Makalah Penling Kel 6 Revisi.doc

  • Uploaded by: Hafizhah Fasaenjori
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Penling Kel 6 Revisi.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 8,586
  • Pages: 27
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat terlepas dari keadaan lingkungan alam sekitarnya. Dengan kata lain, keadaan lingkungan alam akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, tidak sedikit dari manusia yang memanfaatkan keadaan lingkungan dengan semaksimal mungkin bahkan berlebihan hanya sekedar untuk mendapatkan kenyamanan hidup. Kenyamanan hidup yang dimaksudkan selain untuk dapat dinikmati oleh dirinya sendiri pada saat masih hidup, juga dapat diberikan atau diwariskan kepada anak-cucu. Usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia tidak akan pernah berhenti sampai akhir zaman nanti. Saat ini usaha untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sangat meningkat, banyak manusia yang berlomba lomba untuk menciptakan teknologiteknologi baru untuk menghasilkan produk produk- produk baru yang diharapkan dapat segera dinikmati dalam waktu yang sesingkat singkatnya, selain untuk memenuhi kebutuhan manusia yang berupa sandang, pangan dan papan, manusia juga memanfaatkan penemuan penemuan baru ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengeruk hasil kekayaan yang ada sebanyak banyaknya dan secepat cepatnya. Walaupun kekayaan alam cukup tersedia, namun karena pengambilannya jauh lebih cepat dari waktu yang diperlukan untuk terbentuknya kekayaan alam tersebut, maka tidak mustahil dalam waktu singkat kekayaan alam tersebut akan habis. Sebagai contoh, dulu tambang minyak dapat dilakukan di daratan, namun saat ini penambangan sudah beralih ke lepas pantai. Tambang tambang di daratan banyak yang mulai ditutup karena isinya sudah habis diambil manusia dalam rangka meningkatkan kualitas hidup. Jika sudah seperti ini barulah manusia sadar dan mulai berfikir tentang perlunya mempertahankan daya dukung alam bagi kelangsungan hidup manusia. Perkembangan teknologi dan industri yang pesat saat ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif memang diharapkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup dan bahkan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan. Jika hal ini terjadi, maka akan menyebabkan timbulnya masalah kesehatan lingkungan. Menurut Pattron, 2009, Kesehatan lingkungan (Enviromental Health) mempelajari hubungan yang sehat yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya. Kesehatan lingkungan berhubungan dengan pengendalian agen penyebab dan perlindungan kesehatan masyarakat untuk menciptakan kesejahteraan. 1

Berdasarkan Undang Undang No.23 pasal 22 penyelenggaraan kesehatan lingkungan menyatakan:

tahun

1992

tentang

1. Kesehatan lingkungan diselenggarakan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat. 2. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya. 3. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamatan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan, pengendalian vektor penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya. Jika dampak negatif ini terus terjadi maka akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang dapat menimbulkan bahaya yang bersifat biologis, kimiawi, fisik, psikologis, sosial atau faktor penyebab kerusakan setempat lainnya. Kekhawatiran manusia atas masalah lingkungan yang dapat mengurangi kualitas dan kenyamanan hidup sudah mulai tampak pada saat ini. Hal yang tampak antara lain pemanasan global, penipisan lapisan ozon, hujan asam, perubahan iklim dan lain lain. Masalah masalah yang dapat mengurangi kualitas dan kenyamanan hidup manusia saat ini menjadi topik utama yang harus dicermati dengan sebaik-baiknya demi kelangsungan hidup manusia. Makalah dampak permasalahan lingkungan global ini dimaksudkan sebagai bahan informasi bagi peminat masalah lingkungan agar usaha untuk memperoleh kualitas dan kenyamanan hidup yang lebih baik dapat tercapai. Selain membahas tentang dampak permasalahan lingkungan global makalah ini juga memberikan solusi dari permasalahan tersebut serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk menangani masalah tersebut. 1.2 Rumusan makalah 1. Bagaimanakah dampak permasalahan lingkungan secara global? 2. Bagaimanakah pengaruh permasalahan lingkungan global terhadap kesehatan makhluk hidup? 3. Bagaimana upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan Iklim? 1.3 Tujuan makalah 1. Untuk mengetahui dampak permasalahan lingkungan secara global. 2. Untuk mengetahui pengaruh permasalahan lingkungan global terhadap kesehatan makhlik hudup. 3. Untuk mengetahui upaya adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.

2

BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Permasalahan Lingkungan Global Saat ini, bumi terancam oleh berbagai isu lingkungan. Isu lingkungan tersebut telah dirasakan dampaknya oleh seluruh kehidupan di muka bumi khusunya manusia. Isu lingkungan tersebut antara lain yaitu efek rumah kaca, kerusakan lapisan ozon, hujan asam, dam perubahan iklim. Isu lingkungan merupakan bencana yang diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Untuk itu marilah kita mengetahui dan setelah itu bersama-sama kita kurangi dampak yang ditimbulkannya. 2.1.1 Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca terjadi akibat panas matahari yang berasal dari pancaran atmosfer tidak dapat memantul balik ke angkasa sehingga menyebabkan sebagian dari panas yang dipantulkan tadi terperangkap di atmosfer bumi. Akibatnya adalah panas tersebut akan tetap tersimpan di bumi, keadaan ini terus terjadi berulang-ulang sehingga mengakibatkan naiknya suhu rata-rata bumi. Gas-gas rumah kaca tersebut dihasilkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran minyak fosil. Pembakaran minyak fosil ini menyebabkan terbentuknya lapisan gas yang tebal akan menghambat lepasnya panas kembali ke luar angkasa sehingga menyebabkan terjadi pemanasan bumi (global warming). Selain pembakaran minyak fosil, chlorofluorocarbon (CFC), metan, nitrous oxide, dan oxone juga berperan pada terjadinya efek rumah kaca. Efek rumah kaca sebenarnya bukanlah sesuatu yang buruk bahkan justru efek inilah yang memberikan kesempatan adanya kehidupan dimuka bumi. Kalau saja tidak ada efek rumah kaca, maka suhu rata-rata permukaan bumu bukanlah 15 C seperti sekarang ini melainkan -18 C. Proses terjainya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari. Kurang lebih 30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa dan diserap oleh uap, gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh tanah, laut, dan awan. 2.1.2 Penipisan Lapisan Ozon Akhir-akhir ini para ilmuan resah karena terjadinya kerusakan lapisan ozon. Lapisan ozon adalah lapisan pelindung atmosfir bumi yang berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet yang datang berlebihan dari sinar matahari. Sinar ultraviolet yang tidak difilter oleh lapisan ozon akan berbahaya bagi manusia. Selain dari itu sinar ultra violet yang tidak difilter oleh lapisan ozon, sesampainya di atmosfir permukaan bumi akan menjadi panas yang 3

mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Kenaikan suhu bumi akan mengakibatkan berkurangnya kenyamanan hidup di planet bumi ini. Di samping itu kenaikan suhu bumi juga akan menyebabkan naiknya permukaan air laut yang menyebabkan beberapa kota ditepi pantai akan tenggelam. Hal ini terjadi karena mencairnya es di kutub. Ozon yang ada pada lapisan atmosfir bawah sekitar 0,02 ppm, sedangkan ozon yang ada pada lapisan atmosfir atas ( lapisan stratosfer ) sekitar 0,1 ppm. Kerusakan lapisan ozon disebabkan karena bereaksi dengan radikal Chlor . Radikal Chlor berasal dari senyawa CFC ( Cloro Fluoro Carbon ) yang banyak digunakan sebagai bahan pendingin AC, lemari es dan juga digunakan pada bahan penyemprot insektisida, penyemprot cat, penyemprot rambut, penyemprot parfum serta pada pelarut bahan pencuci kering ( dry cleaning ). Senyawa CFC lebih dikenal dengan nama dagang Freon. Kerusakan lapisan ozon pada saat ini sudah terlihat di atas kutub selatan, berupa lubang ozon atau Ozone hole. Apabila kerusakan ozon ini tidak dicegah, lubang ozon akan melebar, tidak tertutup, dan mungkin akan sampai ke daerah khatulistiwa. Bila hal ini terjadi maka Indonesia akan mengalami pemanasan bumi lebih dulu dibandingkan dengan belahan bumi lainnya. 2.1.3 Hujan Asam Pada hakikatnya, hujan secara alami bersifat asam (pH <6), hal ini karena CO2 dengan uap air di udara membentuk asam lemah yang bermanfaat untuk melarutkan mineral dalam tanah. Masalah timbul apabila berbagai polutan di udara yang menyebabkan meningkatnya keasaman air hujan, hal inilah yang dinamakan dengan hujan asam. Polutan hujan asam ini dapat disebarluaskan oleh angin sebelum jatuh dalam bentuk sebagai embun, hujan, salju, atau kabut. Salah satu penyebab utama dari terjadinya hujan asam adalah polutan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Zat yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil adalah sulfur dioksida dan nitrogen oksida, kedua jenis zat tersebut merupakan jenis asam yang kuat, di atmosfer kedua jenis zat tersebut bercampur dengan titik - titik air di awan. Hal ini menyebabkan titik - titik air tersebut jatuh ke bumi (hujan) maka inilah yang dinamakan hujan asam. Pada waktu pembakaran bahan bakar fosil, sebagian NOX berasal dari nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar fosil yang teroksidasi menjadi NOX. Sebagian lagi berasal dari nitrogen yang terdapat dalam udara yang terdiri dari 80% gas nitrogen. Pembakaran bahan bakar fosil mengoksidasi 5-40% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam minyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak NOX yang terbentuk (Soemarwoto, 1992 ) Instalasi pembangkit listrik dan transportasi dengan kendaraan bermotor merupakan sumber utama NOx, di negara yang sedang berkembang transportasi 4

