PEMBUATAN BIOETANOL DARI SARI KULIT NANAS (Makalah) disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dosen Pembimbing Dra. Sri Murniati, M. Pd.
Oleh Ririn Rismawati 181411088
PROGRAM STUDI D III TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt. karena atas rahmat, nikmat, ridho, karunia, kasih sayang dan petunjuk-Nya mustahil makalah yang berjudul Pembuatan Bioetanol dari Sari Kulit Nanas ini dapat dirampungkan. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Rasulullah Saw. keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah ikut serta membantu dalam penyusunan makalah ini. Ibu Dra. Sri Murniati, M. Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah mengajarkan dan membimbing dengan penuh kesabaran sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya, kepada orangtua kami yang telah membantu kami baik secara moril maupun materil, kepada kawan-kawan seperjuangan yang telah memberi kami inspirasi. Makalah yang berjudul Pembuatan Bioetanol dari Sari Kulit Nanas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia oleh Ibu Dra. Sri Murniati, M. Pd. serta untuk menambah informasi tentang segala yang berkaitan dengan judul makalah tersebut. Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata kebahasaannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini membawa manfaat luar biasa bagi semua orang. Bandung, Desember 2018
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ...........................................................................
ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................
1
1.3 Tujuan ...............................................................................
2
1.4 Cara Memperoleh Data .....................................................
2
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sejarah Buah Nanas ........................................................
3
2.2 Buah Nanas di Indonesia ................................................
3
2.3 Sifat Buah Nanas .............................................................
4
2.4 Kandungan Buah Nanas...................................................
5
2.5 Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas ..................................
6
2.6 Bioetanol dari Kulit Nanas ..............................................
9
2.7 Teknik Solid State Fermentation (SSF) ..........................
10
BAB III SIMPULAN DAN SARAN 3. 1 Simpulan ........................................................................
12
3. 2 Saran ................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................
13
iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di Indonesia telah meningkatkan kebutuhan sarana transportasi dan aktivitas industri. Kedua kebutuhan tersebut berakibat pada peningkatan konsumsi BBM. Ketergantungan terhadap SDA menyebabkan semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia. Hal ini mendorong adanya penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif dari sumber yang dapat diperbaharui. Sumber bahan baku minyak nabati dari berbagai tanaman yang tersedia di Indonesia sangat besar. Maka dari itu, Indonesia mempunyai potensi untuk menghasilkan bioetanol. Bioetanol adalah sumber energi alternatif pengganti bahan bakar cair dan gahosol dengan bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, dan menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan terutama petani. Buah nanas merupakan salah satu jenis buah yang ada di Indonesia. Selain untuk dikonsumsi, nanas juga digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Berdasarkan kandungan nutriennya, kulit buah nanas mengandung karbohidrat dan gula yang tinggi. Kandungan karbohidrat dan gula yang tinggi pada kulit nanas, memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dengan proses fermentasi.
1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam makalah ini dipaparkan sebagai berikut: a. Bagaimana cara mengolah kulit buah nanas untuk menghasilkan bioetanol yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bakar minyak ? b. Bagaimana proses pembuatan bioetanol dari kulit buah nanas ? c. Bagaimana cara mengoptimalkan kadar bioetanol yang berbahan baku kulit nanas ?
1
2
1.3 Tujuan Tujuan dari makalah ini dipaparkan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui cara mengolah kulit buah nanas untuk menghasilkan bioetanol yang dapat dijadikan sebagai alternatif bahan bakar minyak. b. Untuk mengetahui proses pembuatan bioetanol dari kulit buah nanas. c. Untuk mengetahui cara mengoptimalkan kadar bioetanol yang berbahan baku kulit nanas.
