Makalah Peran Perawat Jiwa.docx

  • Uploaded by: triana ferdianingsih
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Peran Perawat Jiwa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,970
  • Pages: 23
PERAN PERAWAT JIWA DALAM KOLABORASI PELAYANAN

SUBPOKOK BAHASAN

PERAN PERAWAT KEPERAWATAN JIWA MENURUT KOZIER PERAN PERAWAT KEPERAWATAN JIWA MENURUT STUART PERAN PERAWAT KEPERAWATAN JIWA MENURUT PEPLAU FAKTOR PENDUKUNG PERAN PERAWAT JIWA DALAM KOLABORASI INTERDISIPLIN MACAM-MACAM KOLABORASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA MANFAAT KOLABORASI INTERDISIPLIN PELAYANAN KOLABORASI INTERDISIPLIN

A. PERAN PERAWAT KEPERAWATAN JIWA MENURUT KOZIER Keperawatan jiwa merupakan sebagian dari penerapan ilmu tentang perilaku manusia, psikososial, bio-psik dan teori-teori kepribadian, dimana penggunaan diri perawat itu sendiri secara terapeutik sebagai alat atau instrumen yang digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan (Erlinafsiah, 2010). Perawatan kesehatan mental-kejiwaan adalah proses interpersonal yang mempromosikan dan mempertahankan perilaku pasien yang berkontribusi pada fungsi terintegrasi. Pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas (Stuart, 2010). Perawat psikiatri menggunakan pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial dan biofisik dan teoriteori kepribadian dan perilaku manusia untuk memperoleh kerangka teori yang menjadi dasar praktik keperawatan. Peran perawat kesehatan jiwa mempunyai peran yang bervariasi dan spesifik (Dalami, 2010). Aspek dari peran tersebut meliputi kemandirian dan kolaborasi diantaranya adalah: 1.

Pelaksana asuhan keperawatan Dalam menjalankan perannya, perawat menggunakan konsep perilaku manusia, perkembangan kepribadian dan konsep kesehatan jiwa serta gangguan jiwa dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat

melaksanakan asuhan keperawatan secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan jiwa, yaitu pengkajian, penegakkan diagnosis, perencanaan, dan melaksanakan tindakan keperawatan, evaluasi serta dokumentasi terhadap tindakan tersebut. 2.

Pelaksana pendidikan keperawatan Perawat memberi pendidikan kesehatan jiwa kepada individu, keluarga dan komunitas agar mampu melakukan perawatan pada diri sendiri, anggota keluarga dan anggota masyarakat lain.

3.

Pengelola keperawatan Perawat harus menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan jiwa. Dalam melaksanakan perannya, perawat diminta untuk menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan, menggunakan berbagai strategi perubahan yang diperlukan, berperan serta dalam aktifitas pengelolaan kasus dan mengorganisasi pelaksanaan berbagai terapi modalitas keperawatan.

4.

Pelaksana penelitian Perawat mengidentifikasi masalah dalam bidang keperawatan jiwa dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu dan teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan dan asuhan keperawatan jiwa.

Perawat mengemban beberapa peran saat mereka memberikan asuhan keperawatan kepada kliennya. Menurut Kozier (2010), peran perawat secara umum terdiri dari: 1.

Pemberi asuhan

2.

Komunikator

3.

Pendidik

4.

Konselor

5.

Agen Pengubah, memodifikasi perubahan klien seiring dengan kemajuan teknologi, perubahan usia populasi klien, dan perubahan pengobatan.

6.

Pemimpin, perawat dapat memengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu.

7.

Manajer, perawat dapat mendelegasikan tindakan keperawatan kepada perawat lain, dan mengevaluasi kinerja mereka.

8.

Manajer kasus, membantu memastikan asuhan dipusatkan pada klien sekaligus mengendalikan biaya.

9.

Konsumen penelitian untuk memperbaiki asuhan klien.

B. PERAN PERAWAT KEPERAWATAN JIWA MENURUT STUART Seorang perawat psikiatri (jiwa) harus dapat menjelaskan aspek umum dan spesifik dari praktik mereka kepada pasien, keluarga, profesional lain, administrator, dan legislator. Sehingga dapat mengidentifikasi dan memastikan peran mereka yang sesuai, kompensasi yang memadai untuk asuhan keperawatan yang disediakan, dan penggunaan sumber daya manusia yang paling efisien dalam pemberian perawatan kesehatan mental. Dalam praktek keperawatan kontemporer, perawatan kesehatan mental-kejiwaan adalah proses interpersonal yang mempromosikan dan mempertahankan perilaku pasien yang berkontribusi pada fungsi terintegrasi. Pasien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. Praktik keperawatan kesehatan psikiatris-mental kontemporer terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Dengan demikian hubungan antara perawat-pasien telah berkembang menjadi "kemitraan perawat-pasien" yang memperluas dimensi peran keperawatan psikiatris profesional. Elemen-elemen peran ini termasuk kompetensi klinis, advokasi konsumen-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antarprofesional, akuntabilitas sosial, dan parameter hukum-etika (Stuart, 2012).

Kenyataan saat ini menyatakan bahwa praktik keperawatan psikiatrik membutuhkan kepekaan terhadap lingkungan sosial dan kebutuhan advokasi konsumen dan keluarga mereka. Ini mencakup pertimbangan serius tentang dilema hukum dan etika yang rumit yang muncul dari sistem pengiriman yang sering mendiskriminasikan mereka yang menderita penyakit mental. Untuk itu dibutuhkan kemampuan dan keterampilan yang lebih besar dalam berkolaborasi antarprofesional demi tercapainya pelayanan kesehatan jiwa yang kompeten. Masih menurut Stuart (2012), ada tiga domain praktik keperawatan kesehatan psikiatris-mental kontemporer yaitu perawatan langsung, komunikasi, dan manajemen. Dalam domain ini terjadi tumpeng tindih seperti, fungsi pengajaran, koordinasi, pendelegasian, dan kolaborasi dari peran keperawatan diekspresikan.