merupakan sumber NOx yang lebih besar daripada pusat pembangkit listrik. (Sarung,1995 ). NO2 juga berasal dari aktivitas renik tanah yang untuk kehidupannya menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N itu merupakan hasil samping aktivitas jasad renik itu, di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap oleh tumbuhan juga mengalami perombakan kimia-fisik, biologis dan menghasilkan oksida N, karena makin banyak digunakan pupuk oksida N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut, di dalam udara sebagian dari oksida N itu berubah menjadi asam nitrat. (Achmadi,1992). Sumber asam nitrat yang lain adalah amoniak (NH 3). NH3 sebenarnya bersifat basa, tetapi di dalam tanah sebagian NH3 mengalami proses nitrifikasi menjadi asam nitrat. Mengingat kotoran hewan adalah sumber NH3 yang penting, dapat dikatakan bahwa makin banyak peternakan, makin tinggi pula produksi asam nitrat, karena itu di samping pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi dan industri peternakan merupakan pula penyumbang hujan asam yang penting. 2.1.4 Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi pada pola cuaca normal di seluruh bumi selama jangka waktu yang panjang. Selama 100 tahun terakhir ini, suhu rata-rata bumi secara perlahan lahan telah mengalami peningkatan. Para ilmuan dunia telah melakukan pengamatan terhadap perubahan iklim ini, perubahan iklim yang terjadi saat ini berlangsung lebih cepat dari pada yang terjadi pada masa lalu. Sebagian proses yang mempengaruhi iklim, seperti letusan gunung berapi dan perubahan dalam jumlah energi matahari yang memasuki bumi merupakan proses alami. Pengaruh lainnya disebabkan oleh kegiatan manusia. Proses alami utama yang mempengaruhi iklim adalah: 1. Energi matahari Iklim dapat berubah jika ada perubahan dalam jumlah energi Surya yang sampai ke bumi. Hal ini dapat membuat bumi terasa lebih hangat atau lebih dingin. 2 Gas di Atmosfer Sebagian gas berpengaruh kuat terhadap iklim. Gas-gas ini menangkap panas di atmosfer bumi. Walupun menjadi bagian utama atmosfer, jumlah gasgas ini mengalami kenaikan selama 150 tahun terakhirnya. Kenaikan jumlah gas-gas di atmosfer inilah yang lingkungan bertanggung jawab atas pemanasan global dan perubahan iklim. Kegiatan manusia bertanggung jawab atas sebagian besar kenaikan jumlah gas ini. Baik proses alami maupun kegiatan manusia yang mempengaruhi perubahan iklim . 3 Arus laut. Air laut selalu bergerak. Pergerakan ini disebut dengan arus laut. Angin menggerakkan air di atas permukaan laut dengan pola teratur. Air juga bergerak naik dari bagian lautan yang lebih dingin dan dalam ke permukaan 5

yang lebih hangat. Pergerakan air laut juga menghantarkan panas ke seluruh dunia sehingga arus laut berdampak besar pada perubahan iklim. Saat pergerakan normal air laut terganggu, curah hujan atau kemarau ekstrim dapat terjadi. El Nino adalah sebuah contoh dampak perubahan cara pergerakan air laut. Proses- proses lainnya yang mempengaruhi iklim adalah: 1

2

Letusan gunung berapi Saat meletus gunung berapi melepaskan partikel-partikel kecil ke dalam atmosfer. Partikel-partikel ini sampai kebagian atas atmosfer dan dapat mempengaruhi suhu bumi, biasanya dalam satu atau dua tahun. Salju dan es Karena warna cerahnya, salju dan es berkemampuan membentuk energi surya kembali keluar atmosfer. Saat salju dan es meleleh karena iklim bumi menghangat, makin sedikit energi yang dipantulkan dan ini menyebabkan pemanasan lebih tinggi.

Tanda tanda utama perubahan iklim global adalah: 1

Meningkatnya suhu global a. Pemanasan global Suhu global rata rata sudah mengalami kenaikan secara tetap selama 100 tahun terakhir, sekitar 0,74 derajat Celsius (1,3 derajat Fahrenheit). b. Kenaikan suhu terjadi di semua kawasan di suruh dunia

2

Perubahan curah hujan a. Telah terjadi perubahan curah hujan di seluruh dunia akibat perubahan suhu permukaan samudera dan area daratan. b. Secara global, daerah- daerah yang mengalami kemarau atau masa cuaca teramat kering telah mengalami kenaikan sejak tahun 1970-an. c. Sementara sebagian kawasan mengalami lebih sedikit curah hujan dan kemarau lebih lama dan sering, sedangkan kawasan dunia lainnya mengalami curah hujan dengan tingkat yang jauh lebih tinggi. d. Di banyak tempat, musim atau waktu hujan turun dalam setahun berubahubah. Hujan turun yang berbeda dan masa yang lebih pendek atau lebih panjang daripada di masa lalu

3

Tutupan salju dan mencairnya lapisan es di kutup a. Di kutub bumi, yang berada di bagian paling selatan dan paling Utara dunia, iklimnya sangat dingin. Terdapat es yang menutupi permukaan bumi dan beberapa menutupi laut. Area es ini disebut dengan gletser. Akibat pemanasan global makin banyak gletser yang mencair. b. Gletser juga banyak ditemukan di pegunungan yang sangat tinggi. Banyak gletser pegunungan yang juga mencair karena suhu yang lebih hangat. 6

4

Kejadian cuaca tidak biasa atau ekstrem berlangsung lebih sering a. Selama 50 tahun terakhir, siang dan malam yang sangat panas berlangsung makin sering sedangkan siang dan malam yang sangat dingin makin jarang terjadi. b. Periode suhu tinggi ( gelombang panas) menjadi lebih lama dan lebih panas pada sebagian besar area daratan. c. Badai besar dengan angin dan hujan lebat lebih sering terjadi dan menyebabkan lebih banyak kerusakan

5

Perubahan tinggi air laut dunia a. Tinggi permukaan lautan disebut dengan tinggi air laut b. Dalam 100 tahun terakhir, tinggi air laut global rata rata telah naik sekitar 15 sentimeter atau 6 inci c. Tinggi permukaan air laut naik, karena semakin hangatnya suhu lautan menyebabkan lautan meluas dan karena kenaikan suhu di atmosfer menyebabkan es di pegunungan dan di kutub utara dan selatan mencair. Hal ini menyebabkan semakin banyak air yang ditambahkan ke lautan dan menyebabkan tinggi permukaan air meningkat. d. Naiknya tinggi air laut mengancam masyarakat di daerah pantai dan sebagian negara kepulauan yang menyebabkan banjir dan mengikis lahan pantai. e. Tinggi air laut yang meningkat juga menyebabkan air asin masuk ke sungai memenuhi kualitas pasokan air.

