terlalu sedikit.

13

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam Penyelenggaraan Makan Rumah Sakit Jiwa yaitu sakit untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi pasien yang membutuhkannya. Dalam penyelenggaraan makan rumah sakit jiwa dimulai dengan perencanaan menu, perencanaan

kebutuhan

bahan

makanan,

pemesanan

dan

pembelian

bahan

makanan,penerimaan dan penyimpanan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pegolahan bahan makanan, dan sampai pada pedistribusian makanan ke pasien. Pengaturan diet dan penyusunan menu makanan untuk pasien gangguan jiwa dan neurologi, disesuaikan dengan individu pasien dan penyakit yang diderita. Berbagai kondisi fisiologispasien bervariasi dan berbeda pada penyakit yang menyerang susunan saraf pusat yang menimbulkan gangguan antara lain kejang, kesadaran menurun dan dimensia yang membutuhkan diet khusus

3.2 Saran 1. Diharapkan dapat membagi tugas pekerjaan pada setiap petugasnya sesuai dengan bidang keahliaan masing-masing sehingga meminimalkan kesalahan pada saat bekerja 2. Dalam kegiatan asuhan gizi diharapkan petugas ahli gizi mengotipmalkan tugasnya agar kegiatan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

14

DAFTAR PUSTAKA

Rizki Muliawardani, Ahmad Ahid Mudayana. “ANALISIS MANAJEMEN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT JIWA (RSJ) GRHASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.” Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan. (2016).

15

Related Documents

Makalah Pmp 1.docx
November 2019 15
Pmp
October 2019 27
Pmp
December 2019 24
Resumen Pmp
June 2020 12
Pmp - Placement
June 2020 14
Pmp Processes.docx
July 2020 13

More Documents from ""

Makalah Pmp 1.docx
November 2019 15
Kata Pengantar Stroke.docx
November 2019 20
Dietetik Lanjut Cover.docx
November 2019 19
Casa Dietikon
November 2019 13
December 2019 13
December 2019 9