Makalah Penyimpanan Alat Dan Bahan.docx

  • Uploaded by: Linda Fitri
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Penyimpanan Alat Dan Bahan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,177
  • Pages: 24
MAKALAH TEKNIK PENYIMPANAN BAHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Laboratorium yang dibina Oleh Ibu Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd dan Ibu Novida Pratiwi, S.Sc.,M.Sc

Oleh: 1. Dwi Tina Arianti

(170351616516)

2. Febilia Dwi Anggraini

(170351616508)

3. Meilian Nurhalida

(170351616551)

4. Serent Resiana H.

(170351616591)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM POGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA Maret 2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teknik Penyimpanan Bahan”. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar kami dalam mata kuliah manajemen laboratorium dan juga sekaligus untuk menambah pengetahuan kami mengenai sarana pokok serta sarana pendukung untuk penyimpanan bahan di laboratorium. Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengajar kami dalam mata kuliah ini , yaitu kepada Ibu Vita Ria Mustikasari, S.Pd., M.Pd dan Ibu Novida Pratiwi, S.Sc.,M.Sc selaku dosen pembimbing mata kuliah Manajemen Laboratorium.beberapa pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan penulis, makalah ini dapat bermanfaat sebagai referensi di bidang pendidikan. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Malang, 3 Maret 2019

Penyusun

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI.................................................................................................. iii

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 2 1.3 Tujuan................................................................................ 2 2. BAB II ISI 2.1 Bahan laboratorium ........................................................... 3 2.2 Teknik penyimpanan bahan di laboratorium ..................... 5 2.3 Cara perawatan bahan- bahan laboratorium ...................... 15 3. BAB III 3.1 Kesimpulan........................................................................ 20 3.2 Saran…………………………………………………..…20 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21

iii

BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang Laboratorium merupakan tempat yang harus aman bagi para penggunanya. Aman dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal dari sakit maupun kesehatan. Hanya dalam laboratorium yang aman seseorang dapat bekerja dengan aman, produktif, dan efisien, bebas dari rasa khawatir akan keceakaan dan keracunan. Apabila ada keinginan setiap pengguna untuk menjaga dan melindungi diri, maka keadaan aman di laboratorium pasti akan terealisasi . Diperlukan kesadaran bahwa kecelakaan dapat berakibat bagi para pengguna maupun orang lain serta lingkungan di sekitarnya. Keamanan adalah faktor paling penting yang harus diutamakan dalam setiap kegiatan yang ada di laboratorium, Namun tetap saja masih ada yang belum mengutamakan keamanan kerja. Syarat keamanan di laboratorium bertujuan untuk meindungi baik yang bekerja di laboratorium itu sendiri maupun untuk ingkungan dan menciptakan suasana laboratorium sebagai sarana belajar sains yang aman. Caranya dengan meningkatkan pengetahuan praktisi sains (dosen, laboran, siswa) tentang keselamatan kerja, mengenal bahaya yang mungkin terjadi serta upaya penanganannya. Bahan Laboratorium merupakan suatu bahan selalu ada dalam laboratorium. Pada dasarnya semua bahan tersebut berbahaya atau tidak berbahaya , namun dengan pengeolaan dan mengetahui teknik penyimpanan bahan yang tepat dan benar, maka tingkat bahaya dari suatu bahan dapat dikurangi dan ditanggulangi. Pengenalan teknik penyimpanan, sifat dan jenis bahan akan memudahkan dalam cara penanganannya, yaitu cara menyimpan, meletakkan, pemindahan atau transportasi, dan menjaga keawetan bahan tersebut. Dengan mengenali dan memahami berbagai macam bahan-bahan yang digunakan di laboratorium serta penanganannya tersebut dimaksudkan agar praktikan bisa menghindari kejadian yang dapat berakibat fatal dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang yang

1

dapat membahayakan diri praktikan maupun orang lain. Dalam makalah ini akan

diuraikan

tentang

bagaimana

teknik

penyimpanan

bahan

di

laboratorium, serta cara penyimpanan agar kerusakan bahan-bahan kimia dapat dihindari, serta bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat penyimpanan dapat dicegah. 1. 2 Rumusan Masalah 1). Apa yang dimaksud dengan bahan laboratorium? 2). Bagaimana teknik penyimpanan bahan di laboratorium? 3). Bagaimana cara perawatan bahan- bahan laboratorium?