Dalam melakukan praktik kegiatannya seorang perawat kesehatan psikiatris dapat melakukan hal berikut:

1. Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya. 2. Merancang dan mengimplementasikan rencana perawatan untuk pasien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi komorbid (kondisi seseorang memiliki dua atau lebih penyakit dalam kondisi dan waktu yang sama). 3. Terlibat dalam kegiatan manajemen perawatan, seperti mengorganisir, mengakses, bernegosiasi, mengoordinasikan, dan mengintegrasikan layanan dan manfaat bagi individu dan keluarga. 4. Mempromosikan dan menjaga kesehatan jiwa dan mengelola dampak penyakit jiwa melalui pengajaran dan konseling. 5. Memberikan perawatan kepada klien yang sakit fisik dengan masalah psikologis dan klien yang sakit jiwa dengan masalah fisik. 6. Mengelola dan mengkoordinasikan sistem perawatan yang mengintegrasikan kebutuhan

pasien, keluarga, staf, dan pembuat kebijakan. Perawat psikiatri harus dapat menjelaskan aspek umum dan spesifik dari praktik mereka kepada pasien, keluarga, profesional lain, administrator, dan legislator

C. PERAN PERAWAT KEPERAWATAN JIWA MENURUT PEPLAU Perawat kesehatan jiwa harus mengidentifikasi, menggambarkan, mengukur, dan menjelaskan proses dan hasil dari perawatan yang mereka berikan kepada pasien, keluarga, dan masyarakat. Studi hasil yang mendokumentasikan kualitas, biaya, dan efektivitas praktik keperawatan psikiatris adalah bagian penting dari agenda keperawatan psikiatrik. Berfokus pada cara-cara untuk mengevaluasi secara kritis hasil dari kegiatan keperawatan psikiatris adalah tugas untuk setiap perawat psikiatris terlepas dari peran, kualifikasi, atau pengaturan praktik. Untuk itu diperlukan tanggung jawab dan kerjasama antara dokter, psikiater, pendidik, administrator, dan peneliti perawat psikiatris. Peran perawat jiwa menurut Peplau

Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang mencakup 4 komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses interpersonal.

Peran perawat menurut peplau terbagi menjadi 6 peran , yaitu peran orang asing (stranger), peran sebagai narasumber (resource person), peran sebagai pendidik (teaacher), peran sebagai pemimpin ( leader ), peran sebagai pengasuh pengganti ( the sourragate ) dan peran sebagai koonselor (conselor). Peran tersebut memiliki fungsi yang dapat membantu proses kesembuhan pasien yang befokus pada komunikasi dan kebutuhan psikologis pasien. .

1. Peran perawat sebagai orang asing ( the Stranger ) Perlu disadari bahwa perawat adalah orang asing bagi pasien. Pasien juga orang asing bagi perawat. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan: Apa harapan yang akan dimiliki pasien tentang bagaimana orang asing ini, seorang perawat, akan memperlakukannya? Perlakuan seperti apa yang berhak dia harapkan? Bagaimana perasaan perawat tentang orang asing berbeda yang tiba di rumah sakit dalam keadaan yang berbeda? Jika pasien tidak dipandang sebagai orang asing, Pemeriksaan pertanyaanpertanyaan ini menyediakan kerangka kerja untuk diskusi prinsip-prinsip. Orang asing adalah individu yang tidak dikenal orang lain. Ketika dua orang asing bertemu, mereka tidak memiliki kesamaan yang mereka sadari. Tidak masalah apakah orang asing itu tiba di rumah perawat atau di rumah sakit, prinsipnya sama: rasa hormat dan minat positif yang diberikan pada orang asing pada mulanya bersifat nonpersonal dan mencakup sapa-sapa biasa yang sama yang diberikan kepada tamu baru yang telah dibawa ke situasi apa pun, Prinsip ini menyiratkan: (1) menerima pasien apa adanya; (2) memperlakukan pasien sebagai orang asing yang mampu secara emosional dan berhubungan dengannya atas dasar ini sampai bukti menunjukkan sebaliknya, Menyambut orang asing tidak dapat distereotipkan dan terdengar asli. Pendekatan yang tepat muncul dari kepribadian perawat dan cara dia mengukur situasi. Dari situasi inilah perawat saling berorientasi dengan kliennya serta membina komunikasi dan kepercayaan. 2. Peran Perawat sebagai narasumber ( resource person ) Perawat berfungsi sebagai narasumber dalam situasi di mana informasi kesehatan diperlukan. Dalam peran ini, mereka memandang diri mereka sebagai sumber pasokan pengetahuan dan prosedur teknis dan mereka telah mengajarkan banyak hal yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan pasien dan masyarakat. Perawat selalu menyampaikan rencana dan prosedur perawatan untuk mengklarifikasi "perawatan definitif" yang diberikan kepada pasien. Perawat mampu memberikan informasi yang akurat, jelas dan rasional kepada klien dalam suasana bersahabat. 3. Peran perawt sebagai pendidik ( teacher ) Peran guru dalam situasi keperawatan tampaknya merupakan kombinasi dari semua peran. Pengajaran selalu berasal dari apa yang diketahui pasien dan berkembang di sekitar minatnya dalam menginginkan dan dapat menggunakan informasi kesehatan tambahan.

Belajar melalui pengalaman, yang merupakan jenis yang ingin dipromosikan oleh perawat, membutuhkan pengembangan rencana dan situasi baru yang dapat dibuka dan mengarah pada hasil yang terbuka (yaitu hasil yang merupakan produk unik dalam suatu situasi ) yang bermanfaat bagi perawat dan pasien. Sebuah metode yang mengembangkan kebiasaan bergulat dengan kesulitan yang berulang sepanjang hidup, pendekatan pemecahan masalah dalam keperawatan. Perawat harus berupaya memberikan pendidikan , pelatihan, dan bimbingan pada klien/keluarga terutama dalam mengatasi masalah kesehatan. 4. Peran Perawat sebagai pemimpin ( leader ) Perawat adalah profesi yang bekerja sebagai tim, agar setiap tim dapat berjalan dengan tentunya di perlukan pemimpin yang mampu menggerakan semua anggota tim dan hal inilah yang harus dimiliki oleh seorang perawat. Perawat harus mampu memimpin klien/keluarga untuk memecahkan masalah kesehatan melalui proses kerja sama dan partisipasi. Kepemimpinan berfungsi dalam semua situasi. Ada kalanya peran ini dipenuhi oleh pekerja profesional lainnya. 5. Peran perawat sebagai pengasuh pengganti ( the sourogatte ) Peran perawat dalam membantu individu belajar tentang keunikan dirinya sehingga dapat mengatasi konflik interpersonal. Perawat merupakan individu yang dipercaya klien untuk berperan sebagai orang tua, tokoh masyarakat atau rohaniawan guna untuk membantu memenuhi kebutuhannya. Lebih sering daripada yang disadari perawat dimasukkan ke dalam peran pengganti oleh pasien. Artinya, di luar kesadarannya, pasien memandang perawat sebagai orang lain; dia tidak melihatnya sebagai pribadi dengan caranya sendiri. Satu perawat dapat melambangkan sosok ibu, yang lain berarti saudara kandung, yang lain mungkin mewakili beberapa tokoh budaya lain di luar keluarga. 6. Peran perawat sebagai konselor ( consellor ) Semua fungsi konseling dalam keperawatan ditentukan oleh tujuan dari semua hubungan perawat-pasien, yaitu, promosi pengalaman yang mengarah ke kesehatan. Tujuan ini dicapai melalui serangkaian tujuan yang lebih langsung. Membantu pasien menjadi sadar akan kondisi yang diperlukan untuk kesehatan, menyediakan kondisi ini kapan pun memungkinkan, membantunya mengidentifikasi ancaman terhadap kesehatan, dan menggunakan peristiwa antarpribadi yang berkembang untuk memfasilitasi

