MAKALAH PENYAKIT JANTUNG KORONER
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu dari banyak penyakit yang mematikan dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Data statistik dunia melaporkan tentang insiden terbesar dan prevalensi PJK di dunia ternyata semakin meningkat. Menurut WHO diperkirakan pada tahun 2005 tardapat 17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler, mewakili 30% dari seluruh kasus kematian di dunia. Dari kematian ini, 7,6 juta diantaranya terkena serangan jantung dan 5,7 juta diantaranya stroke (Cristoper. C ,2010). Hal ini diperkirakan dua kali lipat dalam dua dekade mendatang, menjadikannya penyebab utama terbesar kematian pada tahun 2010 Sementara penyebab utama PJK, dari sudut pandang kesehatan masyarakat terlihat jelas bahwa peralihan pada pola makan (diet) dan gaya hidup dengan urbanisasi dapat menjadi potensi meningkatnya resiko terkena PJK (Shivaramakrishna. 2010).
BAB II TEORI 2.1 Pengertian Biolistrik Biolistrik adalah segala yang bersangkutan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat di dalam tubuh dan medan listrik yang dihasilkan oleh ion-ion dan muatan-muatan tersebut, serta tegangan yang dibangkitkannya. Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-bio atau biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf
(nerve) dan sel-sel otot (muscle). Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya disebut tegangan sel (cell potentials)), terus menerus terjaga keberadaannya, dan untuk menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan. Jadi, energi yang disuplai ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25% digunakan untuk menjaga kehadiran tegangan pada sel. Tegangan sel dapat bertahan konstan dalam jangka waktu yang lama, namun dapat pula diubah melalui suatu perlakuan internal maupun eksternal dalam bentuk gangguan atau rangsangan (fires). Pengubahan nilai tegangan pada sel akan menghasilkan suatu pulsa tegangan (voltage pulses). Efek yang ditimbulkan oleh pengubahan tegangan ini sangat bergantung pada jenis selnya. Sel-sel saraf, oleh karena pengubahan nilai tegangan selnya, dapat menghasilkan pulsa tegangan yang dapat dirambatkan ke berbagai sel lainnya untuk memberi informasi tentang hal-hal yang kita rasakan dari panca indra. Aktivitas sekumpulan sel-sel ditentukan oleh keadaan tegangan yang dihasilkannya dan dapat diukur melalui suatu alat pengukur pulsa-pulsa tegangan. Alat elektroencephalogram (EEG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel saraf otak. Alat elektrocardiogram (ECG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel otot, khususnya otot jantung. 2.2 Sel Otot Jantung Dan Pengukuran Biolistriknya Pengukuran bioleketrik (biopotensial) sel otot yang paling sering dilakukan adalah terhadap otot jantung. Aktivitas otot jantung dapat dipelajari dari hasil pengukuran biopotensialnya. Alat yang digunakan adalah electrocardiogram (ECG). Potensial aksi yang dihasilkan oleh sel otot berdurasi lebih lama (~100 mdet) dibandingkan potensial aksi yang dihasilkan oleh sel saraf (~5 mdet). Permeabilitas membran sel otot terhadap ion-ion cairan tubuh berbeda dengan permeabilitas sel saraf. Itulah sebabnya pola potensial aksi yang dihasilkan menjadi berbeda. Namun secara prinsip pada membran sel otot juga terjadi proses depolarisasi dan repolarisasi. Potensial aksi yang terjadi pada sel otot menyebabkan terjadinya proses kontraksi. Kontraksi otot menghasilkan gaya yang dapat menggerakkan tubuh. Kontraksi sel-sel otot secara bersama (misalnya otot paha) terjadi karena ada kontak listrik yang baik antar sel pada otot tersebut. Oleh karena itu, potensial aksi dari sel otot yang satu dapat dirambatkan ke sel otot yang lain. Bagaimana sel otot jantung bekerja sehingga