1.4 Cara Memperoleh Data Untuk memperoleh data, penulis menggunakan metode studi kepustakaan terkait “Pembuatan Bioetanol dari Kulit Nanas”. Metode ini dilakukan di Perpustakaan Politeknik Negeri Bandung. Selain itu, penulis mengambil data dari internet sebagai bahan untuk referensi.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Sejarah Buah Nanas Nama “nanas” berasal dari sebutan orang Tupi, makna dari nama tersebut adalah buah yang sangat baik. Nanas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16, orang Spanyol membawa nanas ke Filiphina dan Semenanjung Malaysia. Nanas pun diperkenalkan ke Indonesia pada tahun 1599. Nanas dikenal di Spanyol dengan sebutan “pina”. Sedangkan di Indonesia nanas mempunyai beberapa sebutan seperti, orang sunda menyebutnya dengan kata “danas” dan orang sumatera menyebutnya dengan kata “neneh”. Sebagai salah satu tanaman hortikultura, nanas sangat cocok dibudidayakan di daerah tropis yang banyak turun hujan. Tanaman ini tidak akan tumbuh baik di tempat yang terlalu kering maupun pada lahan yang airnya tergenang. Di Indonesia, hampir semua daerah dapat dibudidayakan nanas. Pada zaman dahulu nanas dikenal sebagai buah istimewa. Buah ini sering dipakai sebagai persembahan untuk raja-raja. Sekarang tanaman ini sudah tersebar di mana-mana dan menjadi buah favorit yang selalu menghiasi hidangan-hidangan dimeja makan.
2.2 Buah Nanas di Indonesia Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di Indonesia. Buah nanas ini mempunyai penyebaran yang merata di seluruh wilayah Indonesia. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nanas juga banyak digunakan sebagai bahan baku industri pertanian. Berbagai macam pengolahan buah nanas menghasilkan limbah kulit nanas yang cukup banyak.
3
4
Tanaman nanas merupakan salah satu tanaman komoditi yang banyak ditanam di Indonesia. Prospek agrobisnis tanaman nanas sangat cerah, cenderung semakin meningkat baik untuk kebutuhan buah segar maupun sebagai bahan olahan. Bagian utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya. Rasa manis sampai agak asam menyegarkan pada buah nanas, disukai oleh masyarakat luas. Untuk pemanfaatan nanas hanya terbatas pada daging buahnya saja, sementara kulit dan bonggolnya dibuang. Padahal kulit dan bonggol nanas tersebut masih memiliki manfaat. Nanas adalah salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Lebih tegas lagi, dikatakan bahwa “Permintaan nanas sebagai bahan baku industri pengolahan buah-buahan juga semakin meningkat misal untuk sirup, keripik, dan berbagai produk olahan nanas” (Rukmana dalam Emma, 1996). Dari data statistik, produksi nanas di Indonesia untuk tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 16,31 kg/kapita/tahun. Berdasarkan hasil studi kasus di lapangan, beberapa usaha olahan keripik nanas di Kualu Nanas, Pekanbaru, Riau memiliki kapasitas rata-rata 12-15 kg/hari, dengan jumlah buah nanas yang digunakan sebagai bahan baku sekitar 200 kg/hari. Tahir dalam Emma (2008), menyatakan limbah kulit nanas yang dihasilkan dari satu buah nanas berkisar 21,73 – 24,48 %, sehingga limbah kulit nanas yang dihasilkan dapat mencapai 40-50 kg/hari.
2.3 Sifat Buah Nanas a. Sifat Fisika 1) Buah nenas rasanya enak. 2) Rasa manis pada buah yang masak dan rasa asam pada buah yang
muda.
5
3) Daging buah berwarna kuning apabila telah masak dan kuning pucat
keputih – putihan untuk buah yang muda. 4) Kandungan air 90%. 5) Bijinya kecil dan pengembangbiakan dengan mahkota, tunas batang,
atau tunas ketiak daunnya. 6) Bentuk buah bulat panjang dan ada yang bulat, diameter buah dan
bentuk buah tergantung varietasnya. 7) Kulit mempunyai mata yang banyak berwarna hijau dan apabila telah
masak berwarna kuning. 8) Kandungan gula cukup tinggi pada nenas yang masak. 9) Dapat melunakkan daging.
b. Sifat Kimia
Berdasarkan sifat kimianya buah nanas mengandung beberapa senyawa kimia seperti, vitamin A, vitamin C, vitamin B12, vitamin E, ethanol, kalsium, fosfor, magnesium, besi, kalium, natrium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), enzim bromelin, zat phitochemical, sulfur, khlor, asam selulose, dan senyawa sterosapon
2.4 Kandungan Buah Nanas Buah nanas mengandung gizi yang cukup tinggi dan lengkap. Salah satunya, didalam buah nanas terdapat enzim bromelain untuk melunakkan daging. “Enzim ini juga sering dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi bagi keluarga berencana” (Anonim dalam Emma, 2008). Bagian utama yang bernilai ekonomis dari nanas adalah buahnya. Selain buahnya, kulit dari buah nanas juga dapat dimanfaatkan. Kulit buah nanas dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak yang disebut silase. Selama periode 2000-2005 produksi nanas Indonesia rata-rata sebesar 6.145.382 ton. Dengan semakin meningkatnya produksi nanas, maka limbah
6
yang dihasilkan akan semakin meningkat pula. Di bawah ini merupakan tabel analisis proksimat limbah kulit nanas. No
Kandungan Gizi Buah Nanas
Jumlah
1.
