Infeksi Salurah Kemih Berdarah pada Anak - anak
Abstrak Berkemih atau buang air kecil dalam aktivitas sehari - hari sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap manusia. Pembuangan cairan tubuh melalui urin membantu metabolisme tubuh sehingga kondisi tubuh tetap seimbang. Infeksi pada saluran kemih sering terjadi pada anak - anak karena berbagai hal. Kurangnya faktor higienis dan daya tubuh anak yang masih lemah membuat bakteri sangat mudah menginfeksi saluran kemih. Efek dari reaksi infeksi menyebabkan urin berwarna merah yang sering kali dikeluhkan orang tua kepada dokter. Penanganan yang tepat dan cepat akan memberikan prognosis yang baik bagi penyakit ini. Kata kunci : saluran kemih, infeksi, bakteri
Abstract Urinate or urinate in the daily activities - day is very important and is needed by every human being. Disposal of body fluids through urine helps the body's metabolism so that the body condition remains balanced. Urinary tract infections are common in children for many reasons. Lack of hygiene and the power factor of the child's body is still weak make it very easy bacteria infect the urinary tract. Effects of reaction causes an infection of red colored urine often complained of the parents to the doctor. Precise handling and rapidly will give a good prognosis for this disease. Keywords: urinary tract infection, bacterial
Pendahuluan Infeksi saluran kemih (ISK) adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya mikroorganisme patogenik pada urine, uretra, kandung kemih, atau ginjal. Dalam erti kata 1
lain, Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Mikroorganisme sebagai penyebab ISK kebanyakkan bakteri anaerob. Selain itu ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Infeksi saluran kemih ( ISK ) merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan, dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak, remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Makalah ini akan membahaskan tentang infeksi saluran kemih tetapi lebih terfokus pada hemoragik sistitis yang dideritai pada anak perempuan sesuai dengan kasus ini.
Isi Pembahasan 1. Anamnesis Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien (auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (allo-anamnesis) bila keadaan pasien tidak memungkinkan untuk diwawancarai, misalnya keadaan kegawatdaruratan atau sebagainya. Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga. a. b. c.
Anamnesis pada pasien yang diduga menderita infeksi saluran kemih Identitas: nama, usia, pekerjaan Keluhan utama Riwayat penyakit sekarang Pertanyaan langsung yang berkaitan: - Apakah anda berkemih lebih sering (frekuensi)? - Apakah anda merasa seperti terbakar atau nyeri saat berkemih (disuria)? - Apakah anda terbangun saat malam untuk berkemih (nokturia)? - Apakah anda sangat ingin ke toilet, anda harus segera melakukannya
(urgensi)? d. Riwayat penyakit terdahulu: Adakah riwayat disuria, ISK, batu urin, penyakit ginjal, atau diabetes melitus ? e. Riwayat penyakit keluarga: Adakah riwayat ISK berulang dalam keluarga? f. Obat-obatan: Apakah pasien sedang menjalani terapi antibiotik? apakah pasien memiliki alergi terhadap antibiotik?1 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik yang dilakukan, yaitu pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik khusus. 2
A. Pemeriksaan tanda vital yang dinilai, yaitu tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi, serta suhu tubuh. B. Pada pemeriksaan fisik khusus, dilakukan 4 tahap pemeriksaan yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik pada ISK Bawah - Pemeriksaan abdomen biasanya masih normal, kecuali sakit tekan di daerah kandung kemih (suprapubik). Pemeriksaan fisik pada ISK Atas - Pada pemeriksaan fisik ditemui panas intermiten disertai menggigil dan takikardi. Sakit sekitar pinggang dan ginjal sulit diraba karena spasme otot-otot. First percussion di daerah sudut costovertebral selalu dijumpai pada setiap pasien. 3. Pemeriksaan Penunjang a.
