Makalah Pengelolaan Limbah.docx

  • Uploaded by: Wini Triana
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pengelolaan Limbah.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,198
  • Pages: 13
“MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH” Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Bahan Berbahaya dan Beracun

Disusun Oleh:

WINI TRIANA

I1A115021

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2018

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...............................................................................

i

DAFTAR ISI... ........................................................................................

iii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................

1

B. Tujuan ...............................................................................

2

C. Manfaat .............................................................................

2

BAB II. PEMBAHASAN A. Mengetahui definisi limbah B3.......................................... B. Mengetahui karakteristik-karakteristik limbah B3............. C. Mengetahui pengelolaan limbah B3................................... D. Mengetahui cara pengelolaan limbah B3 secara stabilisasi dan landfilling.................................................................... BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN .................................................................

7

B. SARAN .............................................................................

7

DAFTAR PUSTAKA

ii

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan industri yang pesat dewasa ini ternyata membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang bersifat negatif. Dampak yang bersifat positif memang diharapkan oleh manusia dalam rangka meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup. Namun dampak yang bersifat negatif yang memang tidak diharapkan karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup, harus dapat diatasi dengan sebaik-baiknya karena dapat menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup. Limbah kegiatan industri dan teknologi merupakan masalah lingkungan. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan pengolahan sehingga dampak pencemaran lingkungan dapat dikurangi (1). Pemakaian bahan-bahan kimia tersebut mengasilkan limbah yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk itu perlu pemisahan limbah sebelum dilakukan pengolahan limbah. Berdasarkan karakteristiknya limbah dibedakan menjadi 3 antara lain limbah analisis asam basa, limbah logam berat, dan limbah lainnya. Masalah limbah menjadi perhatian serius dari masyarakat dan pemerintah Indonesia, khusunya sejak dekade terakhir ini, terutama akibat perkembangan industri yang merupakan tulang punggung peningkatan perekonomian Indonesia. Peraturan-peraturan tentang masalah ini telah banyak dikeluarkan oleh Pemerintah, tetapi di lapangan banyak mengalami hambatan. Penanganan limbah merupakan suatu keharusan guna terjaganya kesehatan manusia serta lingkungan pada umumnya. Namun pengadaan dan pengoperasian sarana pengolah limbah ternyata masih dianggap memberatkan bagi sebagian industri. Keaneka ragaman jenis limbah akan tergantung pada aktivitas industri serta penghasil limbah lainnya. Mulai dari penggunaan bahan baku, pemilihan proses produksi, pemilihan jenis mesin dan sebagainya, akan mempengaruhi karakter limbah yang tidak terlepas dari proses industri itu sendiri (2,3).

Sebagian dari limbah industri tersebut berkatagori hazardous waste. Tetapi jenis limbah ini berasal pula dari kegiatan lain, seperti dari aktivitas pertanian (misalnya penggunaan pestisida), kegiatan enersi (seperti limbah radioaktif PLTN), kegiatan kesehatan (seperti limbah infectious dari rumah sakit) atau dari kegiatan rumah tangga (misalnya penggunaan batere merkuri). Namun sebagian besar jenis limbah yang dihasikan, biasanya berasal dari kegiatan industri (3).

B. Tujuan 1. Mengetahui definisi limbah B3. 2. Mengetahui karakteristik-karakteristik limbah B3. 3. Mengetahui pengelolaan limbah B3. 3. Mengetahui cara pengelolaan limbah B3 secara stabilisasi dan landfilling.

2

3

BAB II PEMBAHASAN

A. Limbah B3 Limbah adalah bahan yang tidak diinginkan atau sisa dari suatu proses produksi, atau dibuang dari pemukiman penduduk atau komunitas hewan. Limbah juga merupakan sesuatu benda yang mengandung zat yang bersifat membahayakan bagi kehidupan manusia, hewan, serta lingkungan dan umumnya muncul karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi (4). Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 definisi dari bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Sedangkan limbah B3 merupakan Sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

mencemarkan

dan/atau

merusakkan

lingkungan

hidup

dan/atau

membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain (4). Beberapa limbah B3 yang berasal hampir seluruh kegiatan di rumah tangga, seperti: pembersih saluran air, soda kaustik, semir, gas elpiji, minyak tanah, asam cuka, kaporit atau desinfektan, sprirtus, cairan setelah mencukur, obat-obatan, shampo anti ketombe, pembersih toilet, pembunuh kecoa, parfum, kosmetik, kamfer, obat-obatan, hairspray, air freshener, pembunuh nyamuk, korek api, alkohol, baterai, cairan pembersi pestisida dan insektisida, pupuk, cat dan solven pengencer, perekat, oli mobil, aki bekas, dll (5).

B. Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

dan/atau jumlahnya, baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya (5,6). 1.

Berdasarkan sumber Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi (7): –

Limbah B3 dari sumber spesifik;



Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;



Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

2.

Berdasarkan karakteristik Golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan: –

mudah meledak;



pengoksidasi;



sangat mudah sekali menyala;



sangat mudah menyala;



mudah menyala;



amat sangat beracun;



sangat beracun;



beracun;



berbahaya;



korosif;



bersifat iritasi;



berbahayabagi lingkungan;



karsinogenik;



teratogenik;



mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun 1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu (7): –

mudah meledak;



mudah terbakar;

4



bersifat reaktif;



beracun;



menyebabkan infeksi;

C. Pengelolaan Limbah B3 Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya dan/atau tidak beracun dan/atau immobilisasi limbah B3 sebelum ditimbun dan/atau memungkinkan agar limbah B3 dimanfaatkan kembali (daur ulang). Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara pengolahan fisika dan kimia, stabilisasi/solidifikasi, dan insenerasi yang akan dibahas pada topik berikutnya (3,8). Proses pengolahan secara fisika dan kimia bertujuan untuk mengurangi daya racun limbah B3 dan/atau menghilangkan sifat/karakteristik limbah B3 dari berbahaya

menjadi

tidak

berbahaya.

Proses

pengolahan

secara

stabilisasi/solidifikasi bertujuan untuk mengubah watak fisik dan kimiawi limbah B3 dengan cara penambahan senyawa pengikat B3 agar pergerakan senyawa B3 ini terhambat atau terbatasi dan membentuk massa monolit dengan struktur yang kekar. Sedangkan proses pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak mengandung B3 (9). Pemilihan proses pengolahan limbah B3, teknologi dan penerapannya didasari atas evaluasi kriteria yang menyangkut kinerja, keluwesan, kehadalan, keamanan, operasi dari teknologi yang digunakan, dan pertimbangan lingkungan. Timbunan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah atau dimanfaatkan lagi harus ditimbun pada lokasi penimbunan (landfill) yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan (8). Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencangkup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan B3. Pengolahan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3

5

serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang telah tercemar ( PP No.18 Tahun 1999 jo PP No.85 Tahun 1999 Pasal 2). Hierarki pengelolaan limbah B3 dimaksudkan agar limbah B3 yang dihasilkan sesedikit mungkin bahkan mungkin nol dengan upaya reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi bahan, modifikasi proses, dan dengan dilakukannya teknologi bersih. Apabila masih dihasilkan limbah B3, maka diupayakan pemantauan limbah B3 untuk mengurangi jumlah limbah B3 dan meminimalkan beban pengolahan. Pemantauan limbah B3 mencakup perolehan kembali ( recovery ), penggunaan kembali ( re use ), dan daur ulang ( recycle ). Timbulan limbah B3 yang sudah tidak dapat diolah atau dimanfaatkan yang harus ditimbun pada lokasi penimbunan ( landfill ) yang memenuhi syaratsyarat yang sudah ditetapkan (5,9).