pembelajaran — semua adalah langkah dalam pencapaian tujuan. Perawat harus mampu meningkatkan pengalaman individu menuju keadaan sehat yaitu kehidupan yang kreatif, instruktif dan produktif. Perawat harus dapat memberikan bimbingan terhadap masalah klien sehingga pemecahan masalah akan mudah dilakukan.

D. FAKTOR PENDUKUNG PERAN PERAWAT JIWA DALAM KOLABORASI INTERDISIPLIN Peran dan aktivitas keperawatan psikiatris-mental bervariasi, masing-masing perawat bertanggung jawab atas praktik mereka sendiri. Empat faktor utama yang membantu menentukan tingkat fungsi dan jenis aktivitas yang dilakukan oleh perawat jiwa

1. Legislasi Praktik Keperawatan Legislasi Praktik Keperawatan adalah faktor utama yang mempengaruhi tingkat praktik keperawatan. Setiap negara memiliki tindakan praktik perawatnya sendiri, yang mengatur masuk ke dalam profesi dan menetapkan batasan hukum praktik keperawatan yang harus diikuti oleh semua perawat. Tindakan praktik perawat juga membahas aspek praktik lanjutan, termasuk otoritas preskriptif (Byrne,2010 dalam Stuart 2013). Perawat harus terbiasa dengan tindakan praktik keperawatan yang berlaku, dan menentukan serta membatasi praktik sesuai dengan aturan tersebut. 2. Kualifikasi Perawat Kualifikasi perawat meliputi pendidikan, status sertifikasi, dan pengalaman kerja. Pendidikan melalui pendekatan kompetensi mempunyai tiga aspek perawatan yang penting di bidang ini yaitu: kompetensi kualitas dan keselamatan (American Association of Colleges of Nursing, 2006); Kompetensi Praktisi Perawat Kesehatan Jiwa (Organisasi Nasional Staf Praktisi Perawat [NONPF], 2003); dan Kompetensi Penting Kejiwaan, Kesehatan Mental dan Penggunaan zat. Saat ini sedang dikembangkan oleh Akademi Keperawatan Amerika, Panel Ahli Penyalahgunaan Zat Kesehatan Mental. . Program keperawatan di seluruh negeri mengintegrasikan kompetensi ini ke dalam kurikulum mereka. Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi (American Nurses Association, 2007):

a. Psychiatric-mental health registered nurse (RN) adalah perawat terdaftar berlisensi yang menunjukan kompetensi, termasuk pengetahuan khusus, keterampilan, dan kemampuan, yang diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman dalam merawat orang dengan masalah kesehatan mental, dan gangguan kejiwaan. Keterampilan klinis dalam keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan. b. Advanced practice registered nurse in psychiatric-mental health (APRN-PMH) adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tangkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa,membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan. Perawat praktik lanjutan ini dapat berupa clinical nurse specialis (CNS) atau Nurse practitioner (NP). Kualifikasi lain adalah pengalaman kerja perawat, hal tersebut memberikan dimensi tambahan dan perlu untuk tingkat kompetensi perawat dan kemampuan untuk berfungsi secara therapetik 3. Tatanan praktik keperawatan jiwa Tatanan Praktik untuk perawat kesehatan psikiatris meliputi fasilitas psikiatris, pusat kesehatan mental masyarakat, unit psikiatris di rumah sakit umum, fasilitas perumahan, dan praktik pribadi. Pengaturan perawatan berbasis masyarakat termasuk klinik perawatan primer, sekolah, penjara, pengaturan industri, fasilitas perawatan yang dikelola, organisasi pemeliharaan kesehatan, rumah sakit, asosiasi perawat yang berkunjung, lembaga kesehatan di rumah, departemen darurat, rumah perawatan, dan tempat penampungan. Perawatan dalam lingkungan non psikiatri mungkin lebih efisien dan lebih dapat diterima oleh pasien dan keluarga mereka. Perawat psikiatris yang memperoleh otoritas preskriptif dapat lebih memperluas layanan yang mereka berikan dan memberikan perawatan psikiatrik yang efektif biaya baik di pengaturan rawat inap dan rawat jalan. Perawat kesehatan psikiatrik-mental dapat dipekerjakan oleh organisasi, seperti rumah sakit, atau wiraswasta dalam praktik pribadi. Perawat yang dipekerjakan oleh suatu organisasi dibayar untuk layanan mereka berdasarkan gaji atau biaya untuk layanan. Sebagian besar perawat psikiatrik bekerja di lingkungan rumah sakit. Peran seorang perawat dalam pengaturan kesehatan psikiatris-mental tergantung pada hal-hal berikut:



Filosofi, misi, nilai-nilai, dan tujuan pengaturan perawatan



Definisi kesehatan mental dan penyakit mental yang berlaku dalam pengaturan



Kebutuhan konsumen dari layanan kesehatan mental



Jumlah staf klinis yang tersedia dan layanan yang dapat mereka berikan



Struktur organisasi dan hubungan pelaporan dalam pengaturan



Konsensus yang dicapai oleh penyedia layanan kesehatan mental mengenai peran dan tanggung jawab masing-masing



Sumber daya dan pendapatan tersedia untuk mengimbangi biaya perawatan yang dibutuhkan dan disediakan



