Makalah Pemuliaan Ternak.docx

  • Uploaded by: Ilyas
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pemuliaan Ternak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,955
  • Pages: 23
MAKALAH PEMULIAAN TERNAK Fenotip, Genofip, dan Lingkungan

Disusun Oleh : Kelas B Kelompok 2

Jamiludin Muhammad Ilyas

200110150177

Yasmin Muthia

200110170029

Rinto

200110170039

Muhammad Ramdhan Hamidi

200110170043

Revin Anindiya Putri

200110170208

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJAJARAN SUMEDANG 2019

I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Ilmu Pemuliaan diera sekarang bertalian dengan manipulasi perbedaan

biologi diantara ternak dengan pendekatan tujuan yaitu memaksimalkan keuntungan baik pada jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang lama. Adanya perbedaan biologis diantara ternak tercermin didalam keragaman suatu sifat

individu-individu

didalam

sekelompok/populasi

ternak.

Keragaman

merupakan sifat populasi yang sangat penting dalam pemuliaan, terutama dalam seleksi. Keragaman suatu sifat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor genetik, dan faktor non genetik atau lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh individu. Oleh karena itu, faktor genetik sudah ada sejak terjadinya pembuahan atau bersatunya sel telur (ovum) dengan spermatozoa. Faktor genetik ini tidak akan berubah selama hidup individu, sepanjang tidak terjadi mutasi dari gen yang menyusunnya, dan faktor genetik dapat diwariskan kepada anak keturunannya. Berbeda dengan faktor genetik, pengaruh lingkungan tidak akan diwariskan kepada anak keturunannya. Faktor lingkungan ini tergantung pada kapan dan dimana individu yang bersangkutan berada. 1.2

Identifikasi Masalah Adapun Identifikasi masalah dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Fenotip 2. Bagaimana Genotipe 3. Bagaimana Lingkungan

1.3

Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Fenotip 2. Untuk mengetahui Genotipe 3. Untuk mengetahui Lingkungan

II TINJAUAN PUSTAKA 1.

Sifat pada ternak dapat dibedakan menjadi sifat kuantitatif dan sifat kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, misalnya produksi susu,

bobot badan dan produksi telur. Sifat ini dikontrol banyak gena dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti pakan dan tatalaksana. Gena-gena tersebut ada yang berpengaruh besar dan ada juga yang kecil. Pengaruh gena-gena yang menyumbangkan suatu expresi pada fenotip disebut genotip. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur, tapi bisa dikelompokan. Misalnya warna bulu, bentuk tanduk. Sifat ini sedikit/tidak dipengaruhi lingkungan dan biasanya dikontrol oleh satu atau dua pasang gena saja. Disini tidak dipelajari letak gena-gena, tetapi hanya mempelajari pengaruh gena-gena tersebut secara kumulatif yang diekspresikan pada fenotip. Secara matematis hubungan antara fenotip, genotip dan lingkungan dapat diungkapkan dengan persamaan sebagai berikut: P = G + E + GE Dimana : P = Fenotip G = Genotip E

= Environment (Lingkungan) GE =

Interaksi antara genotip dan lingkungan Efek dari gena dalam genotip dapat dibedakan menjadi : (1) Pengaruh yang bersifat aditif (2) Pengaruh yang bersifat dominan, dan (3) Pengaruh epistatis.

Dengan demikian Genotip (G) ternak tersusun oleh gena-gena yang bersifat aditif, dominan dan efistatis, yang secara matematis dapat diungkapkan sebagai berikut: G=A+D+E Dimana : G = Genotip A = Efek gena aditif D = Efek gena dominan E = Efek gena epistatis. Pengaruh dominasi pada suatu sifat dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu : (1) Tidak ada dominasi (aditif) (2) Dominasi tidak lengkap (3) Dominasi lengkap, dan (4) Over dominasi. Ragam (Variasi) Keragaman (Variasi) individu (terutama variasi genotip) memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak. Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada variasi genotip, maka menyeleksi ternak bibit tidak perlu dilakukan. Untuk ternak pengganti tinggal diambil ternak yang ada tanpa harus melakukan pertimbangan seleksi. Semakin tinggi variasi genotip didalam populasi, semakin besar perbaikan mutu bibit yang diharapkan. Dalam ilmu pemuliaan ternak, fenotip, genotip dan lingkungan diungkapkan dalam bentuk variasi. Dalam ilmu statistika variasi (ragam) adalah simpangan rata-rata kuadrat dari nilai ratarata populasi. Secara matematis variasi (ragam) dapat diungkapkan dengan rumus: 𝑉𝑥 = 𝜎 2 =