Tanda-tanda perubahan alam yang menjadi indikator telah terjadinya perubahan iklim bukan hanya disebabkan faktor alamiah, namun juga oleh aktivitas manusia. Kegiatan manusia dapat menyebabkan terjadinya perubahan iklim dikarenakan kegiatan manusia mengganggu proses dan siklus bumi yang mengontrol iklim bumi, seperti efek rumah kaca dan daur karbon. Semakin banyaknya emisi CO2 dari kegiatan manusia yang mengubah keseimbangan proses alami bumi, menyebabkan pemanasan global dan perubahan iklim. Adapun kegiatan kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan iklim adalah sebagai berikut: a. Membakar bahan bakar fosil ( minyak bumi dan gas alam ) Kendaraan dan industri, seperti pertambangan atau manufaktur, menggunakan bahan bakar fosil. Tenaga listrik sering dihasilkan dengan membakar bahan bakar fosil seperti batu bara atau gas alam. Bahan-bahan bakar ini mengandung jumlah karbon yang tinggi. Saat mobil atau mesin menggunakan bensin atau solar, karbon dalam bahan bakar berubah menjadi karbon dioksida yang dilepaskan ke Atmosfer b. Penggundulan dan kebakaran hutan

7

Menebang atau membakar pohon untuk mengubah hutan menjadi Padang rumput atau lahan pertanian atau produksi kayu komersial dapat melepaskan karbon dioksida ke atmosfer c. Perubahan pemanfaatan lahan d. Perubahan pemanfaatan lahan juga mempengaruhi daur karbon dengan cara lain. Saat hutan ditebang untuk kayu komersial, pertanian atau penggembalaan ternak, jumlah hutan yang tersedia untuk menarik CO2 keluar dari udara berkurang sehingga lebih banyak CO2 berada di atmosfer. Konversi ekosistem alami menjadi area untuk kegiatan manusia (pertanian, Padang gembala, lahan bangunan dan seterusnya) biasanya menyebabkan perubahan dari area penyimpanan karbon tinggi (sering kali hutan atau lahan berpohon) menjadi penyimpanan karbon lebih rendah (seperti padang rumput). Berdasarkan data Human Development Report yang dirilis United Nationwide Development Programme (UNDP) tahun 2008, Indonesia ditempatkan sebagai negara dengan peringkat ke-14 untuk penghasil emisi karbon di dunia, jauh di bawah negara-negara maju yang menggelontorkan karbon ke atmosfer dari aktivitas industrinya. Besar kecilnya jumlah emisi di suatu negara tentu juga dipengaruhi luas wilayah dan jumlah penduduk di negara tersebut. Dengan demikian , apabila emisi yang diperhitungkan dalam jumlah emisi per satuan luas wilayah atau per kapita penduduk tentu Indonesia bukan termasuk negara penghasil emisi yang besar. Tidak berarti Indonesia hanya berdiam diri menghadapi ancaman perubahan iklim, tetapi dengan logika seperti ini diharapkan kita dapat membuat perencanaan dan strategi lebih rasional dan proporsional dalam kerangka pembangunan nasional berkelanjutan, oleh karena itu perubahan iklim diartikan sebagai berubahnya iklim bumi yang langsung ataupun tidak langsung, diakibatkan oleh aktivitas manusia. Kegiatan tersebut menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara global, selain juga terjadi variabilitas iklim alamiah yang teramati dalam kurun waktu yang panjang. 2.2 Dampak Permasalahan Lingkungan Global Pada umumnya jika suatu lingkungan sudah mengalami suatu permasalahan maka aka nada dampak yang ditimbulkan dari permasalahan tersebut. Adapun dampak yang ditimbulkan dari permasalahan lingkungan yaitu : 2.2.1 Efek rumah kaca Gas rumah kaca menyebabkan suhu bumi meningkat memberikan dampak yang besar bagi kelangsungan kehidupan dan lingkungan di bumi. Beberapa dampak dari gas rumah kaca adalah sebagai berikut: 1

Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan Peristiwa ini mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk 8

dilanda banjir akibat air pasang yang tinggi dan ini berakibat kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat. 2

Punahnya berbagai jenis fauna Flora dan fauna memiliki batas toleransi terhadap suhu kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan suhu global menyebabkan terganggunya siklus air kelembaban udara dan berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan kehidupan fauna. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor - faktor suhu, kelambaban dan produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi untuk menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, dan arus laut.

3

Berubahnya habitat Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi kehidupan larva dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak menutup kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab penyakit tropis. Jenis jenis larva yang berubah resistensinya terhadap perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih luas. Hal ini dapat menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.

4

Mengancam Kerusakan terumbu karang Kawasan segitiga terumbu karang yang ada di enam negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Kepulauan Salomon, Papua Nugini, Timor Leste dan Philipina, apabila rusak maka dikhawatirkan juga akan merusak kehidupan masyarakat yang berada di sekitarnya. Lebih dari 50 persen spesies terumbu karang dunia hidup berada di kawasan segitiga ini.

2.2.2 Dampak Penipisan Lapisan Ozon Lapisan ozon berfungsi sebagai penyerap sinar ultraviolet (UV). Lapisan ozon menyerap UV-C dan UV-B, sedangkan UV-A akan mencapai permukaan bumi. Pada dasarnya, UV-A tidak berbahaya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Seperti yang sudah kita ketahui, keberadaan lapisan ozon semakin hari semakin menipis yang akan menyebabkan sinar UV-B dapat menyebabkan dampak negatif bagi kehidupan di bumi. Dampak dari rusaknya lapisan ozon antara lain sebagai berikut: 1

Dampak terhadap manusia

9

Pada hakikatnya, sinar UV diperlukan manusia dalam jumlah yang kecil yaitu sebagai pembentukan vitamin D. Namun, apabila sinar UV yang datang dalam jumlah banyak maka akan dapat menyebabkan kanker kulit, menurunnya sistem kekebalan tubuh dan bisa menyebabkan kerusakan mata. 2

Dampak terhadap tumbuh tumbuhan Mikroorganisme mengalami gangguan dari banyaknya sinar UV yang datang ke bumi. Hal ini karena pengaruh UV-B pada kegiatan asimilasi nitrogen oleh mikroorganisme yang penting bagi penyediaan nitrogen di tanah.

3

Dampak terhadap ekosistem laut Dampak negatif dari penipisan lapisan ozon pada ekosistem laut adalah banyak matinya plankton yang mana merupakan salah satu faktor penting dalam rantai makanan di ekosistem tersebut. Jika keadaan tersebut terus berlanjut, maka akan menghilangkan seluruh kehidupan di laut.

2.2.3 Dampak Hujan Asam Seperti halnya efek rumah kaca dan penipisan lapisan ozon, hujan asam juga membawa dampak yang besar bagi kehidupan bumi. Dampak tersebut antara lain: 1

Melarutkan kalsium, potasium dan hara Kalsium, potasium dan hara yang berada dalam tanah akan terlarut oleh air hujan yang mengandung asam. Hal ini akan berakibat berkurangnya kesuburan tanah yang kemudian akan mematikan tanaman.

2

Menurunkan pH ekosistem air Keadaan ini tentunya akan mengancam kehidupan di dalam air, penurunan pH yang akan mengancam faktor biotik dan abiotik dalam air. Penurunan pH juga akan menurunkan kualitas sumber air bersih.

3

Korosi Air hujan dengan pH rendah akan mengakibatkan perkaratan benda logam. Ini bisa kita lihat saat ini, banyak kendaraan dan properti yang berkarat dengan cepatnya.

2.2.4 Dampak Perubahan Iklim 1

Dampak bagi petani Perubahan dalam pola curah hujan akan bervariasi bergantung pada lokasi. Para petani yang akan paling sengsara adalah mereka yang tinggal di wayah 10

dataran tinggi yang dapat mengalami kehilangan lapisan tanah akibat erosi. Hasil tanaman pangan seperti kedelai dan jagung bisa menurun 20 hingga 40 persen. Namun, hampir seluruh petani akan merasakan dampaknya. Sekarang saja, sudah banyak petani kedutan menentukan waktu yang tepat untuk memulai musim tanam, atau sudah mengalami gagal tanam karena hujan yang tidak menentu atau kemarau panjang. Yang paling kesusahan adalah biasanya adalah .ereka yang bertani di wilayah paling ujung saluran irigasi yang pada saat kelangkaan air tidak mendapatkan jatah air karena sudah lebih dulu digunakan oleh para petani di daerah hulu irigasi. 2

Dampak bagi nelayan Perubahan iklim berdampak luas terhadap jutaan nelayan pesisir. Mereka bergantung pada ekosistem yang amat rentan yang dengan perubahan kecil saja sudah berdampak besar: perubahan suhu air yang merusak terumbu karang, misalnya, akan memperparah kondisi buruk yang dilakukan manusia seperti polusi dan penangkapan ikan besar-besaran sehingga menurunkan populasi ikan. Perahu-perahu penangkap ikan juga harus menghadapi cuaca yang tidak menentu dan gelombang tinggi. Perubahan iklim juga sudah mengganggu mata pencaharian di banyak pulau. Di Maluku, misalnya nelayan mengatakan mereka tidak lagi dapat memperkirakan waktu dan lokasi yang pas untuk menangkap ikan karena pola iklim yang sudah berubah. Kenaikan muka air laut juga dapat menggenangi tambak-tambak ikan dan udang di Jawa, Aceh, dan Sulawesi.