Kehadiran kepemimpinan keperawatan yang kuat dan bimbingan. Lingkungan yang mendukung bagi perawat psikiatris adalah lingkungan di mana

ada komunikasi yang terbuka dan jujur di antara staf, rasa hormat profesional, pengakuan kontribusi perawat, keterlibatan perawat dalam pengambilan keputusan, pendelegasian tugas keperawatan,peluang untuk pengawasan dan pertumbuhan karier menjadi peran dan tanggung jawab baru, dan dorongan yang muncul dari keterlibatan dalam kegiatan dan organisasi keperawatan psikiatris profesional Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat 4. Kompetensi pribadi dan inisiatif perawat psikiatris sangat penting dan berhubungan langsung dengan peran dan aktivitas seseorang. Salah satu strategi perawat psikiatrik dapat digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan mereka adalah dengan berpartisipasi dalam kelompok pendukung. Perawat psikiatris juga mendapat manfaat dari jaringan. Jaringan adalah kelompok-kelompok orang yang dipersatukan oleh kepedulian bersama untuk saling mendukung dan membantu. Jaringan berkisar dari pertemanan informal dan kelompok kecil yang menyediakan kontak, hingga kelompok terbuka yang lebih besar memberikan dukungan emosional, hingga organisasi lokal dan nasional yang mewakili spesialisasi seseorang.

E. MACAM-MACAM KOLABORASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia. Perawat adalah penyedia layanan kesehatan inti dan mereka harus dapat berkontribusi secara efektif untuk perawatan kesehatan jiwa. Peran perawat dalam psikiatri berfokus pada membantu klien berhasil beradaptasi dengan stress dalam lingkungan. semua program menggunakan tim multidisiplin untuk memberikan tritmen untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan perawat klien, perawat kesehatan jiwa harus berkolaborasi dengan para profesional dari disiplin lain dan mengelola kelompok penyedia perawatan (Horsfatt et all, 2010). Anggota tim harus bekerja sama untuk mendapatkan hasil therapeutik yang baik, mengatasi perilaku yang menjadi sasaran dan tujuan tritmen. Kolaborasi merupakan perencanaan, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah, penetapan tujuan, dan kewajiban individu yang bekerjasama dalam komunikasi terbuka. Dalam melakukan perawatan kesehatan jiwa, perawat berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya. Kunci kolaborasi dalam kesehatan jiwa yaitu kontribusi aktif dan asertif dari masingmasing individu, menghargai dan menerima kontribusi orang lain, negosiasi yang dibangun dari tiap orang untuk membentuk suatu pemahaman baru terhadap masalah. Tim perawatan spesialis kesehatan jiwa idealnya harus mencakup profesional medis dan non-medis, seperti psikiater, psikolog klinis, perawat psikiatris, pekerja sosial psikiatris dan terapis okupasi, yang dapat bekerja bersama menuju total perawatan dan integrasi pasien dalam masyarakat (Perawat, sebagai spesialis kesehatan jiwa, memainkan peran mendasar dalam tim perawatan kesehatan jiwa dalam peningkatan kualitas perawatan bagi orang-orang dengan gangguan jiwa). Berikut ini akan dijelaskan mengenai tim interdisiplin serta fungsinya dari masing-masing dalam menjalankan kolaborasi melakukan perawatan kesehatan jiwa:  Psikiater berfungsi sebagai pemimpin tim. Bertanggung jawab untuk diagnosa dan perawatan gangguan mental. Melakukan psikoterapi; resep obat-obatan dan terapi somatik lainnya;  Psikolog Klinis melakukan terapi individu, kelompok, dan keluarga, mengelola, menafsirkan dan mengevaluasi tes psikologis yang membantu dalam diagnostic proses;

 Spesialis perawat klinis psikiatri bertugas melakukan terapi individu, kelompok, dan keluarga. Menyajikan program pendidikan untuk staf perawat. Memberikan layanan konsultasi kepada perawat yang membutuhkan bantuan dalam perencanaan dan implementasi perawatan untuk klien individu;  Perawat Psikiatris memberikan penilaian berkelanjutan terhadap kondisi klien, baik secara mental maupun fisik. Mengelola lingkungan terapeutik 24 jam sehari. Berikan obat. Membantu klien dengan semua aktivitas terapeutik sesuai kebutuhan. Fokus adalah pada pengembangan hubungan satu-ke-satu.  Teknisi kesehatan mental (juga disebut asisten psikiatrik atau asisten atau teknisi psikiatrik) berfungsi di bawah pengawasan perawat psikiatris. Memberikan bantuan kepada klien dalam memenuhi aktivitas hidup sehari-hari mereka. Membantu terapis aktivitas seperti yang diperlukan dalam melakukan kelompok mereka. Juga dapat berpartisipasi dalam pengembangan hubungan satu-ke-satu.  Pekerja Sosial Psikiatris melakukan terapi individu, kelompok, dan keluarga. Berkepentingan dengan kebutuhan sosial klien, seperti penempatan, dukungan keuangan, dan persyaratan komunitas. Melakukan sejarah psikososial yang mendalam di mana penilaian kebutuhan didasarkan. Bekerja dengan klien dan keluarga untuk memastikan bahwa persyaratan untuk pemenuhan terpenuhi dan kebutuhan dapat dipenuhi oleh sumber daya masyarakat yang sesuai.  Terapis okupasi bekerja dengan klien untuk membantu mengembangkan (atau membangun kembali) kemandirian dalam kinerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Fokusnya adalah pada rehabilitasi dan pelatihan kejuruan di mana klien belajar untuk menjadi produktif, sehingga meningkatkan harga diri. Kegiatan kreatif dan keterampilan hubungan terapeutik digunakan.  Terapis rekreasi menggunakan kegiatan rekreasi untuk mempromosikan klien untuk mengarahkan pemikiran mereka atau untuk mengarahkan kembali energi destruktif dengan cara yang tepat. Klien mempelajari keterampilan yang dapat digunakan selama waktu luang dan selama stres setelah keluar dari perawatan. Contohnya termasuk bowling, bola voli, olahraga, dan jogging. Beberapa program termasuk kegiatan seperti piknik, berenang, dan bahkan kehadiran kelompok di pameran negara saat sesi berlangsung.  Terapis Musik mendorong klien dalam ekspresi diri melalui musik. Klien mendengarkan musik, memainkan instrumen, bernyanyi, menari, dan menulis lagu yang membantu mereka

