BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran yang tepat agar anak didik dapat merima didikan dengan baik. Dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri, siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih merasa bersahabat dengan guru yang mengajar. Sehingga dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Konsep? 2. Apa yang dimaksud dengan pendekatan proses? 3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)? 4. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Kontekstual (CTL)? 5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)? 6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Problem Based Instruction (PBI)? 7. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Terpadu? 8. Apa yang dimaksud dengan pendekatan Sains, Tecnologi, and Society (STS)? 1
C. Tujuan 1. Mengetahui tentang pendekatan proses 2. Mengetahui tentang pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA 3. Mengetahui tentang pendekatan Kontekstual (CTL) 4. Mengetahui tentang pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 5. Mengetahui tentang pendekatan Problem Based Instruction (PBI) 6. Mengetahui tentang pendekatan Terpadu 7. Mengetahui tentang pendekatan Sains, Tecnologi, and Society (STS)
2
BAB II PEMBAHASAN A. Pendekatan Konsep 1. Pengertian Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. 2. Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep yaitu, a. Tahap enaktik
Pengenalan benda konkret.
Menghubungkan dengan pengalaman lama atau berupa pengalaman baru
Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.
b.Tahap simbolik
Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf. kode, seperti (? = ,/) dll
Membandingkan antara contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
Memberi nama, dan istilah serta defmisi
c. Tahap ikonik
Menyebut nama, istilah, defmisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
3. Cara Mempercepat Konsep a. Contoh dan bukan contoh diharapkan sedapat mungkin dengan kehidupan sehari-hari. b. Memberi nama, istilah dan definisi sesuai dengan contoh yang konkret. c. Menghindari konsep yang tertutup atau yang sulit dipahami oleh pembelajar, dengan alasan kemampuan berpikir si pembelajar masih sederhana.
3
d. Memberi kesempatan lebih banyak untuk menghubungkan dengan pengalaman atau memperoleh pengalaman. e. Memberi latihan-latihan secara teratur, dan memberi kesempatan untuk berhasil. f. Membantu menemukan simbol dalam konsep itu dan menyusunnya dalam suatu kata atau kalimat yang dapat diterima oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
B. Pendekatan Proses 1. Pengertian Dimyati (2002) mengatakan bahwa pendekatan keterampilan proses dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa adalah : Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan. Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. 2. Jenis-jenis Keterampilan Proses
1.
Keterampilan Proses Dasar
a. observasi Kegiatan observasi adalah peserta didik melakukan pengamatan terhadap objek dan fenomena alam dengan menggunakan indera: penglihatan, perabaan, pembauan, pendengaran, dan pengecapan. isalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistemsistem, dan organisme hidup. b. Klasifikasi Klasifikasi adalah keterampilan proses yang merupakan inti pembentukan konsep. Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut
4
c. Komunikasi Komunikasi dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Komunikasi merupakan dasar untuk memecahkan masalah. Komunikasi yang paling baik adalah jelas dan tepat, sehingga perlu menggunakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipraktekkan. Semua orang perlu untuk berkomunikasi untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga bisa hidup dengan baik. d. Pengukuran Untuk
dapat
melakukan
observasi
kuantitatif,
diperlukan
keterampilan
pengukuran. Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya. e. Penarikan Kesimpulan (Inferensi) Penarikan kesimpulan merupakan suatu pernyataan atau anggapan mengenai sesuatu sesuai dengan bukti-bukti yang ada. Jika suatu observasi merupakan pengalaman yang diperoleh peserta didik melalui indera (satu atau lebih), maka penarikan kesimpulannya adalah penjelasan atau interpretasi suatu observasi f. Prediksi Prediksi adalah ramalan berdasarkan analisis hasil observasi untuk masa yang akan dating. Prediksi sangat berkaitan dengan observasi, penarikan kesimpulan dan klasifikasi. Prediksi didasarkan atas observasi yang seksama dan penarikan kesimpulan yang sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa yang diobservasi. 2. Keterampilan Proses Terintegrasi a. Mengidentifikasi Variabel Mengidentifikasikan varibel berarti menandai karakteristik variabel eksperimen/ penelitian. Ada tiga jenis variabel di dalam eksperimen/ penelitian: 1.
Variabel bebas yaitu variabel yang sengaja diubah-ubah.
2.
