MODEL PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN
MAKALAH Untuk memenuhi tugas matakuliah Pengembangan Desain Pembelajaran Biologi yang dibina oleh Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd
Disusun oleh Nikita Rizky
180341663059
Dea Aulia Larasati
180341663069
Izzatinnisa’
180341863030
Nur Zakiyah R
180341863011
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANG PASCASARJANA PENDIDIKAN BIOLOGI PROGRAM MAGISTER OKTOBER 2018
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang pernyataan “Model Pengembangan Desain Pembelajaran”. Adapun tujuan penulisan makalah yang berjudul “Model Pengembangan Desain Pembelajaran” untuk memenuhi tugas mata kuliah ”Pengembangan Desain Pembelajaran Biologi”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian ini tidak lepas dari peran serta beberapa pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, pengarahan, dan petunjuk serta fasilitas. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Pengembangan Desain Pembelajaran Biologi yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, serta petunjuk dalam penyelesaian tugas makalah ini. 2. Teman-teman dan semua yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa resensi yang telah penulis buat ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik, saran, dan masukan dari semua pihak demi perbaikan. Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat guna menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. Malang, 29 Oktober 2018
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv DAFTAR TABEL .................................................................................................. v BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2 1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2 BAB II. PEMBAHASAN 2.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and design)...................................... 3 2.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan .............................................................. 3 2.3 Kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan ............................... 5 2.4. Jenis Penelitian dan Pengembangan................................................................. 5 2.4.1 Model Borg and Gall ............................................................................. 5 2.4.2 Model Dick and Carey ..........................................................................10 2.4.3 Model 4D ............................................................................................. 14 2.4.4 Model ADDIE ...................................................................................... 18 BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................26 3.2 Saran .................................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27
ii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall ..7 Gambar 2.2 Model Pengembangan Dick and Carey ..............................................11 Gambar 2.3 Tahapan Pengembangan 4D ...............................................................18 Gambar 2.4 Skema Model ADDIE ........................................................................19
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1. Konsep dan prosedur desain pembelajaran model ADDIE ……………. 19
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan guru harus kreatif untuk membuat suatu pembelajaran yang inovatif dan menarik supaya tidak membosankan dengan menggunakan desain pembelajaran yang berfungsi untuk mencapai tujuan suatu proses pembelajaran. Desain pembelajaran dapat dimaknai dari berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan sebagai proses. Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya. Desain pembelajaran merupakan sebuah usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga nantinya akan dapat mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Dengan adanya desain ini ataupun rancangan dalam pembelajaran pendidikanakan lebih mudah dalam menguraikan kesulitan, mengorganisasikan peserta didik sehingga dapat mengurangi kekurangan-kekurangan dalam prosespengembangan belajar dan pembelajaran di kelas. Desain pembelajaran dapat diciptakan pengembangan pembelajaran, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, penilaian terhadap proses belajar mengajar, serta pengelolaan situasi yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas. Tanpa adanya desain pembelajaran seorang guru akan kesulitan untuk mewujudkan apa yang telah direncanakan. Proses belajar mengajar tidak bisa dipisahkan dari desain pembelajaran karena dalam proses belajar mengajar kita memerlukan yang namanya suatu perencanaan, suatu proses, suatu evaluasi yang nantinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar. Jadi, desain pembelajaran merukan suatu yang memang harus ada dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga nantinya akan meningkatkan kualitas pendidikan.
1
Desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Contohnya adalah model ADDIE, model Dick And Carrey, model 4D, dan model Borg and Gall. Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka disusun makalah dengan judul “Model Pengembangan Desain Pembelajaran”.
1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah makalah ini sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari Penelitian dan Pengembangan (Research and design)? 2. Apa tujuan dari Penelitian dan Pengembangan? 3. Apa kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan? 4. Apa saja jenis Penelitian dan Pengembangan? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu untuk: 1. Menjelaskan pengertian dari Penelitian dan Pengembangan (Research and design). 2. Mengetahui tujuan dari Penelitian dan Pengembangan. 3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan. 4. Mengetahui jenis Penelitian dan Pengembangan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penelitian dan Pengembangan (Research and design) Penelitian dan pengembangan merupakan proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan (Borg dan Gall , 1983). Hasil dari penelitian pengembangan tidak hanya pengembangan sebuah produk yang sudah ada melainkan juga untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis Metode penelitian dan pengembangan juga didefinisikan sebagai suatu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011).