berhubungan dengan perasaan dan emosi yang mungkin tidak dapat mereka alami dengan cara lain.  Terapis Seni enggunakan kemampuan kreatif klien untuk mendorong ekspresi emosi dan perasaan melalui karya seni. Membantu klien untuk menganalisis pekerjaan mereka sendiri dalam upaya mengenali dan menyelesaikan konflik yang mendasarinya.  Psikodramat mengarahkan klien dalam penciptaan "drama" yang menggambarkan situasi kehidupan nyata. Individu memilih masalah yang ingin mereka laksanakan, dan klien lain memainkan peran penting orang lain dalam situasi tersebut. Beberapa klien dapat "memerankan" masalah yang tidak dapat mereka selesaikan dengan cara yang lebih tradisional. Semua anggota mendapat manfaat melalui diskusi intensif berikut ini.  Dietisien/ Ahli gizi mengatur paket makanan bergizi untuk semua klien. Bekerja berdasarkan konsultasi untuk klien dengan gangguan makan tertentu, seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, obesitas, dan pica.  Petugas Rohani menilai, mengidentifikasi, dan menghadiri kebutuhan rohani klien dan anggota keluarga mereka. Memberikan dukungan dan kenyamanan spiritual seperti yang diminta oleh klien atau keluarga. Dapat memberikan konseling jika latar belakang pendidikan termasuk jenis persiapan ini. (Townsend, 2008) Kolaborasi dengan pasien dan keluarga. Kebutuhan pelayanan jiwa terbesar adalah kebutuhan kesehatan jiwa yang dapat dipenuhi oleh masing-masing individu dan keluarga. Masyarakat baik individu maupun keluarga diharapkan dapat secara mandiri memelihara kesehatan jiwanya. Pada tingkat ini sangat penting untuk mempeberdayakan keluarga dengan melibatkan mereka dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya. Selanjutnya, Apabila masalah kesehatan jiwa yang dialami individu tidak mampu diatasi secara mandiri di tingkat individu dan keluarga maka upaya solusi tingkat berikutnya adalah kolaborasi dengan leader formal dan informal yang ada di masyarakat seperti tokoh agama, lurah dan lain sebagainya, mereka menjadi tempat rujukan. Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa melalui Pelayanan Kesehatan Dasar. Puskesmas memiliki kesehatan jiwa untuk rawat jalan dan kunjungan ke masyarakat sesuai wilayah kerja puskesmas. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa adalah perawat

yang telah dilatih CMHN (perawat plus CMHN) dan dokter yang telah dilatih kesehatan jiwa (dokter plus kesehatan jiwa) yang bekerja secara tim yang disebut tim kesehatan jiwa puskesmas. Selain itu, terdapat Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat Kabupaten/kota. Tim kesehatan jiwa/kota terdiri dari psikiater, psikolog klinik, perawat jiwa plus CMHN dan psikolog plus (yang telah mendapatkan pelatihan kesehatan jiwa). Diatas pelayanan puskesmas terdapat Tim berkedudukan di tingkat dinas kesehatan kabupaten/kota. Tim akan bergerak secara periodik ke tiap-tiap puskesmas untuk memberi konsultasi, supervisi, monitoring dan evaluasi. Pada saat tim mengunjungi puskesmas maka penanggung jawab pelayanan kesehatan jiwa komunitas di puskesmas akan mengkonsultasikan kasus-kasus yang tidak berhasil. Pasien yang tidak berhasil dirawat di keluarga oleh perawat jiwa di puskesmas dikonsultasikan dengan tim keswamas (kesehatan jiwa masyarakat) kabupaten/kota untuk di rujuk ke RSU. Kondisi pasien yang dirawat di RSU adalah pasien dengan kondisi akut, bukan pasien kronik. Kika RSU tidak berhasil juga maka pasien dapat dirujuk ke RSJ (Pelayanan Rumah Sakit Jiwa). Rumah sakit jiwa merupakan pelayanan spesialis kesehatan jiwa yang difokuskan pada pasien gangguan jiwa yang tidak berhasil dirawat dikeluarga/puskesma/RSU. Jika terjadi pemulihan, pasien dikembalikan ke masyrakat/ keluarga melalaui tim keswamas/ puskesmas untuk melanjutkan fungsi asuhan keperawatan di rumah. Sistem rujukan dari RSU dan rujukan kembali ke masyarakat yaitu puskesmas harus jelas agar kesinambungan pelayanan di keluarga dapat berjalan. Pasien yang telah selesai dirawat di RSJ dirujuk kembali ke puskesmas. Penanggungjawab pelayanan kesehatan jiwa masyarakat di kesehatan jiwa masyarakat (puskesmas) bertanggung jawab terhadap lanujutan asuhan di keluarga. Tenaga kesehatan yang berperan dalam pelayanan kesehatan jiwa komunitas pada setiap level pelayanan adalah sebagai berikut: 1. Level perawatan mandiri individu dan keluarga: perawat kesehatan jiwa komunitas (perawat CMHN) dan kader kesehatan jiwa. 2. Level dukungan masyarakat informal dan formal di luar sektor kesehatan: Perawat kesehatan jiwa komunitas (perawat CMHN) dan kader kesehatan jiwa. 3. Level pelayanan kesehatan jiwa melalui pelayanan kesehatan dasar: perawat kesehatan jiwa komunitas (perawat CMHN), dokter umum, kader kesehatan jiwa. 4. Level tim kesehatan jiwa komunitas psikiater, psikolog klinis, dan perawat CMHN. 5. Level RSU daerah kabupaten/kota: psikiater, psikolog klinis, perawat kesehatan jiwa.