3

Dampak bagi masyarakat pesisir Wilayah pesisir adalah wilayah yang paling rentan terkena dampak buruk lanasa. Global sebagai akumulasi pengaruh daratan dan lautan. Dalam ringkasan teknis tahun ini, Intergovernmental Panel on Climate Change, suatu panel ahli untuk isu perubahan iklim, menyebutkan dua faktor penyebab kerentanan wilayah uni, yaitu: a. Pemanasan global ditenggarai meningkatnya frekuensi badai di wilayah pesisir. Setiap tahun, sekitar 120 juta penduduk dunia di wilayah pesisir menghadapi bencana alam tersebut, dan 250 ribu jiwa menjadi korban hanya dalam kurun 20 tahun terakhir (tahun 1980-2000). Peneliti bidang Meteorologi di AS mencatat adanya peningkatan frekuensi badai tropis di Laut Atlantik dalam seratus tahun terakhir. Pada periode 1905-1930 di wilayah pantai teluk Atlantik terjadi rata rata enam badai tropis per tahun. Rata-rata tahunan itu melonjak hampir dua kali lipat ( 10 kali badai tropis per tahun) pada periode tahun 1931-1994 dan hampir tiga kali lipat (15 kali badai tropis) mulai tahun 1995 hingga 2005. Pada tahun 2006 yang dikenal sebagai "tahun tenang" saja masih terjadi 10 badai tropis di wilayah pesisir ini. Juga dilaporkan pola peningkatan kejadian badai tropis ini tetap akan berlangsung sepanjang pemanasan global masih terjadi. 11

b. Pemanasan global diperkirakan akan meingatkan suhu air laut berkisar antara 1-3°C. Dari sisi biologis, peningkatan suhu air laut berakibat pada meningkatnya potensi kematian dan pemutihan terumbu karang di perairan tropis. Dampak ini diperkirakan mengulang dampak peristiwa El Nino Southern Oscillation (ENSO) di tahun 1997-1998. World Resource Institute tahun 2002 menyatakan suhu air laut yang meningkat 1-3°C pada saat itu telah memicu peristiwa pemutihan terumbu karang yang terbesar sepanjang sejarah. Hampir 18% terumbu karang di Asia Tenggara rusak dan hancur. Di Indonesia sendiri cakupannya mulai dari perairan Sumatra, Jawa , Bali hingga Lombok. Terjadi kematian sebanyak 90-95% terumbu karang di wilayah perairan Kepulauan Seribu dan 2 tahun setelahnkejadian baru pulih 30%. El Nino tahun itu juga telah menyebabkan sekitar 90% terumbu karang di Kepulauan Mentawai mengalami kematian. Ekosistem terumbu karang di perairan Indonesia seluas51.875 km2, yang setara dengan sepertiga luas pulau Jawa, terancam rusak dan hancur secara permanen jika pemanasan global terus berlangsung. Ini juga berarti terancamnya kelangsungan berbagai macam kehidupan biota laut yang terkandung hidupnya pada ekosistem am ini.Kerusakan terumbu karang juga berarti hilangnya pelindung alam wilayah pesisir yang akan memicu peningkatan laju abrasi pantai. Luas terumbu karang Indonesia diduga berkisar antara50.020 Km2 hingga 85.000 Km2. Hanya sekitar 6 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik, diperkirakan sebagian terumbu karang Indonesia akan hilang 10-20 tahun dan sebagian lainnya akan hilang dalam 20-40 tahun. Rusaknya terbuka karang mempunyai dampak bagi masyarakat pesisir, misalnya berkurangnya mata pencaharian nelayan kecil. Dampak lainnya yaitu meningkatnya suhu permukaan air laut, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas perikanan. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai. Secara umum dapat dibedakan 4 (empat) macam kemungkinan dampak kenaikan permukiman air laut, yaitu: a. Dampak fisik; peningkatan kerusakan karena banjir dan gelombang pasang, pada erosi pantai dan peningkatan sedimentasi, perubahan kecepatan aliran sungai, meningkatnya gelombang laut, dan meningkatnya keamblesan ( subsidence ) tanah. b. Dampak ekologis; hilang/menguranginya wilayah genangan ( Wetland ) di wilayah pesisir, instruksi air laut, evaporasi kolam garam, hilang/ menguranginya tanaman pesisir, hilangnya habitat pesisir, berkurangnya lahan yang dapat ditanami, dan hilangnya biomassa non-perdagangan. c. Dampak sosio-ekonomis; terpengaruh yang lingkungan permukiman, kerusakan/ hilangnya sarana dan prasarana, kerusakan masyarakat/ desa pantai, korban manusia dan harta benda bila terjadi gelombang pasang, perubahan kegiatan ekonomi di wilayah pesisir, peningkatan biaya asuransi 12

banjir, hilang/ berkurangnya daerah rekreasi pesisir, meningkatnya biaya penanggulangan banjir. d. Dampak kelembagaan/hukum; perubahan batas maritim, penyesuaian peraturan perundangan, dibentuknya lembaga baru untuk menangani kenaikan paras laut, dan peningkatan pajak. 4

Dampak bagi pemukiman perkotaan Kenaikan muka air laut antara 8 hingga 39 centimeter juga akan berdampak parah pada kota-kota pesisir seperti Jakarta dan Surabaya yang akan makin rentan terhadap banjir dan limpasan badai. Masalah ini sudah menjadi makin parah di Jakarta karena bersamaan dengan kenaikan muka air laut , permukaan tanah turun: pendirian bangunan bertingkat dan meningkatnya pengurasan air tanah telah menyebabkan tanah turun. Namun Jakarta memang sudah secara rutin dilanda banjir besar. Pada awal Februari 2007, banjir di Jakarta menewaskan 57 orang dan memaksa 423.300 meninggalkan rumah, yang 1.500 buah diantaranya rusak atau hanyut. Total kerugian ditaksir sekitar 695 juta dolar.

Suatu penelitian memperkirakan bahwa paduan kenaikan muka air laut setinggi 0,5 meter dan turunnya tanah yang terus berlanjut dapat menyebabkan enam lokasi di Indonesia terendam secara permanen dengan total populasi sekitar 270,000 jiwa, yakni: tiga di Jakarta - Kosambi, Penjaringan dan Cilincing, dan tiga di Bekasi, Muaragembong, Babelan dan Tarumajaya. Banyak wilayah lain di negeri ini juga akhir-akhir ini baru dilanda banjir . Banjir besar di Aceh, misalnya di penghujung tahun 2006 menewaskan 95 orang dan membuat mengungsi 110,000 orang yang kehilangan sumber penghasilan dan harta benda mereka. Pada tahun 2007 di Sinjai, Sulawesi Selatan banjir yang berlangsung berhari-hari telah merusak jalan dan memutus jembatan, serta mengucilkan 200.000 penduduk. Selanjutnya masih pada tahun itu, banjir dan longsor yang melanda Morowali, Sulawesi Utara memaksa 3.000 orang mengungsi ke tenda-tenda dan barak-barak darurat. 2.3 Pengaruh Permasalahan Lingkungan Global Terhadap Kesehatan Makhluk Hidup Permasalahan lingkungan global tidak hanya berdampak pada kerugian yang dialami manusia secara materi, tetapi permasalahan lingkungan global juga mempengaruhi kesehatan pada makhluk hidup. Jika permasalahan lingkungan global semakin meningkat, maka kesehatan makhluk hidup akan semakin memburuk dan tentu saja hal itu akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup.