(𝑥𝑖 − 𝑥) n

dimana : = 2 xxV σ ragam atau variasi sifat x i x = sifat x

x = rata-rata sifat x n = jumlah ternak

Persamaan: P = G + E + GE dapat diungkapkan dapal bentuk ragam sebagai berikut: 𝑉𝑝 = 𝑉𝐺 + 𝑉𝐸 + 𝑉𝐺𝐸 Dimana : P V = ragam/variasi fenotip GV

= ragam/variasi genotip

E V = ragam/variasi lingkungan GE V = ragam/interaksi antara genotip dan lingkungan Ragam fenotip diantara ternak dalam suatu populasi biasanya disebabkan oleh perbedaan pasangan gena yang dimiliki individu atau kelompok ternak dan atau juga pengaruh lingkungan yang berbeda. Sering diasumsikan bahwa interaksi antar genetik dan lingkungan (VGE) sama dengan nol, tapi pada beberapa kasus ragam ini sering muncul, misalnya pada sapi perah sering dijumpai sapi-sapi yang berproduksi tinggi diberi pakan yang lebih baik. Keadaan ini akan memberi peluang munculnya peragam VGE. Interaksi antar genetik dan lingkungan adalah kecil apabila ternak-ternak dipelihara secara intensif dan atau dipindahkan ke tempat baru yang keadaan lingkungannya mirip dengan lingkungan dimana mereka dibesarkan sebelumnya. Contoh: 5 ekor tenak telah terangking atau terseleksi di lingkungan pakan yang baik berdasarkan mutu genetik. Ranking ternak tersebut adalah : 1, 2, 3, 4, 5. Apabila ternakternak tersebut diberi pakan yang jelek mungkin rangkingnya berubah menjadi : 4, 5, 3, 1, 2. Keadaan ini disebabkan adanya interaksi antana genetik dan lingkungan.

Ragam aditif genetik (VA/additive genes) merupakan ragam yang terpenting dalam pemulian ternak karena sering digunakan untuk menentukan kebijakan dalam seleksi dan juga dalam persilangan. Misalnya 2 kelompok ayam mempunyai rata-rata bobot badan yang berbeda; bangsa A dengan rataan bobot badan 4 kg dan bangsa B dengan rataan bobot badan 2 kg. Hasil perkawinan kedua kelompok ayam tersebut diharapkan rata-rata bobot badan anaknya adalah 3 kg. Keadaan ini bisa terjadi apabila hanya gena-gena aditif yang terlibat. Rataan bobot badan anak hasil persilangan bisa menyimpang bila gena-gena yang bukan aditif (non-additive genes) ikut berpengaruh. Gena bukan aditif terdiri dari pengaruh gena-gena yang bersifat dominan, terjadi pada gena yang selokus, dan epistasis atau interaksi antar gena yang bukan selokus. Ragam yang disebabkan oleh epistasis dapat lebih jauh di bedakan menjadi interaksi antara gena-gena yang bersifat aditif, interaksi antara gena-gena yang bersifat aditif dan dominan, dan antara gena-gena dominan. Ragam lingkungan(VE) merupakan variasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang jumlahnya sangat banyak dan sulit dibedakan. Dalam konsep pemuliaan ternak, secara garis besar, ragam lingkungan dapat dibedakan lingkungan temporer dan lingkungan permanen Lingkungan temporer adalah faktor yang berpengaruh terhadap satu pengukuran tetapi tidak berpengaruh terhadap pengukuran yang lain atau dengan kata lain pengaruh ini hanya mempengaruhi produksi sesaat saja atau sementara, misalnya karena adanya perubahan susunan ransum yang mengakibatkan perubahan pada produksi. Lingkungan permanen adalah faktor tetap yang bukan bersifat genetik yang mempengaruhi individu sepanjang hidupnya, seperti misalnya pincang yang menyebabkan seekor ternak kesulitan dalam bersaing untuk mendapatkan pakan