F. MANFAAT KOLABORASI INTERDISIPLIN Peran perawat jiwa sangat penting untuk memastikan koordinasi perawatan pasien di rumah sakit atau di pelayanan kesehatan lainnya. Hal Ini termasuk mengelola sumber daya keperawatan, menyeimbangkan biaya dan hasil pengambilan keputusan, mengevaluasi modalitas pemberian asuhan keperawatan, memastikan kepatuhan dengan standar profesional dan peraturan, memfasilitasi komunikasi, pemecahan masalah secara partisipatif, dan resolusi konflik di antara anggota tim. Praktik klinis perawat juga melibatkan implementasi yang berkelanjutan ide dan pendekatan baru untuk meningkatkan kualitas perawatan dan mengurangi biaya. Hampir semua program menggunakan tim multidisiplin untuk memberikan pengobatan. Termasuk keperawatan jiwa salah satunya untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan perawatan pasien, perawat jiwa harus berkolaborasi dengan profesional dari disiplin lain dan mengella kelompok penyedia asuhan keperawatan. Untuk hasil terapi yang baik, tim anggota harus bekerja bersama untuk mengatasi perilaku yang ditargetkan dan tujuan pengobatan. Komunikasi tim harus terbuka dan aktif, dan kontribusi setiap anggota tim harus dihargai dan dihormati. Perawat dapat meningkatkan kesinambungan perawatan dengan mengorganisir data klinis yang diperoleh dari keterlibatan pasien 24 jam. Laporan shift keperawatan harus difokuskan dan mencakup pembaruan pada penilaian keperawatan, informasi medis, keperawatan khusus intervensi, dan tujuan jangka pendek dan jangka panjang pengobatan. Tingkat kerja sama dan kohesi antar disiplin ilmu dapat sangat bervariasi. Masalah interdisipliner dapat mengganggu kualitas perawatan jiwa seperti komunikasi yang buruk, keraguan diri profesional, kebingungan peran, dan konflik. Semua masalah ini meningkat akibat stres terkait pekerjaan. Setiap orang yang bekerja sama memiliki perspektif unik yang berbeda-beda, sehingga potensi konflik selalu ada. Menangani konflik secara produktif adalah tantangan yang berkelanjutan bagi perawat jiwa. Ketika ditangani atau dihindari dengan buruk, konflik dapat mengganggu dengan kesinambungan perawatan pasien dan manajemen dari lingkungan terapeutik. Namun, manajemen yang efektif konflik dapat mempromosikan hubungan kerja profesional yang lebih kuat, model keterampilan komunikasi positif untuk pasien, dan berkontribusi pada pengembangan profesional perawat.

Contoh pelayanan kompeten Perawat Jiwa Simmy Palecko, MSN, RN diambil dari buku Essentials of psychiatric mental health nursing. Townsend, Mary C.( 2008). Salah satu ganjaran sejati dari perawatan jiwa adalah bahwa banyak pasien menjadi lebih baik dan kembali ke kehidupan fungsional di mana mereka bisa lagi merasakan kebahagiaan dan meningkatkan harga diri. Ini sungguh luar biasa untuk dilakukan melihat pasien mendapatkan kembali rasa kemandirian dan memperbaharui kontrol mereka sendiri . Takdir. Ms. M adalah contoh bagaimana perawatan intensif jangka pendek rawat inap dapat meningkatkan kualitas kehidupan pasien. Dia adalah seorang wanita berusia 72 tahun yang dirawat ke unit dewasa kami dengan ketidakseimbangan elektrolit. Dia psikotik dan delusi, menolak makan atau minum, tidak tidur, sangat cemas, dan menolak untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari hidup (ADL). Dia percaya bahwa tubuhnya membusuk. Dia juga sangat paranoid, bersikeras bahwa orang-orang yang berada di tempat dia tinggal berencana untuk membunuhnya dan bahwa staf tertawa dan berbicara tentangnya di luar pintunya pada malam hari. Dia mengeluh halusinasi pendengaran dan bagaimana dia merasa tersiksa. Ms. M sangat mudah tersinggung dan argumentatif, serta mengancam secara fisik dan verbal. Dia menolak untuk bangun dari tempat tidur atau ambulasi. Dia bersikeras bahwa kita meninggalkannya sendirian sehingga dia bisa mati. Ms. M adalah pasien berulang di unit kami. Diagnosisnya adalah Axis I, gangguan afektif bipolar; Axis III, kanker usus besar status postreseksi, hipertensi, penyakit sendi degeneratif, penyakit tukak lambung, kandung kemih neurogenik, dan kencing berulang infeksi saluran. Dia adalah tantangan khusus untuk menyusui Staf yang kami lebih dari bersedia untuk melakukan. Kami dapat menggunakan keterampilan medis-bedah kami saat menggambar darah berulang kali, menempatkan garis intravena, memperoleh elektrokardiogram, melakukan kateterisasi urin untuk residual volume, membuat perhitungan asupan dan keluaran yang akurat, dan melakukan berbagai aktivitas gerak. Keamanan dan emosional dukungan juga menjadi fokus utama perawatan pasien kami. Ms. M ditempatkan pada tindakan pencegahan jatuh dengan pengajaran yang berkelanjutan dan penguatan, meskipun dia sedikit reseptif. Dalam beberapa hari penerimaan, kondisi fisiknya stabil, dan dia dijadwalkan untuk terapi elektrokonvulsif (ECT), yang telah berhasil baginya di masa lalu. Staf dengan tidak sabar menunggu suasana hati Ms. M membaik, untuk meningkatkan selera makannya, meningkatkan tidur malamnya, minatnya pada ADL meningkat, dan menghilangkan halusinasi negative, dan

mengurangi kecemasan. Setelah perawatan ECT keempat, staf mulai melihat Ms. M kembali ke garis dasarnya. Dia lebih banyak tersenyum, dan humornya kembali. Dia tidak lagi menyatakan bahwa tubuhnya membusuk. Dia bahkan mulai bercanda staf perawat. Ms. M dipulangkan ke rumah kelompok sekitar 10 hari setelah penerimaannya. Perubahan mental pasien dan kondisi fisik luar biasa, dan saya kembali teringat akan penghargaan intrinsik keperawatan psikiatris. Anggota Tim Psikiater

Tanggung Jawab Anggota Tim Berfungsi sebagai pemimpin tim. Bertanggung jawab untuk diagnosa dan perawatan gangguan mental. Melakukan psikoterapi; resep obat-obatan dan terapi somatik lainnya.

Klinis psikolog

Melakukan terapi individu, kelompok, dan keluarga. Mengelola, menafsirkan, dan mengevaluasi tes psikologis yang membantu dalam diagnostik proses.

perawat klinis jiwa spesialis

Melakukan terapi individu, kelompok, dan keluarga. Menyajikan pendidikan program untuk staf perawat. Memberikan layanan konsultasi untuk perawat yang membutuhkan bantuan dalam perencanaan dan implementasi perawatan untuk klien individu.