Variabel tergantung (terikat) yaitu varibel yang nilainya bergantung pada variabel bebas. Variabel tergantung akan berubah-berubah jika variabel bebasnya diubahubah.
3.
Variabel terkontrol yaitu variabel yang sengaja dibuat konstan. 5
b. Menyusun Data Dalam Tabel Penyusunan data ke dalam table adalah untuk mengorganisasikan sejumlah informasi dengan cara yang mangkus. c. Menyusun Grafik Gambar biasanya memberikan lebih banyak informasi daripada kalimat-kalimat. Seringkali suatu informasi lebih muda dapat dikomunikasikan dengan gamabar daripada dengan kalimatkalimat lisan atau tertulis, d. Menggambarkan Hubungan Diantara Variabel-variabel Setelah mampu menyusun data dalam table dan membuat grafik keterampilan berikutnya yang harus dipelajari peserta didik adala menggambarkan hubungan antara variable yang satu dengan variable yang lain. e. Memperoleh dan Memproses Data Peserta didik harus mampu mendapatkan data sendiri, kemudian mereka memproses atau mengolah data tersebut. Data itu dapat dicari lewat investigasi atau eksperimen dengan melakukan observasi. f. Menganalisis investigasi Sebelum dapat merancang suatu investigasi, peserta didik perlu mengenali bagianbagian dari investigasi, Analisis investigasi mencakup hal-hal sebagai berikut : (a) mengidentifikasi variable-variable bebas, terikat dan terkendalikan dalam suatu eksperimen (b) mengidentifikasi hipotesis yang akan diuji (c) cara menguji hipotesis. g. Menyusun Hipotesis Hipotesa merupakan dugaan sementara sebagai arahan dalam melakukan eksperimen/ penelitian. Isi pernyataan dalam hipotesa mengandung dugan tentang hubungan alasan yang mungkin ditemukan dalam eksperiman/ penelitian h. Merumuskan Variabel-variabel Secara Opearasional Untuk mengetahui cara pengukuran setiap variable yang akan diteliti, maka terlebih dahulu peneliti akan menyusun definisi-definisi operasional setiap variable. i. Melakukan Eksperimen Kegiatan eksperimen pada pembelajaran sains sangat baik karena melatih atau menggunakan banyak keterampilan proses.
6
3. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Keterampilan Proses a.) kelebihan dari penerapan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, yaitu : 1)
merangsang ingin tahu dan mengembangkan sikap ilmiah siswa
2)
Siswa akan aktif dalam pembelajaran dan mengalami sendiri proses mendapatkan konsep,
3)
Pemahaman siswa lebih mantap.
4)
siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran,
5)
siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari,
6)
melatih siswa untuk berpikir lebih kritis,
7)
melatih siswa untuk bertanya dan terlibat lebih aktif dalam pembelajaran,
8)
mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
9)
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
b.) kekurangan dari pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : 1)
Membutuhkan waktu yang relative lama untuk melakukannya
2)
Jumlah siswa dalam kelas harus relative kecil, karena setiap siswa memerlukan perhatian dari guru.
3)
Memerlukan perencanaan dengan teliti.
4)
Tidak menjamin setiap siswa akan dapat mencapai tujuan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5)
Sulit membuat siswa turut aktif secara merata selama proses berlangsungnya pembelajaran.
C. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) 1. Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) merupakan suatu pendekatan dalam pelajaran yang menitikberatkan pada keaktifan siswa, yang merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan belajar dalam CBSA diwujudkan dalam berbagai kegiatan, seperti: mendengarkan, berdiskusi, membuat sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, memberikan prakarsa/gagasan, menyusun rencana, dan lain sebagainya.
