Makalah Pembelajaran Ips Untuk Paud.docx

  • Uploaded by: Miztank Prawiro
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pembelajaran Ips Untuk Paud.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,196
  • Pages: 17
MAKALAH

KONSEP PEMBELAJARAN IPS UNTUK ANAK USIA DINI

OLEH: KELOMPOK I (SATU) o LISDA SAFITRI

(15312007)

o FATMA PATI ARIF

(15312006)

o NUR AISYAH SYAHRAENI (15312008) o MIRA HUMAIRAH

(153120

)

o SURIANTI

(153120

)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM STAI AL-GAZALI BONE 2019 i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini. Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Watampone, 02 Maret 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

2

C. Tujuan Penulisan

2

BAB II PEMBAHASAN

3

A. Pengertian IPS

3

B. Hakikat Pendidikan IPS

4

C. Tujuan Pendidikan IPS

5

D. Urgensi Pembentukan Konsep Diri Ilmu Pengetahuan Sosial AUD 6 E. Pengembangan Keterampilan Sosial AUD BAB III PENUTUP

9 13

A. Kesimpulan

13

B. Saran

13

DAFTAR RUJUKAN

14

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mempelajari Konsep dasar IPS berisi tentang konsep, hakikat, dan karakteristik pendidikan IPS. Dengan mempelajari materi Konsep dasar IPS ini, diharapkan dapat menjelaskan konsep-konsep IPS yang berpengaruh terhadap kehidupan masa kini dan masa yang akan datang secara kritis dan kreatif. Pembahasan materi ini menerapkan pendekatan antar disiplin yang mengintegrasikan ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Adapun media yang digunakan adalah bahan ajar cetak dan non cetak (web). Sebagai calon guru TK/PAUD hendaknya menguasai materi IPS sebagai program pendidikan. Untuk membantu menguasai materi tersebut maka dalam Konsep Pendidikan IPS, disajikan pembahasan hal-hal pokok dan latihan sebagai berikut : Konsep pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

B. Rumusan Masalah 1. Pengertian IPS 2. Hakikat Pendidikan IPS 3. Tujuan Pendidikan IPS 4. Urgensi Pembentukan Konsep Diri Ilmu Pengetahuan Sosial AUD 5. Pengembangan Keterampilan Sosial AUD

1

C. Tujuan Penulisan 1. Pengertian IPS 2. Hakikat Pendidikan IPS 3. Tujuan Pendidikan IPS 4. Urgensi Pembentukan Konsep Diri Ilmu Pengetahuan Sosial AUD 5. Pengembangan Keterampilan Sosial AUD

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian IPS Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu Sosial (Social Science) Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”. Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk. Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Studi Sosial (Social Studies). Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.

3

Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Studi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan- hubungan yang ada satu dengan lainnya. Sesuatu acara ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.

B. Hakikat Pendidikan IPS Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan Internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”. Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi

4

seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya.

C. Tujuan Pendidikan IPS Tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : 1. pengetahuan dan pemahaman, 2. sikap hidup belajar, 3. nilai-nilai sosial dan sikap, 4. keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41). Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Sikap belajar IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. Nilai-nilai sosial dan sikap Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsure penting di dalam pengajaran

5

IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku

guru

sendiri

besar pengaruhnya

terhadap

perkembangan nilai- nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya, bagi pengembangan kini dan mendatang.

D. Urgensi Pembentukan Konsep Diri Ilmu Pengetahuan Sosial AUD Inilah bekal untuk menjalin hubungan yang seimbang dengan sebayanya. Hubungan pertemanan yang seimbang dapat diperoleh jika anak memiliki rasa percaya diri dan bisa menghadapi berbagai masalah serta mencari solusinya. Keterampilan sosial juga membuatnya mudah diterima oleh anak lain karena mampu berperilaku sesuai harapan lingkungannya secara tepat. Begitu pula, anak-anak yang diberi banyak kesempatan untuk bermain dan bergaul cenderung akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi ketimbang anak yang sehari-harinya di rumah saja. Uniknya, semakin sering anak bergaul dan mempunyai pengalaman langsung dengan banyak situasi sosial, maka di usia sekolah IQ-nya akan bertambah 10-15 poin. Artinya, keterampilan sosial juga membantu perkembangan kognitif anak.