Kalori
52 kal
2.
Protein
0,40 g
3.
Lemak
0,20 g
4.
Karbohidrat
16 g
5.
Fosfor
11 mg
6.
Zat Besi
0,30 mg
7.
Vitamin A
130 SI
8.
Vitamin B1
0.08 mg
9.
Vitamin C
24 mg
10. Air
85,3 g
11. Bagian dapat dimakan
53%
(Sumber : Buletin Teknopro Hortikultura Edisi 71 Juli 2014)
2.5 Pemanfaatan Limbah Kulit Nanas Limbah merupakan sisa pembuangan dari suatu proses kegiatan manusia dapat berbentuk padat, cair dan gas. Jika dilihat dari segi estetika, limbah itu selain sangat kotor juga tidak enak dipandang dan baunya sangat menggangu. Dengan demikian secara langsung maupun tidak langsung limbah menimbulkan ketidaknyamanan di sekitarnya. Sebab, pembuangan limbah ke lingkungan umumnya tidak diikuti dengan upaya penanganan dan pengolahan limbah yang baik karena selalu dikaitkan dengan teknologi dan pengolahan yang relatif mahal. “Saat ini banyak industri yang memanfaatkan limbah untuk pembuatan produk baru yang bermanfaat bagi makhluk hidup lainnya seperti kulit buah nanas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan etanol, dimana dengan memanfaatkan kulit buah nanas dapat mengurangi pencemaran terhadap lingkungan.” (Nigam dalam Emma, 1999)
7
Etanol merupakan salah satu sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang sangat bagus sebagai pengganti bahan bakar cair dan gasohol. Etanol dapat diproduksi dengan sintesis kimia atau metode fermentasi. Tahun 1968 lebih dari 90% etanol diproduksi dengan metode sintesis kimia dari etilen. Namun, kenaikan harga minyak mentah yang menjadi sumber dari etilen, menyebabkan perhatian dunia beralih untuk memproduksi etanol dengan metode fermentasi. Produksi etanol dengan metode fermentasi memiliki potensi menggantikan dua kebutuhan penting, yaitu penyediaan bahan bakar dan bahan baku di industri kimia. Produksi etanol dengan metode fermentasi dapat dilakukan dengan berbagai macam bahan baku yang mengandung gula reduksi. Salah satu bahan baku yang digunakan untuk fermentasi memproduksi etanol adalah kulit nanas. Pembuatan etanol diperlukan bahan baku dengan kadar gula yang cukup tinggi. Kulit buah nanas diketahui cukup banyak mengandung gula, sehingga bisa digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol. Menurut Wijana (1991) dalam Attayaya (2008), kandungan gizi kulit buah nanas dapat dilihat pada Tabel 1. Menurut Sidharta (1989) dalam Attayaya (2008), hasil analisis proksimat kulit buah nanas berdasarkan berat basah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Kandungan Gizi Kulit Buah Nanas Kandungan gizi
Jumlah (%)
Karbohidrat
17,53
Protein
4,41
Gula reduksi
13,65
Kadar air
81,72
Serat kasar
20,87
(Sumber: Wijana, 1991 dalam Attayaya, 2008)
8
Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Kulit Buah Nanas Berdasarkan Berat Basah Komposisi
Rata-rata (%bb)
Air
86,70
Protein
0,69
Lemak
0,02
Abu
0,48
Serat basah
1,66
Karbohidrat
10,54
(Sumber: Sidharta, 1989 dalam Attayaya, 2008) Menurut analisa diatas komponen terbesar dalam kulit nanas adalah air (86,7%) dan karbohidrat (10,54%). Karbohidrat terbagi menjadi tiga yaitu : monosakarida (glukosa dan fruktosa), disakarida (sukrosa, maltosa dan laktosa) dan polisakarida (amilum, glikogen dan selulosa). Menurut Hasnely dan Dewi (1997), kandungan gula reduksi pada filtrat kulit nanas sebesar 11,40 %. Mengingat kandungan gula yang cukup tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bioetanol melalui proses fermentasi. Ethanol dapat dibuat dari tiga jenis bahan baku, yaitu: a. Sakarin (Saccharine) Sakarin adalah material yang di dalamnya terdapat karbohidrat dalam bentuk sederhana, enam dan dua belas molekul gula karbon seperti glukosa, fruktosa,
dan maltose yang
dapat
langsung