7
Peranan guru pada CBSA bukan sebagai orang yang menuangkan materi pelajaran kepada siswa, melainkan bertindak sebagai fasilitator. Artinya, siswa aktif belajar, sedangkan guru memberikan fasilitas belajar, bantuan, dan pelayanan. Sejumlah kegiatan yang perlu dilakukan guru dalam CBSA, sebagai berikut: 1. Menyiapkan lembar kerja siswa; 2. Menyusun tugas bersama siswa; 3. Memberikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan; 4. Memberikan bantuan dan pelayanan apabila siswa mendapat kesulitan; 5. Menyampaikan pertanyaan yang bersifat bantuan; 6. Membantu mengarahkan rumusan kesimpulan umum; 7. Memberikan bantuan dan pelayanan khusus kepada siswa yang lamban belajar; 8. Menyalurkan minat dan bakat siswa; 9. Mengamati setiap aktivitas siswa. 2. Kadar CBSA dalam rangka sistem belajar mengajar menunjukkan ciri, sebagai berikut: 1. Pada tingkat masukan, kadar CBSA ditandai oleh: a. Adanya keterlibatan siswa dalam merumuskan kebutuhan pembelajaran sesuai dengan kemampuan, minat, pengalaman, motivasi, dan aspirasi yang telah dimiliki siswa sebagai bahan masukan untuk melakukan kegiatan belajar. b. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun rancangan belajar dan pembelajaran, yang menjadi acuan baik bagi siswa maupun bagi guru. c. Adanya keterlibatan siswa dalam memilih dan menyediakan sumber bahan pelajaran. d. Adanya keterlibatan siswa dalam pengadaan media pembelajaran yang akan digunakan sebagai alat bantu belajar. e. Adanya kesadaran dan keinginan besar yang tinggi serta motivasi untuk melakukan kegiatan belajar. 2. Pada tingkat proses, kadar CBSA ditandai oleh: a. Adanya keterlibatan siswa secara fisik, mental, emosional, intelektual, dan personal dalam proses belajar. b. Adanya berbagai keaktifan siswa mengenal, memahami, menganalisis, berbuat, memutuskan, dan berbagai kegiatan belajar lainnya yang mengandung unsur kemandirian yang cukup tinggi. c. Keterlibatan secara aktif oleh siswa dalam menciptakan suasana belajar yang serasi, selaras, dan seimbang dalam proses belajar.
8
d. Keterlibatan siswa menunjang upaya guru menciptakan lingkungan belajar untuk memperoleh pengalaman belajar serta membantu mengorganisasikan lingkungan belajar tersebut, baik secara individu maupun kelompok. e. Keterlibatan siswa dalam mencari informasi dari berbagai sumber yang berdaya guna dan tepat guna bagi mereka, sesuai dengan rencana kegiatan belajar yang telah dirumuskan. f. Keterlibatan siswa dalam mengajukan prakarsa, memberikan jawaban atas pertanyaan guru, mengajukan pertanyaan/masalah, berupaya menjawab sendiri, menilai jawaban dari rekan, dan memecahkan masalah yang timbul selama proses belajar berlangsung. 3. Pada tingkat produk, kadar CBSA ditandai oleh: a. Keterlibatan siswa dalam menilai diri sendiri dan menilai teman sekelas. b. Keterlibatan siswa secara mandiri mengerjakan tugas menjawab tes dan mengisi instrumen penilaian yang diajukan oleh guru. c. Keterlibatan siswa menyusun laporan baik tertulis maupun lisan yang berkenaan dengan hasil belajar. d. Keterlibatan siswa dalam menilai produk-produk kerja sebagai hasil belajar. 3. kelebihan dan kelemahan dari pendekatan CBSA a.) Kelebihan pendekatan CBSA: 1. Prakarsa siswa dalam kegiatan belajar, yang ditunjukan melalui keberanian memberikan pendapat. 2. Keterlibatan mental siswa dalam kegiatan belajar ditunjukan dengan peningkatan diri kepada tugas. 3. Peranan guru lebih banyak sebagai fasilitator yang memperlihatkan kadar tinggi prakarsa serta tanggung jawab siswa di dalam kegiatan belajar. 4. Belajar melalui pengalaman langsung. 5. Kekayaan variasi bentuk dan alat kegiatan belajar. 6. Kualitas interaksi siswa, baik intelektual, sosial, maupun emosional. b.) Kelemahan pendekatan CBSA: 1. Tidak menjamin pengambilan keputusan. 2. Diskusi tidak dapat diramalkan arahnya. 3. Memerlukan pengaturan fisik (seperti kursi dan meja) serta jadwal yang luwes. 4. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa.
