Makalah Pkpb Kel 3.docx

  • Uploaded by: Hsnh Uswah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pkpb Kel 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,434
  • Pages: 32
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem pendidikan, sebab dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, tetapi juga memberikan pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki setiap siswa. Kurikulum memiliki fungsi dan peran yang sangat penting, sehingga setiap pengembangan kurikulum pada jenjang manapun harus didasarkan pada asas-asas tertentu. Pengembangan kurikulum tidak lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai normal, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat, maupun arah program pendidikan. Perkembangan suatu kurikulum dari waktu ke waktu juga disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor ini menyebabkan

dilakukannya

pengembangan

kurikulum

yang nantinya

menghasilkan model-model pengembangan kurikulum. Dengan berbagai faktor tersebut, kebutuhan akan suatu kurikulum di setiap negara pun akan berbeda. Saat ini telah banyak dikembangkan modelmodel pengembangan kurikulum.Setiap model pengembangan kurikulum memiliki karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi, dan tindak lanjut dalam pembelajaran.Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan hanya didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikan serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep dalam sistem pendidikan mana yang digunakan. Ada

beberapa

model-model

pengembangan

kurikulum

yang

diungkapkan oleh para ahli dalam pengembangan kurikulum, sehingga akan dibahas dalam makalah ini yang berjudul “model-model pengembangan kurikulum”.

1

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum ? 2. Apa saja macam-macam model pengembangan kurikulum yang ada? 3. Bagaimana gambaran model perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia?

2

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pengembangan Kurikulum Menurut Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan. Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Abidin, 2012: 137). Rivett (1972), menyatakan bahwa model adalah hubungan sebuah logika secara, salah satunya kualitatif atau kuantitatif, yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler (1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan. Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Jadi, model merupakan pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya. 3

Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Menurut Sukmadinata (2005), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction) bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curriculum improvement). Sedangkan Model menurut Good dan Travers adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambang-lambang lainnya. Menurut pendapat Hamalik (2012), pengembangan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa ke arah peubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Sedangkan kesempatan belajar yang dimaksud adalah hubungan yang telah direncanakan dan terkontrol antara para siswa, guru, bahan peralatan, dan lingkungan dimana belajar yang diinginkan diharapkan terjadi. Ini terjadi bahwa semua kesempatan belajar direncanakan oleh guru, bagi para siswa sesungguhnya adalah ”kurikulum itu sendiri”. Perkembangan kurikulum merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah model dapat mengatur proses. Menurut Taba, apabila seseorang memahami perkembangan kurikulum sebagai tugas yang membutuhkan keteraturan, maka harus diketahui aturan ketika keputusan dibuat dan bagaimana cara keputusan keputusan tersebut dibuat, untuk memastikan bahwa semua pertimbangan yang relevan telah tercakup dalam keputusan-keputusan tersebut. Banyak sekolah atau fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiataanya sebagai rancangan. Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut

4

(Kamus Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran. Model pengembangan

kurikulum

adalah

model

yang

digunakan

untuk

mengembangkan suatu kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengembangan model kurikulum adalah suatu sistem dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta lambanglambang dalam penyusunan kurikulum yang baru ataupun penyempurnaan kurikulum yang telah ada yang memberikan relevansi pada masa mendatang. Nadler mengatakan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong penggguna untuk mengerti dan memahami suatu proses yang mendasar dan menyeluruh. B. Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum Berdasarkan perkembangan para ahli kurikulum, dewasa ini telah banyak menyajikan model-model pengembangan kurikulum. Dimana setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai dengan pendekatannya. Dalam makalah ini hanya beberapa model yang disajikan, dan guru dapat mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan. Model-model pengembangan kurikulum dari berbagai pendapat antara lain adalah: 1. Model Ralp Tyler Menurut Tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, kedua berhubungan dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan, ketiga pengorganisasian pengalaman belajar, dan keempat berhubungan dengan evaluasi (Sanjaya, 2008 : 83).

5

Objectives

Selecting Learning experience

Organizing Learning Experience

Evaluation a. Menentukan Tujuan Tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan.Sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar.Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut Tyler, yaitu : a) hakikat pesarta didik, b) kehidupan masyarakat masa kini, dan c) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan berdasarkan masukan dari ketiga aspektersebut. Kemudian difilter oleh nilai-nilai filosofis masyarakat dan filosofis pendidikan serta psikologi pendidikan (Ruhimat, 2013 : 80). b. Menentukan Pengalaman Belajar Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan

lingkungan.Ada

beberapa

prinsip

dalam

menentukan

pengalaman belajar siswa.Pertama, pengalaman siswa harus sesuai dengan

tujuan

yang

ingin

dicapai.Setiap

tujuan

menentukan

pengalaman pembelajaran.Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa.Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa.Keempat mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda.Contoh pengalaman belajar yang dapat dikembangkan, misalkan, pengalaman belajar untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa, pengalaman belajar untuk membantu

siswa

dalam

mengumpulkan

sejumlah

informasi,

pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan sikap sosial dan pengalaman belajar untuk membantu mengembangkan minat (Sanjaya, 2008 : 85).