difermentasikan. Beberapa material yang mengandung sakarin yaitu tebu, bit gula (sugar beets), buah-buahan segar dan kering,dan lain-lain. b. Saripati (Starch)
9
Saripati merupakan bagian yang mengandung karbohidrat lebih kompleks seperti, pati, dan inulin yang dapat dipecah menjadi enam dan duabelas molekul gula karbon dengan proses hidrolisis dengan asam atau enzim di dalam proses yang disebut malting. Beberapa material yag mengandung saripati seperti, nanas, jagung, biji sorghum, jawawut (barley), gandum, kentang, ubi jalar, jerusalem artichokes, ubi kayu, akar panah (arrowroot), dan lain-lain. c. Selulosa Contoh selulosa seperti kayu, limbah kayu, kertas, jerami, batang jagung, tongkol jagung, kapas dan lain-lain. Selulosa mengandung material yang dapat dihidrolisis dengan asam atau enzim, dengan kata lain dapat diubah menjadi gula yang dapat difermentasi. Penggunaan paling besar dari gula untuk fermentasi adalah molasesnya yang mengandung sekitar 35-40% berat sukrosa, 15-20% berat gula invers seperti glukosa dan fruktosa, dan 28-35% berat padatan bukan gula. Molases diencerkan untuk memperoleh 10-20% berat gula. Setelah pH dijadikan 4-5 dengan asam mineral kemudian diinokulasikan dengan yeast dan difermentasi pada suhu 20-32 derajat Celcius selama kira-kira 1-3 hari. “Fermentasi langsung nira gula tebu, nira gula bit, molases gula bit, buah segar, sorghum, whey, susu skim digunakan untuk mendapatkan ethanol, tapi molasses adalah bahan terbaik untuk menghasilkan ethanol” (Othmer dalam Emma, 1978)
2.6 Bioetanol dari Kulit Nanas Bioetanol adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme yang dilanjutkan dengan proses destilasi. Sebagai bahan baku, proses ini menggunakan tanaman yang mengandung pati, selulosa dan sukrosa. “Dalam perkembangannya, produksi bioetanol yang paling banyak digunakan adalah metode fermentasi dan destilasi” (Rizani dalam Emma, 2000). Bioetanol dapat
10
digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak, tergantung dari tingkat kemurniannya. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. “Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil.”(Rizani dalam Emma, 2000). Menurut Nurianti dalam Emma (2007), bioetanol dengan kadar 9599% dapat dipakai sebagai bahan substitusi premium (bensin), sedangkan kadar 40% dipakai sebagai bahan substitusi minyak tanah. Etanol adalah senyawa organik yang terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen, sehingga dapat dilihat sebagai derivat senyawa hidrokarbon yang mempunyai gugus hidroksil dengan rumus 𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻. Indonesia perlu mengembangkan bioetanol karena : a. Konsumsi energi meningkat b. Bahan bakar fosil akan habis c. Devisa (impor bbm) d. Potensi lahan e. Potensi sumber daya manusia (petani) 2.7 Teknik Solid State Fermentation (SSF) Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah kulit nanas dalam memproduksi etanol
adalah metode Solid State
Fermentation (SSF). Solid State Fermentation (SSF) merupakan metode fermentasi dalam media padat yang sederhana dan lebih hemat energi daripada metode Liquid State Fermentation (LSF). Liquid State Fermentation (LSF) adalah teknik fermentasi dalam media cair yang membutuhkan agitasi, aerasi dan pengontrolan busa. Beberapa peneliti sebelumnya telah melakukan produksi etanol dengan kulit nanas sebagai bahan baku substrat, diantaranya
11