13

2.3.1 Pengaruh Permasalahan Lingkungan Global Terhadap Kesehatan Manusia Pada tingkat konsentrasi tertentu zat-zat pencemar udara yang berasal dari permasalahan lingkungan global dapat berakibat langsung terhadap kesehatan manusia, baik secara mendadak atau akut, menahun atau kronis/sub-klinis dan dengan gejala-gejala yang samar. Dimulai dari iritasi saluran pernafasan, iritasi mata, dan alergi kulit sampai pada timbulnya tumbuhan atau kanker paru. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan sendirinya mempengaruhi daya kerja seseorang, yang berakibat turunnya nilai produktivitas serta mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat. Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah lagi, baik polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air polution) ataupun yang terjadi di dalam ruangan (Indoor air polution), polusi yang terjadi di luar ruangan terjadi karena bahan pencemar yang berasal dari industri, transportasi, sementara polusi yang terjadi di dalam ruangan dapat berasal dari asap rokok, dan gangguan sirkulasi udara. Ada tiga cara masuknya bahan pencemar udara kedalam tubuh manusia, yaitu melalui inhalasi, ingestasi, dan penetrasi kulit. Inhalasi adalah masuknya bahan pencemar udara ke tubuh manusia melalui sistem pernafasan. Bahan pencemar ini dapat mengakibatkan gangguan pada paru-paru dan saluran pernafasan, selain itu bahan pencemar ini kemudian masuk dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat pada alat tubuh lain. Bahan pencemar udara yang berdiameter cukup besar tidak jarang masuk ke saluran pencernaan, ketika makan atau minum, seperti juga halnya di paru-paru, maka bahan pencemar yang masuk ke dalam pencernaan dapat menimbulkan efek lokal dan dapat pula menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Permukaan kulit dapat juga menjadi pintu masuk bahan pencemar dari udara, sebagian besar pencemar hanya menimbulkan akibat buruk pada bagian permukaan kulit seperti dermatitis dan alergi saja, tetapi sebagian lain khususnya pencemar organik dapat melakukan penetrasi kulit dan menimbulkan efek sistemik. Akibat-akibat yang timbul pada tubuh manusia karena bahan pencemar udara dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bahan pencemar, toksisi-tasnya, dan ukuran partikelnya. Bahan oksidan seperti ozon dan PAN (Peroxya- cetylnitrate) dapat mengiritasi mukosa saluran pernafasan, yang berakibat pada peningkatan insiden penyakit saluran pernafasan kronik yang non spesifik (CNSRD = "Chronic non Spesific respiratory diseases"), seperti asma dan bronkitis. Beberapa bahan 14

organik berupa partikel debu dapat menyebabkan pneumokoniosis, bahan biologis seperti virus, bakteri dan jamur dapat menimbulkan infeksi dan reaksi alergi. Bahan pencemar lain seperti oksida nitrogen (NOx) dan sulfur dioksida (SO2) juga dapat mengakibatkan CNSRD. Beberapa bahan pencemar yang masuk dari paru dapat masuk ke sirkulasi darah seperti halnya gas CO yang bersifat neurotoksik (racun saraf) dan "benzene" yang merupakan bahan karsinogen. Secara umum ada tiga faktor utama yang berpengaruh dalam proses inhalasi bahan pencemar ke dalam paru-paru, yaitu komponen fisik, komponen kimiawi dan faktor penjamu. Aspek komponen fisik adalah keadaan dari bahan yang diinhalasi itu sendiri, apakah berupa gas, debu, uap, dan Iain-lain. Ukuran dan bentuk partikel juga berpengaruh dalam proses penimbunan pencemaran di paru-paru, demikian juga dengan kelarutan dan nilai higroskopisitasnya. Komponen-komponen kimia dari bahan yang diinhalasi dapat dalam saluran perna- fasan dapat bereaksi langsung dengan jaringan sekitarnya. Keasaman atau tingkat alkalisitas yang tinggi dapat merusak silia dan sistem enzim. Bahan-bahan pencemar tertentu dapat menimbulkan fibrosis yang luas di paru-paru, sementara bahan pencemar lain dapat bersifat sebagai antigen dan menimbul- kan antibodi dalam tubuh. 2.3.2 Pengaruh Permasalah Lingkungan Global Terhadap Kesehatan Flora Tumbuh-tumbuhan memiliki reaksi yang besar dalam menerima pengaruh perubahan atau gangguan akibat polusi udara dan perubahan lingkungan. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang berpengaruh, diantaranya spesies tanaman, umur, keseimbangan nutrisi, kondisi tanaman, temperatur, kelembaban dan penyinaran. Penambahan konsentrasi pencemar ke udara dapat secara langsung mempengaruhi pertumbuhannya. Beberapa contoh kerusakan yang terjadi pada gangguan nutrisonal dan gangguan atraksional biologis adalah terjadinya penurunan tingkatan kandungan enzym, gangguan pada respon fisiologis adalah perubahan pada sistem fotosintesa, sedang gangguan yang nampak secara visual adalah chlorosis (perusakan zat hijau daun/menguning), Flecking (daun bintik-bintik), Reduced crop yield (penurunan hasil panen). Terjadinya gangguan pencemaran terhadap tumbuhan dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu pencemaran secara primer dan sekunder. a. Gangguan secara primer Gangguan secara primer adalah terjadinya kontak langsung antara sumber pencemar (mated pencemar) dengan bagian permukaan tumbuhan secara langsung, sehingga dapat mengganggu dan menutupi lapisan epidermal yang membantu sistem penguapan pada tumbuhan. Hal ini terjadi seperti gangguan pernafasan pada manusia . Diantara epidermal terdapat sel mesophyl, spongy dan palisade parenochymar, yang berguna mengatur dan melindungi sel dengan membuka dan menutup untuk rongga udara pada bagian dalam daun , yang mana daun mempunyai 15

fungsi penting bagi tumbuhan , untuk fotosintesa yaitu proses yang terjadi pada daun dimana gabungan air dan CO2 dengan perantara sinar matahari membentuk glukosa. Transpirasi yaitu proses penyerapan dari akar ke daun yang kemudian terjadi proses evaporasi ke atmosfer, pada proses ini sekaligus sebagai pembawa nutrisi. Respirasi merupakan proses produksi dengan memanfaatkan panas dari oksidasi pada karbohidrat dan udara untuk membentuk CO2 dan H2O. Gangguan pencemaran udara terhadap tumbuhan karena adanya gas/partikel yang menutupi permukaan daun, sehingga menghalangi difusi dari gas masuk dan keluar dedaunan. b. Gangguan secara sekunder Gangguan secara sekunder adalah gangguan yang terjadi pada tumbuhan karena pencemaran yang mengganggu pada sistem akar, terjadi karena penumpukan polutan/pencemar pada tanah dan permukaan air. Gangguan ini akan menghalangi proses alterasi dari nutrisi yang berada dalam tanah dan sekitar tumbuhan. Gejala yang tampak karena pencemaran udara terhadap tumbuhan adalah terjadinya penampakan yang kurang sehat pada daun, dengan matinya beberapa bagian serta hilangnya warna, disebabkan matinya jaringan karena adanya kerusakan pada spongy dan polisade di bagian dalam daun, yang berakibat pada gugurnya daun. Kerusakan pada lapisan epidermis dapat terjadi akibat Glazing atau Silvering pada permukaan daun oleh adanya partikel dan polutan yang menempel. Efek pencemaran udara pada tumbuhan yang tak terlihat adalah adanya kemunduran kemampuan pertumbuhan, berkurangnya kemampuan berfotosintesa dan alterasi, kemampuan stomata yang menurun dan reproduksi set. Tipe kerusakan pada tumbuhan dapat diakibatkan karena tumbuhan telah mengalami gangguan secara kronis akibat waktu pemaparan pencemaran yang lama dalam tingkat dosis/konsentrasi rendah. Penyebab utama kerusakan tumbuhan oleh pencemaran udara adalah akibat phytotoxic pada tanaman seperti O3, S02 , PAN, N02, CI, HF dan Iain-lain. 2.3.3 Pengaruh Permasalahn Lingkungan Global Terhadap Kesehatan Fauna Dampak negatif zat-zat pencemar udara terhadap fauna (hewan) tidak berbeda jauh dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan. Terjadinya emisi zat-zat pencemar ke atmosfer (udara) seperti partikulat, NOx, SO 2, HF dan Iain-Iain yang kemudian berinteraksi dengan tumbuhan dan perairan baik melalui proses pengendapan atau pun penempelan, akan berpengaruh langsung terhadap vegetasi dan biota perairan hingga dapat menjalar pada hewan-hewan melalui rantai makanan yang telah terkontaminasi zat pencemar tersebut. Pengaruh Oksida Nitrogen (NOx) pada dosis tinggi terhadap hewan berupa terjadinya gejala paralisis sistem syaraf dan konvulusi, dari hasil pcnelitian ditunjukkan bahwa pemaparan NO dengan dosis 2500 ppm terhadap tikus akan berpengaruh kehilangan kesadaran 6- 7 menit, bila pemaparan ini 16

