Makalah Pelaporan Korporat Kel 2 - Psak 68 Dan 10.docx

  • Uploaded by: Anissa Apriliani Rachdian
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pelaporan Korporat Kel 2 - Psak 68 Dan 10.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,318
  • Pages: 24
PEMBAHASAN I Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing (PSAK 10)

1.1.

Definisi Berikut adalah istilah yang digunakan pada PSAK 10 terkait Pengaruh

Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing : a.

Investasi neto dalam suatu kegiatan usaha luar negeri adalah jumlah dari

kepentingan entitas pelapor di dalam aset neto dari kegiatan usaha itu. b.

Kegiatan usaha luar negeri adalah suatu entitas yang merupakan entitas

anak, perusahaan asosiasi, ventura bersama atau cabang dari entitas pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara atau menggunakan mata uang selain dari mata uang entitas pelapor. c.

Kurs penutup adalah nilai tukar spot pada akhir periode pelaporan.

d.

Mata uang asing adalah suatu mata uang selain mata uang fungsional suatu

entitas. e.

Mata uang fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama

dimana suatu entitas beroperasi. f.

Mata uang pelaporan adalah mata uang yang digunakan dalam penyajian

laporan keuangan. g.

Nilai tukar adalah rasio pertukaran untuk dua mata uang.

h.

Nilai tukar spot adalah nilai tukar untuk pengiriman segera.

1

i.

Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset

atau menyelesaikan kewajiban antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi wajar (arm’s length transaction). j.

Pos-pos moneter adalah unit-unit mata uang yang dimiliki dan aset serta

laibilitas yang akan diterima atau dibayarkan dalam jumlah unit mata uang yang pasti atau dapat ditentukan. k.

Selisih kurs adalah selisih yang dihasilkan dari penjabaran sejumlah tertentu

satu mata uang ke dalam mata uang lainnya pada nilai tukar yang berbeda.

1.2.

Penguraian Definisi

1.2.1. Mata Uang Fungsional Lingkungan ekonomi utama dimana sebuah entitas beroperasi adalah lingkungan dimana entitas tersebut uta manya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Suatu entitas mempertimbangkan faktor-faktor berikut dalam menentukan mata uang fungsionalnya: a.

mata uang:

i.

yang paling mempengaruhi harga jual untuk barang dan jasa (mata uang ini

seringkali menjadi mata uang dimana harga jual untuk barang dan jasa didenominasikan dan diselesaikan); dan ii.

dari suatu negara yang kekuatan persaingan dan perundang-undangannya

sebagian besar menentukan harga jual dari barang dan jasanya.

2

b.

mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, material dan

biaya-biaya lain dari pengadaan barang atau jasa (mata uang ini seringkali menjadi mata uang dimana biaya-biaya tersebut didenominasikan dan diselesaikan). Faktor-faktor berikut juga dapat memberikan bukti dari mata uang fungsional suatu entitas: a.

mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan (antara lain penerbitan

instrumen utang dan instrumen ekuitas) dihasilkan. b.

mata uang dalam mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya

ditahan. Faktor-faktor berikut ini dipertimbangkan dalam menentukan mata uang fungsional dari suatu kegiatan usaha luar negeri, dan apakah mata uang fungsionalnya sama seperti mata uang entitas pelapor (entitas pelapor, dalam konteks ini, merupakan entitas yang memiliki kegiatan usaha luar negeri sebagai entitas anak, cabang, entitas asosiasi atau ventura bersama): a.

apakah aktivitas-aktivitas dari kegiatan usaha luar negeri dilaksanakan

sebagai suatu perpanjangan dari entitas pelapor, bukan dilaksanakan dengan otonomi yang signifikan. b.

tinggi rendahnya proporsi kegiatan usaha luar negeri terhadap transaksi

dengan entitas pelapor. c.

apakah arus kas dari kegiatan usaha luar negeri secara langsung

mempengaruhi arus kas entitas pelapor dan apakah arus kas tersebut siap tersedia untuk dikirimkan ke entitas pelapor.

