Makalah Model Riset Komunikasi.docx

  • Uploaded by: wayan heri kusuma putra
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Model Riset Komunikasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,362
  • Pages: 23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rumpun ilmuilmu sosial. Begitupun dalam hal karakeristiknya dan teorisasinya seperti pendekatan objektif, pendekatan konstruktivis, dan pendekatan kritis. Begitupun dengan wilayah lapangan metode riset komunikasi yang tak lain tak bukan adalah bagian dari metode riset sosial pada umumnya. Perkembangan yang luas dalam ilmu komunikasi yang begitu cepat membuat sebuah terobosan dan macam-macam pendekatan baru dan variabel baru yang ditemukan sesuai dengan dinamika kehidupan masyarakat.

Perkembangan–perkembangan dalam model riset

komunikasi sesuai dengan tuntutan akan sebuah formulasi baru dalam ilmu komunikasi baik yang menyangkut aspek ontologi, epistemologi dan aksiologinya. Perubahan yang terjadi terus menyesuaikan dengan model yang sudah ada baik dikombinasikan dan dimodifikasikan bahkan lintas disiplin seperti model komunikasi agenda setting yang merupakan aplikasi riset komunikasi massa, dalam model ini tidak hanya dibahas persoalan yang berkaitan dengan ranah ilmu komunikasi saja melainkan mungkin juga dapat ditransmisikan ke berbagai pendekatan disiplin ilmu politik dan tentunya ini merupakan sesuatu yang sudah terjadi, terbukti berapa banyak lahir berbagai macam pandangan mengenai pendekatan ekonomi politik media. Dengan sendirinya metode riset komunikasi semakin dibutuhkan dalam berbagai lapangan kehidupan guna menjawab bermacam-macam sebuah persoalan seperti contoh bagaiamana agar performa sebuah komunikasi organisasi sebuah perusahaan akan lebih dapat ditingkatkan lagi dan ini tentunya membutuhkan sebuah perangkat metodologis dalam menjawabnya. Model komunikasi Aristoteles belum menempatkan unsur media dalam proses komunikasi ( Hafied Cangara : 2007). Hal ini dapat dimengerti ketika itu medis cetak dan elektronik belum ditemukan namun kala itu retorika merupakan

1

satu-satunya saluran komunikasi. Dilihat dari perkembangannya ilmu komunikasi terdiri dari beberapa interval periode. Dan ilmu komunikasi benar-benar secara mantap menjadi sebuah disiplin ilmu disekitar paruh tahun 1960-an, adalah Claude E. Shannon, Norbert Wiener, Harold D. Lasswell, dll sebagai bapak ilmu komunikasi. Lalu apa hubungan dengan topik yang dibahas pada makalah ini, saya pikir metode riset komunikasi tak akan dapat berdiri tanpa perkembangan disiplin ilmu komunikasi dimana para perintis ilmu komunikasi telah meletakkan dasardasar bagi metode riset komunikasi. Metode riset komunikasi memiliki berbagai macam pendekatan diantaranya objektif, konstruktivis, dan kritis. Masing-masing pendekatan ini memiliki perbedaan-perbedaannya diantara satu sama lain. Dan pendekatan-pendekatan dalam metode ilmu komunikasi secara aplikatif mempengaruhi penerima yang disalurkan dari pengirim (source). Saluran-saluran komunikasi ini berdampak bagi khalayak sebagai yang menerima pesan dari hasil komunikasi. Pada pembahasan ini saya akan membahas secara singkat model dalam riset komunikasi yang menjadikan khalayak sebagai bahan analisis riset komunikasi.

B. Rumusan Maslah 1.

Apa saja jenis model-model riset komunikasi?

2.

Bagaimana pengaplikasian riset komunikasi?

C. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui apa saja jenis model-model riset komunikasi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana pengaplikasian riset komunikasi.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Tumpang Tindih Bidang Komunikasi Seseorang dapat melakukan riset dengan mengkaji komunikatornya, isi pesan, komunikan, maupun efek dari sebuah proses komunikasi. Tingkatan komunikasi biasanya ada pada kajian – kajian diatas. Diantaranya komunikasi interpersonal, kelompok, organisasi, maupun media massa. Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi menybabkan perubahan dalam bidang komunikasi.perkembanagan internet atau media baru saat ini, memaksa sebagian dari kita untuk mengkaji definisi dari ‘media massa’. Dibidang Public Relation teknologi baru memunculkan aplikasi baru yaitu electronic public relations. Disini riset media dan Public Relation sulit dipisahkan. B. Dua Perspektif Riset Media Massa Studi – studi tentang media bersumber pada 2 perspektif yaitu khalayak media yang bersifat aktif dalam menerima pesan media dan perspektif yang menganggap khalayak itu bersifat pasif

dan mudah dipengaruhi secara

langsung oleh media. Perspektif pertama menganggap bahwa media tidak memiliki efek yang besar kepada khalayak serta tak terbatas terhadap perilaku khalayak. Dennis McQuail (2000) mendefinisikan khalayak sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa berbagai media atau komponen isinya. Secara umum, ada 2 tipe khalayak. Yaitu general public audience dan specialized audience. General public audience merupakan khalayak yang sangat luas seperti penonton televise. Sedangan specialized audience dibentuk dari beberapa macam kepentingan bersama. Khalayak dipandang sebagai anggota – anggota kelompok yang berbeda karakteristiknya serta dimungkinkan untuk dipengaruhi oleh rekan – rekannya. Khalayak

3

biasanya memiliki selektivitas yang sangat tinggi. Mereka menuntut pesan dari komunikator dan kemudian memilih dan menyeleksi pesan – pesan yang berguna dan disukai mereka. Suatu pesan dapat diterima jika sifatnya pribadi sesuai dengan situasi audience berada. Audience juga memeiliki sifat aktif dimana mereka akan mengelola dan berinteraksi dengan pesan yang diberikan misalnya pendengar yang mengkonfirmasi informasi dari seorang penyiar radio. Dan juga,audience memiliki kebebasan untuk memilih program yang disukainya. Dalam perspektif khalayak pasif, khalayak di pandang sebagai sebuah populasi yang luas yang dibentuk oleh media. Inti dari perspektif ini, media mampu mengontrol perspektif dari kelompok khalayak tertentu. Salah satu teori yang mengkaji hal ini, yaitu teori agenda setting. C. Model Peluru (Komunikasi Satu Langka) Model ini biasa digunakan untuk riset terkait efek media kepada khalayak. Media dianggap memiliki pengaruh yang tak terbatas atau pengaruh yang kuat. model ini berasumsi bahwa media memeiliki efek yang kuat dan mampu negubah perilaku khalayak. Disebut peluru, karena media seakan akan menembakkan komunikasi kepada khalayak dan khalayak tidak bisa menghindar. Variable komunikasi

Variable antara

Variable efek

picture 1

model peluru

Contoh lain variable komunikasi antara lain kredibilitas komunikator, karakteristik audience, dan isi pesan.

4

D. Model Uses & Gratifications Riset model ini berlawanan dengan model diatas. Riset ini memandang bahwa media tidak memiliki efek yang kuat untuk mempengaruhi khalayak. Konsep dasar teori in menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevich, adalah meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari meda massa tau sumber – sumber lain, yang membawa pada pola terapan, media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kabutuhan dan akibat – akibat lain.

Social and psychologycal origin

Expectation of the mass media or other sources

needs

Resulting i need gratifications

Differential patterns of media expeosure

And other consequences

picture 2

model uses and gratification

Menurut Bovee dan arens, media exposure berhubungan dengan berapa banyak orang yang melihat program yang ditayangkandisuatu media (Bovee and Arens :

1992,445).

Media

exposure,

menurut

Rosengren

(1974),

dapat

dioperasionalkan menjadi jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media, isi media yang di konsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media keseluruhan (rakhmat : 2001, 66). Dapat dikatakan bahwa uses and gratifications bukanlah proses komunikasi linear yang sederhana. Banyak

faktor

yang

mempengaruhi

kepercayaan

seseorang.