1. 3 Tujuan a. Mengetahui maksud dari bahan laboratorium b. Mengetahui teknik penyimpanan bahan di laboratorium c. Mengetahui cara perawatan bahan- bahan laboratorium?

2

BAB II ISI 2. 1 Bahan Laboratorium Bahan laboratorium disebut bahan adalah segala sesuatu yang diolah/digunakan untuk pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam skala terbatas (Permenpan RB No. 03, 2010). Bahan dilaboratorium sini menurut penggunaannya dikelompokan menjadi 2 yaitu : Bahan khusus, Bahan yang penanganannya memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus , karena mempunyai sifat eksplosif, korosif, iritant (Trihadiningrum, 2000).

Contoh bahan kimia khusus Bahan umum, Bahan yang penanganannya tidak memerlukan perlakuan dan persyaratan khusus , karena mempunyai sifat tidak eksplosif, tidak korosif, tidak iritant (Lestari, 2009)

3

Contoh bahan kimia umum Setiap bahan kimia mempunyai sifat fisik dan kimia yang berbedabeda, maka cara penyimpanannya harus berdasarkan Sifat dari bahan tersebut, Diberi pelabelan, Pendataan berdasar nomor katalog (Nurhasanah dan Deliani 2014) Dalam laboratorium , penyimpanan zat dan bahan merupakan strategi rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium. Wadah bahan yang digunakan dan lokasi penyimpanan harus diberi label yang jelas. Label wadah harus mencantumkan nama bahan, tingkat bahaya, tanggal diterima dan dipakai. Alangkah baiknya jika tempat penyimpanan masing-masing kelompok bahan tersebut diberi label dengan warna berbeda. Misalnya warna merah untuk bahan flammable, kuning untuk bahan oksidator, biru untuk bahan toksik, putih untuk bahan korosif, dan hijau untuk bahan yang bahayanya rendah. Di samping pemberian label pada lokasi penyimpanan, pelabelan pada botol reagen jauh lebih penting.Informasi yang harus dicantumkan pada botol reagen diantaranya : 

Nama kimia dan rumusnya



Konsentrasi



Tanggal penerimaan



Tanggal pembuatan



Nama orang yang membuat reagen



Lama hidup



Tingkat bahaya



Klasifikasi lokasi penyimpanan



Nama dan alamat pabrik Inventarisasi harus dilakukan terhadap bahan- bahna yang ada di

laboratorium. Perbaharui label-label yang rusak secara secara periodik. Inventarisasi harus melibatkan nama bahan, rumus, jumlah, kualitas, lokasi 4

penyimpanan, dan tanggal penerimaan, nama industri, bahaya terhadap kesehatan, bahaya fisik, lama dan pendeknya bahaya terhadap kesehatan.

2. 2 Teknik Penyimpanan Bahan di Laboratorium Bahan bahan yang ada di laboratorium jumlahnya relatif banyak. Disamping jumlahnya cukup banyak, bahan-bahan dalam laboratorium seperti

bahan

kimia

dapat

menimbulkan

resiko

bahaya yang cukup

tinggi. Oleh karena itu dalam pengelolaan laboratorium, aspek penyimpanan, penataan dan pemeliharaan bahan-bahan laboratorium merupakan bagian penting yang harus diperhatikan. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan- bahan di Laboratorium diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards),

pelabelan

(labeling),

fasilitas

penyimpanan

(storage

facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi (inventory), dan informasi resiko bahaya (hazard information). Bahan-bahan yang tidak boleh disimpan dengan bahan lain, harus disimpan secara khusus dalam wadah sekunder yang terisolasi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah pencampuran dengan sumber bahaya lain seperti api, gas beracun, ledakan, atau degradasi kimia. Banyak bahan kimia yang memiliki sifat lebih dari satu jenis tingkat bahaya. Penyimpanan bahan kimia tersebut harus didasarkan atas tingkat risiko bahayanya yang paling tinggi. Misalnya benzena memiliki sifat flammable dan toxic. Sifat dapat terbakar dipandang memiliki resiko lebih tinggi daripada timbulnya karsinogen. Oleh karena itu penyimpanan benzena harus ditempatkan pada cabinet tempat menyimpan zat cairflammable daripada disimpan pada cabinet bahan toxic. Cara penyimpanan bahan kimia didasarkan atas sifat-sifat dari bahan dan reaksi akibat interaksi bahan dalam penyimpanan. 1. Penyimpanan bahan Laboratorium didasarkan atas sifat-sifat bahan