3

d.

apakah arus kas dari aktivitas-aktivitas kegiatan usaha luar negeri cukup

untuk membayar kewajiban instrumen utang yang ada ataupun yang diperkirakan dapat terjadi tanpa adanya dana yang disediakan oleh entitas pelapor. Mata uang fungsional suatu entitas mencerminkan transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari yang relevan. Sehingga, sekali ditentukan, mata uang fungsional tidak berubah kecuali ada perubahan pada transaksi, kejadian dan kondisi yang mendasari tersebut.

1.2.2. Investasi Neto di dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri Entitas mungkin memiliki suatu pos moneter yang merupakan tagihan dari atau utang kepada suatu kegiatan usaha luar negeri. Suatu pos yang penyelesaiannya tidak direncanakan ataupun mungkin tidak akan terjadi dimasa mendatang, pada hakekatnya adalah bagian dari investasi neto entitas tersebut di dalam kegiatan usaha luar negeri, dan diperlakukan sesuai dengan paragraf 30 dan 31. Pos-pos moneter ini mungkin mencakup piutang atau utang jangka panjang. Pos-pos moneter ini tidak mencakup piutang dagang atau utang dagang.

1.2.3. Pos – pos Moneter Fitur utama dari suatu pos moneter adalah hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Contoh yang termasuk didalamnya: pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas, kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang diakui sebagai kewajiban. Demikian juga, suatu kontrak untuk

4

menerima (atau menyerahkan) suatu jumlah variabel dari instrumen ekuitas yang dimiliki oleh entitas atau suatu jumlah variabel dari suatu aset yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan, adalah merupakan suatu pos moneter. Fitur utama dari dari suatu pos nonmoneter adalah tidak adanya hak untuk menerima (atau kewajiban untuk menyerahkan) suatu jumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan.

1.3.

Ringkasan Pendekatan yang Disyaratkan Pernyataan ini Dalam menyiapkan laporan keuangan, setiap entitas, baik entitas yang

berdiri sendiri, entitas dengan kegiatan usaha luar negeri (seperti sebuah entitas induk) ataupun suatu kegiatan usaha luar negeri (seperti sebuah entitas anak atau cabang) menentukan mata uang fungsionalnya. Beberapa entitas pelapor terdiri dari sejumlah entitas individual (misalnya sebuah kelompok terdiri dari satu entitas induk dan satu atau lebih entitas anak). Beberapa entitas, apakah entitas tersebut adalah anggota dari suatu kelompok ataupun sebaliknya, mungkin memiliki investasi di perusahaan asosiasi atau ventura bersama. Entitas mungkin dapat juga memiliki cabang. Hal itu membutuhkan hasil dan posisi keuangan dari setiap entitas individual yang dimasukkan ke dalam entitas pelapor dijabarkan kedalam mata uang di mana entitas pelapor menyajikan laporan keuangannya. Pernyataan ini mengijinkan mata uang (atau beberapa mata uang) apapun sebagai mata uang penyajian dari suatu entitas pelapor. Hasil dan posisi keuangan dari setiap entitas individual yang dimasukan

5

didalam entitas pelapor, di mana mata uang fungsionalnya berbeda dari mata uang penyajiannya.

1.4.

Pelaporan Transaksi Mata Uang Asing ke dalam Mata Uang

Fungsional 1.4.1. Pengakuan Awal Suatu

transaksi

mata

uang asing adalah

suatu

transaksi

yang

didenominasikan atau memerlukan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi-transaksi yang timbul ketika suatu entitas: a.

membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasikan

dalam suatu mata uang asing. b.

meminjam atau meminjamkan dana ketika jumlah yang merupakan utang

atau tagihan didenominasikan dalam suatu mata uang asing; atau c.

memperoleh atau melepas aset, atau mengadakan atau menyelesaikan

kewajiban yang didenominasikan dalam suatu mata uang asing.

1.4.2. Pelaporan pada Akhir Periode Pelaporan Berikutnya Pada akhir setiap periode pelaporan: a.

pos moneter mata uang asing harus dijabarkan menggunakan kurs penutup;

b.

pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis, dalam suatu mata uang

asing harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan c.

pos nonmoneter yang diukur pada nilai wajar, dalam mata uang asing harus

dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal ketika nilai wajar ditentukan.