Littlejhon(1996) mengatakan bahwa kepercayaan sseorang pada isi media dapat dopengaruhi oleh : 1. Budaya dan institusi sosisal seseorang, termasuk media itu sendiri. 2. Keadaan – keadaan sosial seperti ketersediaan media. 3. Variable – variabel psikologis 5

Indikator – indikator terjadinya kesenjangan kepuasan atau tidak adalah sebagai berikut adalah : 1. Jika mean skor GS lebih besar dari mean skor GO, maka terjadikesenjangan kepuasan, karena kebutuhan yang diperoleh lebi sedikit dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Media tidak memuaskan khalayaknya. 2. Jika mean skor GS sama dengan mean skor GO, maka tidak terjadi kesenjangan kepuasan karena jumlah kebutuhan yang diinginkan semuanya terpenuhi 3. Jika mean skor GS lebih kecil dari mean skor GO, maka terjadi kesenjangan kepuasan karena kebutuhan yang diperoleh lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan. Dengan kata lain bahwa media tersebut memuaskan khalayaknya. Semakin besar kesenjangan mean skor yang terjadi, maka makin tidak memuaskan media tersebut bagi khalayaknya. Dan begitu juga sebaliknya. E. Model Agenda Setting Teori agenda setting dikemukakan oleh McComb dan Donald L Shaw sekitar tahun 1968. Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk memengaruhi agenda public. Khalayak akan menganggap suatu isu itu penting karena media menganggap isu itu penting juga (Griffin, 2003:490). Teori agenda setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap media mempunyai kekuatan untuk memengaruhi khalayak. Bedanya, teori peluru memfokuskan pada sikap (afektif), pendapat atau bahkan perilaku. Sedangkan agenda setting memfokuskan kepada kesadaran dan pengetahuan (kognitif). Teori ini akhirnya berkembang dan banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teori ini. Pada 1972 misalnya, teori ini digunakan untuk meriset efek kampanye presiden di North California. Hasilnya, media cetak terbukti mendukung hipotesis riset agena setting, sedangkan media elektronik hasilnya tidak mendukung. Kurt Lang pada 1983 juga telah melakukan 6

pengujian yang sama, hasilnya mereka menyimpulkan bahwa pemberitaan media memang menjadi variable penentu yang memengaruhi apa yang dianggap penting dan dibicarakan public. Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif. Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda public, dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkan sebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan susunan isu-isu yang dianggap penting oleh masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif. Namun, dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatis, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan. Stephen W. Littlejohn & Karren Foss (2005: 280) mengutip Rogers & Dearing mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang teridir dari tiga bagian. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media. Kedua, agenda media dalam beberapa hal memengaruhi atau berinteraksi dengan agenda public atau naluri public terhadap pentingnya isu, yang nantinya memengaruhi agenda kebijakan. Ketiga, agenda kebijakan (policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan public yang dianggap penting oleh public. Karena itu, riset yang menggunakan model ini, harus mengkaji ketiga hal tersebut. Werner Severin & james W. Tankard dalam buku Communication theories, Orginis, methods, Uses in the Mass Media (2005) menyampaikan dimensi-dimensi tiga agenda di atas, yaitu: 1. Agenda Media, dimensi-dimensinya: a. Visibialitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita. b. Tingkat menonjol bagi khalayak, yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. c. Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenagkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa.

7

2. Agenda public, dimensi-dimensinya: a. Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topic tertentu. b. Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi. c. Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topic berita. 3. Agenda kebijakan a. Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi atau berita tertentu. b. Kemungkinan kegiatan (likelihood of action), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang dibaratkan. c. Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.

Secara umum, riset agenda setting secara kuantitatif dapat digambarkan sebagai berikut: Agenda media

Agenda Publik

Agenda Policy

Model yang lain lebih memfokuskan pada efek agenda media terhadap agenda public yang disertai efek lanjutan pada diri individu dengan memerhatikan karak teristik individu, disampaikan oleh Rakhmat (2001: 69), yaitu: Variable