D. Tata Cara Kerja Stabilisasi/Solidifikasi (Landfill) 1. Limbah B3 sebelum distabilisasi/solidifikasi harus dianalisa karakteristiknya guna menentukan resep stabillisasi/solidifikasi yang diperlukan terhadap limbah B3 tersebut. 2. Setelah dilakukan stabilisasi/solidifikasi, selanjutnya terhadap hasil olahan tersebut dilakukan uji TCLP untuk mengukur kadar/konsentrasi parameter dalam lindi. 3. Terhadap hasil olahan tersebut selanjutnya dilakukan uji kuat tekan (Compressive Strenghth) dengan “Soil Penetrometer Test”, dengan harus mempunyai nilai tekanan minimum sebebsar 10 ton/m2 dan lolos uji “Paint Filter test”. 4. Limbah B3 olahan yang memenuhi persyaratan kadar TCLP, nilai uji kuat tekan dan lolos paint filter test selanjutnya harus di timbun di tempat penimbunan (landfill) yang ditetapkan pemerintah atau yang memenuhi persaratan yang ditetapkan. Stabilisasi dengan semen cocok untuk tanah yang tidak kohesif, yaitu tanah berpasir atau kerikil yang mengandung sedikit tanah berbutir halus, sedangkan kapur dan pozzolan cocok untuk tanah kohesif (10). Pengolahan dengan cara landfilling atau penimbunan memerlukan lokasi yang luas, jauh dari pemukiman penduduk dan aktivitasnya. Lokasi penimbunan juga tidak boleh berhubungan dengan faktor-faktor pendukung kehidupan seperti

6

tempat sumber air atau lokasi serapan air tanah. Lokasi penimbunan yang sudah penuh harus ditutup dan tidak dapat digunakan sebagai lokasi pemukiman. Kualitas limbah B3 yang akan ditimbun harus dianalisis di laboratorium terlebih dahulu dan lolos dari persyaratan yang diperlukan, antara lain (11): 1. Memenuhi baku mutu uji Toxity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) dan lolos uji Plai Filter Test dan uji kuat tekan (Compressive Strength) 2. Sudah melalui proses stabilisasi/solidifikasi, insenerasi atau pengolahan fisika atau kimia 3. Tidak bersifat: 4. Mudah meledak 5. Mudah terbakar 6. Reaktif 7. Menyebabkan Infeksi 8. Tidak mengandung zat organik lebih besar dari 10 persen 9. Tidak mengandung PCB 10. Tidak mengandung dioxin 11. Tidak mengandung radioaktif 12. Tidak berbentuk cair atau lumpur. Pada saat penimbunan limbah B3 harus dilakukan pencatatan yang memuat informasi dokumentasi (dokumen limbah B3/ waste tracking form) mengenai asal penghasil limbah B3, karakteristik awal limbah B3, volume, tanggal, dan lokasi (koordinat) penimbunan (9,11). Salah satu teknologi landfill yang umum digunakan dalam industri adalah secure landfill. Teknologi secure landfill dilaksanakan dengan mengurung (encapsule) limbah B3 dalam suatu lahan penimbunan (landfill). Bagian dasar dari landfill tersebut dilapisi berbagai tingkatan lapisan pengaman yang berfungsi untuk mengurung limbah B3, agar polutan tidak terdistribusi ke lingkungan sekitarnya melalui proses perembesan ke dalam air tanah. Jenis limbah B3 yang dapat langsung ditimbun dan landfill sangat sedikit (misalnya: limbah asbes). Sebagian besar limbah B3 anorganik harus diproses terlebih dahulu dengan cara

7

stabilisasi/solidifikasi untuk mengurangi /menghilangkan sifat racun limbah B3 (12).