6

Jumlah tercatat dari suatu pos ditentukan sejalan dengan Pernyataan lain yang relevan. Sebagai contoh, aset tetap dapat diukur dengan nilai wajar atau biaya historis sesuai dengan PSAK 16: Aset Tetap. Apakah jumlah tercatat ditentukan berdasarkan biaya historis ataupun berdasarkan nilai wajar, jika jumlah nya ditentukan dalam mata uang asing maka kemudian dijabarkan kedalam mata uang fungsional sesuai Pernyataan ini.

1.4.3. Pengakuan Selisih Nilai Tukar Selisih nilai tukar yang timbul pada penyelesaian pos moneter atau pada penjabaran pos moneter pada kurs yang berbeda dari kurs pada saat pos moneter tersebut dijabarkan pada pengakuan awal selama periode atau pada periode laporan keuangan sebelumnya, harus diakui dalam laba atau rugi dalam periode pada saat terjadinya. Ketika pos moneter timbul dari transaksi mata uang asing dan terdapat perubahan dalam nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian, terjadilah sejumlah selisih nilai tukar. Ketika transaksi diselesaikan dalam suatu periode akuntansi yang sama seperti saat transaksi itu terjadi, semua selisih nilai tukar diakui dalam periode itu. Namun ketika transaksi diselesaikan dalam periode akuntansi berikutnya, selisih nilai tukar yang diakui dalam setiap periode sampai pada tanggal penyelesaian, ditentukan dengan perubahan pada nilai tukar selama masing-masing periode. Ketika suatu keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam pendapatan komprehensif lain, setiap komponen perubahan dari keuntungan

7

atau kerugian itu harus diakui dalam pendapatan komprehensif lain. Sebaliknya, ketika keuntungan atau kerugian pada suatu pos nonmoneter diakui dalam laba atau rugi, setiap komponen perubahan dari keuntungan atau kerugian tersebut harus diakui dalam laba atau rugi. Ketika suatu pos moneter membentuk bagian dari investasi neto suatu entitas pelapor dalam suatu kegiatan usaha luar negeri dan didenominasikan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam mata uang fungsional dari kegiatan usaha luar negeri itu, selisih nilai tukar muncul di dalam laporan keuangan terpisah suatu entitas pelapor. Jika pos moneter tersebut didenominasikan dalam suatu mata uang selain mata uang fungsional baik entitas pelapor atau kegiatan usaha luar negeri, suatu selisih nilai tukar muncul dalam laporan keuangan terpisah entitas pelapor dan dalam laporan keuangan individual kegiatan usaha luar negeri. Selisih nilai tukar tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain pada laporan keuangan yang mencakup kegiatan usaha luar negeri dan entitas pelapor (yaitu laporan keuangan yang didalamnya kegiatan usaha luar negeri dikonsolidasikan, dikonsolidasikan secara proporsional atau dihitung dengan menggunakan metode ekuitas).

1.4.4. Perubahan dalam Mata Uang Fungsional Pengaruh dari perubahan dalam mata uang fungsional diperlakukan secara prospektif. Dalam kata lain, suatu entitas menjabarkan semua pos-pos ke dalam mata uang fungsional yang baru menggunakan nilai tukar pada tanggal perubahan

8

itu. Hasil dari jumlah yang dijabarkan untuk pos non-moneter dianggap sebagai biaya historis entitas. Selisih nilai tukar yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri, yang sudah diakui sebelumnya di dalam pendapatan komprehensif lain tidak dikelompokkan ulang dari ekuitas ke dalam laba atau rugi sampai pelepasan kegiatan usaha tersebut. 1.5.