menghasilkan pola grafik pulsa potensial melalui pengukuran dengan menggunakan alat electroencephalogram (ECG). Jantung terletak di dalam rongga mediastinum dari rongga dada (toraks). Lapisan yang mengitari jantung disebut perikardium, yang terdiri dari 2 lapisan : 1.perikardium parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan lapisan paru, 2.perikardium viseralis, yaitu lapisan permukaan jantung yang juga disebut epikardium. Di antara kedua lapisan ini terdapat sedikit cairan pelumas yang disebut cairan perikardium, yang berfungsi mengurangi gesekan yang disebabkan oleh gerakan jantung saat memompa darah. Jantung memiliki sebanyak 4 ruang. 2 ruang yang berdinding tipis yang disebut dengan atrium (bilik), yaitu atrium kiri (Left Atrium, LA) dan atrium kanan
(Right Atrium, RA). 2 ruang berdinding tebal yang disebut dengan ventrikel (serambi), yaitu ventrikel kiri (Left Ventricle, LV) dan ventrikel kanan (Right Ventricle, RV). Keempat ruang pada jantung dan sistim sirkulasi darah di dalamnya secara skematik ditunjukkan pada gambar 1. Siklus peredaran darah pada jantung adalah : darah yang berasal dari seluruh organ tubuh ditarik masuk ke atrium kanan (RA) melalui vena (vein) kava superior dan vena kava inferior, kemudian dipompa ke ventrikel kanan (RV) melalui katub (valve) tricuspid, selanjutnya dipompakan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis yang melewati katub pulmonary. Darah yang sampai di paru-paru akan mengikat oksigen yang berasal dari udara yang dihirup. Darah yang sudah mengikat oksigen di paru-paru ditarik ke atrium kiri (LA) melalui 4 saluran vena pulmonalis yang kemudian dipompa ke ventrikel kiri (LV).
Gambar 1. Skema sederhana pembagian ruang pada jantung dan sistim sirkulasi darah di dalamnya.Darah yang sudah tertampung di ventrikel kiri yang sudah kaya dengan oksigen kemudian dipompakan ke seluruh organ tubuh melalui aorta (artery). Seperti disebutkan di atas, ada 4 katub yang dimiliki oleh jantung, yaitu : 1.katub tricuspid (tricuspid valve), yaitu: katub yang menghubungkan atrium kanan (RA) dengan ventrikel kanan (RV), 2.katub pulmonary (pulmonary valve), yaitu: katub yang menghubungkan ventrikel kanan (RV) dengan saluran pembuluh darah artery, 3.katub mitral (mitral valve), yaitu: katub yang menghubungkan atrium kiri (LA) dengan ventrikel kiri (LV), dan 4.katub aortic (aortic valve), yaitu: katub yang menghubungkan ventrikel kiri (LV) dengan pembuluh darah artery. Katub-katub di atas digunakan untuk mengendalikan arah aliran darah. Katub tricuspid hanya membolehkan darah mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan, arah sebaliknya tidak diizinkan. Katub pulmonary hanya membolehkan darah mengalir dari ventrikel kanan ke pembuluh darah arteri menuju paru-paru, arah sebaliknya tidak diizinkan. Katub mitral hanya membolehkan darah mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri, arah sebaliknya tidak diizinkan. Dan, katub aortic hanya membolehkan darah mengalir dari ventrikel kiri ke pembuluh darah arteri menuju ke seluruh tubuh, arah sebaliknya tidak diizinkan. Pada saat atrium berkontraksi, darah yang berada di atrium kanan akan didorong masuk ke ventricle kanan melalui katub tricuspid (gambar 4.8-1) dan darah yang berada di atrium kiri akan didorong masuk ke ventricle kiri melalui katub mitral. Selama proses ini katub pulmonary dan katub aortic berada dalam keadaan tertutup karena tekanan yang sangat tinggi pada pembuluh arteries yang menghubungkan RV dengan paru-paru dan yang menghubungkan LV dengan tubuh. Setelah atrium kiri dan kanan berkontraksi, selanjutnya giliran ventricle kiri dan kanan berkontraksi. Kontraksi ventricle kanan akan mendorong darah ke paru-paru melalui katub pulmonary,
a. 1. 2. 3. 4. 5. 6. b.