Variable

Variable

Variable

Media

Antara

Efek

Efek

Massa Panjang

Lanjutan Sifat

Pengenalan

Stimulus

8

Persepsi

Penonjolan

Sifat

Salience

Aksi

Khalayak Konflik

Prioritas

(Cara Penyajian Bahan

a. Mengukur Agenda Media Variable media massa diukur melalui analisis isi kuantitatif. Analisis ini untuk menetukan ranking berita berdasarkan panjangnya waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatannya, frekuensinya), konflik(cara penyajiannya) F. Analisis Isi Kuantitatif Menurut Berelson & Kerlinger, analisis isi metode untuk merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Wimmer & Dominick, 2000: 135). Sedangkan menurut Budd (1967), analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih. Penggunaan analisis isi mempunyai beberapa manfaat atau tujuan. McQuail dalam buku Mass Comunnication Theory (2000: 305) mengatakan bahwa tujuan dilakukan analisis terhadap isi pesan komunikasi adalah : 

Mendeskripsikan dan membuat perbandingan terhadap isi media



Membuat perbandingan antara isi media dengan realitas sosial



Isi media merupakan refleksi dari nilai-nilai sosial dan budaya serta sistem kepercayaan masyarakat



Mengetahui fungsi dan efek media

9



Mengevaluasi media performance



Mengetahui apakah ada bias media

Deskripsi lainnya mengenai tujuan analisis isi disampaikan oleh Wimmer & Dominick (2000: 136-138): a. Menggambarkan isi komunikasi (describing communitation content) Yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak maupuk elektronika. Misalnya, : “apakah ada perbedaan antara makna cantik ditahun 1980 dengan tahun 2000 ? b. Menguji hipotesis tentang karakteristik

pesan (testing hypotheses of

message characteristic) Sejumlah periset berusaha menghubungkan karakteristik tertentu dari komunikator (sumber) dengan karakteristik pesan yang dihasilkan. Misalnya, ”tajuk rencana konflik Revublika lebih mendukung kaum Islam dalam konflik Ambon daripada tajuk rencana Suara Pembaruan.; Riset Tamagola yang menemukan bahwa “iklan-iklan dalam majalah perempuan di Jakarta meggambarkan perempuan hanya disektor domestik dan sebagai pendamping pria”. c. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (Comparing media content to the “real-world”) Misalnya : apakah ada hubungan antara tayangan kriminal di TV dengan perilaku kekerasan di masyarakat ? d. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat (Assessing the image of particular groups in society), Misalnya, bagaimana orang berkulit hitam ditampilkan di film-film Amerika, apakah lebih sering sebagai sosok baik atau penjahat; bagaimana sinetron Indonesia menggambarkan sosok orang madura, dan lainnya. e. Mendukung studi efek media massa (establishing a starting point for studies of media effects) Penggunaan analisis isi acapkali digunakan sebagai sarana untuk memulai riset efek media. Seperti dalam riset cultivation analysis, dimana pesan

10

yang dominan dan tema-tema isi media yang terdokumentasi melalui prosedur yang sistematik, dikorelasikan dengan studi lain tentang khalayak. f. Menurut penulis, analisis ini sangat bermanfaat bagi praktisi humas. Humas bisa mengukur opini publik dengan cara melihat bagaimana kecenderungan pemberitaan media terhadap perusahaan, bagaimana publisitas yang diperoleh dari media, dan bagaimana opini publik yang ditulis di media (misalnya, melalui isi surat pembaca). Tahapan dalam analisis isi 1. Merumuskan maslah Rumusan masalah masih berupa konsep-konsep. Misalnya, “tema-tema berita politik apa saja yang ada dalam pemberitaan jawa pos selama tahun 2005 ?” disini ada satu konsep, yaitu tema-tema berita politik. Yang nantinya harus di operasionalkan atau dicari ukuran ukuran apa itu berita politik dan apa saja yang termasuk berita politik. Ukuran ini yang disebut kategorisasi. 2. Menysun kerangka konseptual untuk riset deskriptif (satu konsep) atau kerangka teori kerangka teori untuk riset eksplanasi (lebih dari satu konsep). Dari judul diatas (deskriptif ), periset cukup mendefinisikan serta mengemukakan dimensi atau subdimensi dari berita politik. Misalnya pada permasalahan : “apakah ada pengaruh antara kampanye pemilu 004 (bulan maret 2004) sengan presentase kemunculan tema-tema berita politik di Jawa Pos selama Maret 2004?”. Dari sini akan dihasilkan hipotesis teoretis. 3. Menysun perangkat metodologi a. Menemukan metode pengukuran atau prosedur operasionalisasi konsep, dalam hal ini konsep dijabarkan dalam ukuran-ukuran tertentu, biasanya dalam bentuk kategori-kategori beserta indikatornya. Misalnya kategori tema-tema berita adalah berita politik, berita pertahanan dan keamanan, berita ekonomi, dsb. b. Menemukan unuit analisis, kategorisasi dan uji reliabilitas 11

