PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
MAKALAH
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemecahan Masalah Matematika Dosen Pengampu: Yudi Yunika Putra, M.Pd
Disusun oleh: Ine Yolanda
: 150141576
Widia
: 150141559
Indri
: 150141394
Ria Safitri
: 150141395
Dewi Handayani
: 150141414
Erizal
: 150141424
Maria
: 150141427
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BANGKA BELITUNG 2017
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING)
A. Definisi Problem Based Learning Menurut Para Ahli Menurut Glazer (2001), Problem Based Learning merupakan pembelajaran aktif progresif dan pendekatan pembelajaran berpusat pada masalah yang tidak terstruktur yang digunakan sebagai titik awal dalam proses pembelajaran.
Problem Based Learning
menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang dimunculkan. Menurut Dutch (Amir 2009), Problem Based Learning merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata masalah ini digunakan untuk mengingatkan rasa keingintahuan serta kemampuan analitis dan inisiatif atas materi pelajaran. Menurut Howard Barrows dan Kelson (Amir 2009), Problem Based Learning adalah Kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta berpartisipasi dalam tim.1 Jadi dapat simpulkan dari beberapa para ahli pengertian dari Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran yang berisikan
suatu masalah–masalah yang tidak
terstruktur dan akan dikembangkan oleh kemampuan siswa dalam kelompok untuk berpartisipasi memecahkan suatu masalah serta untuk mencari solusi yang tepat agar dalam proses pembelajaran akan tercapai secara efektif B. Tujuan Problem Based Learning Menurut Rusman (2010) bahwa tujuan PBL adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan pengembangan keterampilan pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan karakteristik model PBL yaitu belajar tentang kehidupan yang lebih luas, keterampilan
1
Bekti wulandari & Herman dwi, Pengaruh Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK, Jurnal pendidikan vokasi, hlm.183
2
memaknai informasi, kolaboratif, dan belajar tim, serta kemampuan berpikir reflektif dan evaluatif2. Menurut Ibrahim dan Nur (Rusman, 2010) mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: 1. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah 2. Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata. 3. Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan Problem Based Learning adalah untuk mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah dengan cara berpikir reflektif dan evaluative. C. Landasan Teori Problem Based Learning Beberapa Teori
yang Melandasi Problem Based Learning
(PBL).
Dalam
perkembangannya, pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan kognitif, dan teori belajar penemuan Jerome Burner. 1. Teori Belajar Konstruktivisme Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai (Trianto, 2007). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesutunya sendiri, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-idenya sendiri (Trianto, 2007). Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
² Hamdayama Jumanta. Metodologi Pengajaran. 2016( Jakarta:Bumi Aksara), hlm.144
3
2. Teori Perkembangan Kognitif Teori belajar kognitif pertama kali dikenalkan oleh Piaget. Menurutnya, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, Nur (Trianto, 2007) berpendapat bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Menuru teori Piaget, setiap individu pada saat mulai dari bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut diantaranya (Dahar, 1989) : a. Sensori-motor (mulai lahir-2 tahun) b. Pra-operasional (2-7 tahun) c. Operasional konkret (7-11 tahun) d. Operai formal (11 tahun- dewasa) Teori Perkembangan Piaget, memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan memahami realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka. 3. Teori Penemuan Jerome Bruner Teori belajar yang paling melandasi pembelajaran PBL adalah teori belajar penemuan (discovery learning)yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1989). Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melaui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prisip-prinsip itu sendiri.
4
D. Ciri-ciri Problem Based Learning Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannnya masalah pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends (Trianto, 2007), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah a. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmutertentu. b. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa. c. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. d. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia. e. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah. 2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu Masalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagaidisiplin ilmu. 3. Penyelidikan autentik (nyata) Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir. 4. Menghasilkan produk dan memamerkannya Siswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. 5. Kolaboratif Pada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersamasama antar siswa.