5

a) Penyimpanan dan penataan bahan kimia radioaktif Bahan

Radioaktif

adalah

bahan

kimia

yang

mempunyai

kemampuan memancarkan sinar radioaktif. Tidak semua laboratorium dapat atau diizinkan untuk menyimpan bahan yang bersifat radioaktif. Sehingga bahan radioaktif dapat diadakan di laboratorium hanya jika mendapatkan izin dari Dapartmen Kesehatan khususnya bagian radiasi. Cara penyimpanan bahan yang bersifat radioaktif dalam laboratorium yaitu: 1. Bahan-bahan radioaktif seperti uraian dan thorium disimpan dalam lemari terkunci yang diberi tanda dan catatan peringatan. Dengan

tulisan

“HATI-HATI

BAHAN

RADIOAKTIF

(CAUTION RADIOACTIVE MATERIALS)” 2. Bahan-bahan radioaktif dengan aktifitas radiasi tinggi harus disimpan di luar gedung dan dilengkapi dengan lapisan pelindung

yang

memadai

dan

terhindar

dari

api.

Packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti ketentuaan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus dipelihara. Dalam penggunaan bahan radiasi juga harus memperhatikan prosedurprosedur keselamatan yaitu: a. Botol-botol yang berisi radioaktif harus diberi label dengan baik dan disimpan dalam lemari terkunci yang diberi tanda radiasi. b. Tempat bekerja harus terpisah dari bahan-bahan radioaktif c. Harus selalu menggunakan jas lab dan bersihkan bahan-bahan sisa dengan menggunakan lap. d. Menjaaga agar bahan radioaktif tidak menyentuh kulit e. Jangan berbicara, makan, atau merokok di daerah yang terkontaminasi f. Menggunakan alat-alat gelas dalam keadaan kering dan disimpan secara terpisah g. Mencuci tangan atau bagian lain tubuh yang terkontaminasi bahan radioaktif dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih. Peraturan perundangan mengenai bahan radioaktif diantaranya:

6



Undang-undang Nomor 31/64 Tentang Ketentuan Pokok Tenaga Atom



Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 1975 Tentang Keseamatan Kerja terhadap radiasi



Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1975. Tentang Izin Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi lainnya.



Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1975 Tentang Pengangkutan Zat Radioaktif.

b) Penyimpanan dan penataan bahan kimia reaktif Bahan reaktif dikategorikan sebagai bahan yang bereaksi sendiri atau berpolimerisasi menghasilkan api atau gas toksik ketika ada perubahan tekanan atau suhu, gesekan, atau kontak dengan uap lembab. Biasanya bahan reaktif memiliki lebih dari satu macam kelompok

bahan

bahaya,

misalnya bahan

tersebut

termasuk

padatan flammable juga sebagai bahan yang reaktif terhadap air, karena itu memerlukan penanganan dan penyimpanan secara khusus. Biasanya sebelum menentukan cara terbaik dalam penyimpanan bahan kimia reaktif, terlebih harus menentukan bahaya spesifik dari bahan itu. Bahan kimia reaktif biasanya dikelompokkan menjadi bahan kimia piroforik, eksplosif, pembentuk peroksida, dan reaktif air.  Bahan piroforik adalah bahan yang dapat terbakar ketika kontak dengan udara pada suhu < 54,44 0C. Bahan kimia piroforik ada yang berupa padatan seperti fosfor, cairan seperti tributilaluminium atau gas seperti silan. Bahan piroforik harus disimpan di dalam cabinet flammable secara terpisah dari cairan flammable dan cairan combustible. Unsur fosfor harus disimpan dan dipotong dalam air. Demikian gas silan harus disimpan secara khusus.  Bahan eksplosif adalah bahan yang dapat menimbulkan ledakan. Ledakan tersebut diakibatkan oleh penguraian bahan secara cepat dan menghasilkan pelepasan energi dalam bentuk panas, api