Penggunaan Mata Uang Pelaporan Selain Mata Uang Fungsional

1.5.1. Penjabaran dalam mata uang pelaporan Entitas dapat menyajikan laporan keuangannya dalam mata uang (atau beberapa mata uang) apapun. Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional entitas, entitas menjabarkan hasil dan posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian. Hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinfl asi1 harus dijabarkan ke dalam mata uang pelaporan yang berbeda menggunakan prosedur sebagai berikut: a.

aset dan laibilitas untuk setiap laporan dari posisi keuangan yang disajikan

(yaitu termasuk komparatif) harus dijabarkan menggunakan kurs penutup pada tanggal laporan dari posisi keuangan itu. b.

pendapatan dan beban untuk setiap laporan laba rugi komprehensif atau

laporan laba rugi terpisah yang disajikan (yaitu termasuk komparatif) harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada tanggal transaksi; dan c.

semua hasil dari selisih nilai tukar harus diakui dalam pendapatan

komprehensif lain.

9

Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati nilai tukar pada tanggal transaksi, contohnya suatu kurs rata-rata untuk periode itu, sering digunakan untuk menjabarkan pos pos pendapatan dan beban. Bagaimanapun, jika nilai tukar berfluktuasi secara signifikan, penggunaan kurs rata-rata untuk suatu periode adalah tidak tepat.Selisih nilai tukar dihasilkan dari: a.

penjabaran pendapatan dan beban dengan nilai tukar pada tanggal transaksi

dan aset serta kewajiban dengan kurs penutup. b.

penjabaran saldo awal aset neto dengan kurs penutup yang berbeda dari kurs

penutup sebelumnya. Selisih nilai tukar ini tidak diakui dalam laba atau rugi karena perubahan dalam nilai tukar memiliki sedikit atau tidak memi- liki pengaruh langsung terhadap arus kas sekarang dan masa depan dari kegiatan usaha. Jumlah kumulatif dari selisih nilai tukar disajikan dalam suatu komponen terpisah dari ekuitas sampai pelepasan kegiatan usaha luar negeri tersebut. Ketika selisih nilai tukar yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri yang dikonsolidasikan tetapi tidak sepenuhnya dimiliki, akumulasi selisih nilai tukar yang timbul dari penjabaran dan dapat diatribusikan kepada kepentingan nonpengendali dialokasikanke, dan diakui seba gai bagian dari, kepentingan nonpengendali dalam laporan konsolidasi dari posisi keuangan.

1.5.2. Penjabaran Kegiatan Usaha Luar Negeri Penggabungan dari hasil dan posisi keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri dengan entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti eliminasi saldo antar kelompok dan transaksi antar kelompok dari suatu entitas anak

10

(lihat PSAK 4: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri dan PSAK 12: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama). Namun, suatu aset atau kewajiban moneter antar kelompok, baik jangka pendek atau jangka panjang, tidak dapat dieliminasi terhadap kewajiban atau aset antar kelompok tanpa menunjukkan hasil fluktuasi mata uang dalam laporan keuangan konsolidasian. Hal ini karena pos moneter menggambarkan suatu komitmen untuk mengkonversi satu mata uang ke dalam mata uang lainnya dan mengakibatkan suatu entitas pelapor memiliki resiko atas keuntungan atau kerugian melalui fl uktuasi mata uang. Sehingga, dalam laporan keuangan konsolidasian dari suatu entitas pelapor, selisih nilai tukar ini diakui dalam laba atau rugi atau, jika selisih nilai tukar ini timbul dari kondisi-kondisiyang digambarkan dalam paragraf 30, selisih ini diakui dalampendapatan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam suatu komponen terpisah dari ekuitas sampai pelepasan kegiatan usaha luar negeri. Ketika laporan keuangan dari suatu kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal yang berbeda dari entitas pelapor, kegia tan usaha luar negeri sering mempersiapkan laporan tambahan dengan tanggal yang sama seperti laporan keuangan entitas pela por. Ketika hal ini tidak dilakukan, PSAK 4 mengijinkan penggunaan tanggal yang berbeda yang menunjukkan bahwa perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga bulan dan penyesuaian dibuat untuk dampak dari setiap transaksi signifi kan atau kejadian lain yang terjadi antara tanggal yang berbeda tersebut. Dalam kasus demikian, asset dan kewajiban dari kegiatan usaha luar negeri dijabarkan pada nilai tukar pada akhir periode pelaporan dari kegiatan usaha luar negeri itu. Penyesuaian dibuat untuk perubahan yang signifikan dalam nilai

11

tukar sampai akhir periode pelaporan dari entitas pelapor sesuai dengan PSAK 4. Pendekatan yang sama digunakan dalam penerapan metode ekuitas untuk entitas asosiasi dan ventura bersama dan dalam penerapan konsolidasi secara proporsional untuk ventura bersama sesuai dengan PSAK 15 dan PSAK 12.