terjadi selama 12 menit, maka tikus tersebut akan mati. Begitu pula pengaruh NO2 terhadap hewan, N02 yang bersifat racun, pada konsentrasi lebih dari 100 ppm akan bersifat letal terhadap kebanyakan hewan dan 90 % kematian tersebut disebabkan oleh gejala edema pulmonari. N02 pada konsentrasi 800 ppm akan berakibat kematian 100 % . Konsentrasi SO2 400 - 800 ppm akan berpengaruh langsung dan sangat berbahaya, meskipun hanya terjadi kontak secara singkat. 2.4 Upaya Adaptasi dan Mitigasi Terhadap Dampak Perubahan Iklim Perubahan iklim adalah fenomena global, baik dari sisi penyebab, konsekuensi .aupun dampaknya, yang sangat terkait dengan aktivitas manusia ditingkat nasional dan lokal. Begitu pula sebaliknya. Penyebab pemanasan global yang memicu perubahan iklim adalah karena adanya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Akumulasinya kini telah mencapai tingkat membahayakan sistem iklim bumi. Akibat atau dampak pemanasan global menyebar ke seluruh dunia. Gangguan terhadap sistem ekologi bumi yang ditimbulkan juga membawa perubahan pada cuaca, iklim curah hujan, gelombang panas, dan berbagai gangguan alam lain yang bisa terjadi, dirasakan dan diderita semua negara dan makhluk di bumi. Ada dua cara atau kunci utama untuk menanggulangi perubahan iklim yaitu adaptasi dan mitigasi. Pertama, adaptasi perubahan iklim adalah upaya-upaya perubahan dalam melakukan sesuatu dalam kondisi yang baru. Karena iklim berubah, tanaman, hewan dan manusia perlu beradaptasi dengan kondisi cuaca dan muka air laut yang baru. Bayangkan apa yang akan dialami masyarakat yang tinggal di kota atau desa yang berada di pinggir pantai, jika permukaan air laut meningkat, perumahan, jalan dan lahan pertanian yang ada akan terendam air. Salah satu upaya adaptasi untuk menghadapi kemungkinan itu adalah dengan membangun rumah panggung sehingga air mengalir di bawah rumah, atau dengan cara memindahkan bangunan ke tempat yang lebih tinggi. Kedua hal ini adalah contoh cara beradaptasi dengan genangan banjir yang lebih tinggi. Adaptasi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan mitigasi (pencegahan). Keuntungan bersih ( net benefit ) dari adaptasi dapat diperoleh lebih cepat dibandingkan keuntungan yang diperoleh dari langkah mitigasi. Namun, adaptasi tidak dapat menggantikan peran mitigasi dalam agenda kebijakan tindakan dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Adaptasi berperan dalam mengurangi dampak yang segera muncul akibat perubahan iklim yang tidak dapat dilakukan oleh mitigasi. Keuntungan lain dari adaptasi adalah keuntungan yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat setempat. Namun, tanpa komitmen mitigasi yang kuat, biaya adaptasi akan meningkat dan kapasitas baik individu maupun pemerintah akan berkurang. Adaptasi terhadap perubahan iklim sangat potensial untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan dampak manfaat, sehingga tidak ada korban. Pengalaman menunjukkan banyak strategi adaptasi dapat memberikan manfaat baik dalam penyelesaian jangka pendek, namun masih ada keterbatasan 17

dalam implementasi dan keaktifannya. Hal ini disebabkan daya adaptasi yang berbeda-beda berdasarkan daerah, negara maupun kelompok sosial ekonomi. Negara dengan sumber daya ekonomi terbatas, tingkat teknologi rendah, informasi dan keahlian rendah, infrastruktur buruk, institusi lemah, ketidakadilan kekuasaan, kapasitas sumber daya terbatas adalah memiliki kemampuan adaptasi yang lemah dan rentan terhadap perubahan iklim. Berlaku yang sebaliknya bagi Negara dengan sumber daya ekonomi yang tinggi, tingkat teknologi tinggi, informasi dan keahlian yang tinggi, infrastruktur baik, institusi kuat, berkeadilan dalam kekuasaan, kapasitas sumber daya melimpah. Masalah yang terjadi saat ini adalah bahwa adaptasi dapat dilihat hanya sebagai masalah lingkungan hidup semata dan merupakan tanggung jawab Kementerian Lingkungan Hidup. Padahal semua departemen pemerintah dan perencanaan nasional perlu mempertimbangkan dampak perubahan iklim ke dalam program masing-masing. Berbagai persoalan besar seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat, perencanaan tata ruang, ketahanan pangan, pemeliharaan infrastruktur, pengendalian penyakit, perencanaan perkotaan semuanya harus ditinjau ulang dari perspektif perubahan iklim. Tantangannya adalah membuat perencanaan pembangunan menjadi "tangguh terhadap iklim" dampak perubahan iklim terhadap ekonomi dan pembangunan manusia harus dievaluasi secara seksama dan dipetakan. Kemudian strategi adaptasi harus diintegrasikan ke dalam berbagai rencana dan anggaran, baik tingkat pusat maupun daerah. Upaya-upaya pengentasan kemiskinan harus ditingkatkan di bidangbidang yang khususnya rentan terhadap perubahan iklim dan dibutuhkan berbagai investasi tambahan untuk menggiatkan pengurangan resiko bencana. Supaya upaya ini juga harus dipadukan ke dalam berbagai upaya di tingkat masyarakat dan rumah tangga. Bagaimanapun, masyarakat sudah berpengalaman lama dalam beradaptasi dengan berbagai tindakan yang sudah dipraktikkan selama berabad-abad. Hal lain yang dapat dilakukan masyarakat yang bersinergi dengan pemerintah dalam upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, dapat kita contoh dari aksi nyata upaya adaptasi masyarakat di beberapa belahan dunia terhadap perubahan iklim seperti berikut ini: 1

2

Di kawasan semi Arif Brasilia, keluarga-keluarga petani menanggapi penurunan produksi makanan dengan memikirkan kembali cara mereka bertani. Diantara strategi-strategi yang digunakan untuk mengurangi resiko adalah konservasi air dan penanaman beberapa hasil panen yang berbeda. Orang Animara Bolivia menghadapi masalah memperoleh kecukupan air untuk kebutuhan mereka. Mereka telah mengembangkan cara baru dalam memperoleh air di pegunungan dengan menempatkan bendungan kecil di sepanjang sungai pegunungan. Bendungan-bendungan itu sangat berguna bukan hanya untuk kebutuhan manusia, namun juga untuk binatang ternak mereka, khususnya di musim kemarau. 18

3

Di Burkina Faso, negara di Afrika yang kemaraunya telah mengalami peningkatan, petani menggali lubang selama musim kering dimana mereka akan menimbun daun, tumbuhan mati, dan kotoran. Lubang-lubang ini menarik rayap saat dimulainya musim hujan. Rayap menciptakan terowongan yang menyimpan air dan dan memperbaiki tanah untuk pertanian.

Selain melalui upaya adaptasi, mitigasi juga merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Mitigasi adalah upaya menekan penyebab perubahan iklim, seperti gas rumah kaca dan lainnya agar resiko terjadinya perubahan iklim dapat diminimalisir atau dicegah. Upaya mitigasi dalam bidang energi di Indonesia, misalnya dapat dilakukan dengan cara melakukan efisiensi dan konservasi energi, mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan, seperti biofuls, energi matahari, energi angin dan energi panas bumi, efisiensi penggunaan energi minyak bumi melalui pengurangan subsidi dan mengoptimalkan energi pengganti minyak bumi, dan penggunaan energi nuklir. Contoh upaya mitigasi dalam upaya mengurangi dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor antara lain: 1

Sektor energi: Menggunakan peralatan listrik yang lebih efisien, dan mendayagunakan teknologi alternatif untuk menyediakan listrik bagi masyarakat seperti panel Surya, pembangkit listrik tenaga air skala kecil (Microsoft hydro generator ), dan pembangkit listrik tenaga angin.