III PEMBAHASAN 1. Fenotipe Fenotipe adalah suatu karakteristik (baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan

perilaku)

yang

dapat

diamati

dari

suatu organisme yang

diatur

oleh genotipe dan lingkungan serta interaksi keduanya. Jadi, singkatnya fenotipe adalah sifat yang dapat kita lihat atau tampak dari luar. Fenotipe merupakan sifat yang timbul akibat perpaduan genotipe dan lingkungan. Adapun pengertian lain dari fenotipe yaitu, Fenotipe adalah ” manifestasi fisik lahiriah” dari organisme. Ini adalah bagian fisik, jumlah dari atom, molekul, makromolekul, sel, struktur, metabolisme, pemanfaatan energi, jaringan, organ, refleks dan perilaku; sesuatu yang merupakan bagian dari struktur diamati, fungsi atau perilaku organisme hidup. Pengertian fenotipe mencakup berbagai tingkat dalam ekspresi gen dari suatu organisme. Pada tingkat organisme, fenotipe adalah sesuatu yang dapat dilihat/diamati/diukur, sesuatu sifat atau karakter. Dalam tingkatan ini, contoh fenotipe misalnya warna mata, berat badan, atau ketahanan terhadap suatu penyakit tertentu. Pada tingkat biokimiawi, fenotipe dapat berupa kandungan substansi kimiawi tertentu di dalam tubuh. Sebagai misal, kadar gula darah atau kandungan protein dalam beras. Pada taraf molekular, fenotipe dapat berupa jumlah RNA yang diproduksi atau terdeteksinya pita DNA atau RNA pada elektroforesis. Fenotipe ditentukan sebagian oleh genotipe individu, sebagian oleh lingkungan tempat individu itu hidup, waktu, dan, pada sejumlah sifat, interaksi antara genotipe dan lingkungan. Waktu biasanya digolongkan sebagai aspek lingkungan (hidup) pula. Ide ini biasa ditulis sebagai P = G + E + GE, dengan P berarti fenotipe, G berarti genotipe, E berarti lingkungan, dan GE berarti interaksi antara genotipe dan lingkungan bersama-sama (yang berbeda dari pengaruh G dan E sendiri-sendiri.

Pengamatan fenotipe dapat sederhana (masalnya warna bunga) atau sangat rumit hingga memerlukan alat dan metode khusus. Namun, karena ekspresi genetik suatu genotipe bertahap dari tingkat molekular hingga tingkat individu, seringkali ditemukan keterkaitan antara sejumlah fenotipe dalam berbagai tingkatan yang berbeda-beda. Fenotipe, khhususnya yang bersifat kuantitatif, seringkali diatur oleh banyak gen. Cabang genetika yang membahas sifat-sifat dengan tabiat seperti ini dikenal sebagai genetika kuantitatif. Genetika merupakan ilmu yang mempelajari pewarisan sifat dari individu induk kepada keturunannya. Fenotipe dapat berubah terus-menerus sepanjang hidup seseorang karena perubahan lingkungan dan perubahan fisiologis dan morfologi yang berhubungan dengan penuaan. Lingkungan yang berbeda dapat mempengaruhi perkembangan sifat-sifat yang diwariskan (sebagai ukuran, misalnya, dipengaruhi oleh tersedia pasokan makanan) dan mengubah ekspresi dengan genotipe yang sama (misalnya, kembar jatuh tempo dalam keluarga yang berbeda). Selain itu, semua kemungkinan diwariskan dalam genotipe tidak dalam fenotipe, karena beberapa adalah hasil dari laten, resesif, atau menghambat gen. 2. Genotipe Genotipe (harafiah berarti "tipe gen") adalah istilah yang dipakai untuk menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat berupa homozigot atau heterozigot. Setelah orang dapat melakukan transfer gen, muncul pula penggunaan istilah hemizigot. Genotipe adalah konstitusi genetik dari suatu organisme. Genotipe menentukan potensi keturunan dan keterbatasan individu dari formasi embrio sampai dewasa. Di antara organisme yang bereproduksi secara seksual, genotipe

