Makalah Mortum Kelompok 4.docx

  • Uploaded by: Suci Indah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Mortum Kelompok 4.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,474
  • Pages: 17
MAKALAH Morfologi Tumbuhan “Tata Letak Daun pada Batang”

DISUSUN OLEH Suci Indah Sari

(1640603001)

Recxy Perdana Syah Putra

(1640603008)

Mia Siska

(1640603013)

PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN 2018

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Makalah ini bejudul “Tata Letak Daun” yang dibuat untuk memenuhi tugas kami dalam mata kuliah Morfologi Tumbuhan. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun agar kami dapat menyusun makalah lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2 C. Tujuan .............................................................................................................. 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 A. Tata Letak Daun pada Batang (Phyllotaxis atau Disposition Foliorum) ......... 3 B. Bagan (Skema) dan Diagram Tata Letak Daun ............................................... 7 C. Definisi dari Spirostik dan Parastik ................................................................ 10 BAB III PENUTUP ................................................................................................. 12 A. Kesimpulan ..................................................................................................... 12 B. Saran ................................................................................................................ 13 DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kormus adalah tubuh tumbuhan yang hanya dimiliki oleh tumbuhan

Pteridophyta

atau

tumbuhan

paku

dan

tumbuhan

Spermatophyta atau tumbuhan biji sehingga para ilmuwan tumbuhan mengelompokkan kedua golongan tumbuhan tersebut kedalam satu kelompok yaitu Cormophyta atau tumbuhan kormus. Kormus dibedakan kedalam tiga bagian pokok yaitu : 1). Akar (radix); 2). Batang (caulis); 3). Daun (folium), dimana bagian-bagian lain yang kita temukan pada tubuh tumbuhan dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi dari ketiga bagian pokok tersebut. Bagian-bagian lain yang ditemukan pada tubuh tumbuhan tersebut diantaranya : 1). Kuncup (gemma), dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi batang dan daun; 2). Bunga (flos), dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi batang dan daun; 3). Duri (spina), dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi dahan maupun daun; 4). Alat-alat pembelit (cirrhus), berasal dari daun maupun dari dahan atau cabang; 5). Umbi (tuber), dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi batang; 6). Rimpang (rhizoma), dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi batang beserta daun-daunnya; 7). Umbi lapis (bulbus), dianggap sebagai metamorfosis atau kombinasi batang dan daun (Tjitrosoepomo, 2013). Daun merupakan salah satu alat hara (organum nutrivum) yaitu semua bagian tubuh tumbuhan yang secara langsung ataupun tidak langsung bermanfaat untuk menegakkan kehidupan tumbuhan terutama dalam hal penyerapan, pengeloaan, pengangkutan, serta penimbunan zatzat makanan. Daun hanya ditemukan pada batang tumbuhan saja dan merupakan bagian tubuh tumbuhan yang mempunyai umur yang terbatas dan pada akhirnya akan runtuh atau gugur sehingga akan meninggalkan

1

bekas pada batang. Batang tempat melekatnya daun atau tempat duduknya daun disebut buku-buku (nodus) batang dan tempat diatas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla) (Tjitrosoepomo, 2013). Duduknya daun pada batang berbagai jenis tumbuhan ternyata berbeda-beda jika dibandingkan terutama perbedaan mengenai aturan letaknya daun-daun yang satu dengan yang lain pada batang. Aturan mengenai letaknya daun tersebut dinamakan tata letak daun. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang terdapat tiga kemungkinan tata letak daun yaitu : 1). Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun atau dinamakan tersebar (folia sparsa); 2). Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun atau dinamakan berhadapan bersilang (folia opposita atau folia decussata); 3). Pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun atau dinamakan berkarang (folia verticillata) (Tjitrosoepomo, 2013).

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah tata letak daun pada batang (Phyllotaxis atau Disposition Foliorum) ? 2. Bagaimanakah bagan (skema) dan diagram tata letak daun? 3. Apakah definisi dari spirostik dan parastik ?

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui dan memahami tata letak daun pada batang (Phyllotaxis atau disposition foliorum) 2. Untuk mengetahui dan memahami bagan (skema) tata letak daun 3. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari spirostik dan parastik