Unit analisis adalah sesuatu yang akan dianalisis, jika survei, unit analisis adalah individu atau kelompok individu, sedangkan analisis isi unit analisisnya adalah teks, pesan atau medianya sendiri. Secara umum beberapa unit analisis dalam analisis isi adalah : 

Unit tematik Berupa satuan berita, perhitungannya berdasarkan tema pariwisata yang diberitakan, misalnya tema apa yang sering muncul selama satu tahun, jenis-jenis iklan apa yang diputar di Radio Genta, dan sebagainya.



Unit fisik Perhitungannya berdasarkan satuan panjang, kolom, inci, waktu dari pesan yang disampaikan. Misalnya, periset bisa menghitung panjang suatu berita dengan satuan mili kolom atau centikolom, durasi tayangan sinetron di televisi atau durasi pemutaran iklan.



Unit referens Rangkaian kata atau kalimat yang menujukan sesuatu yang mempunyai arti

sesuai

kategori.

Misalnya, mengukur

opini

tajuk rencana

menggunakan unit referens, dengan kategori opini pendukung, netral atau tidak mendukung. 

Unit sintaksis Berupa kata atau simbol, penghitungannya adalah frekuensi kata atau simbol itu. Misalnya, berupa jumlah kata-kata yang mengandung porno dalam sebuah berita, berapa kali frekuensi kemunculan adegan dengan kekerasan dalam film, dan lainnya.

Agar diperoleh kategorisasi yang reliabel (sejauh mana kategorisasi dapat dipercaya atau diandalkan bila digunakan untuk lebih dari satu kali mengukur fenomena yang sama), maka perlu dilakukan uji realibilitas. c. Menemukan universe atau populasi dan sampel. 12

Dalam analisis isi, ada dua dimensi yang digunakan untuk menentukan populasi, yaitu topik dan periode waktu. Misalnya, populasi bisa berbentuk seluruh berita politik selama satu tahun. Sampel adalah bagian atau sejumlah tertentu dari populasi yang akan diriset. d. Menentukan metode pengumpulan data Dalam analisis isi, metode pengumpulan datanya adalah mendokumentasi isi komunikasi yang akan diriset. Misalnya, analisis berita surat kabar bisa dengan mengkliping berita-berita yang akan diriset, merekam film, dsb, sedangkan untuk memasukan data kedalam kategorisasi yang ditentukan dapat digunakan lembar koding. e. Menentukan metode analisis Periset bisa menggunakan tabel frekuensi, tabel silang atau rumus statistik tertentu. f. Analisis dan interpretasi data Uji Reliabilitas Kategori Kategorisasi dalam analisis isi merupakan instrumen pengumpulan data. Fungsinya identik dengan koesioner dalam survei. Supaya objektif, maka kategorisasi harus dijaga reliabilitasnya. Terutama untuk kategorisasi yang dibuat sendiri oleh periset sehingga belum memiliki standar yang telah teruji, maka sebaiknya dilakukan uji reliabilitas. Salah satu uji reliabilitas yang dapat digunakan adalah berdasarkan rumus Ole R. Holsty. Disini periset melakukan pretest dengan cara mengkoding sampel kedalam kategorisasi. Kegiatan ini selain dilakukan periset juga dilakukan oleh seseorang yang lain yang ditunjuk periset sebagai pembanding atau hakim. Uji ini dikenal dengan uji antar kode. Kemudian hasil pengkodingan dibandingkan dengan menggunakan rumus Hosty. yaitu:

13

𝐶𝑅 =

2m N1 + N2

Keterangan : CR M

=

Coeficient Reliability

= Jumlah pernyataan yang disetujui oleh pengkoding (hakim) dan periset

N1, N2 = Jumlah pernyataan yang diberi kode oleh pengkoding (hakim) dan periset

G. Analisis Isi Kualitatif Analisis kuantitatif memfokuskan risetnya pada isi komunikasi yang tersurat (tampak atau manifest). Karena itu tidak dapat digunakan untuk mengetahui isi komunikasi yang tersirat (latent). Misalnya, mengapa surat kabar A memberikan konflik Ambon lebih banyak dari surat kabar lainnya, mengapa RCTI memberikan isu kenaikan BBM dengan cara yang berbeda dengan TransTV, dan lainnya. karena itu diperlukan suatu analisis isi yang lebih mendalam dan detail untuk memahami produk isi media dan mampu menghubungkan dengan konteks soal/realita yang terjadi sewaktu pesan dibuatkarena semua pesan (teks, simbol, gambar dan sebagainya adalah produk sosial dan budaya masyarakat. Inilah yang disebut analisis isi kualitatif. Altheide (1996:2) mengatakan bahwa analisis isi kualitatif disebut pula sebagai Ethnographic Conten Analysis (ECA), yaitu perpaduan analisis isi objektif dengan observasi partisipan. Artinya, istila ECA adalah periset berinteraksi dengan material–material dokumentasi atau bahkan melakukan wawancara mendalam sehingga pernyataan-pernyataan yang spesifik dapat diletakan pada konteks yang tepat untuk dianalisis.

14

Model Analisis Semiotik Charles S. Pierce Semiotika berangkat dari tiga elemen utama, yang disebut Pierce teori segi tiga makna atau triangle meaning (Fiske,1990 & Littlejohn, 1998) a. Tanda b. Acuan Tanda ( Objek) c. Pengguna Tanda (Interpretant) Yang dikupas teori sesgitiga, maka adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi. Hubungan antara tanda, objek, dan interpretant digambarkan Pierce.

Model Analisis Semiotik Ferdinand Saussure Menurut Saussure tanda terbuat atau terdiri dari : 1. Bunyi – bunyi dan gambar 15

2. Konsep – konsep dari bunyi bunyian dan gambar

Kode Kode merupakan system pengorganisasian tanda. Kode mempunyai sejumlah unit (atau kadang – kadang satu unit) tanda. Cara menginterpretasikan pesan – pesan yang tertulis yang tidak mudah dipahami. Jika kode sudah diketahui, makna akan bisa dipahami. Saussure merumuskan dua cara pengorganisasian tanda ke dalam kode yaitu : 1. Paragdigmatik Merupakan sekumpulan tanda yang dari dalamnya dipilih satu untuk digunakan. 2. Syntagmatic Merupakan pesan yang dibangun dari paduan tanda – tanda yang dipilih.

Model Semiotik Roland Barthes Rolan Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk – bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna berbeda pada orang yang berbeda situasinya. 1. Denotasi 2. Komotasi 3. Metafora 4. Simile 5. Metonimi 6. Syneedoche 7. Intertextual 16

Tahapan Riset Semiotik Secara umum tahapan riset semiotika tidak berbeda dengan riset lainnya. Christomy (Sobur, 2001) memberikan tahapan – tahapan riset semiotic 1. Cari topik yang menarik perhatian 2. Buat pertanyaan yang menarik perhatian 3. Tentukan alas an/rasionalitas penelitian 4. Tentukan metode pengolahan data 5. Klarifikasi data 6. Analisis data 7. Kesimpulan. H. Aplikasi Teori Niche Untuk Mengukur Persaingan Media. Teori niche dapat digunakan untuk riset tingkat kompetisi antar media massa, baik itu koran, radio, maupun televisi. Teori ini juga dapat digunakan untuk mengukur persaingan antara program PR beberapa perusahaan. Menurut teori ini untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya setiap mahluk hidup memerlukan sumber penunjang yang ada di alam sekitarnya. Jika sumbernya tidak sama dengan jumlah yang membutuhkan, maka akan ada proses perebutan. Ekologi media berkenaan dengan media massa dan lingkungan penunjangnya. Secara ekologis ruang kehidupan dan tingkat persaingan media dapat diriset secara kuantitatif dengan menghitung nichenya. Niche didefinisikan sebagai semua komponen dari lingkungan di mana organisasi atau populasi berinteraksi (Diminick, 1984 : 105). Sifat interaksi tersebut tergantung pada faktor – faktor sebagai berikut : (1) Niche breadth : daerah atau ruang sumber penunjang kehidupan yang ditempati oleh masing – masing individu sumber atau tingkat hubungan antara poulasi dengan sumber penunjang. (2) Niche overlap : penggunaan sumber penunjang dan terbatas oleh 2 mahluk hidup atau lebih sehingga teradi tumpang tindih atau derajat persamaan ekologis atau kompetisi antarpopulasi dalam memperubtkan smber penunjang