individu terdiri dari seluruh kompleks gen yang diwariskan dari kedua orang tuanya. Hal ini dapat ditunjukkan secara matematis bahwa reproduksi seksual hampir menjamin bahwa setiap individu akan memiliki genotipe unik (kecuali bagi individu yang, seperti kembar identik, yang berasal dari sel telur yang dibuahi yang sama). Genotipe adalah “kode internal, informasi yang diwariskan” dibawa oleh semua organisme hidup. Informasi yang disimpan ini digunakan sebagai “cetak biru” atau serangkaian instruksi untuk membangun dan memelihara makhluk hidup. Instruksi ini ditemukan dalam hampir semua sel (bagian “internal”), mereka ditulis dalam bahasa kode (kode genetik), mereka akan disalin pada saat pembelahan sel atau reproduksi dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya (“diwariskan”). Instruksi ini sangat erat terlibat dengan semua aspek dari kehidupan sel atau organisme. Mereka mengendalikan segala sesuatu dari pembentukan makromolekul protein, untuk pengaturan metabolisme dan sintesis. Jadi,pengertian genotipe secara singkatnya adalah susunan genetik individu dan bersifat tidak tampak dari luar. Genotipe pada umumnya dilambangkan dengan huruf. Genotipe dibagi menjadi 2, yaitu : a) Dominan : Sifat yang akan muncul jika gen ini ada pada individu tersebut. Biasanya diwakili dengan huruf kapital. Contoh : Widow’s peak. b) Resesif : Sifat yang akan muncul jika gen ini ada dan tidak ada gen dominan yang menutupinya. Biasanya diwakili dengan huruf kecil. Contoh: Cuping yang menempel. Dalam genetika Mendel (genetika klasik), genotipe sering dilambangkan dengan huruf yang berpasangan; misalnya AA, Aa, atau B1B1. Pasangan huruf yang sama menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan adalah homozigot (AA dan B1B1), sedangkan pasangan huruf yang berbeda melambangkan individu heterozigot. Sepasang huruf menunjukkan bahwa individu yang dilambangkan ini

adalah diploid (2n). Sebagai konsekuensi, individu tetraploid (4n) homozigot dilambangkan dengan AAAA. Genotipe dapat berupa sebagai berikut: 

Homozigot ialah apabila suatu individu memiliki pasangan alel yang sama.



Heterozigot ialah apabila suatu individu memiliki pasangan alel yang berbeda.

3. Sifat Kualitatif Sifat kuantitatif adalah ciri dari makhluk yang dapat diukur, dihitung atau diskors. Karakter ini ditentukan oleh banyak pasang gen (poligenik) dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan (Wiley, 1981), sedangkan sifat kualitatif seperti warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk dapat dibedakan tanpa harus mengukurnya. Sifat kualiatatif adalah suatu sifat yang dimana individu-induvidu dapat diklasifikasikan kedalam satu dari dua kelompok atau lebih dari pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lain. Ini berlawanan dengan sifat kuantitatif diman tidak ada pengelompokan yang jelas (E.J Warwick, dkk 1979) Dalam definisi lain sifat kualitatif adalah sifat yang nampak dari luar dan dapat di lihat dengan mata telanjang dan yang dapat dibedakan dengan jelas seperti warna bulu, adak tidaknya tanduk, adanya suatu cacat (kelaianan) atau adanya protein-protein tertentu di dalam darah. Seekor ternak dapat dibedakan secara jelas ada berwarna hitam, putih atau bertanduk dan tidak bertanduk. Sifat kulititatif ini tidak berhubungan dengan faktor produksi. Sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol oleh hanya sepasang gen (Noor, 2008). Sifat kualitatif yang diamati adalah warna kulit, bentuk tanduk, bentuk tanduk, garis punggung kalung putih (chevron) dan jumlah unyeng-unyeng (whorls).



Warna kulit

Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif yang biasa dilakukan sebagai kriteria seleksi. Warna kulit merupakan fanifestasi antara satu atau beberapa pasang gen. 

Bentuk tanduk.