6

c. Mengorganisasi Pengalaman Belajar Langkah

pengorganisasian

sangat

penting

karena

dengan

pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa. Ada tiga prinsip menurut Tyler (1950:55) dalam mengorganisasi pengalaman belajar, yaitu kontinuitas, urutan isi dan integrasi. d. Evaluasi Terdapat dua aspek penting, pertama evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan

yang

telah

dirumuskan.Kedua,

evaluasi

sebaiknya

menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.Penilaian mestinya membandingkan antara penilaian awal sebelum siswa melakukan suatu program dengan setelah siswa melakukan program tersebut, sehingga tampak ada atau tidak adanya perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan.Ada dua fungsi evaluasi, pertama, digunakan untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik atau dinamakan fungsi sumatif. Kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran atau dinamakan fungsi formatif. 2. Model Hilda Taba (Inverted Model) Model

Taba

merupakan

modifikasi

dari

model

Tyler.

Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif, namun Hilda Taba tidak sependapat dengan tahapan-tahapan tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum sehingga kurikulum sebaiknya dikembangkan secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif (Sanjaya, 2008 : 88). Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba ini a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah 1) Mendiagnosis

kebutuhan.

Pada

langkah

ini,

pengembang

kurikulum memulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan

7

siswa melalui diagnosis tentang “gaps”, berbagai kekurangan dan perbedaan latar belakang siswa. 2) Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan. 3) Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan, pemilihan isi bukan saja didasarkan kepada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaannya untuk siswa. 4) Mengorganisasi isi, melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulum itu diberikan. 5) Memilih

pengalaman

belajar.

Pada

tahap

ini

ditentukan

pengalaman-pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mecapai tujuan kurikulum. 6) Mengorganisasi pengalaman belajar. Guru selanjutnya menentukan bagaiamana mengemas pengalaman-pengalaman belajar yang telah ditentukan itu ke dalam paket paket kegiatan. Dalam menentukan paket tersebut sebaiknya siswa diajak sera agar mereka memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan belajar. 7) Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai teknik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa. 8) Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilkaukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar dan tipe-tipe belajar siswa. b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya. c. Merevisi dan mengonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba.

8

d. Mengembangkan keseluruhan kerangka kurikulum Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Guru-guru dipersiapkan melalui penataran, lokakarya, serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum (Sanjaya, 2008 : 88-89). 3. Model Oliva Menurut oliva, suatu model kurikulum harus bersifat simpel, koperhensif dan sistematik. Oliva menggambarkan bahwa dalam pengembangan suatu kurikulum, ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan, seperti yang terlihat dalam gambar berikut.

Gambar 1. Skema Komponen Model Pengembanan Oliva

Dari bagan di atas, tampak model pengenbangan kurikulum yang dikemukakan oleh oliva yaitu (Sanjaya, 2008 : 90): a. Komponen Pertama, perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang semuanya bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan masyarakat. b. Komponen Kedua, adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah. Sumber kurikulum dapat dilihat dari komponen satu dan dua ini. Komponen satu berisi pernyataanpernyataan yang bersifat umum dan sangat ideal. Sedanglan komponen dua sudah mengarah pada tujuan yang lebih khusus.

9

c. Komponen ketiga dan keempat, berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan seperti yang tercantum pada komponen satu dan dua. d. Komponen

kelima,

mengorganisasikan

rancangan

dan

mengimplementasikan kurikulum. e. Komponen keenam dan ke tujuh, mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran. f. Komponen kedelapan, menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat tercapai tujuan. g. Komponen kesembilan, studi awal tentang strategi dan teknik penilaian yang dapat digunakan. h. Komponen kesepuluh, mengimplementasikan strategi kurikulum, setelah strategi diimplementasikan, pengembangan kurikulum kembali ke komponen sembilan atau komponen sembilan plan B, untuk menyempurnakan alat atau teknik penilaian. i. Komponen ke sebelas dan duabelas, dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum. 4. Model Administratif Menurut

Sukmadinata

(2017:161),

model

pengembangan

kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Diberi nama model administrasi atau line staff karena inisiatif dan gagasan pengembangan

datang

dari

para

administrator

pendidikan

dan

menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya, administrator pendidikan membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi terdiri atas, pejabat di bawahnya, para ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama yang lebih operasionl, memilih dan menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guru-guru.

10

Setelah semua tugas dari tim kerja pengembangan kurikulum tersebut selesai, hasilnya akan dikaji ulang oleh tim pengarah serta para ahli lain yang berwenang atau pejabat yang kompeten. Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan, dan dinilai telah cukup baik, administrator pemberi tugas menetapkan untuk melaksanakan kurikulum dan memerintahkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan kurikulum tersebut. Karena sifatnya yang datang dari atas, model pengembangan ini disebut juga “top down: atau “line staff”. Pengembangan kurikulum dari atas, tidak selalu segera berjalan, sebab menuntut kesiapan dari pelaksanaannya,

terutama

guru-guru.