1.6.

Pengaruh Pajak atas Semua Selisih Nilai Tukar Keuntungan atau kerugian pada transaksi mata uang asing dan selisih nilai

tukar yang timbul pada penjabaran hasil dan posisi keuangan dari suatu entitas (termasuk suatu kegiatan usaha luar negeri) ke dalam suatu mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak. PSAK 46 diterapkan ke pengaruh pajak ini.

1.7.

Pengungkapan Entitas terkadang menyajikan laporan keuangannya atau informasi

keuangan lainnya dalam suatu mata uang yang bukan mata uang fungsionalnya tanpa memenuhi persyaratanpersyaratan dari paragraf 51. Contohnya, suatu entitas dapat melakukan konversi hanya terhadap pos-pos tertentu dari laporan keuangannya. Atau, suatu entitas yang mata uang fungsionalnya bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinflasi

dapat melakukan konversi terhadap laporan

keuangannya ke dalam mata uang lain dengan menjabarkan semua pos-pos dengan kurs penutup terkini. Konversi sebagaimana disebut di atas tidak sesuai dengan PSAK dan pengungkapan yang dijelaskan dalam paragraf 54 dipersyaratkan. Ketika entitas menyajikan laporan keuangan atau informasi keuangan lainnya di dalam suatu mata uang yang berbeda baik dari mata uang fungsionalnya

12

maupun dari mata uang pela porannya, dan persyaratan-persyaratan dari paragraf 52 tidak dipenuhi, entitas harus: a.

mengidentifikasikan secara jelas informasi sebagai informasi tambahan

untuk membedakannya dari informasi yang tunduk dengan PSAK; b.

mengungkapkan mata uang di mana informasi tambahan tersebut disajikan;

dan c.

mengungkapkan mata uang fungsional entitas dan metode penjabaran yang

digunakan untuk menentukan informasi tambahan.

13

PEMBAHASAN II Nilai Wajar ( PSAK 68)

2. 1

Penerapan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar Pada rapat pleno Dewan Standar Akuntansi Keuangan tanggal 22 Nopember

2013, DSAK IAI memutuskan untuk menunda pengesahan PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar. Dasar pertimbangan penundaan adalah perlunya melakukan amandemen terlebih dahulu atas PSAK dan ISAK yang terkena dampak pemberlakuan standar akuntansi nilai wajar ini, sebelum PSAK 68 disahkan. DSAK IAI memutuskan bahwa PSAK 68 tetap akan berlaku efektif 1 Januari 2015, sebagaimana telah ditetapkan di ED PSAK 68 yang telah diterbitkan pada pertengahan tahun 2013 ini. Dalam menunggu proses amandemen atas PSAK dan ISAK yang terkena dampak perubahan, diharapkan publik dapat mempelajari PSAK 68 dari konsep yang telah disampaikan di ED PSAK 68, yang sepenuhnya mengadopsi konsep IFRS 13: Fair Value Measurement. (IAI:2013). Sebagai dampak dari penundaan ini, pengesahan PSAK 65: Laporan Keuangan

Konsolidasian,

PSAK

66:

Pengaturan

Bersama,

PSAK

67:

Pengungkapan Kepentingan Dalam Entitas Lain, revisi PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan, PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri, PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama dan PSAK 24: Imbalan Kerja ditunda hingga PSAK 68 disahkan.

14

2.2

Konsep Nilai Wajar PSAK 68

Tujuan : i.

Mendefinisikan nilai wajar (fair value);

ii.

menetapkan dalam suatu Pernyataan, kerangka pengukuran nilai wajar; dan

iii.

mensyaratkan pengungkapan mengenai pengukuran nilai wajar.