Bentuk tanduk pada kerbau pada jantan maupun betina adalah normal walaupu mempunyai bentuk yang berfariasi: melingkar kebelakang dan melingkar kebawah. Berdasarkan penelitian bentuk tanduk kerbau lokal umumnya melingkar kebawah. 

Garis punggung

Garis punggung terdiri atas dua macam yaitu garis punggung dater dan garis punggung melengkung. Garis punggung ada kaitanya dengan bebtuk karkas yang lebih baik daripada garis punggung melengkung kedalam. Namun untuk melihat garis punggung akan terlihat jelas pada ternak yang kurus dan yang sudah tua. 

Garis kalung putih (chevron)

Warna putih pada dasar hitam yang menyerupai pita merupakan karakterristik pada kerbau lumpur dan sering disebut sebagai chevron terdapat dua bentuk garis puth pada leher yaitu garis kalung ptih tunggal dan ganda. 

Jumlah unyeng-unyeng (whorls).

Sifat fenotip adalah tampilan inividu yang tampak dari luar dan dapat dibedakan tasa sifat kualitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan dengan jelas, seperti warna bulu, ada tidaknya tanduk, cacat kelainan atau adanya protein-protein tertentu dalam darah (Martojo, 1992), kerlip bulu, warna paruh, dan cakar (Supriyanto, 2003;2005). Sifat kuantitatif ekspresinya dikontrol oleh sepasang gen atau lebih dan sedikit dipengaruhi oleh

lingkungan(Suriyana, 2012). Jumlah unyeng-unyeng merupakan sifat kulitatif yang paling menonjol pada kerbau (Dudi, dkk,2011). 4. Lingkungan Masing-masing individu memiliki gen dan DNA yang berbeda-beda, bahkan saudara kembar identik sekalipun. Perbedaan genetik inilah yang membuat perbedaan fisik, perilaku, mempengaruhi fungsi tubuh, dan juga risiko akan suatu penyakit. Namun tetap saja genetik akan berubah ketika bertemu dengan lingkungan. Secara umum, pengertian lingkungan adalah semua hal yang ada di sekeliling manusia dan mempengaruhi kehidupannya baik secara langsung maupun tidak langsung yang dibedakan menjadi dua yakni biotik dan abiotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri). Berbagai penyakit muncul akibat interaksi gen dengan lingkungan, setiap orang menghasilkan interaksi yang berbeda-beda, karena memang gen serta faktor lingkungan yang juga berbeda. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bagaimana lingkungan sekitar bisa mempengaruhi gen yang sudah diturunkan dari generasi sebelumnya. Berikut adalah interaksi antara gen dengan lingkungan yang bisa mempengaruhi kehidupan seorang individu secara keseluruhan. 

Mutagen. Mutagen adalah zat asing dari luar tubuh atau lingkungan yang masuk ke dalam tubuh dan kemudian mengubah gen serta DNA, contohnya zat kimiawi dari rokok yang bisa menyebabkan kanker.



Interaksi antargen.

Di dalam tubuh gen-gen berinteraksi satu sama lain untuk mempertahankan fungsi tubuh untuk tetap normal. Namun ketika sesuatu hal yang dapat mempengaruhi gen masuk ke dalam tubuh, maka interaksi tersebut akan terganggu. Contohnya, orang yang mengonsumsi alkohol terlalu sering dan banyak menyebabkan perubahan fungsi gen. 

Faktor transkripsi. Transkripsi adalah proses di mana DNA disalin dan diubah ‘teks’nya menjadi RNA yang kemudian akan digunakan sebagai ‘surat tugas’ yang diberikan ke berbagai sel untuk menjalankan fungsinya. Dalam proses ini, protein sangat dibutuhkan untuk pembuatan RNA. Proses ini juga rentan akan gangguan yang mungkin saja datang dari luar tubuh atau lingkungan. Seperti pada orang yang sedang mengalami stres. Keadaan stres bisa membuat kadar protein yang dibutuhkan tubuh untuk proses transkripsi berubah. Hal ini tentu saja akan mengubah ‘surat tugas’ yang dibuat oleh DNA.