1. 2. 3. c.
dan kontraksi ventricle kiri (LV) akan mendorong darah ke seluruh bagian tubuh melalui katub aortic. 2.3 Elektrokardiogram (EKG) Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu sinyal yang dihasilkan oleh aktifitas listrik otot jantung. EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien. Sinyal EKG direkam menggunakan perangkat elektrokardiograf. Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas Fungsi Elektrokardiogram (EKG) Merupakan standar terbaik untuk mendiagnosis aritmia jantung Memandu tingkatan terapi dan resiko untuk pasien yang dicurigai ada infark otot jantung Membantu menemukan gangguan elektrolit seperti hiperkalemia dan hipokalemia Memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi seperti blok cabang berkas kanan dan kiri Sebagai alat untuk mencegah penyakit jantung sistemik selama uji stres jantung Mendeteksi penyakit bukan jantung seperti emboli paru dan hipotermia Elektroda EKG Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung. Fungsi dari transducer adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi sinyal elektrik yang dapat diukur. Transducer ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena pergerakan. Signal EKG yang berasal dari jantung merambat keseluruh tubuh dan mempunyai magnitude dengan arah tertentu (cardiac vector). Untuk mendeteksi signal EKG, ditentukan tittik-titik referensi pengukuran untuk menempatkan elektroda. Pengukuran signal EKG dilakukan dengan pemilihan tiga titik bipolar (diperkenalkan pertama kali oleh Einthoven) sehingga disebut dengan istilah segitiga Einthoven. Lead I : potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Arm (LA) Lead II : potensial antara Right Arm (RA) terhadap Left Leg (LL) Lead III : potensial antara Left Arm (LA) terhadap Left Leg (LL) . Prinsip Kerja EKG EKG mencatat perubahan impuls yang diakibatkan penjalaran potensial membran jantung. Penjalaran potensial membran ini dapat dicatat karena tubuh mampu untuk menjalarkan impuls ini. Sehingga elektroda yang ditempelkan pada ujung-ujung ekstremitas merupakan interpretasi dari perubahan impuls yang terjadi di jantung (Guyton, 1997). Rangsangan listrik jantung yang berasal dari nodus SA dan menyebar ke atrium, nodus AV dan akhirnya ke ventrikel dapat direkam dalam bentuk EKG. Gelombang yang terekam secara alfabetis diberi nama P, Q, R, S, T dan U.
Gelombang P, QRS, T dan U direkam pada kertas khusus. Ada dua macam sistem yang biasa digunakan untuk mecatat gelombang EKG yaitu dengan menggunakan pemanas atau menggunakan semprotan tinta. Pada sistem dengan pemanas, jarum (stylus) yang dipanasi menempel pada kertas EKG sehingga menyebabkan bekas hitam atau biru membentuk gambaran EKG. Makin panas maka makin tebal gambaran garis pada kertas EKG, sistem inilah yang paling banyak dipakai. Sistem kedua adalah dengan menggunakan injektor tinta, dimana rekaman EKG dibuat dari semprotan tinta (Munawar, 2003). Kertas EKG sudah siap dengan garis-garis halus vertikal dan horizontal. Garis-garis ini membentuk bujur sangkar kecil dengan sisi 1mm. Setiap 5mm garis vertikal maupun horizontal terdapat garis yang lebih tebal membentuk bujur sangkar yang memiliki sisi 5mm. Yang harus diperhatikan dalam membuat EKG adalah kecepatan kertas dan amplitudo (Munawar, 2003). Aliran listrik pada jantung memiliki besar dan arah (vektor). Karena aliran listrik jantung merupakan vektor maka pencatatan dilakukan dari berbagai tempat. Ada 12 tempat sadapan EKG. Enam sandapan yaitu sandapat ekstremitas terdiri dari I, II, III, aVR, aVL, aVF (Munawar, 2003). Sandapan I,II,III merupakan sandapan bipolar yang ditujukan untuk menilai