Urinalisis -
Makroskopik: warna keruh atau merah
-
Mikroskopis o Leukosuria atau pyuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya UTI. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih. Juga terdapat leukosit esterase positif. o Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. o Pulasan Gram
-
Pemeriksaan kimia Yang paling sering dipakai ialah tes nitrit. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterococcus, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh enterococcus dan acinetobacter.
b. Kultur urin Untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna yaitu >100.000/ml urin pada urin midstream, manakala pada urin suprapubik, 1 bakteri ditemui sudah dianggap bermakna. 3
c. Pemeriksaan laboratorium darah antara lain pemeriksaan darah perifer lengkap dan fungsi ginjal.2,3 4. Differential Diagnosis 4.1 Pielonefritis Pielonefritis akut adalah reaksi inflamasi akibat infeksi yang terjadi pada pielum dan parenkim ginjal. Pada umumnya kuman ini bergerak naik dari bagian bawah ke atas. Kumankuman yang sering adalah Escheria coli, Proteus, Klebsiella spp, dan kokus gram positif. Adapun gejala dan tanda dari pielonefritis akut adalah demam tinggi yang disertai menggigil nyeri didaerah perut dan pinggang, mual maupun muntah. Dapat pula terjadi disuria, frekuensi, dan urgensi. Pemeriksaan yang dilakukan adalah menilai adanya nyeri pinggang pada regio flank. pemeriksaan darah yang menunjukkan adanya leukositosis disertai meningkatnya LED, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria dan hematuria. Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang lebih parah atau memperbaiki kondisi pasien, maka diberikan terapi suportif dan antibiotika. Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di punggung bagian bawah, mual dan muntah. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu sering berkemih dan nyeri ketika berkemih. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut berkontraksi kuat.Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk dikenali. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali.4 4.2 Glomerulonefritis akut Glomerulonefritis akut juga disebut dengan glomerulonefritis akut post streptokokus (GNAPS) adalah suatu proses radang non-supuratif yang mengenai glomeruli, sebagai akibat infeksi kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, tipe nefritogenik di tempat lain. Penyakit ini sering mengenai anak-anak. 4
Glomerulonefritis akut (GNA) adalah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi kuman streptococcus. Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut) mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi, patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis. Gejala klinisnya adalah:
Sembab preorbita pada pagi hari (75%)
Malaise, sakit kepala, muntah, panas dan anoreksia
Asites (kadang-kadang)
Takikardia, takipnea, rales pada paru, dan cairan dalam rongga pleura
Hipertensi (tekanan darah > 95 persentil menurut umur) pada > 50% penderita
Air kemih gelap, oliguria
Pada pemeriksaan radiologik didapatkan tanda bendungan pembuluh darah paru, cairan dalam rongga pleura, dan kardiomegali3
4.3 IgA nefropati IgA nefropati adalah penyakit ginjal kronis yang bisa berlangsung 10-20 tahun. Hal ini disebabkan oleh endapan protein imunoglobulin A (IgA) dalam glomeruli di ginjal. Glomeruli ini biasanya berfungsi sebagai filtrasi dan kelebihan air dari darah dan mengirimkannya ke kandung kemih sebagai urin. Namun, protein IgA mencegah proses penyaringan ini. Hal ini dapat mengakibatkan adanya darah dan protein dalam urin dan bengkak di tangan dan kaki. Lazim pada anak laki-laki berbanding wanita dengan rasio 2:1. Kebanyakan kasus yang menyebabkan IgA nefropati adalah idiopatik.Tetapi turut dikaitkan juga karena penyakit-penyakit tersebut: 5
a. Sirosis hati dan penyakit hati lain b. Gluten enteropati c. Penyakit HIV Tanda dan gejala nefropati IgA meliputi: cola-atau teh berwarna urin (yang disebabkan oleh sel darah merah dalam urin), episode berulang dari urin cola atau teh berwarna, darah kadang-kadang bahkan terlihat dalam urin anda, biasanya selama atau setelah infeksi saluran pernapasan, busa dalam air toilet dari protein dalam urin anda , pembengkakan (edema) di tangan dan kaki, tekanan darah tinggi, dan demam Timbul gejala penyakit ini perlu bertahun-tahun dan menyebabkan komplikasi seperti bengkak, infeksi saluran pernapasan atas berulang, atau penyakit usus.4
5. Working Diagnosis Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, diagnosis kerja pada kasus ini adalah sistitis hemoragik. Sistitis adalah radang selaput mukosa kandung kemih (vesica urinaria) yang timbulnya mendadak, biasanya ringan dan sembuh spontan atau berat disertai penyulit infeksi saluran kemih atas (Pielonefritis). Infeksi saluran kemih (ISK) adalah penyakit yang sering ditemukan pada anak. ISK terjadi sebagai akibat masuknya kuman ke dalam saluran kemih. Biasanya kuman berasal dari tinja atau dubur, masuk ke saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Kuman dapat juga masuk ke saluran kemih melalui aliran darah dari tempat lain yang melebar, terdapat sumbatan saluran kemih, kandung kemih yang membesar dan lainlain. Sama seperti penyakit infeksi lainnya, ISK akan lebih mudah terjadi pada anak dengan gizi buruk atau sistem kekebalan tubuh anak rendah. Anak yang mengalami sembelit atau sering menahan-nahan air kemih (kencing) pun dapat berisiko terkena ISK. Kuman penyebab infeksi saluran air kemih adalah seperti kuman gram negatif : E.Coli (85%), Klebsiela, Entero-bakter, Proteus, dan Pseudomonas.5 6. Epidemiologi
6
ISK dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian ISK pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar ISK terjadi pada anak perempuan. Rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah, kejadian ISK pada anak perempuan 30 kali lebih besar dibanding pada anak laki-laki. Dan pada anak laki-laki yang disunat, risiko ISK menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak disunat.