2

Sektor transportasi: Mengurangi penggunaan mobil dan mengutamakan penggunaan transportasi publik seperti bus dan kereta api. Sektor kehutanan dan pertanian: Reforestrasi dan reboisasi, mengurangi deforestasi sumber daya hutan, peningkatan tanaman dan pengelolaan lahan kritis untuk meningkatkan penyimpanan karbon dalam tanah.

3

Sektor sumber daya air: Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan penaburan material semai ( seeding agent ) berupa powder atau flare, usaha rehabilitasi waduk dan embun, alokasi air melalui operasi waduk pola kering, pembangunan jaringan irigasi, penghijauan lahan kritis dan sosialisasi gerakan hemat air, peningkatan kehandalan sumber air baku, peningkatan pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), pengembangan teknologi pengolahan air tepat guna, pembangunan dan rehabilitasi waduk dan embung serta pembangunan jaringan irigasi.

4

Sektor kehutanan: Emisi GRK yang terjadi di sektor kehutanan Indonesia sebagian besar bersumber dari deforestasi (konservasi hutan untuk penggunaan lain seperti pertanian, perkebunan, permukiman, pertambangan, 19

prasarana wilayah) dan degradasi (penurunan kualitas hutan) akibat ilegal logging, kebakaran, over cutting, perladangan berpindah dan perambahan. Karena pentingnya peran hutan dalam memitigasi perubahan iklim, maka tindakan-tindakan seperti praktik pengelolaan hutan produksi lestari, pengelolaan kawasan konservasi dan lindung, pembatasan konservasi hutan, pemberantasan ilegal logging dan penanggulangan kebakaran hutan akan mengurangi emisi CO2 dan meningkatkan resiliensi ekosistem hutan terhadap perubahan iklim. Rehabilitasi lahan dan hutan terdegradasi,pengembangan hutan dan tanaman industri dan perkebunan di lahan-lahan yang terdegradasi, serta kegiatan restorasi hutan akan meningkatkan kapasitas hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon, yang pada akhirnya juga akan meningkatkan resiliensi ekosistem hutan terhadap perubahan iklim. Dengan demikian, pengelolaan hutan lestari berkontribusi positif terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Pengelolaan Hutan Lestari merupakan kerangka kegiatan yang efektif untuk mengurangi dampak dan penyesuaian terhadap dampak dan perubahan iklim. Tujuan utama dari upaya mitigasi adalah untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada tingkat sedemikian rupa sehingga tidak menggangu dan membahayakan sistem iklim bumi. Karena itu, upaya mitigasi melalui penurunan emisi GRK harus dilakukan di tingkat nasional dan internasional dalam skala besar agar dapat membawa dampak atau hasil efektif secara global. Karena sumber historis penyebab konsentrasi GRK dan penyumbang GRK terbesar selama ini adalah negara industri maju, maka upaya mitigasi untuk menurunkan emisi GRK pada dasarnya merupakan kewajiban dan tanggung jawab negara-negara industri maju. Selain itu ,hanya negara-negara kaya yang memiliki kemampuan teknologi dan sumber daya ekonomi untuk menerapkan sistem industri, transportasi, dan pola pembangunan rendah karbon, sehingga penggunaan energi minyak, batu bara dan gas bumi bisa dikurangi secara signifikan dan diganti atau diimbangi dengan sumber-sumber energi terbarukan seperti geotermal, energi Surya ( photovoltaic ), energi angin, tenaga mikro hidro, biomassa, dan sebagainya. Dalam upaya pencegahan permasalahan lingkungan global, perlu kesadaran dan aktivitas untuk memeliharanya. Jadi tak heran semakin hari semakin banyak organisasi di berbagai negara yang berpartisipasi dalam penyelamatan bumi dari kerusakan. Berikut ini adalah sepuluh organisasi atau badan yang terlibat dalam penanganan masalah lingkungan, antara lain :

1

World Wildlife Fund (WWF)

20

Hampir semua pencinta lingkungan pasti mengenal organisasi berlogo panda ini. Tercatat ada 5 juta anggotanya di seluruh dunia. Konsentrasi lembaga ini adalah pelestarian binatang agar tidak punah. 2

Greenpeace Organisasi yang pusatnya di Amerika ini terbilang paling keras melawan perusak lingkungan, terutama yang menyangkut kerusakan lingkungan karena bermacam polusi.

3

National Geographic Society Organisasi ini adalah salah satu organisasi lingkungan terbesar dan ternama di dunia. Sejak berdiri tahun 1888, lembaga ini sudah tidak terhitung aktif dalam pelestarian lingkungan, berikut kampanyenya ke seluruh dunia.

4

National Wildlife Federation Organisasi ini didirikan oleh Jay Darling pada tahun 1936 di Amerika. Anggotanya kini tercatan 4 juta orang. Aktivitas paling utamanya adalah pelestarian satwa.

5

Rainforest Action Network (RAN) Organisasi ini bermarkas di San Fransisco Amerika dan Tokyo, Jepang. Pengurusnya ada 43 orang dengan anggota relawan mencapi ribuan. Aktivitas mereka untuk kampanye lingkungan mendapat pujian dari berbagai media sebagai organisasi yang cerdas dalam melestarikan lingkungan secara menyeluruh.

6

The Nature Conservancy Didirikan tahun 1951 oleh Richard Pough di Virginia, Amerika. Lembaga ini lebih focus [ada kampanye lingkungan dengan memanfaatkan media online, seperti melalui media sosia, blog, dan aplikasi digital.

7

Worldwatch Institute Organisasi ini adalah salah satu institute terbesar di dunia yang respek pada lingkungan berikut layana dan penelitiannya, yang disebarkan melalui berita secara online ke lebih dari 100 negara. Sejak didirikan tahun 1974, lembaga ini selalu jadi referensi untuk mengambil kebijakan pemerintah, masyarakat sipil, para pengusaha, dan juga pelaku akademis.

8

Friends of The Earth Lembaga ini lebih banyak menjalani program yang berkaitan dengan kesehatan manusia, satwa, tumbuhan, tanah, air, dan udara, dan berfokus untuk menghentikan pemanasans global.

9

Forest Stewardship Council (FSC) 21

Organisasi ini terbesar di 46 negara. FSC sering membantu perusahaan, pemerintah, dan penduduk dalam menjaga kelangsungan hutan dari kerusakan. FSC banyak mendapat penghargaan atas aktivitasnya di bidang pelestarian hutan. 10 Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) Lembaga ini dijalankan oleh ratusan ilmuwan untuk meriset perubahan iklim. Mereka sangat aktif menuntas berbagai masalah mengenai pencemaran akibat penyalahgunaan bahan bakar.

BAB III 22

PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, bahwa : 1. Efek rumah kaca terjadi akibat panas matahari yang berasal dari pancaran atmosfer yang tidak dapat memantul balik ke angkasa sehingga menyebabkan sebagian dari panas yang dipantulkan tadi terperangkap di atmosfer bumi. Akibatnya adalah panas tersebut akan tetap tersimpan di bumi. Keadaan ini terus terjadi berulang-ulang sehingga mengakibatkan naiknya suhu rata-rata bumi. Beberapa dampak dari efek rumah kaca yaitu: Mencairnya es di kutub Utara dan Selatan, punahnya berbagai jenis fauna, berubahnya habitat, dan mengancam kerusakan terumbu karang. 2. Ozon adalah lapisan pelindung Atmosfir bumi yang berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet yang datang berlebihan dari sinar matahari. Sinar ultraviolet yang tidak difilter oleh lapisan ozon akan berbahaya bagi manusia. Selain dari itu, sinar ultraviolet yang tidak difilter oleh lapisan ozon, sesampainya di atmosfir permukaan bumi akan menjadi panas yang mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Kenaikan suhu bumi dan juga bisa menyebabkan beberapa kota di pinggir pantai tenggelam. Adapun kerusakan lapisan ozon akan berdampak pada manusia, tumbuh-tumbuhan dan ekosistem laut. 3. Penyebab utama dari terjadinya hujan asam adalah polutan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Zat yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil adalah sulfur dioksida dan nitrogen oksida, kedua jenis zat tersebut merupakan jenis asam yang kuat. Di atmosfer kedua jenis zat tersebut bercampur dengan titik - titik air di awan. Hal ini menyebabkan titik - titik air tersebut jatuh ke bumi (hujan) maka inilah yang dinamakan hujan asam. Seperti halnya efek rumah kaca dan kerusakan lapisan ozon, hujan asam juga membawa dampak yang besar bagi kehidupan bumi. Dampak tersebut antara lain: Melarutkan kalsium, potasium dan hara, menurunkan pH ekosistem air, dan korosi 4. Perubahan iklim adalah perubahan yang terjadi pada pola cuaca normal di seluruh bumi selama jangka waktu yang panjang. Selama 100 tahun terakhir ini, suhu rata rata bumi secara perlahan lahan telah mengalami peningkatan. Para ilmuan dunia telah melakukan pengamatan terhadap perubahan iklim ini, perubahan iklim yang terjadi saat ini berlangsung lebih cepat dari pada yang