perbedaan potensial pada dua titik. Sandapan aVR, aVL, aVF merupakan sandapan unipolar yang ditujukan untuk menilai perbedaan potensial dengan potensial nol (Price, 2005). Enam sandapan lainnya merupakan sandapan prekordial. Sandapan V1 terletak pada SIC IV linea sternalis dextra, V2 pada SIC IV lenia sternalis sinistra, V4 terletak pada SIC 5 linea midsternalis, V3 terletak antara V2 dan V4, V5 dan V6 terletak setinggi V4 di sebelah lateral V4 (Guyton, 1997). Sandapan I merekam perbedaan tegangan antara lengan kiri dan lengan kanan. Sandapan II merekam perbedaan tegangan antara lengan kanan dengan kaki kiri. Sandapan III merekam perbedaan tegangan antara tangan kiri dengan kaki kiri (Munawar, 2003). d. Cara menginterpretasikan pola tegangan hasil pengukuran EKG. 1. Tentukan iramanya, teratur atau tidak, dengan cara melihat jarak antara QRS satu dengan QRS berikutnya, jaraknya sama atau tidak. 2. Tentukan frekuensi denyut jantung dari gelombang yang diperoleh. 3. Tentukan gelombang P, normal atau tidak, juga lihat apakah setiap gelombang P selalu diikuti oleh gelombang QRS. 4. Tentukan interval PR, normal atau tidak. 5. Tentukan gelombang QRS, normal atau tidak. Irama gelombang EKG yang normal (bila pulsa tegangan berawal dari SA node) adalah berirama sinus (Sinus Rhythm), yaitu : - Irama : teratur - Frekuensi denyut : 60 – 100 kali/menit - Gelombang P : normal, setiap gelombang P diikuti gelombang QRS dan gelombang T - Interval PR : Normal (0,12 – 0,20 detik) - Gelombang QRS : Normal (0,06 – 0,12 detik)
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Penyakit Jantung Koroner Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebut juga Arteri Koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantung koroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebut aterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner. Kurangnya pasokan darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress. Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat, penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika sedang beristirahat. Penyakit jantung koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan bengkakbengkak di kaki dan persendian. 3.2 Penyebab Penyebab jantung koroner adalah karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan dinding nadi pembuluh koroner, yang dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat. Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner. 3.3 Gejala Gejala jantung koroner diantaranya seperti: 1. Nyeri di dada, lebih spesifiknya nyeri di dada bagian tengah yang menjalar sampai ke lengan kiri atau leher, bahkan sampai ke punggung. Nyeri dada seperti ini adalah nyeri khas dari penyakit jantung koroner. Nyeri ini timbul hanya ketika melakukan aktifitas fisik dan akan berkurang saat beristirahat. 2.
Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual.
3.4 Pengobatan a. Pengobatan Tradisional Berikut resep tradisional racikan dari Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma:
1. 1-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang di cuci dan dipotong-potong, kemudian diblender dengan air secukupnya dan direbus hingga mendidih. Tambahkan madu secukupnya, lalu diminum. 2. 2-3 buah mengkudu/pace/noni yang matang dicuci bersih dan dipotong-potong + 10 butir angco, dibuang bijinya. Semua bahan diblender dengan air secukupnya, tambahkan 10 gram bubuk umbi daun dewa (thien chi). Aduk rata, lalu diminum. 3. 2 buah mengkudu/pace/noni yang matang, dicuci dan dipotong-potong + 30 gram daun dewa direbus dengan 600 cc air hingga tersisa 300 cc. Saring, tambahkan madu secukupnya. Aduk rata lalu diminum.