2.3

Ruang Lingkup Pernyataan ini diterapkan ketika Pernyataan lain mensyaratkan atau

mengizinkan pengukuran atau pengungkapan mengenai nilai wajar (dan pengukuran, seperti nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual (fair value less costs to sell), berdasarkan nilai wajar atau pengungkapan mengenai pengukuran tersebut), kecuali sebagaimana dijelaskan dalam paragraf 06 dan 07.

2.4.

Ruang Lingkup – Pengecualian Pengukuran, antara lain:

o

transaksi pembayaran berbasis saham dalam ruang lingkup PSAK 53:

Pembayaran Berbasis Saham; o

transaksi sewa dalam ruang lingkup PSAK 30: Sewa; dan

o

pengukuran yang memiliki beberapa keserupaan dengan nilai wajar tetapi

bukan merupakan nilai wajar, seperti nilai realisasi neto (net realisable value) dalam PSAK 14: Persediaan atau nilai pakai (value in use) dalam PSAK 48: Penurunan Nilai Aset.

15

Pengungkapan, antara lain: o

aset program yang diukur pada nilai wajar sesuai PSAK 24:

o

investasi program manfaat purnakarya yang diukur pada nilai wajar sesuai

dengan PSAK 18 o

aset yang jumlah terpulihkannya adalah nilai wajar setelah dikurangi biaya

pelepasan sesuai dengan PSAK 48

2.5

Definisi Nilai Wajar (Paragraf 09) Nilai wajar sebagai harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau

harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. 1.

Aset dan Liabilitas Pengukuran nilai wajar adalah untuk aset atau liabilitas tertentu. Ketika

mengukur nilai wajar, entitas memperhitungkan karakteristik aset atau liabilitas jika pelaku pasar akan memperhitungkan karakteristik tersebut ketika enentukan harga aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran. Karakteristik tersebut misalnya : kondisi dan lokasi aset; dan pembatasan, jika ada, atas penjualan atau penggunaan aset. Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liabilitas dipertukarkan dalam suatu transaksi teratur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini. nilai wajar mengasumsikan bahwa transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi: –

di pasar utama (principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut; atau

16



jika tidak terdapat pasar utama, di pasar yang paling menguntungkan (most

advantegous market) untuk aset atau liabilitas tersebut. Entitas mengukur nilai wajar suatu aset atau liabilitas menggunakan asumsi yang akan digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga aset atau liabilitas tersebut, dengan asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomik terbaiknya. Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang spesifik untuk: –

Aset dan liabilitas



Pasar utama



Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi

2.

Penerapan Non Aset Keuangan 

Penggunaan Tertinggi dan Terbaik - (Highest and best Used) Pengukuran nilai wajar aset nonkeuangan memperhitungkan kemampuan

pelaku pasar untuk menghasilkan manfaat ekonomik dengan menggunakan aset dalam penggunaan tertinggi dan terbaiknya (highest and best use) atau dengan menjualnya kepada pelaku pasar lain yang akan menggunakan aset tersebut dalam penggunaan tertinggi dan terbaiknya. Penggunaan tertinggi dan terbaik memperhitungkan: -

Penggunaan yang secara fisik dimungkinkan (physically possible)

memperhitungkan karakteristik fisik aset -

Penggunaan

yang

secara

hukum

diizinkan

(legally

memperhitungkan adanya pembatasan hukum atas penggunaan aset.

17

permissible)

-

Pengunaan yang layak secara keuangan (financially feasible) Penggunaan tertinggi dan terbaik aset nonkeuangan dapat memberikan nilai

maksimum dengan melaluipenggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas maka nilai wajar adalah didasarkan asumsi aset tersebut digunakan bersama aset atau liablitas lain: –

Kombinasi



Aset pelengkap



Relecan dari kelompok aset Melalui penggunaan aset secara terpisah, nilai wajar adalah harga diterima

dalam transaksi menjual aset kepada pelaku pasar yang akan menggunakan secara terpisah. 3.

Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa liabilitas keuangan atau,

liabilitas non keuangan atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri (contohnya kepemilikan saham yang diterbitkan sebagai pembayaran dalam suatu kombinasi bisnis) dialihkan kepada pelaku pasar pada tanggalpengukuran. Pengalihan liabilitas atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri mengasumsikan : a.

