BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang strategis karena merupakan wilayah interaksi/ peralihan (interface) antara ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik, dan mengandung produksi biologi cukup besar serta jasa lingkungan lainnya. Wilayah pesisir merupakan ekosistem transisi yang dipengaruhi daratan dan lautan, yang mencakup beberapa ekosistem, salah satunya adalah ekosistem hutan mangrove. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km, sehingga negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah pesisir laut yang besar. Ekosistem pesisir laut merupakan sumber daya alam yang produktif sebagai penyedia energi bagi kehidupan komunitas di dalamnya. Selain itu ekosistem pesisir dan laut mempunyai potensi sebagai sumber bahan pangan, pertambangan dan mineral, energi, kawasan rekreasi dan pariwista. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem pesisir dan laut merupakan aset yang tak ternilai harganya di masa yang akan datang. Ekosistem pesisir dan laut meliputi estuaria, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem pantai dan ekosistem pulau-pulau kecil. Komponen-komponen yang menyusun ekosistem pesisir dan laut tersebut perlu dijaga dan dilestarikan karena menyimpan sumber keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Salah satu komponen ekosistem pesisir dan laut adalah hutan mangrove. Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan
1
organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu. Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.
B.Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mnegenai hutan mangrove, ciri-ciri, fungsi dan manfaat serta luasan hutan mangrove di dunia khususnya Banua Pangka Wotu,Luwu Timur C. Manfaat Penulisan 1.
Sebagai syarat pemenuhan tugas individu penulis dalam mata kuliah Dasar–dasar pengelolaan perikanan
2.
Sebagai bahan acuan mahasiswa untuk mengetahui pasti peran dan fungsi hutan dalam kehidupan sehari-hari khusunya hutan mangrove.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Hutan Mangrove
Hutan Mangrove berasal dari kata mangue/mangal (Portugish) dan grove (English). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, atau juga hutan bakau. Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air surut. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi mayoritas pesisir pantai di daerah tropis & sub tropis yang didominasi oleh tumbuhan mangrove pada daerah pasang surut pantai berlumpur khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut. Hutan mangrove juga berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan-bahan pencemar. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Pada hutan mangrove: tanah, air, flora dan fauna hidup saling memberi dan menerima serta menciptakan suatu siklus ekosistem tersendiri. Hutan mangrove memberikan masukan unsur hara terhadap ekosistem air, menyediakan tempat berlindung dan tempat asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan, dan lain-lain. Sumber makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk partikel bahan organik (detritus) yang dihasilkan dari dekomposisi serasah mangrove (seperti daun, ranting dan bunga). Hutan mangrove sangat berbeda dengan tumbuhan lain di hutan pedalaman tropis dan subtropis, ia dapat dikatakan merupakan suatu hutan di pinggir laut dengan kemampuan 3
adaptasi yang luar biasa. Akarnya, yang selalu tergenang oleh air, dapat bertoleransi terhadap kondisi alam yang ekstreem seperti tingginya salinitas dan garam. Hal ini membuatnya sangat unik dan menjadi suatu habitat atau ekosistem yang tidak ada duanya. Kita sering menyebut hutan di pinggir pantai tersebut sebagai hutan bakau. Sebenarnya, hutan tersebut lebih tepat dinamakan hutan mangrove. Istilah ‘mangrove’ digunakan sebagai pengganti istilah bakau untuk menghindarkan kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang terdiri atas pohon bakau Rhizophora spp. Karena bukan hanya pohon bakau yang tumbuh di sana. Selain bakau, terdapat banyak jenis tumbuhan lain yang hidup di dalamnya. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Flora mangrove terdiri atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan mangrove Indonesia adalah sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis parasit. Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis mangrove yang banyak ditemukan antara lain adalah jenis api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora sp), tancang (Bruguiera sp), dan bogem atau pedada (Sonneratia sp), merupakan tumbuhan mangrove utama yang banyak dijumpai. Jenis-jenis mangrove tersebut adalah kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan menstabilkan tanah habitatnya. Fauna mangrove hampir mewakili semua phylum, meliputi protozoa sederhana sampai burung, reptilia dan mamalia. Secara garis besar fauna mangrove dapat dibedakan atas fauna darat (terrestrial), fauna air tawar dan fauna laut. Fauna darat, misalnya kera ekor panjang (Macaca spp.), Biawak (Varanus salvator), berbagai jenis burung, dan lain-lain. Sedangkan fauna laut didominasi oleh Mollusca dan Crustaceae. Golongan Mollusca umunya didominasi oleh Gastropoda, sedangkan golongan Crustaceae didominasi oleh Bracyura. 2.2.