Pilih salah satu resep dan lakukan secara teratur. Resep tersebut untuk membantu proses penyembuhan. Tetaplah konsultasi ke dokter. b. Pengobatan Medis Pada prinsipnya pengobatan (PJK) ditujukan untuk agar terjadi keseimbangan lagi antara kebutuhan oksigen jantung dan penyediaannya. Aliran darah melalui arteri koronaria harus kembali ada dan lancar untuk jantung. Pengobatan awal biasanya segera diberikan tablet Aspirin yang harus dikunyah. Pemberian obat ini akan mengurangi pembentukan bekuan darah di dalam arteri koroner. Pengobatan penyakit jantung koroner adalah meningkatkan suplai (pemberian obat-obatan nitrat, antagonis kalsium) dan mengurangi demand (pemberian beta bloker), dan yang penting mengendalikan risiko utama seperti kadar gula darah bagi penderita kencing manis, optimalisasi tekanan darah, kontrol kolesterol dan berhenti merokok. Jika dengan pengobatan tidak dapat mengurangi keluhan sakit dada, maka harus dilakukan tindakan untuk membuka pembuluh koroner yang menyempit secara intervensi perkutan atau tindakan bedah pintas koroner (CABG). Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner. Gambar. Bedah pintas koroner
3.5 Faktor Risiko 1. Kadar Kolesterol Tinggi. Penyebab penyakit jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang terdiri dari kolesterol dan zat buangan lainnya. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda harus menjaga kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat bagi pembentukan dinding sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol diproduksi oleh hati (liver), sepertiga lainnya diperoleh langsung dari makanan. Kolesterol diedarkan dalam darah melalui molekul yang disebut
lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein, yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein (HDL). LDL mengangkut kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi sebaliknya, mengangkut kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan dibuang keluar. LDL yang berlebihan dapat menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri sehingga disebut “kolesterol jahat”. Kadar LDL yang optimal adalah 100- 129 mg/dL. Kelebihan LDL menyebabkan HDL “kewalahan” membuang kolesterol yang berlebih. Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) adalah di bawah 200 mg/dL (border line = 240). 2. Tekanan Darah Tinggi atau Hipertensi. Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding jantung menebal/kaku dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Ada dua pengukuran tekanan darah. Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang memancar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan diastolik adalah tekanan darah yang kembali mengisi jantung. Secara umum orang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik/diastoliknya di atas 140/90 mmHg. 3. Trombosis Trombosis adalah gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila trombosis terjadi pada pembuluh arteri koroner, maka Anda berisiko terkena penyakit jantung koroner. Trombosis biasanya berada pada dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis. Merokok meningkatkan risiko trombosis hingga beberapa kali lipat. 4. Kegemukan. Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang yang kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL tinggi.
5. Diabetes melitus. Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik. Dua pertiga penderita diabetes meninggal karena penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler lainnya. 6. Penuaan. Risiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia. Semakin tua, semakin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem kardiovaskulernya. Lebih dari 80 persen penderita jantung koroner berusia di atas 60 tahun. Laki-laki cenderung lebih cepat terkena dibandingkan perempuan, yang risikonya baru meningkat drastis setelah menopause. 7. Keturunan. Risiko Anda lebih tinggi bila orang tua Anda juga terkena penyakit jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun. 3.6 Cara Mengurangi Risiko
Meskipun tidak dapat melawan penuaan dan mempengaruhi garis keturunan, Anda dapat melakukan hal berikut untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner: Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidantinggi (Vitamin A, C dan E). Antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
Menghindari stress. Stress dapat menimbulkan ketidakseimbangan fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah serta membuat Anda merokok dan makan berlebihan.
Tidak merokok dan minum kopi berlebihan.
Rajin berolah raga. Olah raga aerobik selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL. 3.7 Tips Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Sejak Dini Pola makan sehat Hindari makanan yang banyak mengandung lemak atau yang mengandung kolesterol tinggi. Seafood memiliki kandungan kolesterol tinggi yang dapat membahayakan jantung. Kurangi menyantap makanan yang digoreng yang banyak mengandung lemak, sebaliknya makanan dapat diolah dengan cara direbus, dikukus atau dipanggang. Menggoreng dengan menggunakan minyak zaitun memiliki kandungan lemak yang sedikit sehingga bisa menjadi pilihan bila harus mengolah makanan dengan cara digoreng. Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi seperti soft drink, usahakan menggunakan gula jagung. Jangan pula tertalu banyak mengkonsumsi karbohirat, karena dalam tubuh, karbohidrat akan dipecah menjadi lemak. Sebaliknya, konsumsi oat atau gandum yang dapat membantu menjaga jantung tetap sehat. Menjaga Tubuh ideal dari kegemukan karena seseorang yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 80 cm, berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Berhenti merokok Mengisap rokok sangat tidak baik untuk kesehatan jantung, maka segera hentikan kebiasaan ini agar jantung tetap sehat. Hindari Stres Stres memang sangat sulit dihindari jika hidup di kota besar seperti Jakarta yang dikenal karena kemacetan dan kesibukannya. Saat seseorang mengalami stres, tubuhnya akan mengeluarkan hormon cortisol yang menyebabkan pembuluh darah menjadi kaku. Hormon norepinephrine akan diproduksi tubuh saat menderita stres, yang akan mengakibatkan naiknya tekanan darah. Maka, sangat baik bila Anda menghindari stres baik di kantor atau di rumah. Hipertensi Problem hipertensi atau tekanan darah tinggi juga bisa menyebabkan penyakit jantung.