7. Gejala Klinis 1. Tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan isi perut. 2. Gejala yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih. 3. Rasa terbakar dan perih pada saat berkemih (dysuria). 4. Adanya sel darah merah pada urin (hematuria). 5. Urin berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin. 6. Sering buang air kecil (poliuria) atau kebutuhan mendesak untuk buang air kecil (kencing urgensi). 7. Perlu untuk buang air kecil pada malam hari (nokturia, mirip dengan kanker prostat atau BPH). 8. Ketidaknyamanan pada daerah pelvis renalis. 9. Rasa sakit pada daerah suprapubis. 10. Perasaan tertekan pada perut bagian bawah. 11. Demam. 12. Lemah, susah makan, dan muntah.5 8. Etiologi Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian 7
disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi gram negatif. Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal.3,5 Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh: 1. Escherichia coli. - Eschericia coli yang patogenik adalah penyebab yang paling sering dari infeksi saluran kemih. Ia adalah flora normal di traktus digestivus. Faktor virulensi E.coli adalah endotoksin yang berhubungan dengan keberadaan lipopolisakarida. E.coli juga mempunyai kapsul yang dinamakan antigen K, yang selalunya berperan pada ISK bagian atas. Selain itu, sifat adhesi pada E.coli
berperanan penting pada ISK.
Umumnya infeksi disebabkan oleh E.coli antigen O. 2. Klebsiella pneumoniae -Klebsiella pneumoniae kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia dengan lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir saluran napas bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak, bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar yang daya lekatnya berlainan. 3. Enterobacter aerogenes - Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi melalui infeksi nosokomial. 4. Proteus sp. - Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat menyebabkan infeksi saluran kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga atau saluran napas. Spesies proteus dapat menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu meninggalkan saluran usus. Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia, pneumonia dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada penderita yang menerima infus intravena. 5. Adenovirus 8
- Adenovirus adalah sejenis virus bersaiz sederhana (90–100 nm), tidak bersampul (tanpa dua lapisan lipid luar) ikosahedral viruses yang mempunyai anucleocapsid dan bergenom bebenang ganda dua DNA linear. Terdapat 55 serotip yang dikenalpasti di dalam manusia, yang bertanggungjawab bagi 5–10% jangkitan pernafasan atasan pada kanak-kanak, dan juga jangkitan pada dewasa. Virus ini adalah dari famili Adenoviridae yang menjangkit pelbagai spesis vertebra, termasuklah manusia.4,6 8. Patofisiologi 1. Infeksi asending
Gambar 1: cara infeksi secara asending.2
a. Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid, streptokokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena letak anus tidak jauh dari uretra. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena: adanya perubahan flora normal di daerah perineum 9
Berkurangnya antibodi lokal Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita b. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah : 1) Faktor anatomi Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki disebabkan karena : Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan antibakteri yang kuat 2) Faktor tekanan urin pada waktu miksi Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluaran urin. a. Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih -
Dalam keadaan normal, mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung tiga faktor yaitu : 1. Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pemgenceran urin 2. Efek antibakteri dari urin, karena urin mengandung asam organik yang bersifat bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan pH yang rendah. 3. Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik
Mekanisme
pertahanan
mukosa
ini
diduga
ada
hubungannya
dengan
mukopolisakarida dan glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa, asam organik yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan bersifat lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel neutrofil dan sel mukosa saluran 10
kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada keseimbangan antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa kandung kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat hal sebagai berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi atau inflamasi sebelumya pada kandung kemih. b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
-
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks internal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal. Tidak berfungsinya valvula vesikoureter ini disebabkan karena: Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi secara kongenital Edema mukosa ureter akibat infeksi Tumor pada kandung kemih Penebalan dinding kandung kemih7,8
2. Infeksi desending (hematogen) Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Biasanya mengenai pasien dgn daya tahan tubuh lemah.