Mereka

perlu

mendapatkan

petunjuk-petunjuk dan penjelasan atau mungkin juga peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Dalam pelakasanaan kurikulum ini, selama tahun-tahun petama perlu adanya monitoring, pengamatan, dan pengawasan, serta bimbingan dalam pelaksanaannya.Setelah berjalan beberapa waktu perlu juga dilakukan suatu evaluasi, untuk menilai baik validitas komponenkomponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilannya. Penilaian menyeluruh dapat dilakukan oleh tim khusus dari tingkat pusat atau daerah, serta penilaian persekolah dapat dilakukan oleh tim khusus sekolah yang bersangkutan. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baik bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah, maupun sekolah. Pengembangan kurikulim model adminitratif tersebut menekankan kegiatannya pada orang-orang terlibat pada yang terlibat sesuai denagan tugas dan fungsinya masing-masing. Berhubung pengembangan kegiatan berasal dari atas ke bawah, pada dasarnya model ini mudah dilaksanakan pada Negara yang menganut sistem sentralisasi dan negara dengan kemampuan tenaga pengajaranya masih rendah. Kelemahan-kelemahan model ini sebagi berikut : a. Kurang pekanya terhadap adanya perubahan masyarakat, di samping juga karena kurikulum ini biasanya bersifat seragam secara nasional sehingga kadang-kadang melupakan atau mengambaikan adanya kebutuhan dan kekhususan yang ada pada tiap daerah.

11

b. Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak demokratis, karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas. c. Pengalaman menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum secara signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat, melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam kepanitian. d. Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase, yakni konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum baru, dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut. 5. Model Grass Roots Pengembangan kurikulum model ini berkebalikan dengan model administratif. Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai dari arus bawah.Model ini lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari unit-unit terkecil dan spesifik menuju pada bagian-bagian yang lebih besar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kurikulum model Grass Roots yaitu: a. Guru harus memiliki kemampuan yang professional b. Guru harus terlibat penuh dalam perbaikan kurikulum, penyelesaian permasalahan kurikulum. c. Guru harus terlibat langsung dalam perumusan tujuan, pemilihan bahan dan penentuan evaluasi d. Seringnya pertemuan kelompok dalam pembahasan kurikulum yang akan berdampak terhadap pemahaman guru dan akan menghasilkan konsensus tujuan, prinsip, maupun rencana-rencana.

12

Dalam model pengmbangan yang bersifat grass roots, seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum. Pengembangan atau penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu bidang studi atau beberapa bidang studi ataupun seluruh bidang studi dan seluruh komponen kurikulum. Pengembangan model grass roots ini juga menuntut adanya kerja antara guru antara sekolah secara baik, di samping juga harus ada juga kerja sama dengan pihak di luar sekolah khususnya orang tua dan mayarakat. Pada pelaksanaanya, para administrator cukup memberikan bimbingan dan dorangan kepada staf pengajar. Setelah menyelesaikan tahap tertentu, bisanya diadakan lokakarya untuk membahas hasil yang telah dicapai dan sebaliknya merencanakan kegiatan yang akan dilakuakan selanjutnya. Pengikut lokakarya di samping para pengajar dan kepala sekolah juga melibatkan orang tua dan anggota masyarakat lainya, serta para konsultan dan para narasumber yang lain. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan guru-guru, fasilitasnya biaya maupun kemampuan bahan-bahan kepustakaan, pengembangan model grass roots akan dilaksanakan lebih baik. Orientasi yang demokratis dari rekayasa Model Grass Roots bertanggung jawab membangkitkan apa yang menjadi dua aksioma kemantapan sebuah kurikulum: a. Bahwa sebuah kurikulum hanya dapat diterapkan secara berhasil apabila guru-guru dilibatkan secara intim dengan proses pembuatan (konstruksi) dan pengembangannya. b. Bukan hanya para professional, tetapi murid, orang tua, anggota masyarakat lain harus dimasukkan dalam proses pengembangan kurikulum. Hal ini didasarkan pada atas pertimbangan bahwa guru adalah peracana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di sekolah. Dialah yang paling tahu kebutuhannya di kelas , oleh karena itu dialah yang paling kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal ini sesuai

13

dengan prinsip-prinsip pengemnbangan kurikulum yang dikemukakan oleh Smith, Stenley dan Shores dalam Sukmadinata (1999: 163): a. The curriculum will improve only as the professional competence of teacher improves. b. The competence of teacher will be improved only as the teacher become involved personally in the problems of curriculum revision c. If teacher share in shaping the goals to be attained, in selecting, definding, and sloving the problems tobe encountered , and in judging, and evaluating the rusults, their involvement will be most nearly assured. d. As people meet in face-to-face groups, the will be able to understand one another better and to reach a consensus on basic principles, goals and plans. Guru adalah sebagai kunci dalam rekayasa kurikulum yang efektif, digambarkan pada (4) prinsip yang menjadi dasar Model Grass Roots, yaitu : a.