Ciri-ciri Hutan Mangrove
Hutan mangrove memiliki ciri-ciri fisik yang unik di banding tanaman lain. Hutan mangrove mempunyai tajuk yang rata dan rapat serta memiliki jenis pohon yang selalu berdaun. 4
Keadaan lingkungan di mana hutan mangrove tumbuh, mempunyai faktor-faktor yang ekstrim seperti salinitas air tanah dan tanahnya tergenang air terus menerus. Meskipun mangrove toleran terhadap tanah bergaram (halophytes), namun mangrove lebih bersifat facultative daripada bersifat obligative karena dapat tumbuh dengan baik di air tawar. Hal ini terlihat pada jenis Bruguiera sexangula, Bruguiera gymnorrhiza, dan Sonneratia caseolaris yang tumbuh, berbuah dan berkecambah di Kebun Raya Bogor dan hadirnya mangrove di sepanjang tepian sungai Kapuas, sampai ke pedalaman sejauh lebih 200 km, di Kalimantan Barat. Mangrove juga berbeda dari hutan darat, dalam hal ini jenis-jenis mangrove tertentu tumbuh menggerombol di tempat yang sangat luas. Disamping Rhizophora spp., jenis penyusun utama mangrove lainnya dapat tumbuh secara “coppice”. Asosiasi hutan mangrove selain terdiri dari sejumlah jenis yang toleran terhadap air asin dan lingkungan lumpur, bahkan juga dapat berasosiasi dengan hutan air payau di bagian hulunya yang hampir seluruhnya terdiri atas tegakan nipah Nypa fruticans. Ciri-ciri ekosistem mangrove terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang unik, adalah :
memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada Rhizophora;
memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki ciri-ciri khusus ekosistem mangrove, diantaranya adalah :
tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang pertama;
tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
airnya berkadar garam (bersalinitas) payau hingga asin.
5
2.3.
Fungsi Dan Manfaat Hutan Mangrove
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali. Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri. Tumbuhan yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciriciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan sempurna dan menancapkan akarnya. Menurut kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai “the natural abode of a plant or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives, as the seacoast, desert, etc”. terjemahan bebasnya kira-kira adalah, tempat bermukim di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan tumbuh secara biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan sebagainya. Salah satu tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman species dan daya dukung lingkungan hidupnya. Telah banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove, bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan penting dalam ‘membentuk pulau’. Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya mangrove hanya berperan dalam menangkap, menyimpan, mempertahankan dan mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat, sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer” daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. 6
Dalam proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove. Bila buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin lama akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah habitat baru ini dari hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan terus berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme lain dalam suatu ekosistem mangrove. Dalam proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi organisme yang hidup di tengahnya. Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton dan merupakan nutrien bagi pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi makanan bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan. Demikianlah suatu ekosistem mangrove dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan biji mangrove. Pada saat terjadi badai, mangrove memberikan perlindungan bagi pantai dan perahu yang bertambat. Sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap gelombang dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat aliran arus air. Apabila mangrove ditebang 7
atau diambil dari habitatnya di pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan padang lamun (seagrass). Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat baik secara tidak langsung (non economic value) maupun secara langsung kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa manfaat mangrove antara lain adalah:
Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.
Salah satu peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
Menjernihkan air.
Akar pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat
8
daerah ini sebagai lahan marginal yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon mati.
Mengawali rantai makanan.
Daun mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di habitat mangrove.
Melindungi dan memberi nutrisi.
Akar tongkat pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat mangrove.
Tempat tambat kapal.
Daerah teluk yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu. Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
Obat-obatan.
Kulit batang pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa species 9
mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain. Getah sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blindyour-eye mangrove) atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat sakit perut dan menurunkan panas. Di Kambodia bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan mata, obat sakit kulit dan di India dipakai menghentikan pendarahan. Daun mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
Pengawet.