Liabilitas akan tetap terutang dan pelaku pasar yang menerima pengalihan

(transferee) disyaratkan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Liabilitas tidak akan diselesaikan dengan pihak lawan atau diakhiri pada tanggal pengukuran. b.

Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan pelaku pasar

yang menerima pengalihan akan mengambil alih hak dan tanggung jawab yang

18

terkait dengan instrumen tersebut. Instrumen tersebut tidak akan dibatalkan atau diakhiri pada tanggal pengukuran. Ketika harga kuotasian (quoted price) untuk pengalihan liabilitas atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri yang identik atau serupa tidak tersedia dan item yang identik dimiliki oleh pihak lain sebagai aset, entitas mengukur nilai wajar liabilitas atau instrumen ekuitas dari perspektif pelaku pasar yang memiliki item yang identik sebagai aset pada tanggal pengukuran. a.

menggunakan harga kuotasian di pasar aktif (active market) untuk item

yang identik yang dimiliki oleh pihak lain sebagai aset, jika harga tersebut tersedia. b.

jika harga tersebut tidak tersedia, menggunakan input lain yang dapat

diobservasi, seperti harga kuotasian di pasar yang tidak aktif untuk item yang identik yang dimiliki oleh pihak lain sebagai aset. c.

jika harga yang dapat diobservasi dalam (a) dan (b) tidak tersedia, maka

menggunakan teknik penilaian lain, seperti: -

pendekatan penghasilan (income approach) (contohnya teknik nilai kini

yang memperhitungkan nilai arus kas masa depan yang diharapkan akan diterima pelaku pasar dari kepemilikannya atas liabilitas atau instrumen ekuitas sebagai aset; -

pendekatan pasar (market approach) (contohnya menggunakan harga

kuotasian untuk liabilitas atau instrumen ekuitas yang serupa yang dimiliki oleh pihak lain sebagai aset. 4.

Liabilitas dan Instrumen Ekuitas yang tidak dimiliki pihak lain sebagai asset Ketika harga kuotasian untuk pengalihan liabilitas atau instrumen ekuitas

milik entitas sendiri yang identik atau serupa tidak tersedia dan item yang identik

19

tidak dimiliki oleh pihak lain sebagai aset, entitas mengukur nilai wajar liabilitas atau instrumen ekuitas menggunakan teknik penilaian dari perspektif pelaku pasar yang memiliki liabilitas atau telah menerbitkan klaim atas ekuitas.

2.5.1

Resiko Wanprestasi Nilai wajar liabilitas mencerminkan dampak risiko wanprestasi (non-

performance risk). Risiko wanprestasi mencakup, namun tidak terbatas pada, risiko kredit entitas (sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan). Risiko wanprestasi diasumsikan sama sebelum dan sesudah pengalihan liabilitas 2.5.1.1 Pembatasan yang Mencegah Pengalihan Liabilitas atau Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri Dampak pembatasan yang mencegah pengalihan liabilitas atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri baik secara implisit atau eksplisit tercakup dalam input lain terhadap pengukuran nilai wajar. 2.5.1.2 Liabilitas Keuangan dengan Fitur dapat Ditarik Kembali Sewaktuwaktu Nilai wajar liabilitas keuangan dengan fitur dapat ditarik kembali sewaktuwaktu (demand feature) (contohnya giro) adalah tidak kurang dari jumlah yang terutang pada saat penarikan, didiskontokan dari tanggal pertama jumlah tersebut dapat disyaratkan untuk dibayar. 2.5.1.3 Penerapan pada Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan dengan Posisi Saling Hapus dalam Risiko Pasar atau Risiko Kredit Pihak Lawan Jika entitas mengelola kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan tersebut berdasarkan eksposur netonya terhadap risiko pasar atau risiko kredit,

20

entitas diizinkan untuk menerapkan pengecualian terhadap Pernyataan ini untuk mengukur nilai wajar. Entitas diizinkan untuk menggunakan pengecualian jika entitas melakukan seluruh hal sebagai berikut: a.

Mengelola kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan berdasarkan

eksposur neto entitas terhadap risiko pasar tertentu atau terhadap risiko kredit dari pihak lawan tertentu sesuai dengan risiko manajemen atau strategi investasi entitas yang terdokumentasi; b.