kurikulum akan baik apabila kemampuan profesioanl guru baik.

b.

kompetensi guru akan membaik apabila guru terlibat secara pribadi dalam masalah masalah peibaikan (revisi) kurikulum.

c.

jika guru urun rembug dalam membentuk tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam memilih, mendefinisikan, memecahkan masalah yang akan

dihadapi,

mempertimbangkan

dan

menilai

hasil

maka

keterlibataimya paling terjamin. d.

karena orang bertemu dalam kelompok, tatap muka, mereka akan dapat memahami satu sama lain lebih baik dan untuk mencapai suatu konsensus berdasarkan prinsip-prinsip dasar, tujuan-tujuan dan rencana-rencana. Secara singkat diagram kerja pengembangan model grass roots

sebagai berikut. Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungking hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi munngking pula dapat digunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah

14

lain, atau keseluruhan bidang studi sekolsh atau daerah lain. Keuntungan dari model ini adalah proses pengambilan keputusan terletak pada pelaksana, mengikutsertakan pihak bawah khussnya para staff mengajar dan memungking terjadinya kompetensi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada giliranya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif. Ada beberapa hal yang perlu diantisipasi dalam model ini yaitu bervariasinya sistem kurikulum di sekolah karena menerapkan partisipasi sekolah dan masyarakat secara demokratis. Sehingga apabila tidak terkontrol (kendali mutu) maka cenderung mengabaikan kebijakan dari pusat (TIM Pengembang, 2012 : 82). 6. Model Demonstrasi Menurut Sukmadinata (2009 : 165) model demonstrasi bersifat sama dengan model grass roots yaitu datang dari bawah, model ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model demonstrasi umumnya berskala kecil, hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Menurut Smith, Stanley dan Shores terdapat dua variasi model demonstrasi. Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah

ditunjuk

untuk

melaksanakan

suatu

percobaan

tentang

pengembangan kurikulum, bertujuan untuk mengadakan penelitian dan pengembangan tentang salah satu atau beberapa segi atau komponen kurikulum. Bentuk yang kedua, kurang bersifat formal, beberapa guru merasa kurang puas dengan kurikulum yang ada, mencoba mengadakan penelitian dan pengembangan sendiri, dengan kegiatan ini mereka mengharapkan ditemukannya kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih baik untuk digunakan di daerah yang lebih luas. Terdapat kebaikan dari pengembangan kurikulum model demonstrasi, yaitu : 15

a. Kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis. b. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit untuk ditolak oleh administrator dibanding dengan perubahan dan penyempurnaa yang menyeluruh. c. Pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model ini dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dokumentasinya bagus tetapi pelaksanaannya tidak ada. d. Model ini sifatnya yang grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan narasumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru. Kelemahan model ini bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan dan dalam keadaan terburuk bisa akan terjadi apatisme. 7. Model Wheeler Menurut wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus menerus. Wheeler mengungkapkan bahwa pengembangan kurikulum terjadi melalui lima tahap. Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berturut. Dan ketika semua tahap sudah selesai dilaksanakan, makaakan kembali lagi ke tahap awal. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar di bawah ini (Sanjaya, 2008: 94).

Gambar 2. Model Pengembangan Wheeler

16

a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable (objective) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya. b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama. c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar. e. Melakukan evaluasi setiap tahapan pengembangan dan pencapaian tujuan. Menurut Idi (2016:187) mengungkapkan bahwa, kontribusi Wheeler terhadap pengembangan kurikulum adalah penekanannya terhadap hakikat lingkaran dari elemen-elemen kurikulum. Kurikulum proses disini tampak lebih sederhana, dan langkah-langkah dalam pengembangannya pun bersifat berkelanjutan yang memiliki makna responsif terhadap perubahanperubahan pendidikan yang ada. Catatan atau pendapat Wheeler tentang proses kurikulum menekankan pada saling ketergantungan antara satu elemen dengan elemen kurikulum lain. 8. Model Miller-Seller Model

pengembangan

kurikulum

Miller-Seller

merupakan

pengembangan kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s dan Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut. a. Klasifikasi Orientasi Kurikulum Langkah pertama menguji dan mengklarifikasi orientasi.Orientasi merefleksikan pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya dikembangkan.Menurut Miller dan Seller, 17