5
Menurut Ibrahim et.al. (2009) karakteristik dalam Problem Based Learning sebagai berikut: 1. Pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah yang mengambang yang berhubungan dengan kehidupan nyata; 2. Masalah dipilih sesuai dengan tujuan pembelajaran; 3. Siswa menyelesaikan masalah dengan penyelidikan auntetik; 4. Secara bersama-sama dalam kelompok kecil, siswa mencari solusi untuk memecahkan masalah yang diberikan; 5. Guru bertindak sebagai tutor dan fasilitator; 6. Siswa bertanggung jawab dalam memperoleh pengetahuan dan informasi yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja; 7. Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah dalam bentuk produk tertentu. E. Langkah-langkah Problem Based Learning Pelaksanaan
PBM
memiliki
ciri
tersendiri
berkaitan
dengan
langkah
pembelajarannya. John dewey, Seorang ahli pendidikan menjelaskan 6 langkah pelaksanaan PBM sebagai berikut²: 1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan 2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang 3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya 4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah 5. Menguji hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan 6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan. Model pembelajaran berbasis masalah ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi banyak kepada siswa. Model ini dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, 6
belajar berperan sebagai orang dewasa melalui pelibatan siswa dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi self-regulated learner. Sintaks model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan segala hal yang akan dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2. Mengorganisasi siswa untuk belajar Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah 4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, melaksanakan eksperimen atau pengamatan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dari proses-proses yang mereka gunakan.
7
F. Pelaksanaan Problem Based Learning 1. Tugas-tugas Perencanaan3 Menurut Trianto (2009:98) karena hakekat interaktifnya, model PBL membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya. a) Penetapan TujuanModel PBL dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki, memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. b) Merancang Situasi MasalahBeberapa guru dalam PBLlebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. c) Organisasi Sumber Daya dan Rencana LogistikDalam PBL, siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan. Pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. 2. Tugas Interaktif a) Mengarahkan siswa pada masalah Siswa perlu memahami bahwa tujuan PBL adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalahmasalah penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu materi pelajaran dalam PBL adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan keinginan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar Pada model PBL dibutuhkan pengembangan keterampilan kerja sama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. 3
Hery, S, Pembelajaran Model PBL (Problem Based Learning) pada Mata Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang Pada Siswa Kelas III SD, dalam Jurnal Inovasi (Online) 2017 Vol. XIX No. 1, hal 8
8
c) Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok 1) Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagaimana etika penyelidikan yang benar. 2) Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam hal penyelidikan model PBL. Selama dalam tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktivitas siswa. 3) Puncak tugas-tugas PBLadalah penciptaan dan peragaan hasil karya seperti laporan, poster, model-model fisik, dan videotape. d) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Tugas guru pada tahap akhir PBL adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. 3. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok. Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan kelas, yang menggunakan model PBL adalah bagaimana mengenai siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain, kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model PBL siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit. Dalam model PBL, guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu, untuk 9
efektivitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan. Selain itu juga tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat. 4. Penilaian (Assesment) dan Evaluasi Seperti halnya dalam model pembelajaran kooperatif, dalam model PBL fokus perhatian, pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif. Oleh karena itu, tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model PBL adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka. Evaluasi yang sesuai untuk model PBLterutama adalah menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa. Misalnya, dengan penilaian kinerja dan peragaan hasil. Penilaian kinerja dapat berupa penilaian melakukan pengamatan, merumuskan pertanyaan, merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya. G. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Based Learning Menurut Sanjaya (2008) adapun kelebihan dan kekurangan dalam model Pembelajaran Problem Based learning yaitu : 1. Kelebihan model pembelajaran Problem based learning sebagai berikut: a. Pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; b. Pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada siswa; c. Problem based learning dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran; d. Membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari; e. Membantu siswa mengembangkan pengetahuannya dan membantu siswa untuk bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri; f. Membantu siswa untuk memahami hakikat belajar sebagai cara berfikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru berdasarkan buku teks g. Problem based learning menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan disukai siswa 10
h. Memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata; dan i. Merangsang siswa untuk belajar secara kontinu.
2. Kekurangan dalam model Pembelajaran Problem based learning yaitu: a. Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa enggan untuk mencoba lagi; b. Problem based learning membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan c. Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.
11
DAFTAR PUSTAKA Amir, M. Taufiq. (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup. Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudarman. (2007). Problem Based Learning: Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan Meningkatkan Kemampuan Memecahkan masalah. Dalam Jurnal Pendidikan Inovatif [online] Vol 2, hlm.6 Setiyawan, H. 2017. Pembelajaran Model PBL (Problem Based Learning) pada Mata Pelajaran Matematika Materi Luas Bidang Pada Siswa Kelas III SD. Dalam Jurnal Inovasi(Online) Vol. XIX No. 1, hal 8
12