Buah pohon tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik, untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
Pakan dan makanan.
Daunnya banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan. .
Bahan mangrove dan bangunan.
Batang pohon mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil. Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove mencapai umur dan ukuran batang
10
yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah tinggal. Batang kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar, pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan jaring.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Manfaat / Fungsi Fisik : 1
Menjaga agar garis pantai tetap stabil
2
Melindungi pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3
Menahan badai/angin kencang dari laut
4
Menahan hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya
lahan baru. 5
Menjadi wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan
yang tawar 6
B.
Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
Manfaat / Fungsi Biologis : 1. Menghasilkan bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan. 2. Tempat memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang. 3. Tempat berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain. 4. Sumber plasma nutfah & sumber genetik. 5. Merupakan habitat alami bagi berbagai jenis biota.
11
1. C.
Manfaat / Fungsi Ekonomis : 1. Penghasil kayu : bakar, arang, bahan bangunan. 2. Penghasil bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obatobatan, kosmetik, dll 3. Penghasil bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery 4. Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
2..4 PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE
A. Kebijakan Pengelolaan Pengelolaan hutan Mangrove di atur dalam UU No.45 tahun 1999 tentang kehutanan. Dalam pasal 2 disebutkan bahwa Mangrove merupakan ekosistem hutan sehingga pemerintah bertanggung jawab dalam pengelolaan yang berazaskan manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterpaduan dan keter bukaan. Rehabilitas Mangrove merupakan salah satu kegiatan rehabilitas hutan dan lahan (RHL) yang di laksanakan pada daerah pesisir yang bertujuan untuk memulihkan kembali kawasan hutan Mangrove. Tujuan mendasarkan dari pengelolaan ekosistem Mangrove adalah untuk menin Menurut Le001) terdapat lima hal penting yang harus diperhatikan untuk keberhasilan dalam rehabilitasi hutan mangrove, yaitu : 1. Memahami betul kondisi ekologi individu jenis penyusun hutan mangrove, terutama dalam hal kemampuan reproduksi, penyebaran, keberhasilan di tingkat persemaian 2. Memahami pola-pola hidrologi normal yang mengontrol distribusi dan keberhasilan pengembangan dan pertumbuhan tanaman mangrove yang akan ditanam 3. Menilai kondisi modifikasi ingkungan hutan bakau yang terjadi sebelumnya yang menyebabkan terhalangnya kemampuan suksesi berikutnya secara alami 4. Mendisain program restorasi yang tepat sebagai langkah awal untuk rehabilitasi kemampuan hirologi dengan memilih jenis-jenis mangrove tertentu untuk penanaman di lapangan.
12
5. B. Pengelolaan Ekosistem Pengelolaan ekosistem Mangrove adalah bagian pengelolaan sumber daya pesisir laut. Siklus pengelolaan Ekosiistem Mangrove terdiri atas beberapa tahap yang akan mengarah pada pencapaian hasil.
1.
Perencanaan
Perencanaan adalah tahapan penyususnan strategis atau kegiatan-kegiatan yang akan di laksanakan untuk mengatasi isu-isu pengelolaan sumber daya ekosistem Mangrove.
2.
Pelaksanaan Awal
Pelaksanaan awal merupakan serangkaian kegiatan yang di laksanakan masyarakat dalam mendukung program jangka panjang.
3.
Adopsi Program / persetujuan dan pendanaan
Rencana pengelolaan yang telah di susun sebelum kemusdian di serahkan pada pemangku kepentingan untuk kemudian disosialisasikan pada masyarakat setempat 4.
Pelaksanaan
Masyarakat sebagai pengelolaan sumber daya utama selanjutnya melaksanakan kegiatan yang telah di rencanakan
5.
Pengawasan dan Evaluasi
Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai batas dan luas, formasi vegetasi , kerapatan, tingkat pemanfaatn, dan tingkat keriusakan Mangrove .
2.5 PEMANFAATAN EKOSISTEM MANGROVE A. perikanan Kegiatan perikanan , baik tangkap maupun budi daya yang berhubungan dengan ekosiistem Mangrove sangat penting dalam menyediakan sumber Protein dan mata pencarian bagi masyarakat di pesisir. Ekosisitem Mangrove merupakan enghasil sejumlah besar Dettritus bagi Plankton yang merupak sumber makanan utama biota laut. 13
B.