ada tiga jenis orientasi kurikulum yaitu transmisi, transaksi dan transformasi. b. Pengembangan Tujuan Mengembangkan tujuan umum dan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang bersangkutan.Tujuan umum yang dimaksud yaitu merefleksikan pandangan orang dan pandangan kemasyarakatan.Hal ini masih terlalu umum sehingga perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang lebih khusus hingga pada tujuan instruksional. c. Identifikasi Model Mengajar Identifikasi model mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang akan digunakan, yaitu: 1) Disesuaikan dengan tujuan umum maupun tujuan khusus. 2) Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa. 3) Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara utuh, sudah dilatih, dan mendukung model. 4) Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model. d. Implementasi Implementasi

dilaksanakan

dengan

memperhatikan

komponen-

komponen program studi, identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan waktu, komunikasi dan sistem monitoring (Tim Pengembang, 2012: 84) 9. Model Beauchamp Model pengembangan ini dirancang oleh seorang ahli kurikulum bernama Beauchamp. Beauchamp mengemukakan terdapat lima hal di dalam pengembangan suatu kurikulum. a. Menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah suatu sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi ataupun seluruh negara. Pentahapan arena ini ditentukan oleh wewenang yang dimiliki oleh pengambil kebijaksananaan dalam pengembangan kurikulum, serta oleh tujuan pengembangan kurikulum. Walaupun daerah yang menjadi wewenang kepala kanwil pendidikan 18

dan kebudayaan mencakup satu wilayah provinsi, tetapi arena perkembangan kurikulum hanya mencakup satu daerah kabupaten saja sebagai pilot proyek. b. Menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut dalam pengembangan kurkulum, yaitu: 1) Para

ahli

pendidikan/kruikulum

yang

ada

pada

pusat

pengembangan kurikulum dan para ahli bidang ilmu dari luar. 2) Para ahli pendidikan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guruguru terpilih. 3) Para profesional dalam sistem pendidikan. 4) Profesional lain dan tokoh-tokoh masyarakat. c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan yang lebih khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiaan evaluasi, dan dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum. Beauchamp membagi kegiatan ini dalam lima langkah, yaitu: 1) Membentuk tim pengembang kurikulum 2) Mengadakan penilaian atau penelitian terhadap kurikulum yang sedang diterapkan. 3) Studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum baru. 4) Merumuskan kriteria-kriteria bagi penyusunan kurikulum baru. 5) Penyusunan dan penulisan kurkulum baru. d. Implementasi kurikulum, merupakan langkah dalam melaksanakan kurikulum yang bukan merupakan sesuatu yang sederhana, sebab membutuhkan kesiapan yang menyeluruh, baik kesiapan guru, siswa, fasilitas, bahan, maupun biaya. e. Evaluasi kurikulum, mencakup empat hal: 1) Evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru. 2) Evaluasi desain kurikulum

19

3) Evaluasi hasil belajar siswa 4) Evaluasi dari keseluruhan sistem kurikulum

10. Model Audrey dan Howard Nicolls Model

pengembangan

kurikulum

Nicholls

menggunakan

pendekatan siklus seperti model wheeler. Model Nicholls digunakan apabila ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan

situasi.Audrey

dan

Nicholls

mendefinisikan

kembali

metodenya Tyler, Taba, dan Wheeler dengan menekankan pada kurikulum proses yang bersiklus dan berbentuk lingkaran, dan ini dilakukan demi langkah awal, yaitu analisis situasi.Kedua penulis ini mengungkapkan bahwa sebelum elemen-elemen tersebut diambil atau dilakukan dengan lebih jelas, konteks dan situasi dimana keputusan kurkulum itu dibuat harus dipertimbangkan secara mendetail dan serius. Dengan demikian, analisis situasi menjadi langkah pertama yang membuat para pengembang kurikulum memehami faktor-faktor yang akan mereka kembangkan (Idi, 2016:188). Terdpat lima langkah pengambangan kurikulum menurut Nicholls dalam buku Sanjaya (2017:95): a. Analisis situasi b. Menentukan tujuan khusus c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran d. Menentukan dan mengorganisasi metode e. Evaluasi

11. Model Dinamic Skillbeck Menurut Skillbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan dinamik merupakan model pengembangan kurikulum pada level sekolah (School Nased Curriculum Development). Skillbeck menjelaskan bahwa model ini diperuntukkan setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan kurikulum berjalan dengan baik,

20

maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian. Adapun langkah-langaka pengembangan kurikulum menurut skillbeck yaitu (Sanjaya, 2017:96): a. Menganalisis situasi b. Memformulasikan tujuan c. Menyusun program d. Intrpretasi dan implementasi e. Monitoring, feedbaack, penialaian, dan rekontruksi. 12. Model Rogers Menurut Rogers dalam buku Sukmadinata (2017:167), terdapat empat langkah pengembangan kurikulum,, yaitu: a. Pemilihan target dalam sistem pendidikan Didalam penentuan target ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan adalah adanya kesediaan dari pejabat pendidikan untuk turut serta dalam kegiatan kelompok yang intensif. b. Partisipsi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif Keikutsertaan guru dalam kelompok ini harus bersifat suka rela, lama kegiatan diusahakan satu minggu lebih. c. Pengembangan kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pelajaran Selama lima hari penuh siswa ikut kegiatan kelompok, dengan fasilitator para guru dan administrator atau fasilitator dari luar. d. Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok Kegiatan ini dapat dikoordinasi oleh BP3 masing-masing sekolah. Lama kegiatan kelompok dapat tiga jam setiap sore selama seminggu atau 24 jam secara terus menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam hubungannya dengan sesama orang tua, anak, dan guru. Model pengembangan kurikulum dari Rogers ini berbeda dengan modle

pengmbangan

kurikulum

lainnya.