Epigenetik. Proses epigenetik adalah proses di mana lingkungan bisa mempengaruhi jumlah protein. Protein tidak hanya berfungsi sebagai pembentukan jaringan, tetapi pada tingkat DNA protein berperan penting untuk membuat suatu gen aktif atau tidak. Contohnya, ketika seseorang memiliki gen kanker yang disebabkan oleh keturunan, maka gen tersebut bisa saja aktif ataupun tidak. Tergantung dengan seberapa besar paparan lingkungan untuk mengaktifkannya. Lingkungan yang mempengaruhi gen adalah lingkungan yang kurang baik

untuk kesehatan secara keseluruhan, seperti misalnya zat polusi yang terlalu tinggi, asap rokok, atau bahkan kebiasaan merokok dapat mempengaruhi pembentukan gen. Tidak hanya itu, perilaku makan yang tidak sehat juga dianggap dapat mempengaruhi ekspresi gen di dalam tubuh. Oleh karena itu, melakukan pola hidup

yang sehat tidak hanya baik untuk kesehatan Anda tetapi akan berpengaruh terhadap gen serta keturunan kelak. 5. SIFAT KUANTITATIF Keragaman sifat kuantitatif bersifat kontinyu berkisar diantara minimum dan maksimum dan menggambarkan suatu distribusi normal. Misalnya sapi perah di Indonesia berproduksi antara 4 sampai 25 liter sehari. Sifat kuantitatif dipengaruhi oleh sejumlah besar pasangan gen yang masing-masing dapat berperanan secara aditif, dominan dan epistatik dan bersamasama dengan pengaruh lingkungan (non-genetik) menghasilkan ekspresi fenotipe sebagai sifat kuantitatif tersebut. Karena jumlah yang besar dan saham masing-masing alel yang kecil maka peranan gen secara sepasang tidak penting, hal terakhir ini jelas dengan sifat kuantatif yang dipengaruhi satu/dua pasang gen. Karena hal tersebut maka untuk menggambarkan sifat kuantitatif dipakai parameter-parameter seperti rataan dan ragam yang dinyatakan dalam satuan-satuan tertentu seperti liter, kilogram, cm atau butir. 6. GEN ADITIF Aksi gen aditif adalah aksi gen yang paling penting dalam pemuliaan, terutama menyangkut sifat produksi. Aksi sejumlah gen aditif (dijumlahkan) aksinya adalah ekspresi fenotipe dalam bentuk produksi. Pleoitropi Pleoitropi adalah suatu contoh aksi gen-gen tertentu yang mempunyai dua atau lebih sifat pada waktu yang sama. Hal ini menyebabkan adanya hubungan antara sifat-sifat produksi tertentu pada ternak. Mengenai hal ini terutama pada sifat-sifat mempunyai hubungan korelasi genetic antara sifat-sifat tertentu.

7. GEN DOMINAN PENUH Persilangan dominan penuh adalah persilangan dua individu sejenis yang memperhatikan satu sifat beda dengan gen-gen dominan. Sifat dominan dapat dilihat secara mudah, yaitu sifat yang lebih banyak muncul pada keturunannya daripada sifat lainnya yang sealela. Contoh persilangan bersifat dominan penuh : Kelinci berbulu hitam dominan (HH) disilangkan dengan kelinci berbulu putih resesif (hh) dan dihasilkan individu F1 yang disilangkan sesamanya. 8. GEN DOMINAN TIDAK PENUH Dominasi tidak Penuh adalah alel dominan tidak dapat menutupi alel resesif sepenuhnya. Akibatnya individu heterozigot bersifat setengah dominan dan setengah resesif. Contoh : tanaman bunga Snapdragon. Ekspresi fenotipe heterozigot tersebut menghilangkan keragu-raguan dalam menentukan kombinasi gen (genotipe) yang terdapat pada suatu individu. Ekspresi dominan menunjukkan individu genotipe homozigot dominan, ekspresi heterozigot menunjukkan individu genotipe heterozigot, dan ekspresi resesif menunjukkan individu genotipe homozigot resesif. Dikatakan bahwa pada gen berkedominanan tidak penuh, nisbah fenotipe = nisbah genotype (Anonim, 2011). 9. Pengaruh Epistasis Epistasis merupakan peristiwa sepasang gen yang menutupi atau mengalahkan ekspresi gen lain yang bukan alel sejenis. Adapun gen yang kalah disebut hipostasis. Peristiwa epistatis merupakan salah satu penyimpangan dari Hukum Mendel. Terkadang peristiwa epistasis dan hipostasis menghasilkan fenotipe baru. Epistasis dapat dibedakan berdasarkan dominansi terhadap gen lain menjadi: 

Epistasis Dominan

Gen yang bersifat epistasis terhadap gen lain bersifat dominan terhadap alelnya.