PerlindunganPesisir
Upaya perlindungan terhadap garis pantai pada umumnya di lakukan untuk melindungi berbgai bentuk penggunaan lahan, seperti permukiman, daerah industri. Daerah budidaya pertanian maupun perikanan, dan daerah perdagangan yang berada di sekitar pantai dari ancaman erosi. Mangrove juga berfungsi sebagai penedam gelombang dan angin, perlindungan dari abrasi dan pengikisan pantai oleh air laut, penahan lumpur dan perangkap penghadang sedimen, bahkan Mangrove juga dapat sebagai perlindungan sacara alami dari bahaya Tsunami.
C.
Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang tumbuh cepat dan pasat, Ekosisitem Mangrove tidak lepas dari potensi ini, hakekat yang unik dan keragam hayati merupakan daya tarik sekaligus peluang dari kegiatan Wisata maupun pendidikan. Sebagai habitat bagi beberapa satwa liar, seperti Burung , Biawak, Ular, dan Monyet, Kawasan Mangrove dapat dijadikan tempat wisata yang menarik di kunjungi. Selain mendapatkan pemandangan , wisatawan juga dapat mengenal tentang Flora dan Fauna hutan Mangrove.
2.6 PENANAMAN MANGROVE Kegiatan penanaman Mangrove mencakup penentuan lokasi penanaman, pemeliharaan jenis pada setiap tapak, persiapan lahan, dan cara penanaman.
A. Penentuan Lokasi Penanaman Lokasi penanaman Mangrove adalah lahan yang secara teknis (fisik, Kimia, dan Biologis) cocok untuk tanaman Mangrove yang akan di tanam tumbuh dan berkembang dengan baik. Lokasi penanaman merupakan lahan yang sangat menguntungkan bagi perkembangan ekosistem Mangrove dan di sepakati seluruh pihak yang kepentingan, terutama Masyarakat setempat. Lokasi penanaman Mangrove biasanya di lakukan di tepi pantai yang mengandung Substart Lumpur, tepian sunagi yang masih berpengaruh air laut, dan tanggul saluran air tambak.
Secara Teknis, Mangrove dapat di tanam pada daerah berikut : 14
1.
Pantai dengan lebar 13o rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah
yang diukur dari garis pantai air surat terendah kea rah pantai 2.
Tepian sungai sebesar 50 m kearah kiri dan kanan terpian sungai yang masih
terpengaruh air laut. 3.
Tanggul, peralatan dan pinggiran saluran air dan dari tambak
Faktor – factor yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman mangrove antara lain sebagai berikut : 4.
Tiper Subtrat
Tipe subtrat merupakan factor penting dalam penentuan jenis mangrove yang akan ditanam. Dalam satu jenis tertentu dalam penentuan terdapat satu jenis subtrat atau terdiri atas beberapa jenis subtrat. 1.
Lumpur
Karakteristik yang baik untuk tanaman mangrove adalah lumpur yang berasal dari komposisi organic dan anorganik.
2.
Barbatuan atau Koral
Pada lokasi ini sangat sedikit di temukan lumpur atau sediment sehingga tidak disarankan untuk dilakukan penanaman.
3.
Berpasir
Subtrat berpasir terdiri dari butir-butir kecil batuan atau koral denga garis tengah kurang dari 2 mm. Pada lumpur kedalaman pasir dapat mencapai beberapa meter.
4.
Kotoran dan Serasah
Muck adalah campuran dari lumpur, serash daun, dan dahan batang kayu yang telah membusuk.
b. Spesies Setempat Pengetahuan tentang jenis mangrove disekitar lokasi penting diketahui untuk memelihara jenis yang sesuai dilokasi tersebut.
c. Tinggi Pasang Surut Seperti halnya subtrat, pengetahuan tentang pasang surat sebagai factor biofisik 15
merupakan hal yang penting untuk diketahui. Hal-hal yang perlu diketahui adalah tinggi pasang surut harian (surut rendah, surut tinggi, pasang terendah dan pasang tertinggi) B.
Pemilihan Jenis Pada Setiap Tapak 1. Ketersediaan Benih / Bibit Ciri-ciri benih / bibit yang siap untuk ditanam sebagai berikut : Tidak terserang hama penyakit Tidak layu Jumlah daun minimal Ukuran bibit menimal
3.