17

(3) Jumplah seluruh sumber daya yang dapat digunakan oleh seluruh populasi Niche breadth pada dasarnya adalah banyakanya variasi sumber penunjang kehidupan yang dimiliki individu. Cara Mengukur Niche Breadth Dan Overlap a. Niche breath populasi A : 𝐴 = ∑𝑛

𝐼

𝑖=1 𝑃𝐼

2

Teknik praktis riset komunikasi I = jenis sumber daya yang digunakan P = proporsi sumber dayayang digunakan dari suatu jenis sumber daya yang digunakan oleh populasi tersebut (n). Nilai A berkisar antara minimum 1. Sampai dengan jumlah maksimum kategori sumber (I) yang digunakan A. b. Niche overlap antara 2 populasi : di,j = ∑ (pih – pjh)² h=1 di,j = jarak antara populasi (I) dan (j) yang dihitung dengan cara menjumlah derajat perbedaan antara proporsi penggunaan setiap jenis kategori (h) p = propori penggunaan sumber daya tersebut h = kategori sumber daya yang digunakan oleh kedua populasi dimana jenis sumber daya sampai ke n kategori jika hasil perhitungan niche overlap antara dua populasi semakin mendekati nol, maka dikatakan antara 2 populasi itu telah terjadi persaingan yang semakin tinggi. I. Readership Studies Ini merupakan metode untuk meneliti khalayak. Riset ini awalnya merupakan metode yang digunakan untuk riset surat kabar. Nemun kemudian

18

digunakan pula untuk meriset khalayak radio dan tv. Secara umum, ada beberapa jenis riset yang dimasukkan dalam riset – riset readership, antara lain : a. Item-selection studies Riset ini bermaksud untuk mengetahui penerimaan khalayak terhadap isi media. Hasil riset ini bisa digunakan sebagai rekomendasi rubrik mana yang paling digemari dan yang tidak. b. Audience profile Riset untuk memahami karakteristik – karakteristik konsumen media, yang mencakup demografis, gaya hidup, psikografis, dengan metode survei. Dengan adanya riset ini, pihak media berharap untuk bisa memberikan program – program sesuai dengan kebutuhan khalayak. J. Reader-Nonreader Studies Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat mana yang termasuk pembaca dan kelompok masyarakat mana yang bukan serta mengapa mereka menjadi pembaca dan tidak menjadi pembaca. c. Studi perbandingan pembaca dan editor Mempertemukan persepsi atau selera antara editor dengan pembaca. d. Program testing Metode ini dilakukan oleh pihak media, disaat atau sesudah, atau sebelum suatu program televisi atau radio untuk melihat reaksi khalayak terhadap program tersebut. e. Music call-out research Riset ini ada kaitannya dengan ‘format acara musik’. Melalui teknik ini, sejumlah “hook” singkat, diperdengarkan kepada sejumlah sampel untuk dimintakan penilaiannya. Dengan ini, akan diperoleh lagu – lagu yang disukai dan tmana yang tidak. 19