9
D. Pendekatan Kontekstual (CTL) 1. Pengertian Pendekatan kontekstual adalah pendekatan yang membantu siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang sedang dipelajarinya dengan penerapannya di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas menjadi bermakna dan bermanfaat bagi siswa kelak. 2. Tujuh komponen utama pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di kelas yaitu: a. Konstruktivisme (Constructivism), merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan yang dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri. b. Menemukan (Inquiry), merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkan hasil menemukan sendiri. c. Bertanya (Questioning), merupakan strategi utama yang berbasis kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. d. Masyarakat belajar (Learning community), konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari hasil kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. 10
e. Pemodelan (Modeling), maksudnya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Siswa dapat ditunjuk untuk memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya. f. Refleksi (Reflection), adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau penegetahuan yang baru diterima. g.Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment), merupakan proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian sebenarnya (Authentic Assessment) dilaksanakan selama dan sesudah kegiatan pembelajaran. E. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 1. Pengertian Kommpetensi merupakan kemampuan mengerjakan sesuatu yang berbeda dengan sekedar mengetahui sesuatu. Kompetensi harus didemonstrasikan sesuai dengan standar yang ada di lapangan kerja (Hamalik, 2000). Kompetensi dapat berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dan mengembangkan sekolah (Depdiknas, 2002). KBK dikembangkan untuk memberikan keahlian dan keterampilan sesuai standar kompetensi yang diperlukan untuk meningkatkan daya saing di tengah-tengah perubahan, persaingan, dan permasalahan sosial, ekonomi, politik, dan budaya. 2. Terdapat 6 aspek yang harus terkandung dalam kompetensi, yaitu: 1. Pengetahuan (knowledge), yaitu pengetahuan untuk melakukan proses berpikir 2. Pemahaman (understanding), yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki individu 3. Keterampilan (skill), yaitu sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas yang dibebankan 11
4. Nilai (value), yaitu dasar standar perilaku yang telah diyakini sehingga akan mewarnai dalam segala tindakan 5. Sikap (attitude), yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsang yang datang dari luar, perasaan senang tidak senang terhadap suatu masalah 6.
Minat (interest), yaitu kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan untuk mempelajari materi pelajaran.
3. Empat kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa, yaitu : 1. Kompetensi akademik, yaitu peserta didik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi tantangan dan persoalan hidup 2. Kompetensi okupasional, yaitu peserta didik harus memiliki kesiapan dan mampu beradaptasi terhadap dunia kerja 3. Kompetensi kultural, yaitu peserta didik harus mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat 4. Kompetensi temporal, yaitu peserta didik tetap eksis dalam menjalani kehidupannya sesuai tuntutan perkembangan zaman.
F. Pendekatan Problem Based Instruction (PBI) 1. Pengertian Isyah (2003;14-15) menyatakan bahwa model Problem-Based Instruction adalah salah satu model pembelajaran yang dapat membangkitkan aktivitas dan nalar siswa, sehingga kreativitas siswa dapat berkembang secara optimal. Hal ini sangat dimungkinkan karena dalam problem-based instruction, siswa dilatih untuk menjawab suatu permasalahan nyata yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Dewey (dalam Trianto, 2007;67) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.
12
2. Kekurangan dan Kelebihan Model Problem-Based Instruction a.
Kelebihan
1. Bahan pengajaran lebih dihayati dan dipahami oleh para siswa, sebab teori disertai praktek. 2. Siswa dapat belajar dari berbagai sumber, baik tertulis maupun tidak tertulis sehingga memperoleh pengalaman yang luas. Problem solving sebagai teknik memahami isi pelajaran. 3. Dapat meningkatkan aktivitas siswa. 4. Interaksi sosial antar siswa lebih banyak dikembangkan sebab hampir setiap langkah dalam pengajaran ini ada dalam situasi kelompok. 5. Siswa belajar melakukan analisis dan sintesis secara simultan, baik dalam rangka memperoleh data maupun dalam menguji hipotesis berdasarkan data dan informasi yang diperolehnya. 6. Membiasakan siswa berfikir secara logis dan sistematis dalam pemecahan masalah. 7. Pengajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalan dunia nyata. 8. Membantu siswa melibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik. b.
Kekurangan
1. Menuntut sumber-sumber dan sarana belajar yang cukup termasuk waktu untuk kegiatan belajar siswa. 2. Jika kegiatan belajar tidak dikontrol dan dikendalikan oleh guru pembelajaran dapat membawa resiko yang merugikan. Misalnya, keselamatan kerja di laboratorium, keselamatan pada waktu pengumpulan data di lapangan, atau kegiatan belajar siswa tidak optimal disebabkan oleh sikap ketidakpedulian para siswa. 3. Apabila masalah tidak berbobot, maka usaha para siswa asal-asalan saja sehingga cenderung untuk menerima hipotesis.