Perawat jiwa

Kesehatan mental teknisi (jugadisebut psikiatris pembantu atau asisten atau kejiwaan teknisi)

pekerja kejiwaan

Dokter

Memberikan penilaian berkelanjutan terhadap kondisi klien, baik secara mental maupun secara fisik. Mengelola lingkungan terapeutik 24 jam sehari.Berikan obat. Membantu klien dengan semua kegiatan terapi seperti yang dipersyaratkan. Fokus adalah pada pengembangan hubungan satu-ke-satu. Fungsi di bawah pengawasan perawat psikiatris. Menyediakan bantuan kepada klien dalam pemenuhan aktivitas hidup sehari-hari mereka.

Sosial Membantu terapis aktivitas seperti yang dipersyaratkan dalam melakukan kelompok. Juga dapat berpartisipasi dalam pengembangan hubungan satu-ke-satu.

Melakukan terapi individu, kelompok, dan keluarga. Berkepentingan dengan kebutuhan sosial klien, seperti penempatan, dukungan keuangan, dan persyaratan komunitas. Melakukan sejarah psikososial yang mendalam di mana penilaian kebutuhan didasarkan. Bekerja dengan klien dan keluarga untuk memastikan bahwa persyaratan untuk pemulangan dipenuhi dan kebutuhan dapat dipenuhi oleh sumber daya masyarakat yang sesuai. Rekreasi dokter

Terapis seni

Bekerja dengan klien untuk membantu mengembangkan (atau membangun kembali) kemandirian dalam kinerja kegiatan kehidupan sehari-hari. Fokusnya adalah pada rehabilitasi dan pelatihan kejuruan di mana klien belajar untuk menjadi produktif, dengan demikian meningkatkan harga diri. Kegiatan kreatif dan terapi keterampilan hubungan digunakan. Menggunakan kegiatan rekreasi untuk mempromosikan klien untuk mengarahkan pemikiran mereka atau untuk membentuk kembali energi destruktif dengan cara yang tepat. Klien mempelajari keterampilan yang dapat digunakan selama waktu luang dan selama waktu stres setelah keluar dari perawatan. Contohnya termasuk bowling, bola voli, olahraga, dan jogging. Beberapa program termasuk kegiatan seperti piknik, berenang, dan bahkan kehadiran kelompok di pameran negara ketika sedang dalam sesi

Psikodramat

Menggunakan kemampuan kreatif klien untuk mendorong ekspresi emosi dan perasaan melalui karya seni. Membantu klien untuk menganalisis bekerja sendiri dalam upaya untuk mengenali dan menyelesaikan konflik yang mendasarinya.

Ahli gizi

Mengarahkan klien dalam penciptaan "drama" yang menggambarkan situasi kehidupan nyata. Individu memilih masalah yang ingin mereka buat, dan lainnya klien memainkan peran penting orang lain dalam situasi tersebut. Beberapa klien dapat "memerankan" masalah yang mereka tidak dapat bekerja melalui cara yang lebih tradisional. Semua anggota mendapat manfaat melalui diskusi intensif yang mengikutinya.

Pemuka agama

Paket makanan bergizi untuk semua klien. Bekerja berdasarkan konsultasi untuk klien dengan gangguan makan tertentu, seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa, obesitas, dan lain lain. Menilai, mengidentifikasi, dan menghadiri kebutuhan spiritual klien dan anggota keluarga mereka. Memberikan dukungan dan kenyamanan spiritual seperti yang diminta oleh klien atau keluarga. Dapat memberikan konseling jika latar belakang pendidikan termasuk jenis persiapan ini.

Fungsi integratif dari perawatan jiwa di rumah sakit mencakup semua kegiatan yang terlibat dalam koordinasi perawatan pasien, seperti memfasilitasi kerja tim dan koordinasi merawat, mengelola sumber daya keperawatan, dan memastikan kepatuhan dengan standar profesional dan peraturan. Tim mencakup beberapa, atau semua, dari disiplin ilmu berikut dan mungkin termasuk yang lain yang tidak ditentukan di sini: psikiater, psikolog klinis, spesialis perawat klinis psikiatri, psikiater perawat, teknisi kesehatan mental, psikiatris sosial pekerja, terapis okupasi, terapis rekreasi, terapis seni, terapis musik, psikodramat, ahli diet, dan pemuka agama. Perawat memainkan peran penting dalam pengelolaan lingkungan terapeutik. Mereka terlibat dalam penilaian, diagnosis, identifikasi hasil, perencanaan, implementasi, dan evaluasi semua program perawatan. Mereka memiliki masukan signifikan ke dalam rencana perawatan yang dikembangkan untuk semua klien. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kebutuhan dasar klien terpenuhi; menilai fisik dan status psikososial;

pemberian obat;

membantu klien mengembangkan hubungan saling percaya; menetapkan batas pada perilaku yang tidak dapat diterima; mendidik klien; dan pada akhirnya, membantu klien, dalam batas kemampuan mereka, untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif.

G. PELAYANAN KOLABORASI INTERDISIPLIN Kolaborasi adalah praktik kerja di mana individu bekerja bersama untuk tujuan bersama, sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas,

kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana tim kesehatan merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan- batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat . Menurut Schultz & Videback (2013), dalam semua setting perawatan dan rehabilitasi, konsep pendekatan tim perawatan interdisipliner adalah yang paling efektif dalam menangani berbagai masalah orang dengan penyakit mental. Anggota tim memiliki keahlian di bidangnya yang spesifik, dan melalui upaya kolaboratif, mereka bisa lebih baik memenuhi kebutuhan klien

Kolaborasi Interdisipliner Model interdisipliner perawatan pasien dikembangkan untuk menciptakan budaya yang mendukung para profesional perawatan kesehatan untuk berkolaborasi dan mengintegrasikan praktik perawatan mereka secara komprehensif (jurnal Nurse-Physician Collaborative Practice In Interdisciplinary Model Of Patient Care oleh Susilaningsih, et al (2011), anggota interdisipliner tim perawatan dapat meliputi psikiater, psikolog, psikiatris perawat, pekerja sosial psikiatris, terapis okupasi, terapis rekreasi, spesialis rehabilitasi kejuruan, dan staf profesional dan paraprofesional lainnya. Tergantung sesuai kebutuhan klien, ahli gizi, apoteker, fisik atau terapis wicara, konselor perawatan pastoral, atau anggota pendeta dapat dikonsultasikan. Tim juga dapat menyertakan profesional lain yang terlibat dalam perawatan klien, misalnya, manajer kasus berbasis komunitas atau perawat kesehatan di rumah. Peran manajer kasus menjadi semakin penting dalam pengelolaan lingkungan perawatan dan kebutuhan klien saat ini. Melibatkan berbagai sumber daya untuk mengkoordinasikan perawatan. Meskipun individu dapat disertifikasi sebagai manajer kasus, tidak ada standar pendidikan untuk peran ini. Orang-orang dari latar belakang yang berbeda misal pekerja sosial, keperawatan, dan psikologi dapat mengisi peran ini berdasarkan keterampilan dan pengalaman mereka. Dengan pengetahuan dan keterampilan dalam psikofarmakologi, pendidikan pada klien dan keluarga, serta pemahaman terhadap gangguan medis dan kejiwaan, perawat psikiatris berada dalam posisi ideal untuk memenuhi peran manajer kasus untuk klien dengan masalah