Epistasis Resesif

Gen akan bersifat epistasis jika dalam keadaan resesif terhadap alelnya 

Epistasis dominan dan resesif

Epistasis jenis ini terjadi jika pada suatu ciri yang dikendalikan oleh dua gen dan terdapat epistasis dominan dan resesif. 10. Ragam Genetik Keragaman (Variasi) individu (terutama variasi genotip) memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak. Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada variasi genotip, maka menyeleksi ternak bibit tidak perlu dilakukan. Untuk ternak pengganti tinggal diambil ternak yang ada tanpa harus melakukan pertimbangan seleksi. Semakin tinggi variasi genotip didalam populasi, semakin besar perbaikan mutu bibit yang diharapkan. Dalam ilmu pemuliaan ternak, fenotip, genotip dan lingkungan diungkapkan dalam bentuk variasi. Dalam ilmu statistika ragam (variasi) adalahsimpangan rata-rata kuadrat dari nilai rata-rata populasi. Secara matematis ragam dapat diungkapkan dengan rumus: [𝑥1 − 𝑥̅ ]2 𝑉𝑥 = 𝜎 = 𝑛 2

Dimana:

𝑉𝑥 = 𝜎 2 = ragam atau variasi sifat x X1 = sifat x 𝑥̅ = rata-rata sifat x N = jumlah ternak

Ragam genetik merupakan variasi karakteristik yang diwariskan pada populasi spesies yang sama. Hal ini memiliki peran penting dalam evolusi yang memungkinkan spesies untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan untuk melawan parasit. Hal ini berlaku untuk spesies peliharaan, yang biasanya memiliki tingkat rendah keragaman. Keragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu jenis atau spesies makhluk hidup. Ragam genetik dapat dibagi lagi menjadi ragam aditif, ragam dominan dan ragam epistasis, atau dengan persamaan sebagai berikut : V G =V A +V D +V I Dimana : VA = ragam yang disebabkan oleh gena-gena yang bersifat aditif VD = ragam yang disebabkan oleh gena-gena yang bersifat dominan VI = ragam yang disebabkan oleh interaksi antar gena (epistasis) 11. Over Dominan Dominan lebih (overdominace) merupakan intrasi dimana fenitipe heterozigot memiliki nilai fenotipe yang lebih tinggi dari tetuanya. peran gen ini berpotensi untuk perakitan varitas hibrida, khususnya untuk

sifat kuantitatif.

Penyimpangan dominasi dapat dihitung dari selisih antara niai genotipe dan nilai pemuliaan. Overdominan atau dominan lebih adalah suatu macam aksi gen yang dapat berarti penting dalam pemuliaan disebabkan oleh interaksi gen-gen yangberupa alel yang sedemikian rupa sehingga gen dalam keadaan heterozigot menyebabkan individu (genotype) heterozigot Aa menjadi superior fenotipenya dinbanding dengan homozigot.

Tetua

AA

x

aa

Aa Aa

x

Aa

AA,Aa,Aa,aa Aa ternyata berfenotipe > AA apalagi aa Efek ini dikenal dengan dominan lebih karena secara biokimiawi pasangan gen heterozigot lebih trgar karena mempunyai adaptasi terhadap perubahan-perubahan. 12. Ragam Lingkungan Ragam lingkungan(VE) merupakan variasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan yang jumlahnya sangat banyak dan sulit dibedakan. Dalam konsep pemuliaan ternak, secara garis besar, ragam lingkungan dapat dibedakan lingkungan temporer dan lingkungan permanen. Kedua ragam tersebut dapat diungkapkan dengan persamaan: VE Dimana :

= VET + VEP

VET

= ragam lingkungan (dalam grup)

VEP

= ragam lingkungan permanen (antar grup)

Lingkungan temporer adalah faktor yang berpengaruh terhadap satu pengukuran tetapi tidak berpengaruh terhadap pengukuran yang lain atau dengan kata lain pengaruh ini hanya mempengaruhi produksi sesaat saja atau sementara, misalnya karena adanya perubahan susunan ransum yang mengakibatkan perubahan pada produksi.