7

dan perubahan tekanan yang tinggi. Banyak faktor yang menyebabkan suatu bahan dapat meledak, sehingga menyulitkan dalam pengelompokkan bahan eksplosif ini. Faktor

yang

menunjang timbulnya ledakan dari bahan kimia di laboratorium diantaranya adalah : (1) Kandungan oksigen senyawa. Beberapa peroksida (misalnya benzyol peroksida kering) dan oksidator kuat lainnya mudah meledak, (2) Gugus reaktif. beberapa senyawa seperti hidrazin memiliki gugus oksidatif dan reduktif, sehingga sangat tidak stabil. Beberapa senyawa nitro (misalnya Trinitrotoluen/TNT, azida, asam pikrat kering) juga mudah meledak. Hati-hati dalam membaca label bahan kimia, dan perhatikan lambang yang menunjukkan kestabilan dan mudah meledaknya bahan tersebut. Keputusan yang harus diambil dalam menentukan penyimpanan bahan mudah meledak atas sifat masing-masing bahan

kimia

penyimpanan

tersebut. bahan

Perhatikan

tersebut

tidak

secara

khusus

agar

mengundang

atau

meningkatkan bahaya misalnya hindari penyimpanan asam pikrat jangan sampai kering. Beberapa eter dan senyawa sejenis cenderung bereaksi dengan udara dan cahaya membentuk senyawa peroksida yang tidak stabil. Bahan kimia yang dapat membentuk peroksida tersebut diantaranya adapah p-dioksan, etil eter, tetrahidrofuran, asetaldehid, dan sikloheksena. Untuk meminimalkan timbulnya bahaya dari bahan kimia

tersebut,

maka

cara

yang

harus

diperhatikan

dalam

penyimpanannya adalah sebagi berikut : a. Simpan bahan kimia pembentuk peroksida itu dalam botol tertutup rapat (tidak kontak dengan udara) atau dalam wadah yang tidak terkena cahaya. b. Berikan label pada wadah tentang tanggal diterima dan dibuka bahan tersebut.

8

c. Uji secara periodik (3 atau 6 bulan) terjadinya pembentukan peroksida. Buanglah peroksida yang telah dibuka setelah 3 - 6 bulan. d. Buanglah wadah bahan kimia pembentuk peroksida yang tidak pernah dibuka sesuai batas kadaluarsa yang diberikan pabrik atau 12 bulan setelah diterima. e. Bahan yang reaktif dengan air apabila kontak dengan dengan udara lembab saja akan menghasilkan senyawa toksik, flammable, atau gas mudah meledak. Misalnya hipoklorit dan logam hidrida. Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia ini harus dijauhkan dari sumber air (jangan menyimpannya di bawah atau di atas bak cuci, dst.) dan tempat yang kering. Gunakan pemadam api dengan bahan kimia kering apabila terjadi kebaran dengan bahan ini. Simpan dalam desikator yang diisi dengan silika gel.

c) Penyimpanan dan penataan bahan kimia korosif Bahan kimia korosif terdiri dari dua macam yaitu asam dan basa. Penyimpanan bahan kimia korosif jangan sampai bereaksi dengan tempat penyimpanannya (lemari rak dan cabinet). Biasanya penyimpanan larutan asam yang korosif atau bersifat asam kuat disimpan dalam lemari asam. Untuk keperluan penyimpanan, asamasam yang berujud cairan diklasifikasi lagi menjadi tiga jenis yaitu 1) asam-asam organik (misalnya asam asetat glacial, 2) asam format, asam mineral (misalnya asam klorida dan asam fosfat), 3) asam mineral oksidator (misalnya asam kromat, asam florida, asam perklorat, dan 4) asam berasap seperti asam nitrat dan asam sulfat). Contoh gambar lemari asam

Contoh gambar lemari basa

9

Panduan penyimpanan untuk kelompok asam ini diantaranya adalah : a. Pisahkan asam-asam tersebut dari basa dan logam aktif seperti natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dll. b. Pisahkan asam-asam organik dari asam mineral dan asam mineral oksidator, c. Penyimpanan