Pemilihan jenis yang sesuai
Jenis pada setiap tepat adalah sebagai berikut : 1.
Bakau (Rhizophora spp.) dapat tunbuh subur baik pada subtrat berlumpur
2.
Api-api (Avicennia spp) lebih cocok ditanam pada subtrat pasir berlumpur
3.
Gogem (Sonneratiab spp). Dapat tumbuh baik pada subtrat lumpur
4.
Tajang (Bruguiera spp) dapat tumbuh dengan baik pada subtrat yang lebih keras
yang terletak kearah darat 5.
Nyirih (Xylocarpus granatum)
C. Persiapan Lahan Persiapan lahan yang perlu dilakukan sebelum penanaman sebagai berikut: 1.
Membuat jalur tanam searah garis pantai dan dibersihkan dari tumbuhan liar
selebar 1 mm. Sebelum ditanami, lahan yang akan ditanami harus dibersihkan dari sisa tebangan tanaman, akar-akar tanaman, dan sampah-sampah. 2.
Masing-masing ajir-ajir menggunakan patok-patok kayu atau bambu.
D.
Cara Menanam
Penanaman mangrove dapat dilakukan melalui dua metode, yaitu penanaman langsung menggunakan buah dan melalui persemaian bibit. Metode penanaman langsung memiliki kebersihan tumbuh rendah, 20 -30 %, sedang yang melalui persemaian bibit tingkat kebersihan tumbuhannya relative tinggi, kurang lebih 60 – 80 %. 16
E.
Sistem Penanaman Mangrove
Sistem penanaman mangrove terdapat dua system penanaman, yaitu system banjar harian dan system tumpang sari atau yang dikenal dengan system wanamina (sylvofisheries).
V.5. PEMELIHARAAN MANGROVE
A.
Upaya Pemeliharaan
Pemeliharaan mangrove yang telah ditanam harus dilakukan secara rutin dan seksama. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka pemeliharaan mangrove setelah ditanam adalah sebagai berikut : 1.
Penyiangan dan Penyulaman
Penyiangan dan penyulaman mangrove yang telah tanam dilakukan setelah tiga bulan penanaman. Pada lokasi penanaman yang agak tinggi atau frekuensi genangan air pasang kurang, perlu mendapat perhatian yang lebih intensif dalam hal penyiangan dan penyulaman.
2.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang ideal bagi mangrove agar dapat tumbuh dan berkembang.
3.
Perlindungan Tanaman
Perlindungan mangrove dari hama yang merusak perlu dilakukan mulai dari pembibitan sampai anakan supaya pertumbuhannya dapat berlangsung baik.
6. B.
Permaslahan dan Kendala Pemeliharaan
Permasalahan dan kendala yang terjadi dalam pengelolaan tanaman mangrove adalah sebagai berikut : 1.
Perencanaan yang kurang matang karena sempitnya waktu, mulai dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaan. 2.
Kurangtepat dalam mengidentifikasi para pemangku kepentingan
3.
Sosialisasi, apresiasi dan penyuluhan kepada masyarakat tidak maksimal
4.
Kesalahan penanaman, seperti pemeliharaan jenis dan penggunaan teknik 17
penanaman yang tidak sesuai dengan karakteristik lokasi. 5.
Kegiatan aktivitas masyarakat, terutama nelayan dan transportasi yang tinggi
menggunakan kegiatan penanaman. 6.
Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat sekitar lokasi penanaman
7.
Rendahnya tingkat kepedulian dan partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
penanaman mangrove.
18
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Mangruve merupakan hutan bakau yang merupakan kesatuan ekosistem peralihan antara darat dan laut. Mangruve menyimpan berbagai manfaat yang dibutuhkan manusia dan makhluk hidup lain, tetapi akan mengakibatkan bencana jika rusak. Pemanfaatan dan pengelolaan yang bijak tentang hutan mangrove akan memberikan keuntungan bag manusia dan berbagai makhluk hidup di hutan mangrove.
3.2 Saran
Karena mangrove merupakan salah satu ekosistem lingkungan, diharapkan manusia selalu menjaga, dan merawatnya agar terjaga keseimbangannya.
19