1. Sistem Perlapisan Dasar Landfill a) Sub-base untuk landfill terbuat dari tanah liat yang dipadatkan dengan konduktivitas hidrolika jenuh maksimum 1 x 10-9 m/det. Ketebalan lapisan ini paling kurang 1 m. b) Secondary Geomembrane adalah berupa lapisan High Density Polyethylene (HDPE) dengan ketebalan 1,5 mm . Lapisan ini dirancang untuk menahan segala instalasi, operasi dan penutupan akhir landfill. c) Primary Soil Liner adalah terdiri dari lapisaan tanah liat geosintesis (geosynthetic clay liner, GCL). GCL ini tebuat dari lempung bentonit yang diapit oleh lapisan geotekstil. Dalam keadaan basah jika terjadi kebocoran, lempung ini mengembag dan kemudian menyumbat kebocoran lapisan atasnya. d) Primary Geomembrane adalah lapisan yang mempunyai ketebalan 1,5 mm. Hal ini dirancang untuk menahan segala tekanan sewaktu instalasi, konstruksi,operasi dan penutupan akhir landfill. 2. Sistem Pelapisan Penutup Akhir Landfill Sistem pelapisan penutup akhir landfill dilaksanakan sebagai berikut: a) Intermediate Soil Cover akan ditempatkan diatas timbunan limbah setelah lapisan terakhir limbah terbentuk. Lapisan ini terbuat dari tanah setempat dengan ketebalan paling sedikit 25 cm. b) Cap soil Barrier adalah lapisan yang ternbentuk dari lempung yang dipadatkan seperti yang terpasang pada pelapisan dasar landfill. c) Cap geomembrane adalah lapisan HDPE dengan ketebalan 1,0 mm. d) Cap drainage layer ditempatkan diatas cap geomembrane. Cap drainage ini terbuat dari HDPE geonet dengan transmissivitas planar paling rendah 30 cm, dan granular soil dengan konduktivitas hidrolika minimum 1 x 10-4 m/det. Komponen paling atas dari cap geomembrane adalah geotekstil yang dirancang untuk meminimisasi penyumbatan.

8

e) Vegetative layer adalah lapisan tanah setempat dengan ketebalan 60 cm yang ditempatkan diatas cap drainege layer. f)

Vegetation adalah lapisan penutup landfill

9

10

BAB III PENUTUP KESIMPULAN Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 definisi dari bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Berdasarkan karakteristiknya terdiri dari limbah B3 dari sumber spesifik, limbah b3 dari sumber tidak spesifik, limbah b3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi. Pengelolaan limbah salah satunya bisa dilakukan dengan cara hierarki pengelolaan limbah B3 dimaksudkan agar limbah B3 yang dihasilkan sesedikit mungkin bahkan mungkin nol dengan upaya reduksi pada sumber dengan pengolahan bahan, substitusi bahan, modifikasi proses, dan dengan dilakukannya teknologi bersih. Salah satu contoh pengelolaan limbah B3 yakni dengan penimbunan/ landfill.

Daftar Pustaka 1. Achmad, R., Kimia Lingkungan.Yogyakarta: penerbit Andi, 2004. 2. Cunningham, William P., Saigo, Barbara W., Environmcntal Sciences: A Global Concern. Sixth Edition., New York: Me Graw Hill Book Co, 2001. 3. Darsono, V., Pengantar Ilmu Lingkungan, Jogjakarta: Penerbitan Universitas Atma Jaya,1995. 4. Slamet, Juli S.

Kesehatan Lingkungan,Jogjakarta: Gajah Mada University

Press, 2002. 5. Sumarwoto, Otto. (1990) Analisis Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 6. Girsang, V.E 2013. Evaluasi Pengelolaan Limbah Padat B3 Hasil Insinerasi di RSUD Dr Soetomo Surabaya. Jurnal Teknik POMITS, 02(02), 46-50. Gusdini, Ninin. 2012. Pengelolaan Limbah B3. Fakultas Teknik. Jakarta: Universitas Sahid Jakarta. 7. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 03/Bapedalda/09/1995 Tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. 8. Zulhijjah, J. 2014. Efektifitas Pemusnahan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) Secara Thermal (Insinerasi). Skripsi. Jakarta : Universitas Sahid Jakarta. 9. Arief,.Latar.M. 2013. Pengolahan Limbah Industri Limbah B3. Bahan ajar Pengolahan Limbah B3, Universitas Esa Unggul. 10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.85 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Beracun. Jakarta. 11. Arce, R., Galán, B., Coz, A., Andrés, A. and Viguri, J.R. (2010). Stabilization/solidification of an alkyd paint waste by carbonation of waste-lime based formulations. Journal of Hazardous Materials 177, 428–436. 12. Anggraini NH. Sistem Pengolahan Limbah B3. E-Learning Gunadarma. Jakarta: PT. Gramedia; 2015144-163.

Related Documents


More Documents from "anggeli fitri"