2

BAB II PEMBAHASAN A. Tata Letak Daun pada Batang (Phyllotaxis atau Disposition Foliorum) Daun merupakan bagian dari tumbuhan yang memiliki peran penting dan pada umumnya hampir semua jenis tumbuhan mempunyai daun. Daun hanya terletak pada batang saja dan belum pernah ditemukan pada bagian lain dari tubuh tumbuhan. Batang sebagai tempat melakatnya atau tempat duduknya daun disebut sebagai buku-buku batang atau nodus dan antara tumbuhan yang satu dengan tumbuhan yang lain memiliki perbedaaan mengenai letak daun-daun antara satu dengan yang lain pada batang atau buku-buku batang (Tjitrosoepomo, 2013). Aturan mengenai letak daun-daun pada batang atau buku-buku batang disebut tata letak daun. Berdasarkan jumlah daun pada buku-buku batang terdapat tiga kemungkinan tata letak daun yaitu : 1. Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun Tata letak daun dimana setiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun dinamakan : tersebar atau folia sparsa. Walaupun tata letak daunnya tersebar, akan tetapi jika diperhatikan secara teliti dan seksama maka akan ditemukan atau terdapat keteraturan. Sebagai contoh tata letak daun pada tanaman tebu, daun yang melekat pada buku-buku batang hanya mengarah pada dua sisi yaitu daun ke-1 mengarah ke arah kanan dan daun ke-2 mengarah kearah kiri selanjutnya daun ke-3 mengarah kearah

kanan dan daun ke-4

mengarah kearah kiri, dan seterusnya. Daun ke-1 sejajar dengan ke-3 pada sumbu proyeksi daun yang sama yaitu sumbu I (mengarah ke kanan), sementara daun ke-2 sejajar dengan daun ke-4 pada sumbu proyeksi lainnya yaitu sumbu II (mengarah ke kiri) sehingga pada tanaman tebu hanya terdapat 2 sumbu proyeksi daun. Tanaman rumput teki juga memiliki keteraturan dalam penyusunan tata letak daunnya yaitu daun ke-1 terdapat pada sumbu I proyeksi daun, daun ke-2

3

terdapat pada sumbu II proyeksi daun dan daun ke-3 terdapat pada sumbu III proyeksi daun kemudian selanjutnya daun ke-4 terdapat pada sumbu I, daun ke-5 pada sumbu II daun ke-6 pada sumbu III (Hadisunarso, 2013).

Gambar 2.1 A. Tata Letak Daun Tersebar (folia sparsa), B. Tanaman Tebu

Garis vertikal yang merupakan sumbu proyeksi tersebut dinamakan ortostik dan pada tanaman tebu terdapat 2 buah ortostik sedangkan pada tanaman rumpu teki terdapat 3 buah ortostik. Ketika daun ke-1 dihubungkan dengan daun ke-2 dan seteruskan maka akan membentuk garis spiral yang akan melingkari batang yang dinamakan spiral genetik dimana garis spiral genetik akan membentuk lingkaran. Apabila garis spiral genetik diurutkan mulai dari daun ke-1 menuju daun berikutnya maka akan ditemukan daun yang letaknya satu ortistik dengan daun yang ke-1 dan membentuk spiral genetik satu lingkaran. Perbandingan jumlah lingkaran spiral genetik dengan jumlah garis ortostik hingga mencapai daun terdekat yang terdapat pada satu garis ortostik yang sama pada tanaman tebu yaitu ½ sehingga tata letak daun (filotaksis) pada tanaman padi adalah ½ sedangkan pada tanaman

4

rumput teki yaitu 1/3 sehingga tata letak daun (filotaksis) pada tanaman rumput teki yaitu 1/3 (Hadisunarso, 2013). Tata letak daun membentuk suatu deret yang disebut sebagai deret Fibonacci dimana angka-angka dalam deret ini adalah ½, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21, dan seterusnya. Suku ke-3 pada deret tersebut diperoleh dari penjumlahan pembilang suku pertama dengan pembilang suku kedua serta penjumlahan penyebut suku pertama dengan penyebut suku kedua demikian juga suku ke-4 diperoleh dari penjumlahan pembilang suku kedua dengan pembilang suku ketiga serta penjumlahan penyebut suku kedua dengan penyebut suku ketiga begitupun seterusnya. Angka pecahan pada deret Fibonacci ketika dikalikan dengan sudut 3600 maka akan diperoleh sudut yang disebut dengan sudut divergensi. Sudut divergensi merupakan sudut antara dua daun berurutan apabila diproyeksikan ke bidang datar dan merupakan sudut diantara daris ortostik daun-daun yang letaknya berurutan (Hadisunarso, 2013). 2. Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun Tata letak daun dimana setiap buku-buku batang terdapat dua daun dinamakan : berhadapan bersilang (folia opposita atau folia decussata). Pada tata letak ini dua daun pada setiap buku-buku letaknya berhadapan yang terpisah oleh jarak sebesar 1800 dan pada buku-buku batang selanjutnya biasanya kedua daun letaknya membentuk suatu silang dengan dua daun sebelumnya seperti Gambar 2.1. Tata letak daun seperti ini terdapat pada tanaman bunga soka (Ixora paludosa Kurz), mengkudu (Morinda citrifolia L.) dan lain lain seperti pada Gambar 2.2.