9. Komplikasi a. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih bawah antara lain: - Pielonefritis, batu saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisistem, dan gangguan fungsi ginjal. b. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka panjang -
adalah: Renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik.
10. Penatalaksanaan Medika mentosa
11
-
Antibiotika yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu antibiotika oral dan parenteral.
Antibiotika Oral a. Sulfonamida - Antibiotika ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungan dari sulfonamide adalah obat ini harganya murah. b. Trimetoprim-sulfametoksazol - Kombinasi dari obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri aerob, kecuali Pseudomonas aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati infeksi dengan komplikasi, juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah 160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. c. Penicillin
Ampicillin adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg dan interval pemberiannya tiap 6 jam.
Amoxsicillin terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping. Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan interval pemberiannya tiap 8 jam.
d. Cephaloporin - Cephalosporin tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain yang digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten terhadap amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol. e. Tetrasiklin - Antibiotika ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial. f. Quinolon - Asam nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk mengobati infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae
lain,
tetapi
tidak
terhadap
Pseudomonas
aeruginosa.
Ciprofloxacin ddan ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar 200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.
12
g. Nitrofurantoin - Antibiotika ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam terapi jangka panjang. h. Azithromycin - Berguna pada terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial. i. Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat - Antibiotika ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap infeksi. Antibiotika Parenteral. a. Amynoglycosida - Gentamicin dan Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar terhadap pseudomonas memilki peranan penting dalam pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya digunakan untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan dengan interval pemberian tiap 8 jam.
b. Penicillin - Penicillin memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari. c. Cephalosporin - Cephalosporin generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri gram negative, tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi pathogen.9
11. Pencegahan Agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat dilakukan hal-hal berikut: Menjaga dengan baik higenitas organ genital eksterna. Membersihkan organ genital eksterna dengan sabun karna membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih. 13
Mengganti popoknya jika sudah kotor. Circumsisi kulup penis. Gunakan pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab. 12. Prognosis Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus dan penyebab terjadinya infeksi tersebut.8
Kesimpulan Sistitis terjadi karena adanya kuman / bakteri yang masuk kedalam vesika urinaria melalui uretra dari mikroba yang terkandung dalam urin yang lama tertampung dalam vesika urinaria dan akan menginfeksi di kandung kemih. Pada wanita lebih cenderung terkena sistitis karena uretra pendek dibanding pria. Setelah terjadi infeksi akibat dari kuman dalam urine yang tertampung dalam vesika urinaria akan menyebabkan daerah tersebut meradang dan bisa juga karena kateter atau adanya trauma dari luar sehingga menyebabkan orang mengalami sistitis seperti perasaan/ dorongan selalu ingin BAK. Pengenalan penyakit sistitis secara dini dan penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah kekambuhan infeksi dan kemungkinan komplikasi seperti gagal ginjal atau sepsis. Tujuan penanganan adalah untuk mencegah infeksi agar tidak berkembang dan menyebabkan kerusakan renal permanen dan gagal ginjal.
14
Daftar Pustaka 1. Purnomo BB. Dasar-dasar urologi. Edisi Ke-2. Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia; 2003. h. 62-65. 2. Davey P. At a glance medicine: Penyakit ginjal. Jakarta : penerbit Erlangga; 2011. h. 50-1 3. Sacher RA, McPherson RA. Pemeriksaan laboratorium. Edisis ke- 11. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.h. 428-32. 4. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006. h. 26-93 5. Darmadi. Infeksi nosokomial: problematika dan pengendaliannya. Jakarta : Penerbit Salemba Medika; 2008.h. 178-85 6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 919-21. 7. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Volume 1. Jakarta:Media Aesculapius;2001.h.334-6. 8. Enday S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Edisi ke-5. Jilid 3. Jakarta: Interna Publishing; 2009.hal.1011-2. 9. Ganiswarna SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi.Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi FKUI. 2001.hal. 456-67.
15