kesehatan mental. Setiap anggota tim dapat mengambil manfaat dari keahlian dan perspektif klinis dari disiplin ilmu lain serta akses informasi lebih banyak untuk kepentingan klien. Menurut Schultz (2011), Anggota tim yang efektif membutuhkan pengembangan pada beberapa bidang keterampilan ini : 

Keterampilan interpersonal, seperti toleransi, kesabaran, dan pengertian



Kemanusiaan, seperti kehangatan, penerimaan, empati, dan tidak menghakimi



Memiliki dasar pengetahuan kuat tentang gangguan mental, gejala, dan perilaku



Kemampuan berkomunikasi



Kualitas pribadi, seperti konsistensi, ketegasan, dan kemampuan memecahkan masalah



Keterampilan kerja tim, seperti berkolaborasi, berbagi, dan mengintegrasikannya



Memiliki penilaian risiko dan keterampilan manajemen risiko yang baik Dalam acara Nusantara Health Collaborative (NHC) 2014 di Bale Sawala, Gedung Rektorat, kampus Unpad Jatinangor, Sabtu (27/09), Ketua Program Studi Magister Keperawatan Unpad, Dr. F. Sri Susilaningsih, MN. mengatakan esensi dari pelayanan interdisiplin adalah mengutamakan shared expertise dan mengurangi personal autonomy. “Personal autonomy tidak hilang, tapi porsinya dikurangi sehingga terjadi proses berbagi peran,” jelasnya. Hal terpenting dari praktik kolaborasi adalah hubungan saling percaya , menghargai, dan mampu bekerja sama.

Peran Perawat dalam Konferensi Interdisipliner Pelayanan dan penyediaan kesehatan sangat kompleks karena melibatkan sejumlah besar disiplin ilmu atau profesi yang berkontribusi pada perawatan pasien. Untuk alasan ini, konferensi perawatan klien interdisiplin, atau multidisiplin, adalah cara yang sangat efektif untuk semua profesi dan departemen dalam rangka membahas dan memecahkan masalah perawatan pasien yang kompleks dengan harapan bahwa kolaborasi ini akan menghasilkan hasil yang berkualitas. Konferensi perawatan klien antar-disiplin, atau multidisiplin juga memberi registered nurse kesempatan untuk mengadvokasi klien, berperan sebagai pemimpin atau anggota tim, meningkatkan komitmen perawat terhadap perawatan klien, menggunakan keterampilan negosiasi kelompok seperti kompromi, resolusi konflik, dan mencapai konsensus, dan untuk

memanfaatkan keterampilan pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang kreatif untuk mencapai hasil dan tujuan pasien yang diinginkan. Registered nurse mengidentifikasi kasus pasien yang berpotensi mendapat manfaat dari konferensi perawatan klien interdisipliner, mereka merencanakan dan berpartisipasi di dalamnya. Merencanakan konferensi perawatan klien lintas-disiplin sering kali menantang. Agenda dikembangkan, informasi dikumpulkan untuk presentasi, anggota tim layanan kesehatan diundang, waktu, tanggal dan ruangan diputuskan dan klien dan orang-orang penting didorong untuk hadir. Berpartisipasi dalam kelompok, termasuk konferensi perawatan klien interdisipliner, membutuhkan persiapan; oleh karena itu, perawat harus siap untuk pertemuan ini. Mereka harus memiliki data dan informasi yang mudah diakses untuk didiskusikan dan mereka juga harus memiliki beberapa rekomendasi untuk perawatan di masa depan yang dapat meningkatkan hasil perawatan klien. Selain mengekspresikan pikiran mereka sendiri, perawat harus mendengarkan dengan penuh perhatian pada pemikiran dan saran dari orang lain , dapat berkompromi dan menegosiasikan rencana perawatan terbaik untuk pasien dengan cara yang hormat.

DAFTAR PUSTAKA Videbeck, Sheila. L., & Schultz, Judith. M. (2013). Lippincott’s Manual Of Psychiatric Nursing Care Plans. 9th edition. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia Videbeck, Sheila. L. (2011). Psychiatric–Mental Health Nursing. 5th edition. Lippincott Williams & Wilkins : Philadelphia Susilaningsih, F. C., et al. (2011). Nurse-Physician Collaborative Practice In Interdisciplinary Model Of Patient Care. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 14 No. 02 Juni 2011 Halaman 92 – 98. UNPAD. (2014). Praktik Kolaborasi Kesehatan Penting untuk Tingkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan. Diunduh dari http://www.unpad.ac.id/2014/09/praktik-kolaborasi-kesehatanpenting-untuk-tingkatkan-kualitas-pelayanan-kesehatan/

Registered Nursing. Org. (2011). Identifying the Need for Interdisciplinary Conferences. Diunduh dari https://www.registerednursing.org/nclex/collaboration-interdisciplinary-team/ Stuart, Gail Wiscarz. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart. Singapore. Elsevier Stuart, Gail Wiscarz. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 10th edition. St Louis, Missouri. Elsevier Townsend, Mary C.( 2008). Essentials of psychiatric mental health nursing. Philadelphia. F. A. Davis Company Peplau, Hildegard E. Interpersonal relations in nursing : a conceptual frame of reference for psychodynamic nursing / by Hildegard E. Peplau – 2004 Kathleen Masters - Role Development in Professional Nursing Practice – jones and berthlette publisher. Inc –Missisauga - 2005 Dalami, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jogjakarta : Trans Info Media Erlinafsiah. (2010). Modal Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media. Kozier; ahli bahasa Pamilih Eko Karyuni. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 7. Jakarta: EGC Nurhalim. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Related Documents


More Documents from "Retno S Rini"