13
G. Pendekatan Terpadu 1. Pengertian Pendekatan terpadu adalah suatu pembelajaran yang mengintegrasikan/ mengkaitkan tema-tema yang over laping untuk dikemas menjadi satu tema besar kemudian dibahas dalam suatu pembelajaran. Pendekatan pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pendekatan terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik. Model Pendekatan pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dapat diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan. Model Pendekatan pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Melalui pendekatan terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentanghal-hal yang dipelajarinya. 2. Ciri-ciri Pendekatan terpadu yaitu ;
Berpusat pada anak (student centered)
Proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung
pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas.
3. Langkah – langkah a.)Menganalisis Standar Isi b.) Menyusun bahan ajar, yang mengacu kepada standar isi pendidikan kesetaraan yang telah dianalisis dan diram c.) Merancang Pembelajaran Terpadu
Menetapkan tema sentral pembelajaran yang akan berfungsi sebagai alat pengait pembelajaran 14
Merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik
Mengidentifikasi konsep-konsep yang memiliki sifat keterkaitan baik yang terdapat dalam intra maupun antar mata pelajaran yang akan diintegrasikan
Merumuskan skenario pembelajaran yang akan dilakukan
Menetapkan alat evaluasi yang akan dilakukan
d.) Penerapan konsep 4. Kelebihan dan kekurangan a.) Kelebihan
Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya
Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan ana
Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama
Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu
Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak
Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
b.) Kelemahan
pendekatan terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses.
Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut
penerapan pendekatan pembelajaran terpadu banyak menimbulkan masalah dan tugas guru menjadi semakin membengkak.
Penyesuaian pola penerapan dan hasil pembelajaran terpadu dikaitkan dengan kurikulum yang sedang berlaku.
H. Pendekatan Sains, Tecnologi, and Society (STS) 1. Pengertian Sains Tecnologi Society atau sains teknologi masyarakat merupakan pendekatan pembelajaran, dikembangkan berdasarkan pada filosofis kontruktivisme. Pendekatan pembelajaran tersebut telah berkembang pesat di Amerika dan Inggris sejak awal tahun 197015
an. Pendekatan STM ( Sains Teknologi Masyarakat ) didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan Sains Teknologi Masyarakat (STM) ini baru diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 1990-an yang telah diuji coba dan dilakukan di berbagai sekolah di Jawa Barat dan daerah lain di Indonesia 2. Menurut Anwariyah dalam Munawarah (2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dala pembelajaran yaitu: 1.
menyadari hubungan yang kompleks antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2.
mengerti dan mampu mengadaptasikan diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat perkembangan IPTEK serta dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
3.
Mampu membuat keputusan yang tepat mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika, teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4.
secara realistik dapat memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan negatifnya.
3.
Langkah-langkah Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
Ada bebrapa tahapan yang dapat dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap materi yang dikaji (www.dunia guru com.)
16
4. Kelebihan dan Kekurangan a.) kelebihan
menekankan keberhasilan siswa
menggunakan berbagai strategi
menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
b.) kekurangan
ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan.
kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu
siswa.
17
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam proses belajar mengajar diperlikan pendekatan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuna dari pembelajaran dapat tercapai. Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. B. Saran Dari bermacam-macamnya pendekatan dalam proses belajar mengajar, diharapkan pendidik mampu memaksimalkan dan mempraktekkan pendekatan itu untuk mengatasi semua permasalahan yang muncul dalam upayanya membentuk kepribadian anak didik sehingga nantinya memperoleh hasil yang memuaskan dan mampu menciptakan generasi dan bangsa yang memuaskan.
18
DAFTAR PUSTAKA https://www.referensimakalah.com/2012/06/pendekatan-proses-dalam-pembelajaran.html http://ajoefahmi.blogspot.com/2016/04/pendekatan-konsep-dalam-pembelajaran.html http://pakdesofa.wapgem.com/pend%20IPS%20SD2/PENDEKATAN%20KONSEP%20DALAM%20PEM BELAJARAN.txt http://ahyanprima.blogspot.com/2013/10/pendekatan-proses.html http://muhammadsatriawan27.blogspot.com/2012/09/pendekatan-kontekstual.html http://indahkurniadewi4.blogspot.com/2016/01/pendekatan-terpadu.html
19