asam

organik

biasanya

dibolehkan

dengan

cairan flammable dan combustible. d. Pisahkan asam dari bahan kimia yang dapat menghasilkan gas toksik dan dapat menyala seperti natrium sianida (NaCN), besi sulfida (FeS), kalsium karbida (CaC2) dll. e. Gunakan wadah sekunder untuk menyimpan asam itu, dan gunakan botol bawaannya ketika dipindahkan ke luar lab. f. Simpanlah botol asam pada tempat dingin dan kering, dan jauhkan dari sumber panas atau tidak terkena langsung sinar matahari. g. Simpanlah asam dengan botol besar pada kabinet atau lemari rak asam. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil. h. Simpanlah wadah asam pada wadah sekunder seperti baki plastik untuk menghindari cairan yang tumpah atau bocor. Baki plastik atau panci kue dari pyrex sangat baik digunakan lagi pula murah harganya. Khusus asam perklorat harus disimpan pada wadah gelas atau porselen dan jauhkan dari bahan kimia organik. i. Jauhkan asam oksidator seperti asam sulfat pekat dan asam nitrat dari bahan flammable dancombustible. Penyimpanan basa padatan atau cairan yang bersifat kuat seperti amonium hidroksida (NH4OH), kalsium hidroksida, Ca(OH)2, kalium hidroksida (KOH), natrium hidroksida (NaOH) harus dilakukan sebagai berikut : a. Pisahkan basa dari asam, logam aktif, bahan eksplosif, peroksida organik, dan bahan flammable.

10

b. Simpan larutan basa anorganik dalam wadah polyethylene (plastik). c. Tempatkan wadah larutan basa dalam baki plastik untuk menghindari pecah atau keborocan. d. Simpanlah botol-botol besar larutan basa dalam lemari basa atau rak atau cabinet yang tahan korosif. Botol besar disimpan pada rak lebih bawah daripada botol lebih kecil.

d) Penyimpanan dan penataan bahan kimia Flammable & Combustable Cairan Bahan

kimia flammable dan combustible diklasifikasi

menurut titik bakar/nyala (flash point) dan titik didihnya (boiling point). Titik bakar dinyatakan sebagai suhu minimum cairan untuk menghasilkan uap yang cukup sehingga dapat terbakar ketika bercampur dengan udara. Bahan kimia flammable dapat disimpan dengan bahan kimia combustible, asam organik combustible (misalnya asetat),pelarut nonflammable (metilklorida). Beberapa cairan flammable yang umumnya dijumpai diantaranya adalah asetaldehid, aseton, heksana, toluen, ksilena , etanol. Secara umum penyimpanan cairan flammable di laboratorium adalah sebagai berikut: a. Cairan flammable kelas I yang jumlahnya > 10 galon hingga 25 galon harus disimpan dalam wadah (cans) yang aman, sedangkan dari > 25 galon hingga 60 galon harus disimpan juga dalam cabinet. b. Wadah dari gelas jangan digunakan untuk menyimpan cairan flammable. Pelarut dengan kualitas teknis harus disimpan dalam wadah logam. c. Cairan flammable yang disimpan

pada

“Flammable

kulkas Storage

memerlukan yang

kondisi

bertuliskan

dingin, “Lab-Safe”

Refrigerators”. Jangan

hanya atau

sekali-kali

menyimpan cairan flammable di dalam kulkas biasa. d. Jauhkan bahan flammable dari oksidator.

11

e. Hindari penyimpanan cairan flammable dari panas, sengatan matahari langsung, sumber nyala atau api. Bahan kimia padatan yang cepat terbakar karena gesekan ,panas, atau pun reaktif terhadap air dan spontan terbakar dinamakan padatan flammable. Misalnya asam pikrat, kalsium karbida, fosfor pentaklorida litium, dan kalium. Unsur litium (Li), kalium (K), dan natrium (Na) harus disimpan di dalam minyak tanah (kerosene) atau minyak mineral. Padatan flammable ini harus disimpan dalam cabinet flammable dan dijauhkan dari cairan flammble atau cairan combustible. Bila reaktif terhadap air, janganlah disimpan di bawah bak cuci, simpan di tempat yang kering atau lemari dsb.

e) Penyimpanan dan penataan bahan kimia oksidator Bahan kimia yang termasuk oksidator adalah bahan kimia yang menunjang proses pembakaran dengan cara melepaskan oksigen atau bahan yang dapat mengoksidasi senyawa lain. Misalnya kalium permanganat (KMnO4), feri klorida (FeCl3), natrium nitrat (NaNO3), hidrogen peroksida (H2O2). Terdapat penyimpanan Bahan kimia oksidator seperti a. Bahan kimia bersifat oksidator harus dipisahkan dari bahan-bahan flammable dan combustible serta bahan kimia reduktor seperti seng (Zn), logam alkali (litium = Li, natrium = Na, kalium = K, rubidium = Rb) dan asam formiat (HCOOH). b. Jangan menyimpan pada wadah/tempat yang terbuat dari kayu juga jangan berdekatan dengan bahan lain yang mudah terbakar. c. Simpan pada tempat dingin dan kering.

