BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Berbahasa sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi. Ketika ada hambatan dalam berbahasa, maka juga akan mengalamai hambatan dalam komunikasi. Komunikasi menjadi hal yang sangat penting karena komunikasi merupakan jembatan untuk menyamakan persepsi dan mengekspresikan perasaan dan pikiran. Adanak dengan gangguan emosi dalam refrensi yang ada, pada umumnya disebut anak dengan Emotional and Behavioral Disorders (EBD). Jika di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan tuna laras. Anak tuna laras memiliki masalah yang cukup kompleks yang berdampak pada penolakan lingkungan sosialnya. 2. Rumusan Masalah 1) Mengenali cara mengatasi gangguan bahasa pada anak ? 2) Mengenali cara mengatasi gangguan emosi pada anak ? 3. Tujuan 1) Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan bahasa pada anak. 2) Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan emosi pada anak.
1
BAB II PEMBAHASAN 1. Gangguan bahasa sebagai kelainan komunikasi diantaranya : A. Gangguan kelancaran bicara (gagap) B. Kelainan artikulasi. C. Kelainan suara D. Kelainan bahasa Berikut ini karakteristik gangguan bicara yang mungkin muncul menurut Sheridan (1973, dalam Telford & Sawrey, 1981) : 1) Terjadi pada anak-anak yang lahir prematur. 2) Kemungkinannya empat kali lipat pada anak yang belum berjalan pada usia 18 bulan. 3) Belum bisa berbicara dalam bentuk kaliamat pada usia 2 tahun. 4) Memiliki gangguan penglihatan. 5) Sering dikategorikan sebagai anak yang canggung (clumsy) oleh guru. 6) Dari segi perilaku kurang menyesuaikan diri. 7) Sulit membaca. 8) Banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Sebagaimana komunikasi itu penting, maka untuk membantu anak mengatasi ganguan ini perlu melibatkan banyak pihak, dari mulai ahli patologi bicara, orangtua dan guru. Berikut ini yang dapat dilakukan guru pada saat anak berada disekolah adalah : A. Komunikasi dilatihkan dalam konteks sekolah dan rumah, dimana anak menjalani kehidupannya sehari-hari dengan teman bicaranya seperti teman, guru dan orang tua. B. Guru
dapat
mengajarkan
bunyi-bunyi
spesifik
dan
melakukan
pengulangan sambil disandingkan dengan benda-benda tertentu. 2
C. Membangun komunikasi dengan anak. Guru lebih banyak mendengar dan mempersilahkan anak yang berupaya untuk berbicara. Topik diambil dari kegiatan sehari-hari. D. Guru mendengarkan dengan sabar kata-kata yang dicuapkan anak. Karena itu guru harus fokus dengan anak yang sedang berbicara dan siap mendengarkan pembicaraan anak. E. Mendengarkan dengan hati dan empati. Sekalipun keliru atau terbatabata,
guru
tidak
perlu
meralat
atau
menertawakan
ataupun
mempermalukan. F. Mendorong suasana dan partisipasi kelas untuk ikut turut menerima dan mendukung usaha anak dalam belajar mengatasi gangguan bicara dan bahasanya. G. Menekankan kelebihan-kelebihan anak sehingga anak memiliki rasa percaya diri. 2. Untuk mengatasi anak yang mudah cemas, maka guru perlu memperhatikan halhal berikut : A. Menerima anak dan menenangkan hatinya. Anak
yang
cemas
membutuhkan
orang
yang
bisa
menentramkannya. Pahami perasaannya dan jangan paksa dia untuk mengatasai kecemasannya dengan memaksa melakukan sesuatu yang menakutkan baginya. B. Menggunakan bermacam-macam strategi untuk mengatasi kecemasan. Alikan perasaan cemas dengan hal yang menyenangkan hati, misalnya memutarkan musik yang menyenangkan, mengajak bermain, bernyanyi atau bercerita. C. Mendorong anak untuk mengungkapkan perasaannya. D. Menemani anak ketika dalam perasaan cemas dan mengurangi rasa cemasnya secara bertahap.
3
Pada kasus kecemasan berpisah pada orangtua dapat dilakukan dengan memberikan rasa nyaman dan percaya paa lingkungan dan orang-orang baru.
4
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Gangguan bahasa adalah kelainan komunkasi seperti gagap, kelainan artikulasi, kelainan suara, kelainan bahasa yang mempengaruhi kemampuan anak dalam pendidikan. (Amandemen IDEA, 1997). Terdapat empat kelainan bicara meliputi gangguan kelancaran bicara (gagap), kelainan artikulasi, kelainan suara, kelainan bahasa. Orang berbicara memiliki variasi dalam nada (tone), alunan dan volume suara yang sesuai. Suatu kelainan bahasa biasanya disebabkan oleh difusi susunan syaraf pusat yang menghalangi pemahaman atau penggunaan katakata. Gangguan Emosional dan Perilaku mengacu pada suatu kondisi dimana tanggapan perilaku atau emosional seseorang sangat berbeda dari norma-norma anak lain yang umumnya diterima. Kecemasan didefinisikan sebagai keadaan takut yang mempengaruhi berbagai area fungsional. Kecemasan memiliki 3 komponen dasar, yaitu keadaan subyektif, respon tingkah laku dan respon fisiologis. Kecemasan berbeda dengan ketakutan. Ketakutan mengacu pada kepada respon alam terhadap situasi yang berbahaya atau mengancam kehidupan yang umumnya dibawa sejak lahir dan mempunyai dasar biologis. Kecemasan lebih bersifat global dan berorientasi ke masa depan, melibatkan komponen kognitif dan emosional, suatu keadaan ketika seseorang merasa sangat takut, tegang dan kuatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Kecemasan muncul karena adanya orang asing atau orang-orang baru, suara-suara keras, kegelapan, pemisahan, benda-benda imajinasi. Sikap yang ditunjukkan pada saat anak cemas biasanya mendekat dan mendekap
orang
yang
dikenalnya, 5
menangis,
teriak/mjenjerit,
tangan
berkeringat dingin, kekauan otot, dada berdegup kencang, minta digendong, bersembunyi. Pendampingan anak dengan gangguan kecemasan dilakukajn dengan menerima anak dan menenangkan hatinya, menggunakan berbagai macam strategi untuk mengatasi kecemasan, mendorong anak untuk mengungkapkan perasaannya, menemani anak ketika sedang dalam perasaan cemas dan mengurangi rasa cemasnya secara bertahap. 2. Saran Diharapkan mahasiswa dapat memahami cara mengatasi gangguan bahasa dan emosi pada anak.
6