Dimana

dalam

model

pengembangan ini tidak terdapat suatu perencanaan kurikulum tertulis, 21

yang ada hanyalah kegiatan kelompok. Itulah ciri khas Carl Rogers sebagai seoarang eksistensialis humanis, ia tidak mementingkan foemalitas, rancangan tertulis, data dan sebagainya. Bagi Rogers yang penting adalah aktivitas dan interaksi. Berkat berbagai bentuk aktivitas dalam interaksi ini individu ini akan berubah. Metode pendidikan yang diutamakan Rogers adalah sensitivity training, encounter group, dan training group. 13. Model Saylor, Alexander, Dan Lewis

Gambar 3. Model Pengembangan Saylor

Model ini membentuk curriculum planning process (proses perencanaan kurikulum).Untuk mengerti model ini, kita harus menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana kurikulum mereka. Kurikulum menurut mereka adalah “a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be educated” ; sebuah rencana yang menyediakan kesempatan belajar bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat dimengerti sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil untuk porsi atau bagian kurikulum tertentu. Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan menentukan atau menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan utama yang akan mereka capai. Saylor, Alexander dan Lewis, mengklasifikasi serangkaian tujuan ke dalam empat (4) bidang kegiatan dimana pembelajaran terjadi, yaitu : perkembangan pribadi, kompetensi social, ketrampilan yang berkelanjutan dan spesialisasi. Setelah tujuan dan sasarn serta bidang kegiatan ditetapkan, perencana memulai proses

22

merancang kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang tepat bagi masing-masing bidang kegiatan dan bagaimana serta kapan kesempatan ini akan disediakan. Setelah rancangan dibuat (mungkin lebih dari satu rancangan), guruguru yang menjadi bagian dari rencana kurikulum, harus membuat rencana pengajaran. Mereka memilih metode bagaimana kurikulum dapat dihubungkan dengan pelajar. Guru pada tahap ini harus dikenalkan dengan istilah tujuan pengajaran. Sehingga guru dapat memerinci tujuan pengajaran sebelum memilih strategi atau cara presentasi. Akhirnya perencana kurikulum dan guru terlibat dalam evaluasi. Mereka harus memilih teknik evaluasi yang akan digunakan. Saylor dan Alexander mengajukan suatu rancangan yang mengijinkan : (1) evaluasi dari seluruh program pendidikan sekolah, termasuk tujuan, subtujuan, dan sasaran; keefektifan pengajaran akan pencapaian siswa dalam bagian tertentu dari program, juga (2) evaluasi dari program evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi memungkinkan perencana kurikulum menetapkan apakah tujuan sekolah dan tujuan pengajaran telah tercapai. C. Fungsi Model Pengembangan Kurikulum Bagi Guru Berkenaan dengan model-model pengembangan kurikulum, maka fungsi model pengembangan kurikulum bagi guru adalah (Hamalik, 2009:: 1. Sebagai pedoman bagi guru untuk memilih model pengembangan yang sesuai dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum di lapangan. 2. Sebagai bahan pengetahuan untuk melihat lahirnya bagaimana sebuah kurikulum tercipta dari mulai perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan, yang mungkin selama ini guru hanya mengetahui bahwa kurikulum itu sebagai sesuatu yang siap saji., padahal melalui proses yang panjang sesuai dengan model mana yang dipilih oleh pengembang kurikulum atau pengambil kebijaksanaan. 3. Sebagai bahan untuk menyusun kurikulum yang sesuai dengan visi, misi, karakteristik, dan sesuai dengan pengalaman belajar yang diharapkan atau dibutuhkan oleh siswa.