f) Penyimpanan dan penataan bahan kimia beracun (toxic) Bahan beracun merupakan bahan yang berbahaya baik dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan. Bahan kimia ini terdiri dari bahan beracun tinggi (highly toxic) dengan ciri memiliki oral rate

12

LD50(Lethal Dosis 50%) < 50 mg/kG, beracun (toxic) dengan oral rate LD50 50-100 mg/kG dan sebagai bahan kimia karsinogen (penyebab kanker). Penyimpanan bahan beracun dalam laboratorium yaitu: 1. Harus disimpan dalam ruangan yang sejuk atau tempat yang memiliki peredaan hawa. Usahakan tidak terkena sinar matahari secara langsung. 2. Jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampuri) harus dipisahkan satu sama lain. 3. Jaga jumlah bahan pada tingkat kerja minimal. 4. Beri label area penyimpanan dengan tanda peringatan yang sesuai 5. Batasi akses ke arah penyimpanan 6. Ketika

meenggunakan

bahan

yang

beracun,

harus

mengguankan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan

g) Penyimpanan dan penataan bahan kimia sensitif cahaya Penyimpanan bahan kimia yang sensitif cahaya harus dipisahkan atas dasar tingkat kebahayaannya. Misalnya brom dengan oksidator , arsen dengan senyawa beracun. Beberapa concoh senyawa sensitif cahaya diantaranya adalah brom (Br2), garam merkuri, kalium ferosianida, K4[Fe(CN)6], natrium iodida (NaI) dll. Agar tidak terjadi penguraian, bahan kimia ini harus terhindar dari cahaya. Maka teknik penyimpanan bahan yang sensitive cahaya diantaranya a. Simpanlah bahan sensitif cahaya ini dalam botol berwarna coklat (amber bottle). b. Apabila botol penyimpan bahan kimia ini harus dibungkus dengan foil (kertas perak/timah), maka tuliskan label pada bagian luar botol tersebut.

h) Penyimpanan dan penataan Gas Terkompresi (Compressed Gases)

13

Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan ketika kita menyimpan bahan kimia berupa gas yang terkompresi. a. Disimpan tegak dan terikat b. Simpan pada ruangan dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung c. Pisahkan dan tandai mana tabung gas yang berisi dan mana yang kosong. d. Amankan bagian atas dan bawah silinder dengan menggunakan rantai dan rak logam. e. Atur regulator ketika gas dalam silider digunakan.Pasang tutup pentil ketika silinder tidak digunakan. f. Jauhkan silinder dari sumber panas,

bahan korosif yang dapat

merusak kran , serta bahan berasap maupun bahan mudah terbakar. g. Pisahkan silinder yang satu dengan yang lainnya jika gas dari silinder satu dapat menimbulkan reaksi dengan gas dari silinder lain. h. Gunakan lemari asap untuk mereaksikan gas yang diambil dari silinder. i. Gunakan gerobak yang dilengkapi rantai ketika memindahkan silinder gas berukuran besar. j. Jagalah sumbat katup jangan sampai lepas ketika menggesergeserkan silinder, karena gas dalam silinder memiliki tekanan tinggi.

2. Penyimpanan bahan Laboratorium terhadap reaksi interaksi bahan dalam penyimpanan a) Interaksi antara bahan dengan lingkungan Bahan yang dapat berubah ketika terkenan matahari langsung, sebaiknya disimpan dalam botol gelap dan diletakkan dalam lemari tertutup. Sedangkan bahan yang tidak mudah rusak oleh cahaya matahari secara langsung dalam disimpan dalam botol berwarna bening. Contoh: panas/percikan api yang dapat menimbulkan

14

kebakaran dan ledakan terutama untuk zat yang mudah terbakar dan mudah meledak seperti pelarut organik dan peroksida.