6

Indri

Savitri,

M.Psi.,

dari

Lembaga

Psikologi

Terapan

UI

mengidentifikasi keterampilan sosial apa saja yang harus dimiliki anak yaitu: 1. Kenal Diri Ini merupakan bagian dari kecerdasan diri/intrapersonal yang diperlukan anak untuk bisa menjalin hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Kenal diri tak hanya sebatas mengenal identitas: siapa namanya, siapa nama orangtuanya, di mana tempat tinggalnya, apakah jenis kelaminnya lelaki atau perempuan dan identitas lainnya, tetapi juga mencakup apa kesukaannya, harapan dan keinginannya, maupun perilaku dirinya seperti apa dalam menghadapi lingkungan. Jadi, anak memiliki kesadaran akan dirinya sendiri (awareness). 2. Kenal Emosi Pengenalan aneka emosi seharusnya sudah lebih baik lagi di usia prasekolah. Anak yang mengenal emosinya dengan baik akan belajar mengatur dan mengendalikan emosinya sehingga bisa bersikap dan berperilaku sesuai tuntutan lingkungan 3. Empati Anak harus memiliki keterampilan untuk mengerti dan merasakan emosi orang lain serta mampu untuk merasakan dan membayangkan dirinya berada di posisi orang tersebut. Keterampilan sosial ini diperlukan dalam melakukan hubungan sosial untuk menumbuhkan rasa saling menghargai, menghindari dari kesalahpahaman, juga melatih kepedulian dan kepekaan sosial anak.

7

4. Simpati Keterampilan untuk mengerti perasaan dan emosi orang lain ini, biasanya dipengaruhi oleh emosi iba atau belas kasihan dan ada suatu tindakan yang ingin dilakukan. Berbeda pada orang dewasa, semisal kalau ada teman yang dimarahi bos maka teman lainnya bersimpati dengan membelanya, maka pada anak ketika ada temannya diganggu oleh teman lainnya, dia menunjukkan simpatinya dengan memberitahukan hal itu kepada gurunya. Jadi, dengan memiliki simpati, anak dapat menghayati perasaan orang lain, memiliki kepekaan sosial yang tinggi, tak bersikap semena-mena pada orang lain, memunculkan sikap pemurah. Semua nilai ini amat dibutuhkan dalam menjalin hubungan sosial dengan orang lain. 5. Berbagi Keterampilan sosial ini diperlukan anak untuk memperoleh persetujuan sosial dengan membagi apa yang jadi miliknya. Anak dituntut untuk

merasakan

kebersamaan

dengan

berbagi

kepunyaannya.

Keterampilan sosial ini mengajarkan pada anak untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, bisa menghargai milik dirinya maupun orang lain, juga menimbulkan sifat pemurah. 6. Negoisasi Di usia ini anak masih negativistik sehingga perlu diajarkan keterampilan bernegosiasi agar ia bisa mengungkapkan pendapat dan keinginannya dengan cara yang diterima, serta membantu anak menyelesaikan masalah yang dihadapi, dan bagaimana anak bersikap

8

dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang ada dan mungkin tak menyenangkan. Selain juga dapat menghindari timbulnya konflik. Biasanya sekitar usia 5 tahunan anak sudah percaya diri untuk melakukan negosiasi. 7. Menolong Keterampilan sosial ini terkait dengan keterampilan sosial lain seperti simpati dan empati. Menolong menumbuhkan kesadaran diri pada anak untuk membantu orang lain, dapat mengembangkan sikap kepedulian sosial anak sehingga anak pun bisa diterima dalam lingkungan kelompok pertemanan maupun lingkungan sosial lain yang lebih luas. 8. Kerjasama Di usia ini anak sudah bermain secara berkelompok dan bersamasama. Keterampilan bekerja sama dibutuhkan untuk anak belajar saling menghargai dan menghormati, tidak mementingkan diri sendiri, merasakan kebersamaan dengan lingkungan sosialnya. 9. Bersaing Keterampilan untuk mengungguli dan mengalahkan anak lain ini, akan membantu anak untuk mengetahui kelemahan maupun kelebihan dirinya, bersikap fleksibel dalam menghadapi tantangan, kemenangan maupun kekalahan yang akan ditemui nantinya dalam kehidupan sosial.