23

4. Sebagai bahan untuk mengadakan penelitian yang merupakan bagian tugas profesional guru yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru. 5. Sebagai bahan untuk melihat perbandingan dan keberhasilan tentang model pengembangaan kurikulum yang digunakan suatu sekolah, yang nantinya diharapkan untuk memperbaiki kurikulum yang dilaksanakan. D. Model Perkembangan di Indonesia Ada dua jenis pengembangan kurikulum yang telah dan sedang ditempuh di Indonesia, yaitu model yang

berorientasi pada tujuan (goal orientated

curriculum) dan model kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Model pertama, yaitu kurikulum berorientasi pada tujuan, telah digunkan di Indonesia sudah sejak lama, yaitu sejak digunakannya kurikulum formal di Indonesia sampai dengan tahun 2014 yang berlaku efektif sampai dengan tahun 2003. Pertanyaan yang pertama-tama timbul dalam model ini adalah tujuan, tujuan apakah yang ingin dicapai, atau pengetahuan, keterampilan, dan sikap apakah yang kita harapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan kurikulum? Sebagai jawban terhadap pertanyaan pokok tersebut kemudian dirumuskanlah tujuan-tujuan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai, mulai dari tujuan pendidikan nasional sampai tujuan tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Atas dasar itulah selanjutnya ditetapkan pokok-pokok materi dan prosedur pembelajaran, yang kesemuanya diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Arifin (2012), model kurikulum yang berorientasi pada tujuan memiliki kebaikan-kebaikan, antara lain: a. Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulu. b. Tujuan-tujuan tersebut akan memberikan arah yang jelas di dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis-jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan. c. Tujuan-tujuan itu akan memberikan arah dalam melakukan penilaian terhadap proses dan hasil yang dicapai.

24

d. Hasil evaluasi yang berorientasi pada tujuan tersebut akan membantu pengembang kurikulum di dalam melakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Meningat model ini banyak kelemahannya, maka sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi. Jika dilihat dari konsepnya, maka model kurikulum ini jauh lebih berat dan rumit jika dibandingkan dengan kurikulum yang berorientasi pada tujuan karena kompetensi bukan “sesuatu yang ingin dicapai” melainkan “sesuatu yang harus dikuasai” oleh peserta didik. Implikasinya adalah guru harus menggunakan multistrategi pembelajaran dengan penekanan pada keterlibatan peserta didik secara aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam belajar, guru harus menggunakan multimedia, sumber belajar dan lingkungan yang dapat menarik minat peserta didik untuk belajar, dan guru juga harus menggunakan model penilaian berbasis kelas dengan berbagai jenisnya untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi peserta didik. E. Kurikulum Integrated Model pengembangan kurikulum terpadu dasarnya pada pemecahan suatu problem, yaitu problem sosial yang dianggap penting dan menarik bagi anak didik (Nasution, 1993: 145). Dalam melaksanakan kurikulum terpadu, disusunlah unit sumber yang mencakup bahan, kegiatan belajar, dan sumbersumber yang sangat luas. Sumber unit digunakan sebagai sumber untuk satuan pelajaran merupakan apa yang secara aktual dipelajari anak didik di kelas. Perbedaan individual ini lah yang membuat mereka tidak harus selalu mempelajari hal yang sama, dan ada kebebasan bagi anak didik untuk memilih pelajaran menurut minat, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Unit sumber merupakan apa yang secara ideal dapat dipelajari anak didik, sedangkan satuan pelajaran merupakan apa yang secara aktual dipelajari anak didik (Idi, 2016: 199-200).

25

F. Kurikulum School Based Menurut Nurkolis (2003), School Based Management dalam istilah bahasa Indonesianya disebut dengan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). School Based Management terdiri dari tiga kata yakni : School, Based, dan Management. School arti katanya yaitu sekolahan, maksunya lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberikan pelajaran. Based arti katanya yaitu basis, bermaksud dasar atau asas. sedangkan Management berarti manajemen/pegelolaan, yakni bermaksud sebagai proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. School Based Management atau Manajemen Berabasis Sekolah merupakan hasil buah perkembangan dari strategi pengelolaan pendidikan the collaborative school management menurut Caldwell & Spink, sebagaimana yang dikutip oleh Suryosubroto yaitu merupakan pengelolaan pendidikan yang mengedapankan kerja sama antara berbagai pihak yang berkepentingan (stake holder) terhadap bidang pendidikan, baik itu orang tua (masyarakat), sekolah (lembaga pendidikan, Institusi sosial lain seperti dunia usaha dan dunia industri. Strategi ini dilakukan untuk agar lebih optimal, efektif, dan efesien dalam menangani berbagai permasalahan pendidikan, yang karena tidak mungkin permasalahan yang sangat kompleks tersebut bisa diselesaikan sacara sendirian tanpa danya kerja sama diberbagai pihak yang bersangkutan (Suryosubroto, 2004). Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa School Based Management merupakan salah satu stategi dalam pengelolaan lembaga pendidikan disuatu sekolah yang menitik beratkan pada pengerahan dan pendayagunaan sumber internal sekolah dan lingkungannya secara efektif dan efesien untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu yang dilakukan secara mandiri dan kreatifitas sekolah. Pada prinsipnya School Based Management itu dalam pengelolaan suatu lembaga pendidikan yang mengedepankan kerjasama antara pihak sekolah masyarakat dan stake holder untuk mengembangkan sumber daya lokal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas siwa. School Based Manajement agar bisa berjalan dengan tertib, lancar, berintegrasi dalam satu system kerja sama untuk mencapai tujuan secara efektif