Menyediakan informasi atas dasar tersebut, mengenai kelompok aset

keuangan dan liabilitas keuangan kepada anggota manajemen kunci entitas, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 7; c.

Disyaratkan atau telah menentukan untuk mengukur aset keuangan dan

liabilitas keuangan tersebut pada nilai wajar dalam laporan posisi keuangan pada setiap akhir periode pelaporan.

2.6

Teknik Penilaian Entitas menggunakan teknik penilaian yang sesuai dalam keadaan dan

dimana data yang memadai tersedia untuk mengukur nilai wajar, memaksimalkan penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi. Tiga teknik penilaian yang digunakan secara luas adalah pendekatan pasar, pendekatan biaya (cost approach) dan pendekatan penghasilan.Teknik penilaian yang digunakan untuk mengukur nilai wajar diterapkan secara konsisten. Teknik penilaian yang digunakan untuk

21

mengukur nilai wajar memaksimalkan penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan input yang tidak dapat diobservasi.Entitas memilih input yang konsisten dengan karakteristik aset atau liabilitas yang akan diperhitungkan pelaku pasar dalam transaksi untuk aset atau liabilitas tersebut. •

Pengungkapan Entitas mengungkapkan informasi yang membantu pengguna laporan

keuangannya untuk menilai kedua hal sebagai berikut: a.

untuk aset dan liabilitas yang diukur pada nilai wajar secara berulang

(recurring) atau tidak berulang (non-recurring) dalam laporan posisi keuangan setelah pengakuan awal, teknik penilaian dan input yang digunakan untuk mengembangkan pengukuran tersebut. b.

untuk pengukuran nilai wajar yang berulang yang menggunakan input yang

tidak dapat diobservasi yang signifikan (Level 3), dampak dari pengukuran terhadap laba rugi atau penghasilan komprehensif lain untuk periode tersebut. Untuk memenuhi tujuan pengungkapan, entitas empertimbangkan seluruh hal sebagai berikut: a.

level detil yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan pengungkapan;

b.

berapa banyak penekanan yang ditetapkan pada setiap persyaratan;

c.

berapa banyak penggabungan atau pemisahan yang perlu dilaksanakan; dan

d.

apakah pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi tambahan

untuk mengevaluasi informasi kuantitatif yang diungkapkan.

22

KESIMPULAN

Valuta Asing memudahkan transaksi yang dilakukan antar dua pihak dengan penggunaan mata uang yang tdiak sama untuk melakukan transaksi. Pengukuran dan pengungkapan yang diterpakan dengan menggunakan valuta asing diatur dalam PSAK 10 ini. Ketika terdapat suatu perubahan dalam mata uang fungsional dari entitas pelapor maupun dari suatu kegiatan usaha luar negeri yang signifi kan, fakta tersebut dan alasan untuk perubahan dalam mata uang fungsional harus diungkapkan. Pengaturan mengenai valuta asing ini juga terkait pada saat entitas menyajikan laporan keuangannya dalam suatu mata uang yang berbeda dari mata uang fungsionalnya, entitas harus menjelaskan bahwa laporan keuangan mereka tunduk pada SAK hanya jika entitas mematuhi semua persyaratan dari setiap Pernyataan dan setiap Interpretasi dari Pernyataan yang berlaku termasuk metode penjabaran. Standar akuntansi merupakan aturan utama yang harus menjadi acuan/pedoman dalam setiap penyajian laporan keuangan dalam kerangka prinsip akuntansi berlaku umum. Standar tersebut penting agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan. PSAK 68 (Pengukuran Nilai Wajar) salah satu bentuk jawaban yang berguna untuk menyelesaikan permasalahan yang relatif sering Muncul di dunia bisnis sehingga dengan adanya standar tersebut dapat dijadikan acuan untuk menselaraskan

23

pelaporan menurut standar yang terkait bagi setiap entitas yang merupakan tuntutan yang terjadi akibat dari adanya perluasan bidang bisnis (Bussines Global).

24

Related Documents


More Documents from "ayu khalifah"