b) Interaksi antara bahan dengan wadah Bahan yang dapat bereaksi dengan kaca sebaiknya disimpan dalam botol plastic. Bahan yang dapat bereaksi dengan plastik sebaiknya disimpan dalam botol kaca. Contoh: beberapa bahan kimia yang amat korosif, seperti asam sulfat, asam klorida, natrium hidroksida, dapat merusak wadahnya. Kerusakan menyebabkan interaksi antar bahan sehingga menimbulkan reaksi-reaksi berbahaya, seperti kebakaran, ledakan atau menimbulkan racun. c) Interaksi antara bahan dengan bahan Contoh: interaksi antara zat oksidator

dan reduktor dapat

menimbulkan ledakan dan kebakaran, sedangkan interaksi antara asam dan garam dapat menimbulkan gas beracun. Oleh karena itu beberapa bahan yang mungkin bereaksi harus dipisahkan dalam penyimpanannya(Harjanto, 2011).

2. 3 Mengetahui Cara Perawatan Bahan-bahan Laboratorium Bahan yang digunakan dalam kegiatan di laoboratorium khusunya laboratorium IPA memerlukan perlakuan khusus, sesuai sifat dan karakteristik masing-masing bahan. Tujuan dari penyimpanan bahan itu sendiri yaitu untuk: 1. Mengurangi segala resiko yang timbul 2.

Mencegah mengatasi kehilangan, pencurian , kebakaran, kerusakan dan penyalahgunaan, Menekan biaya operasional laboratorium sekecil mungkin,

3.

Peningkatan kwalitas kerja/SDM untuk mengelola laboratorium secara optimal, Memudahkan rencana penambahan bahan yang baru. Perlakuan yang salah dalam menggunakan dan menyimpan bahan di

laboratorium

dapat

menyebabkan

terjadinya

kecelakaan

kerja

dan

15

menimbulkan bahaya lainnya. Untuk itu dalam menyimpan bahan terdapat prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan: 1. Aman Bahan simpan agar aman dan terhindar dari pencurian bahan serta penggunaan bahan yang berlebih terutama pada bahan yang berbahaya jika digunakan dalam jumlah banyak. 2. Mudah dicari Untuk memudahkan dalam mencari letak masing-masing bahan, dengan pemberian tanda atau label pada setiap tempat penyimpanan bahan. 3. Mudah diambil Dalam peyimpanan bahan diperlukan ruang penyimpanan seperti lemari asam, rak, laci yang ukuranya disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.

Dalam perawatan bahan dilaboratorium juga harus memperhatikan MSDS (Material Safety Data Sheet). MSDS merupakan dokumen yang dibuat khusus tentang suatu bahan kimia mengenai pengenalan umum, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan, pemindahan dan pengelolaan limbah buangan bahan kimia tersebut. Simbol MSDS berbentuk belah ketupat yang dibagi menjadi 4 bagian dengan wara yang berbeda, seperti pada gambar

16



Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan skala bahaya kesehatan



Bagian sebelah atas berwarna merah menunjukkan skala bahaya kemudahan terbakar



Bagian sebelah kanan berwarna kuning menunjukkan skala bahaya reaktivitas



Bagian sebelah bawah berwarna putih menunjukkan skala bahaya khusus lainnya.

Dalam simbol tersebut juga terdapat skore yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4. Skore

tersebut

menunjukkan

skala

bahaya

dimana

skore

1

menunjukkan bahaya pada level rendah dan skore 4 menunjukkan bahan tersebut sangat berbahaya