5

Gambar 2.2 Tata Letak Daun Berhadapan Bersilang (folia opposita atau folia decussata) (Sumber : Tjitrosoepomo, 2013)

A

B

Gambar. 2.3 A. Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.), B. Daun Soka (Ixora paludosa Kurz) (Sumber : http://belajar-dirumah.blogspot.co.id/2015/03/tata-letak-daun-pada-batang.html#)

3. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun Tata letak daun dimana setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun dinamakan : berkarang (folia verticillata) seperti pada Gambar 2.3. Tata letak daun jenis ini tidak dapat ditentukan rumus daunnya sama seperti tata letak daun berhadapan akan tetapi pada duduk daunnya terlihat ortostik-ortostik yang menghubungkan daundaun yang tegak lurus satu sama lain. Tata letak daun berkarang ditemukan pada tumbuhan pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br), alamanda (Allamanda cathartica L.) seperti pada Gambar 2.4.

6

Gambar 2.4 Tata Letak Daun Berkarang (folia verticillata) (Sumber : Tjitrosoepomo, 2013)

A

B

Gambar 2.5 A. Daun pohon pulai (Alstonia scholaris R.Br), B. Alamanda (Allamanda cathartica L.) () (Sumber : http://belajar-dirumah.blogspot.co.id/2015/03/tata-letak-daun-pada-batang.html#)

B. Bagan (Skema) dan Diagram Tata Letak Daun Bagan (skema) tata tata letak daun dibawah ini menggambarkan batang tumbuhan berbentuk bulat panjang seperti pipa. Garis ortostik yang merupakan garis sumbu proyeksi daun digambarkan dengan garis membujur berwarna merah, sedangkan spiral genetik digambarkan dengan garis berwarna biru, garis putus-putus menggambarkan bahwa garis tersebut terdapat di belakang batang dan nomor 1, 2, 3, dan seterusnya merupakan nomor daun secara berurutan dari bawah ke atas (Hadisunarso, 2013).

7

A

B

C

Gambar 2.6 Bagan Tata Letak Daun (Hadisunarso, 2013)

Bagan A merupakan bagan tata letak daun dengan filotaksis ½ terdapat 2 garis ortostik dengan sudut divergensi ½ x 3600 = 1800 dengan jumlah lingkaran genetik hingga mencapai daun yang terdapat pada ortostik yang sama adalah satu lingkaran. Bagan B merupakan bagan tata letak daun dengan filotaksis 1/3 terdapat 3 garis ortostik dengan sudut divergensi 1/3 x 3600 = 1200. Bagan C merupakan tata letak daun dengan filotaksis 2/5 terdapat 5 garis ortostik dengan sudut divergensi 2/5 x 3600 = 1440 (Hadisunarso, 2013). Diagram tata letak daun di bawah ini memperlihatkan tata letak daun dari atas dimana batang tumbuhan di gambarkan sebagai kerucut dengan buku-buku tempat melekatnya daun digambarkan dalam bentuk lingkaran-lingkaran dengan lngkaran terluar menggambarkan buku pada pangkal batang sedangkan lingkaran terdalam merupakan bagian buku termuda. Garis merah menunjukkan garis ortostik. Garis biru putus-putus menggambarkan garis spiral genetik (Hadisunarso, 2013).

8

Gambar 2.7 Diagram Tata Letak Daun (Hadisunarso, 2013)

Diagram A menunjukkan tata letak daun dengan filotaksis ½ di gambarkan minimal dengan 3 lingkaran untuk menunjukkan diagram ini. Ada 2 garis ortostik, daun ke-1 terdapat pada lingkaran terluar yang merupakan buku terbawah pada garis ortostik I, daun ke-2 terdapat pada lingkaran ke-2 yang merupakan buku-buku ke-2 dari bawah pada garis ortostik II, daun ketiga terletak pada lingkaran ke-3 dari luar pada sisi yang sama dengan daun ke-1, yaitu pada garis ortostik I, dan seterusnya (Hadisunarso, 2013). Diagram B menunjukkan tata letak daun dengan filotaksis 1/3 di gambarkan minimal dengan 4 lingkaran untuk menunjukkan diagram ini. Ada tiga garis ortostik daun ke-1 terdapat pada lingkaran terluar yang merupakan buku terbawah pada garis ortostik I, daun ke-2 terdapat pada lingkaran ke-2 yang merupakan buku-buku ke-2 dari bawah pada garis ortostik II, daun ketiga terletak pada lingkaran ke-3 dari luar pada garis ortostik III, daun ke-4 terdapat pada lingkaran ke-4 pada sisi yang sama dengan daun ke-1, yaitu pada garis ortostik I, dan seterusnya (Hadisunarso, 2013). Diagram C menunjukkan tata letak daun dengan filotaksis 2/5 digambarkan minimal dengan 6 lingkaran untuk menunjukkan diagram ini. Ada lima garis ortostik. Oleh karena sudut divergensi pada filotaksis ini 1440 maka antara garis ortostik I dan II melewati satu garis ortostik di sampingnya (loncat satu), daun ke-1 terdapat pada lingkaran terluar yang merupakan buku terbawah pada garis ortostik I, daun ke-2 terdapat pada lingkaran ke-2 yang merupakan buku-buku ke-2 dari bawah pada garis 9