E. Pengembangan Keterampilan Sosial AUD Melalui kegiatan belajar yang dilaluinya, anak diharapkan mampu melakukan proses sosialisasi guna mendapatkan keterampilan sosial seperti

9

yang diharapkan oleh orang tua dan masyarakat. Gordon & Browne sebagaimana yang dikutip Moeslichatoen mengungkapkan 4 kelompok pengembangan keterampilan sosial yang perlu diajarkan pada anak usia dini yaitu: 1. Membina hubungan dengan orang dewasa. Orang dewasa diharapkan mampu membantu anak menyelesaikan masalah sesuai dengan kebutuhan mereka dengan bermacam cara antara lain memberi contoh bagaimana anak melakukan aktivitas hariannya, menjaga anak agar tidak menyakiti dan disakiti anak lain, berterima kasih, menghormati guru dan lain-lain. Yang perlu ditekankan adalah pemberian bantuan sesuai dengan kebutuhan anak, Vigotsky dengan konsep scaffolding-nya

menguraikan

bagaimana

pentingnya

membina

kemandirian anak dengan sedikit demi sedikit mengurangi bahkan menghilangkan bantuan terhadap anak agar anak tidak menjadi tergantung pada kehadiran orang dewasa. 2. Membina hubungan dengan anak lain Anak belajar mempertahankan diri, menuntut hak dengan cara yang dapat diterima, menerima giliran, mengkomunikasikan keinginan, mengadakan negoisasi dengan cara yang dapat diterima kelompok, mempertahankan barang miliknya dan lain-lain. 3. Membina hubungan dengan kelompok Dalam membina hubungan dengan kelompok anak belajar untuk dapat berperan serta, meningkatkan hubungan kelompok dan antarpribadi,

10

mengenal identitas kelompok, anak juga belajar mengikuti jadwal dan pola kegiatan sehari-hari, beraadaptasi dengan rutinitas sekolah, menaati peraturan, menghargai hak, perasaan dan harta milik orang lain dan seterusnya. 4. Membina diri sebagai individu Dalam hal ini anak belajar bertanggungjawab untuk membantu diri sendiri, menjaga diri, berkomunikasi secara verbal dan nonverbal, mengolah dan mengekspresikan perasaannya. Dewasa ini semakin banyak orang yang menyadari pentingnya kehidupan sosial bagi manusia, oleh karenanya semakin banyak pula strategi-strategi

pembelajaran

yang

didasari

dengan

semangat

kebersamaan, beberapa diantaranya adalah: a. Bermain Sosial Aktivitas bermain telah diyakini mengandung banyak manfaat bagi anak. Bermain dapat bermanfaat untuk perkembangan fisik, motorik kasar dan halus, emosi dan kepribadian, kognisi, keterampilan olahraga dan menari serta membantu perkembangan sosial, permainan berdasarkan kemampuan anak pun dibedakan dalam beberapa jenis di antaranya adalah bermain sosial. b. Coorperative Learning Dalam strategi pembelajaran coorperative learning anak diposisikan belajar berpasang-pasangan atau berkelompok hal ini dimaksudkan agar anak lebih saling membantu dan mudah memahami

11

pelajaran dengan diskusi yang dilakukan dalam kelompoknya atau dengan temannya. Kedua strategi tersebut menjadi bukti betapa mendidik dengan basis kebersamaan telah menjadi perhatian yang serius bagi para pakar pendidikan, dan tugas kita sebagai orang tua dan pendidikan adalah mewujudkan semangat kebersamaan dalam setiap praktek pendidikan agar terciptanya kematangan sosial dalam diri setiap anak didik kita.

12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan IPS merupakan bidang studi baru, karena dikenal sejak diberlakukan kurikulum 1975. Dikatakan baru karena cara pandangnya bersifat terpadu, artinya bahwa IPS merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi. Adapun perpaduan ini disebabkan mata pelajaran-mata pelajaran tersebut mempunyai kajian yang sama yaitu manusia Pendidikan IPS penting diberikan kepada siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, karena siswa sebagai anggota masyarakat perlu mengenal masyarakat dan lingkungannya. Untuk mengenal masyarakat siswa dapat beljar melalui media cetak, media elektronika, maupun secara langsung melalui pengalaman hidupnya ditengah-tengah msyarakat. Dengan pengajaran IPS, diharapkan siswa dapat memiliki sikap peka dan tanggap untuk bertindak secara rasional dan bertanggungjawab dalam memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupannya.

B. Saran Penulis berharap dengan terbitnya karya tulis ini sekiranya dapat menjadi tambahan pengetahuan yang bermanfaat bagi para pembacanya. Dan penulispun juga berharap, agar kita semua bisa menjadi penerus bangsa yang bias membanggakan Indonesia.

13

DAFTAR PUSTAKA

Hori Alma, dan Harlasgunawan. (1987). Hakikat Dasar Studi Sosial. Bandung: Sinar Baru. Daldjoeni. (1981). Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru). Bandung: Penerbit Alumni.

14

Related Documents


More Documents from "Angga Cipta Pranata"