17

Untuk bahan yang bahan kimia kadaluarsa, bahan kimia yang tidak diperlukan, bahan kimia yang rusak, dan bahan hasil atau sisa pekerjaan di lab harus dibuang melalui unit pengelolaan limbah yang disesuaikan dengan sifat bahan. Terdapat beberapa bahan yang harus dibuang terpisah dari bahan lain seperti logam berat yang bersifat toxic dan tidak terhancurkan. Apabila tidak terdapat pengolahan limbah yang memadai, sediakan wadah khusus seperti tong plastik untuk menampung dan kemudian buang melalui perusahaan pengolahan limbah kimia. Dalam perawatan bahan, kondisi ruang penyimpanan juga perlu diperhatikan. Karena bahan-bahan yang disimpan dalam gudang bukan berarti “tidur nyenyak” tetapi masih tetap peka terhadap kondisi lingkungannnya. Untuk itu diperlukan pengetahuan akan syarat-syarat penyimpanan, agar mengurangi resiko yang ditimbulkan dari kecelakaan kerja. Kondisi Ruang Penyimpanan: 1. Letak gudangora Sebaiknya terpisah dari bangunan-bangunan penting , agar saat terjadi kecelakaan dapat dilokalisasi. Juga dalam penyimpanannya bahanbahan dipisahkan berdasarkan sifatnya. 2. Ventilasi Ventilasi harus ada, dengan tujuan agar saat terjadi kebocoran bahan yang beracun tidak berakibat fatal bagi orang yang masuk atau bekerja di gudang. 3. Bebas dari sumber penyalaan Sumber penyalaan contohnya seperti api, bara rokok, loncatan api listrik, atau loncatan listrik statis. Sehingga untuk pencegahannya ruangan harus diberi keterangan seperti “DILARANG MEROKOK” atau “AWAS KEBAKARAN” 4. Ruang dingin Ruangan yang dingin akan mencegah reaksi penguraian atau memperlambat reaksi. 5. Kering

18

Usahankan ruangan tetap dalam keadaan kering. Penggunaan AC dapat mendinginkan dan mngeringkan udara dalam gudang. Dengan memahami syarat gudang diatas , diaharapkan dapat dipenuhi persyaratan kondisi penyimpangan dengan pemenuhan fasilitas dan nilai bahan yang disimpan.

19

BAB III PENUTUP

3. 1 Kesimpulan Laboratorium harus merupakan suatu tempat yang aman bagi para penggunanya. Dengan pengetahuan yang cukup tentang sifat-sifat bahanbahan yang ada di laboratorium maka seorang laboran dapat mengetahui bagaimana cara menangani bahan –bahan tersebut, termasuk bagaimana cara menyimpan bahan bahan laboratorium dengan baik dan aman. Bukan hanya faktor dari sifat bahan yang menyebabkan keadaan tidak aman, faktor lain seperti ventilasi ruangan, almari asam, atau sistem pengaman gas tidak bekerja dengan baik keadaan akan menjadi lebih tidak aman. Hal umum yang harus menjadi perhatian di dalam penyimpanan dan penataan bahan- bahan di Laboratorium diantaranya meliputi aspek pemisahan (segregation), tingkat resiko bahaya (multiple hazards), pelabelan (labeling), fasilitas penyimpanan (storage facilities), wadah sekunder (secondary containment), bahan kadaluarsa (outdate chemicals), inventarisasi

(inventory),

dan

informasi

resiko

bahaya

(hazard

information). Penyimpanan zat dan bahan merupakan strategi rencana yang dilakukan dalam melakukan penyimpanan bahan dan zat yang benar untuk mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium.

3. 2 Saran Dalam menyimpan bahan –bahan Laboratorium sebaiknya lebih memperhatikan teknik dan aturan sesuai dengan SOP yang ada. Dengan mengetahui SOP dan teknik penyimpanan bahan laboratorium maka akan mengurangi resiko kecelakaan di laboratorium dan bahan dapat digunakan dengan semestinya pada saat praktikum.

20

DAFTAR PUSTAKA Anwar, C., dkk. 1996. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI. Harjanto, N.T., Suliyanto & Sukesi, E. 2011. Manajemen Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Sebagai Upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Serta Perlindungan Lingkungan. Jurnal Pusat Teknologi Bahan Bakar-BATAN, 4(8), 62-63. Iswojo PIA. 1983. Pengelolaan Laboratorium IPA. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, DIKTI. Lestari, F. 2009. Bahaya Kimia: Sampling & Pengukuran Kontaminan Kimia di Udara. Jakarta: EGC. Nurhasanah, N. & Deliani, O., 2014. Strategi Pengembangan Laboratorium Program Studi Teknik Industri di Universitas Al Azhar Indonesia. Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Sains Dan Teknologi, 2(1):1-15. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, (Nomor 03, 2010), Tentang Jabatan Fungsional . Pranata Laboratorium Pendidikan Dan Angka Kreditnya. Soemanto, I. 1990. Keselamatan Kerja dalam Laboratorium Kimia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Trihadiningrum, Y. 2000. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Jurusan Teknik Lingkungan. Surabaya: ITS.

21

Related Documents


More Documents from "indira"