26

dan efesian maka perlu pengelolaan seluruh komponen sekolah secara tepat. Setidaknya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus dikelola diantaranya yaitu: a. Manajemen kurikulum dan program pengajaran. Manajemen kurikulum dan program pengajaran meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian kurikulumnya. Perencanaan dan pengembangan

kurikulum

nasional

umumnya

dikembangkan

oleh

Departemen Pendidikan Nasional tingkat pusat, sedangkan level sekolahan terpenting merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum dengan kegiatan pembelajaran. Namun sekolah mempunyai kewenangan mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai kebutuhan masyarakat dan linkungan. Adapun prinsip dalam pengelolaan kurikulum sebagai berikut: 1) Tujuan yang dikehendaki harus jelas. 2) Program harus sederhana dan fleksibel. 3) Program dikembangkan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. 4) Program yang dikembangkan harus menyeluruh dan jelas capaiannya. 5) Harus ada koordinasi antar komponen pelksana program. b. Manajemen tenaga kependidikan Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien guna mencapai hasil yang optimal. Manajemen tenaga kependidikan ini meliputi: 1) Perencanaan pegawai. 2) Pengadaan pegawai. 3) Pembinaan dan pengembangan pegawai. 4) Promosi dan mutasi. 5) Pemberhentian pegawai. 6) Kompensasi. 7) Penilaian pegawai c. Manajemen kesiswaan Manajemen kesiswaan merupakan penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik. Yang bertujuan untuk

27

mengatur berbagai kegiatan kesiswaan agar kegiatan pembelajaan dapat berjalan lancer,tertib dan teratur. Menurut Sutisna sebagaimana yang telah dikutib oleh E. Mulyasa, pengelolaan kesiswaan ini meliputi: 1) Kehadiran murid dan masalah-masalah. 2) Penerimaan, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid ke kelas dan program studi. 3) Evaluasi dan pelaporan kemajuan belajar. 4) Program supervisi bagi murid yang mempunyai kelainan. Misalnya pengajaran, perbaikan dan pengajaran luar biasa. 5) Pengendalian disiplin murid. 6) Program bimbingan dan penyuluhan. 7) Program kesehatan dan keamanan. 8) Penyesuaian pribadi, social, dan emosiaonal. d. Manajemen keuangan Manajemen keuangan merupakan potensi yang sangat menentukan dalam pendidikan. Adapaun komponen utama manajemen keuangan adalah sebagai berikut: 1) Prosedur anggaran 2) Prosedur akuntansi keuangan 3) Pembelajaran, pergudangan dan prosedur pendistribusian 4) Prosedur investasi 5) Prosedur pemeriksaan e. Manajemen sarana dan prasarana Manajemen sarana dan prasarana adalah perlatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan. Adapun kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan. f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar yakni masyarakat. Hubungan sekolah dengan masyarkat ini bertujaun diantara yaitu: memajukan kulaitas

28

pembelajaran dan pertumbuhan anak, memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah. g. Manajemen pelayanan khusus Menurut Hidayat dan Imam (2003), manajemen pelayanan khusus ini mencakup manajemen keperpustakaan, ksehatan dan keamanan sekolah.

29

30 BAB III KESIMPULAN Keberadaan model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum. Pada saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang

model-model

pengembangan

kurikulum,

tetapi

setiap

model

pengembangan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan masing-masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada yang menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan. Model-model kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan.

30

DAFTAR PUSTAKA UU RI No 20 Tahun 2003. (2015). Tentang SIKDIKSNAS beserta penjelsannya. Surabaya: Media Centre. Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Arifin, Zainal. (2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya. Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja RosdaKarya. Hidayat, Ara, dan Imam Machali. (2012). Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta: Kaukaba. Idi, Abdullah. (2016). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Mulyasa, E. (2002). Rosdakarya.

Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja

Nasution. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Nurkolis. (2003). Manajemen Aplikas,.Jakarta: Grasindo.

Berbasis

Sekolah;

teori,

Model,

dan

Ruhimat, Toto dan Alinawati, Muthia. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Press. Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Sukmadinata, N. S. (2009). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Sukmadinata, N. S. (2017). Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Suryosubroto. (2004). Manajemen Pendidikan Di Sekolah, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI. (2012) . Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama.

31

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM Disusun Sebagai Tugas dari Mata Kuliah Perkembangan Kurikulum dan Pendidikan Biologi Dosen: Dr. Slamet Suyanto, M. Ed.

Kelompok 3: Uswatun Hasanah (18725251005) Syahida Chairunnisa (18725251017)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2019

32

Related Documents

Makalah Kel. 10.docx
April 2020 3
Makalah Kel 7.docx
July 2020 16
Makalah Kel 1.docx
June 2020 12
Makalah Kel.4.docx
June 2020 26

More Documents from "Adesti Handayani"