Lingkungan permanen adalah faktor tetap yang bukan bersifat genetik yang mempengaruhi individu sepanjang hidupnya, seperti misalnya pincang yang menyebabkan seekor ternak kesulitan dalam bersaing untuk mendapatkan pakan.

IV KESIMPULAN 1. Sifat kuantitatif merupakan sifat yang dapat diukur, misalnya produksi susu, bobot badan dan produksi telur. Sifat ini dikontrol banyak gena dan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti pakan dan tatalaksana. Sedangkan sifat kualitatif merupakan sifat yang tidak dapat diukur, tapi bisa dikelompokan.

Misalnya warna bulu, bentuk tanduk. Sifat ini

sedikit/tidak dipengaruhi lingkungan dan biasanya dikontrol oleh satu atau dua pasang gena saja. 2. Jika dalam suatu populasi ternak tidak ada variasi genotip, maka menyeleksi ternak bibit tidak perlu dilakukan. Untuk ternak pengganti tinggal diambil ternak yang ada tanpa harus melakukan pertimbangan seleksi. Semakin tinggi variasi genotip didalam populasi, semakin besar perbaikan mutu bibit yang diharapkan 3. Ragam lingkungan (VE) adalah variasi yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Bila terjadi interaksi antara genotip dan lingkungan (bekorelasi) maka genetik dan lingkungan bersifat tidak bebas atau terikat. Dengan adanya perubahan lingkungan maka performans akan berubah dan vGE ≠ 0.

DAFTAR PUSTAKA

Adisoenarto Soenartono.1988. Genetika, Edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. Elvita, Azmi,dkk. 2008. Modul Genetika Dasar FK Unri. Pekanbaru: DrsMed FK Unri. Hakim, Lukman. 2012. RANGKUMAN KERAGAMAN GENETIK TANAMAN. http://agrotekacehgmail.blogspot.com/2012/05/rangkuman-keragamangenetik-tanaman.html (Diakses 1 Marat 2019) Kurnianto Edy. 2009. Pemuliaan Ternak. Graha Ilmu.Yogyakarta. Kurnianto,edy. 2009. Pemuliaan ternak..Yogyakarta Graha mulia Legates, J. E. and E. J. Warwick. 1990. Breeding and Improvement of Farm Animal. McGraw‐Hill International Editions. London. Makap,

Anonymous.

2014.

PERANAN

PEMULIAAN

DALAM

PENGEMBANGAN PETERNAKAN. Diakses 1 maret 2019 dari http://blogger-stevenkeraf.blogspot.com/2014/11/peranan-pemuliaandalam-pengembangan.html Minkema, D. 1979. De erfelijke basis van de veerfokkerij. Culemborg, The Netherlands. Noor, RR., 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. Putri, Riski. 2016. GENETIKA (PERSILANGAN). Diakses 1 Maret 2019 dari https://riskiputripuspitahati.wordpress.com/2016/11/19/genetikapersilangan/ Rahman,noor roni. 2010. Genetika ternak.. Bogor Niaga swadaya

Sumanti,dudi, 2011. Keragaman sifat kualitatif dan kuantitatif kerbau lokal di provinsi banten. Fakultas peternakan.IPB Suriyana, 2012. Pemanfaatan keragaman genetik untuk meningkatkanproduktifitas itik albino. Balai pengkajian teknologi Kalimantan Selatan Suryo, Ir. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Systematics. Jhon Wiley and Sons Inc., Canada. Warwick ,E. J. M. Astuti, W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. Widodo, W. Dan L. Hakim. 1981. Pemuliaan Ternak. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya. Malang. Willey, E.O., 1981. Phylogenetics : The Theory and Practice of Phylogenetics

Related Documents

Pemuliaan
October 2019 9
Pemuliaan Ptp.pdf
June 2020 8
Makalah
June 2020 40

More Documents from ""