ortostik II, daun ketiga terletak pada lingkaran ke-3 dari luar yang merupakan buku ke-3 pada garis ortostik III, dan seterusnya sehingga daun ke-6 terletak pada lingkaran ke-6 dari luar pada garis ortostik I, sama dengan garis ortostik daun ke-1 (Hadisunarso, 2013).

C. Definisi dari Spirostik dan Parastik Garis ortostik dan spiral genetik pada tumbuhan yang tumbuh tegak ke atas dapat dengan mudah kita tentukan namun, berbeda dengan beberapa tumbuhan yang memiliki garis ortostik yang dapat mengalami perubahan arah sehingga tidak vertikal, melainkan membentuk spiral dan penentuan garis spiral genetik menjadi lebih sulit untuk dilakukan. Tata letak daunnya masih mengikuti garis ortostik namun membentuk spiral sehingga dinamakan spirostik. Spirostik dapat Anda jumpai pada daun pacing (Costus speciosus Smith), pandan (Pandanus tectorius Sol.), dan sebagainya (Hadisunarso, 2013).

A

B

Gambar 2.8 Spirostik pada Costus sp. (A) dan Pandanus sp. (B) (Hadisunarso, 2013).

Tumbuhan kaktus memiliki daun-daun yang telah berubah menjadi duri yang tampak tersusun dengan rapi. Duri daun tersebut tersusun rapat sehingga tampak seolah-olah ada garis spiral dengan dua arah putaran, yaitu ke kiri dan ke kanan. Garis spiral seperti ini dinamakan garis

10

parasitik. Garis parasitik dapat juga kita jumpai pada kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack.), nanas, dan sebagainya (Hadisunarso, 2013).

Gambar 2.9 Garis Parasitik pada Kaktus (Hadisunarso, 2013).

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari pembahasan di atas adalah : 1. Tata letak daun pada batang terdapat tiga kemungkinan yaitu 1). Pada tiap buku-buku batang hanya terdapat satu daun atau disebut tersebar (folia sparsa), walaupun tersebar tetapi apabila diperhatikan dengan seksama terdapat keteraturan; 3). Pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun atau disebut berhadapan bersilang (folia opposila atau folia decussata); 3). Pada tia buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun atau disebut berkarang (folia ferticillata). 2. Bagan

(skema) tata tata letak daun dibawah ini menggambarkan

batang tumbuhan berbentuk bulat panjang seperti pipa dengan garis ortostik yang merupakan garis sumbu proyeksi daun digambarkan dengan garis membujur berwarna merah, sedangkan spiral genetik digambarkan

dengan

garis

berwarna

biru,

garis

putus-putus

menggambarkan bahwa garis tersebut terdapat di belakang batang dan nomor 1, 2, 3, dan seterusnya merupakan nomor daun secara berurutan dari bawah ke atas. Diagram tata letak daun di bawah ini memperlihatkan tata letak daun dari atas dimana batang tumbuhan di gambarkan sebagai kerucut dengan buku-buku tempat melekatnya daun digambarkan dalam bentuk lingkaran-lingkaran dengan lngkaran terluar menggambarkan buku pada pangkal batang sedangkan lingkaran terdalam merupakan bagian buku termuda, garis merah menunjukkan garis ortostik, garis biru putus-putus menggambarkan garis spiral genetik 3. Spirositik merupakan garis ortostik yang dapat mengalami perubahan arah sehingga tidak vertikal, melainkan membentuk spiral. Garis parasitik merupakan garis spiral dengan dua arah putaran, yaitu ke kiri dan ke kanan.

12

B. Saran Pemahaman mengenai tata letak daun pada batang perlu diketahui dan dipahami mengingat setiap tumbuhan memiliki tata letak daun yang berbeda-beda. Penelitian dan pengkajian serta publikasi dalam bentuk jurnal mengenai tata letak daun pada batang masih sangat minim sehingga hendaknya lebih banyak dilakukan agar mahasiswa ataupun pelajar yang mencari sumber belajar mengenai materi ini dapat lebih mudah mengakses materi ini sehingga dapat meminimalisir informasi-informasi yang salah ataupun yang tidak sesuai dengan informasi yang sebenarnya.

13

DAFTAR PUSTAKA

Hadisunarso. 2013. Morfologi Tumbuhan. Tangerang, Indonesia: Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Terbuka.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

14

Related Documents


More Documents from "nurlinda"