f. Station image Ini adalah riset tentang citra media. Riset ini biasa digunakan bagi para PR di lembaga media yang bersangkutan. K. Riset Observasi Partisipan Pada Media Ada beberapa contoh jenis riset yang menggunakan metode partisipan observasi, diantaranya : 1. Studi berita 2. Studi tentang reporter dan sumber berita 3. Implikasi berita 4. Kreatifitas dan otonomi pembuat program tv L. Riset Kultivasi Maksud dari kultivasi diatas adalah terapan media dalam memperkuat persepsi khalayak terhadap realitas sosial. Riset kultivasi adalah riset tentang efek sosial terapan media massa, sama dengan yang dilakukan melalui riset uses dan gratifikasi atau agenda setting. Singkatnya, khalayak akan berpikiran sesuai dengan apa yang di tontonnya setiap hari atau yang paling sering ditonton. Analisis kultivasi berhubungan dengan totalitas pola yang dikomunkasikan secara kumulatif oleh televisi terhadap lamanya terpaan daripada isi tertentu atau pengaruh tertentu. Secara ringkas, Gerbner memberikan proposisi – proposisi tentang teori kultivasi sebagai berikut : 

Televisi merupakan suatu media yang unik memerlukan pendekatan khusus untuk diteliti.



Pesan – pesan televisi membentuk sebuah sistem yang koheren, mainstream dari budaya kita.



Sistem – sistem isi pesan tersebut memberikan tanda – tanda untuk kultivasi.

20



Analisis kultivasi memfokuskan pada sumbangan televisi terhadap waktu untuk berpikir dan bertindak dari dari golongan – golongan sosial yang besar dan heterogen



Teknologi baru memperluas daripada mengelakkan jangkauan pesan telavisi



Analisis kultivasi memfokuskan pada penstabilan yang meluas dan penyamaan akibat – akibat. Menurut teori ini, televisi mampu menciptakan ‘sindrom dunia maqna’,

artinya bagaimana seseorang memaknai dunia dipengaruhi oleh pemaknaan dari televisi. Terdapat 2 tahap dalam penelitian kultivasi 1. Mendeskripsikan tayangan yang disampaikan media 2. Melakukan studi survei kepada khalayak tentang terapan tv yang menerpanya. M. Readability Studies Metode ini berupaya menguji tingkat keterbacaan isi media oleh pembacanya. Uji readability membantu penulis untuk lebih membuat tulisan yang lebih bisa dibaca dan dimengerti oleh pembacanya. Readability memilik 3 dimensi dari proses pembaca yaitu a. Pemahaman b. Kelancaran c. Ketertarikan Selain itu, ada juga teknik yang dilakukan dalam pengujian readability. Diantaranya yaitu : a. The flesch formula Teknik ini menyediakan skor untuk indikator tingkat keterbacaan dan perkiraan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk dapat membaca tulisan yang diuji.

21

b. The gunning formula Formula ini menyediakan indeks pengukuran yang disebut indeks fog. Indeks fog berdasarkan rata – rata panjang kalimat dan presentase kata – kata yang mengandung tiga atau lebuh suku kata.

22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Studi – studi tentang media bersumber pada 2 perspektif yaitu khalayak media yang bersifat aktif dalam menerima pesan media dan perspektif yang menganggap khalayak itu bersifat pasif

dan mudah

dipengaruhi secara langsung oleh media. Perspektif pertama menganggap bahwa media tidak memiliki efek yang besar kepada khalayak serta tak terbatas terhadap perilaku khalayak. Dalam riset komunikasi, terdapat berbagai macam model riset, beberapa diantaranya adalah Model Peluru dan Model Uses and Gratification. Model Peluru biasa digunakan untuk riset terkait efek media kepada khalayak. Media dianggap memiliki pengaruh yang tak terbatas atau pengaruh yang kuat. model ini berasumsi bahwa media memeiliki efek yang kuat dan mampu negubah perilaku khalayak. Disebut peluru, karena media seakan akan menembakkan komunikasi kepada khalayak dan khalayak tidak bisa menghindar. Sedangkan model Uses and Gratification berlawanan dengan model diatas. Riset ini memandang bahwa media tidak memiliki efek yang kuat untuk mempengaruhi khalayak. Konsep dasar teori in menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumer, dan Michael Gurevich, adalah meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari meda massa tau sumber – sumber lain, yang membawa pada pola terapan, media yang berlainan, dan menimbulkan pemenuhan kabutuhan dan akibat – akibat lain.

23

Related Documents


More Documents from "Dimas Utomo Hanggoro Putro"