23

terjadi pada masa lalu. Adapun perubahan iklim akan memberikan dampak bagi petani, nelayan, masyarakat pesisir dan permukiman perkotaan. Selain memberikan dampak yang buruk, permasalahan lingkungan global juga berpengaruh terhadap kesehatan makhluk hidup, adapun pengaruhnya yaitu: 1. Pengaruh permasalahan lingkungan global terhadap kesehatan manusia yaitu dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi mata, dan alergi kulit sampai pada timbulnya tumbuhan atau kanker paru. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara dengan sendirinya mempengaruhi daya kerja seseorang, yang berakibat turunnya nilai produktivitas serta mengakibatkan kerugian ekonomis pada jangka panjang dan timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga dan masyarakat. 2. Pengaruh permasalahan lingkungan global terhadap kesehatan Flora yaitu dapat menyebabkan gangguan nutrisonal dan gangguan atraksional biologis adalah terjadinya penurunan tingkatan kandungan enzym, gangguan pada respon fisiologis adalah perubahan pada sistem fotosintesa, sedang gangguan yang nampak secara visual adalah chlorosis (perusakan zat hijau daun/menguning), Flecking (daun bintik-bintik), Reduced crop yield (penurunan hasil panen). Terjadinya gangguan pencemaran terhadap tumbuhan dapat digolongkan dalam 2 (dua) kategori, yaitu pencemaran secara primer dan sekunder. 3. Pengaruh permasalahan lingkungan global terhadap kesehatan fauna tidak berbeda jauh dengan dampak-dampak lain seperti terhadap manusia dan tumbuhan. Dampak terhadap hewan dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung, secara langsung terjadi bila ada interaksi melalui sistem pernafasan sebagaimana terjadi pada manusia. Dampak tidak langsung terjadi melalui suatu perantara, baik tumbuhan atau perairan yang berfungsi sebagai bahan makanan hewan. Ada dua cara atau kunci utama untuk menanggulangi perubahan iklim yaitu adaptasi dan mitigasi. Adaptasi perubahan iklim adalah upaya-upaya perubahan dalam melakukan sesuatu dalam kondisi yang baru. Karena iklim berubah, tanaman, hewan dan manusia perlu beradaptasi dengan kondisi cuaca dan muka air laut yang baru. Adaptasi terhadap perubahan iklim sangat potensial untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan meningkatkan dampak manfaat, sehingga tidak ada korban. Pengalaman menunjukkan banyak strategi adaptasi dapat memberikan manfaat baik dalam penyelesaian jangka pendek, namun masih ada keterbatasan dalam implementasi dan keaktifannya. Hal ini disebabkan daya adaptasi yang berbeda-beda berdasarkan daerah, negara maupun kelompok sosial ekonomi.

24

Selain melalui upaya adaptasi, mitigasi juga merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi dampak perubahan iklim. Mitigasi adalah upaya menekan penyebab perubahan iklim, seperti gas rumah kaca dan lainnya agar resiko terjadinya perubahan iklim dapat diminimalisir atau dicegah. Upaya mitigasi dalam bidang energi di Indonesia, misalnya dapat dilakukan dengan cara melakukan efisiensi dan konservasi energi, mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan, seperti biofuls, energi matahari, energi angin dan energi panas bumi, efisiensi penggunaan energi minyak bumi melalui pengurangan subsidi dan mengoptimalkan energi pengganti minyak bumi, dan penggunaan energi nuklir. Adapun organisasi atau badan yang terlibat dalam penanganan masalah lingkungan, antara lain :World Wildlife Fund (WWF), Greenpeace, National Geographic Society, National Wildlife Federation, Rainforest Action Network (RAN), The Nature Conservancy, Worldwatch Institute, Friends of The Earth, Forest Stewardship Council (FSC), Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) 3.2 Saran Saran penulis terhadap permasalahan lingkungan global : 1. Dalam menangani dampak rumah kaca kita bisa melakukan beberapa hal, seperti : budayakan hemat listrik, menanam pohon dan menjaga hutan, mengurangi penggunaan transportasi berbahan bakar minyak, mengolah sampah dengan baik, kurangi menggunakan alat elektronik pendingin seperti kulkas dan AC, dan menerapkan sistem budidaya pertanian dan peternakan yang baik. 2. Cara mengatasi penipisan lapisan ozon yang dapat kita upayakan antara lain : penghijauan, mengurangi pemakaian senyawa CFC (AC, parfum, dan senyawa berbahaya lainnya), mengurangi penebangan hutan secara liar. 3. Penanggulangan hujan asam dapat dilakukan dengan : a. Gunakan bahan bakar denagn kandungan belerang yang rendah. b. Mengendalikan pencemaran apabila terjadi pembakaran. c. Menerapkan 5R, yaitu : Reuse, Recycle, Reduce, Rethink, Replace. d. Melakukan reboisasi e. Melakukan pengendalian pencemaran lingkungan f. Menggunakan bahan-bahan atau barang-barang yang ramah lingkungan. 4. Upaya penanggulangan perubahan iklim antara lain : menghemat penggunaan listrik dan air, melakukan 5R, memanfaatkan energy semaksimal mungkin, mengurangi penggunaan gas aerosol, mengajak orang lain untuk sama-sama menjaga lingkungan, dan mulailah dari diri kita sendiri.

25

Daftar Pustaka Febrita, Elya.2017. Pendidikan Lingkungan. Pekanbaru: CV. Draft Media Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: Universitas Indonesia Neiburger, Morris, dkk. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfer Kita. Bandung: ITB Bandung Soedarto. 2013. Lingkungan dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto Wardhana, WA. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET Erni. M. Yatim.2007. Dampak dan Pengendalian Hujan Asam di Indonesia. II (1): 146-147 https://ilmugeografi.com (diakses pada tanggal 10 Maret 2019 pukul 21.30 WIB) Pattron, 2009, Kesehatan lingkungan (Enviromental Health) mempelajari hubungan yang sehat yang terjadi antara manusia dengan lingkungannya. Soemarwoto, 1992. Pada waktu pembakaran bahan bakar fosil, sebagian NOx berasal dari nitrogen yang terkandung dalam bahan bakar fosil yang teroksidasi menjadi NOx. Sebagian lagi berasal dari nitrogen yang terdapat dalam udara yang terdiri dari 80% gas nitrogen. Pembakaran bahan bakar fosil mengoksidasi 5-40% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam minyak ringan dan gas. Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak NOx yang terbentuk. Undang-Undang Nomor 23 Pasal 22 tahun 1992 tentang Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sarung, 1995. Instalasi pembangkit listrik dan transportasi dengan kendaraan bermotor merupakan sumber utama NO2. Di negara yang sedang berkembang transportasi merupakan sumber NO2 yang lebih besar daripada pusat pembangkit listrik. Achmadi, 1992. NO2 juga berasal dari aktivitas renik tanah yang untuk kehidupannya menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N itu merupakan hasil samping aktivitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap oleh tumbuhan juga mengalami perombakan kimia-fisik, biologis dan menghasilkan oksida N, karena makin banyak digunakan pupuk oksida N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut. Di dalam udara sebagian dari oksida N itu berubah menjadi asam nitrat. Development Report dirilis oleh United Nationwide Development Programme (UNDP) 2008. Indonesia sebagai negara dengan peringkat ke 14 penghasil emisi karbon dunia 26

World Resource Institute 2002. Suhu air laut yang meningkat 1-3°C pada saat itu ( ENSO 1997-1998 ) telah memicu peristiwa pemutihan terumbu karang yang terbesar sepanjang sejarah....

27

Related Documents


More Documents from "Puput Andrianii"