Hipertensi dapat melukai dinding arteri dan memungkinkan kolesterol LDL memasuki saluran arteri dan meningkatkan penimbunan plak.
Obesitas Kelebihan berat atau obesitas meningkatkan tekanan darah tinggi dan ketidaknormalan lemak. Menghindari atau mengobati obesitas atau kegemukan adalah cara utama untuk menghindari diabetes. Diabetes mempercepat penyakit jantung koroner dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Olahraga secara teratur
Anda dapat melakukan kegiatan olahraga seperti berjalan kaki, jalan cepat, atau jogging. Kegiatan olahraga yang bukan bersifat kompetisi dan tidak terlalu berlebihan dapat menguatkan kerja jantung dan melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh. Konsumsi antioksidan Polusi udara, asap kendaraan bermotor atau asap rokok menciptakan timbulnya radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas dapat menyebabkan bisul atau endapan pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyumbatan. Untuk mengeluarkan kandungan radikal bebas dalam tubuh, perlu adanya antioksidan yang akan menangkap dan membuangnya. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam buah-buahan dan sayuran. 3.8 Gambaran EKG pada Penyakit Jantung Koroner Satu dari tiga komponen penting dalam diagnosis penyakit jantungkoroner utamanya sindrom koroner akut adalah EKG. Kombinasi riwayat penyakit yang khas dan peningkatan kadar enzim jantung lebih dapat diandalkan dari pada EKG dalam diagnosis infark miokard. EKG memiliki tingkat akurasi prediktif positif sekitar 80%. 1. Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inversi) tergantung beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG. Spesifitas perubahan segmen ST pada iskemia tergantung morfologinya. Diduga iskemia jika depresi segmen ST lebih dari 0,5mm (setengah kotak kecil) dibawah garis besline (garis isoelektris) dan 0,04 detik dari j point Pada treadmill test, positif iskemia jika terdapat depresi segmen ST sebesar 1mm. Gambar 9. Variasi segmen ST (depresi) pada iskemia 2. Perubahan/Evolusi EKG pada Injure MiokardSel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna,secara elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang tidakmengalami injuri dan pada EKG terdapat gambaran elevasi segmen ST pada sandapan yang berhadapan dengan lokasi injuri. Elevasi segmen STbermakna jika elevasi > 1mm pada sandapan ekstremitas dan > 2mm padasandapan prekordial di dua atau lebih sandapan yang menghadap daerahanatomi jantung yang sama. Perubahan segmen ST, gelombang T dankompleks QRS pada injuri dan infark mempunyai karakteristik tertentu sesuaiwaktu dan kejadian selama infark. Aneurisma ventrikel harus dipikirkan jikaelevasi segmen ST menetap beberapa bulan setelah infark miokard.