a. Setyawati dan Astuti (2010), melakukan penelitian bioetanol dari kulit nanas dengan variasi massa Saccharomyces cereviceae dan waktu fermentasi, menggunakan fermentasi dalam media cair. Hasil penelitian yang diperoleh adalah kadar etanol tertinggi sebesar 3,965% pada penambahan 30 gram Saccharomyces cerevisiae dan waktu fermentasi 10 hari. b. Febriyanti dan Rufita (2011), melakukan penelitian pembuatan etanol dari limbah kulit nanas (Ananas comosus L. merr) dengan proses enzimasi dan fermentasi. Kadar etanol tertinggi dengan proses fermentasi melalui enzimasi sebesar 49,2296% dengan lama waktu fermentasi 3 hari. Pada penelitian ini dilakukan fermentasi dengan metode SSF dengan bahan baku kulit nanas menggunakan Zymomonas mobilis, untuk mengetahui waktu optimum fermentasi dan mempelajari pengaruh ukuran partikel substrat terhadap kinetika pertumbuhan sel Zymomonas mobilis. c. Ahmat tabah dan Antonius (2010), melakukan penelitian bioetanol dari kulit nanas dengan proses ekstraksi dengan perbandingan berat yeast dan waktu fermentasi dengan menggunakan ragi Saccharomyces cereviceae, menggunakan fermentasi dalam media cair. Dari hasil penelitian, seberat 400 gram kulit nanas menghasilkan etanol dengan kadar 15,45 %(b/b), yield 9,39 %, konversi glukosa sebesar 52,56% dengan waktu fermentasi selama 3 hari. Ada banyak metode yang digunakan dalam pembuatan bioetanol dari kulit nanas ini. Namun, yang paling sering digunakan yaitu dengan metode fermentasi dengan menggunakan ragi. Dalam proses ini juga terdapat beberapa faktor yang menjadi penentu besarnya konsentrasi ethanol yang dihasilkan. Mulai dari metode, jenis ragi, banyaknya penambahan ragi sampai jangka waktu melakukan fermentasi akan sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan. “Produksi etanol dengan metode fermentasi memiliki potensi menggantikan dua kebutuhan penting, yaitu penyediaan bahan bakar dan bahan baku di industri kimia.” [Okafor, 2007]
BAB III SIMPULAN DAN SARAN
3. 1 Simpulan Etanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang baik sebagai bahan bakar cair dan gahosol. Kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia, salah satunya etanol melalui proses fermentasi. Semakin seriusnya masalah krisis energi di Indonesia yang diakibatkan oleh ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap bahan bakar fosil berupa BBM menyebabkan Indonesia terus menerus mengimpor BBM dan harganya pun semakin melonjak. Masalah ini bisa diminimalisir dengan pembuatan bioetanol dari kulit buah nanas. Bahan yang digunakan berasal dari bahan yang selama ini dihambur-hamburkan dan menjadi sampah. Namun, yang paling penting bahan nya berasal dari sumber energi yang terbarukan. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk pengolahan limbah kulit nanas dalam memproduksi etanol adalah metode Solid State Fermentation (SSF). Solid State Fermentation (SSF) merupakan metode fermentasi dalam media padat yang sederhana.
3. 2 Saran Meningkatkan pengolahan kulit nanas menjadi etanol sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang baik sebagai pengganti bahan bakar cair dan gahosol dengan bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, serta sangat menguntungkan secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan terutama petani. Sebagai mahasiswa kita juga harus menumbuhkan rasa peduli pada lingkungan dan bekerja sama dalam upaya peningkatan daya asing komoditas lokal Indonesia.
12
DAFTAR PUSTAKA
Febriyanti, dan Endang. 2011. “Pembuatan Bioetanol dari Limbah Kulit Nanas dengan Proses Fermentasi”. http://digilib.its.ac.id. Diunduh pada 2 Desember 2018. Harahap, Emma Khairani. 2014. “Makalah Pemanfaatan Kulit Nanas Jadi Bioetanol”.
http://emmakhairaniharahap.blogspot.com/2014/06/makalah
pemanfaatan-kulit-nanas-jadi.html. Diunduh pada 2 Desember 2018. Judoamidjojo, Darwis. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta : Rajawali Press. Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia. 2012. “Pemanfaatan Bioetanol Untuk Kebutuhan Energi Indonesia”. http://www.ristek.go.id/index.php/module/. Diunduh pada 29 Desember 2018.
13