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Biolistrik adalah segala yang bersangkutan dengan kelistrikan yang dihasilkan oleh tubuh. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala yang berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat di dalam tubuh dan medan listrik yang dihasilkan oleh ion-ion dan muatan-muatan tersebut, serta tegangan yang dibangkitkannya. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf (nerve) dan sel-sel otot (muscle). Alat elektroencephalogram (EEG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel saraf otak. Alat elektrocardiogram (ECG) digunakan untuk merekam pulsa-pulsa tegangan yang dihasilkan oleh aktivitas sel-sel otot, khususnya otot jantung Permeabilitas membran sel otot terhadap ion-ion cairan tubuh berbeda dengan permeabilitas sel saraf. Itulah sebabnya pola potensial aksi yang dihasilkan menjadi berbeda. Namun secara prinsip pada membran sel otot juga terjadi proses depolarisasi dan repolarisasi. Potensial aksi yang terjadi pada sel otot menyebabkan terjadinya proses kontraksi. Kontraksi otot menghasilkan gaya yang dapat menggerakkan tubuh EKG ini merupakan rekaman informasi kondisi jantung yang diambil dengan memasang electroda pada badan. Rekaman EKG ini digunakan oleh dokter ahli untuk menentukan kondisi jantung dari pasien. Fungsi dasar dari elektroda adalah mendeteksi sinyal kelistrikan jantung. Fungsi dari transducer adalah untuk mengkonversi informasi biologis menjadi sinyal elektrik yang dapat diukur. Transducer ini dipakai dengan menggunakan interface jelly electrode-electrolyte. Dengan menggunakan elektroda Ag/AgCl mengurangi noise dengan frekuensi rendah pada sinyal EKG yang terjadi karena pergerakan. Penyakit Jantung Koroner (PJK) disebut juga Arteri Koroner. Arteri koroner adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel jantung. Penyakit jantungkoroner terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses penumpukan itu disebutaterosklerosis, dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner
Kecanduan rokok, hipertensi, kolesterol tinggi juga dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner Gejalanya Nyeri di dada, Gejala penyerta seperti keringat dingin dan timbulnya rasa mual Pengobatan bisa di lakukan dengan pengobatan tradisional dengan memanfaatkan mengkudu dan pengobatan medis Intervensi perkutan yaitu tindakan intervensi penggunaan kateter halus yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk dilakukan balonisasi yang dilanjutkan pemasangan ring (stent) intrakoroner. Faktor Risikonya adalah Kadar kolesterol tinggi, Tekanan darah tinggi atau hipertensi,.Trombosis, kegemukan, diabetes melitus, penuaan, keturunan. Cara mengurangi resiko Mengurangi konsumsi daging berlemak jenuh tinggi.
Memperbanyak makan buah, sayuran dan biji-bijian yang mengandung antioksidantinggi (Vitamin A, C dan E). Antioksidan mencegah lemak jenuh berubah menjadi kolesterol.
Menghindari stress. Stress dapat menimbulkan ketidakseimbangan fungsi tubuh, meningkatkan tekanan darah serta membuat Anda merokok dan makan berlebihan.
Tidak merokok dan minum kopi berlebihan.
Rajin berolah raga. Olah raga aerobik selama 30 menit setiap hari, 3-4 kali seminggu dapat memperkuat jantung, membakar lemak dan menjaga kesimbangan HDL dan LDL. Tips Pencegahan Penyakit Jantung Koroner Sejak Dini Pola makan sehat
Hindari juga makanan dengan kandungan gula tinggi
Menjaga Tubuh ideal dari kegemukan
Berhenti merokok
Hindari Stres
Hipertensi
Obesitas
Olahraga secara teratur
Konsumsi antioksidan
Segmen ST dan Gelombang T pada Iskemia Miokard akan memperlambat proses repolarisasi, sehingga pada EKG dijumpai perubahan segmen ST (depresi) dan gelombang T (inversi) tergantung beratnya iskemia serta waktu pengambilan EKG. Spesifitas perubahan segmen ST pada iskemia tergantung morfologinya Perubahan/Evolusi EKG pada Injure MiokardSel miokard yang mengalami injuri tidak akan berdepolarisasi sempurna,secara elektrik lebih bermuatan positif dibanding daerah yang
tidakmengalami injuri dan pada EKG terdapat gambaran elevasi segmen ST padasandapan yang berhadapan dengan lokasi injuri. 4.2 SARAN Penyusun berharap seluruh pembaca makalah tentang PJK atau Penyakit jantung Koroner khususnya untuk mahasiswa kebidanan dapat menjadikan sumber ilmu dan inspirasi untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Serta dapat mencegah terjadinya penyakit tersebut dan dapat mengaplikasikan preventifnya dalam kehidupan diri kita dan masyarakat luas.