2.2 Tujuan Penelitian dan Pengembangan Tujuan Research and design dalam pendidikan
bukanlah
untuk
memformulasi atau menguji teori tetapi adalah untuk mengembangkan produk yang efektif untuk digunakan di sekolah (Gay, Mills dan Airasian, 2009). Produkproduk tersebut dapat berupa kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, dan lain-lain bentuk fisik, sistem, proses, prosedur, yang pengertiannya pada dasarnya sama dengan pengertian produk-produk development research (penelitian pengembangan). Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan khusus dalam bidang pendidikan dibedakan berdasarkan aspek pengembangan, yakni bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis. a. Pada bagian kurikulum Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan
suatu
produk/program
untuk
meningkatkan
suatu
program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.
3
b. Pada bagian teknologi dan media Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang digeneralisasi. c. Pada bagian pelajaran dan instruksi Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah. d. Pada bagian pendidikan guru dan didaktis Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional. Borg dan Gall (1983) mengemukakan 4 prinsip dasar yang merupakan karakteristik atau ciri dari penelitian dan pengembangan (Research and Design): 1. Studying research findings pertinent to the product to be developed (melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan) 2. Developing the product base on this findings (mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut) 3. Field testing it in the setting where it will be used eventually (dilakukan uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya dimana produk tersebut nantinya digunakan) 4. Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage (melakukan revisi
untuk
memperbaiki
ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.
4
kelemahan-kelemahan
yang
2.3 Kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan (R&D) menurut Borg dan Gall, 1983: 1. Kelebihan a) Mampu mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the hereand-now) melalui pengembangan solusi atas suatu masalah sembari menghasilkan pengetahuan yang bisa digunakan di masa mendatang. b) Mampu menghasilkan suatu produk/ model yang memiliki nilai validasi tinggi, karena melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi ahli. c) Mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti sehingga diharapkan akan selalu ditemukan model/ produk yang selalu aktual dengan tuntutan kekinian. d) Merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan lapangan. 2. Kekurangan a) Pada prinsipnya memerlukan waktu yang relatif panjang, karena prosedur yang harus ditempuh relatif kompleks. b) Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, karena penelitian R&D ditujukan untuk pemecahan masalah “here and now”, dan dibuat berdasar sampel (spesifik), bukan populasi. c) Penelitian R&D memerlukan sumber dana dan sumber daya yang cukup besar.
2.4 Jenis Penelitian dan Pengembangan 2.4.1 Model Pengembangan Borg and Gall
Menurut Borg and Gall (1989) dalam Silalahi (2017), educational research and development is a process used to develop and validate educational product, artinya bahwa penelitian pengembangan pendidikan (R&D) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Maka dari pengertian tersebut penelitian pengembangan merupakan rangkaian langkah-langkah penelitian dan pengembangan dilakukan secara sistematis dan pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya hingga pada akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru.
5
Menurut Borg & Gall (1989), yang dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process used develop and validate educational product”. Kadang-kadang penelitian ini juga disebut “research based development”, yang muncul sebagai strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Borg & Gall (1989) menyatakan bahwa untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar (basic research). Kemudian untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen atau action research. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut dinamakan penelitian terapan (applied research). 1. Tujuan penelitian pengembangan Dalam teknologi pembelajaran, deskripsi tentang prosedur dan langkahlangkah penelitian pengembangan sudah banyak dikembangkan. Borg & gall (1983) menyatakan bahwa prosedur penelitian pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan produk, dan (2) menguji keefektifan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama disebut sebagai fungsi pengembang sedangkan tujuan kedua
disebut
sebagai
validasi.
Dengan
demikkian,
konsep
penelitian
pengembangan lebih tepat diartikan sebagai upaya pengembangan yang sekaligus disertai dengan upaya validasinya. 2. Karakteristik penelitian dan pengembangan Borg & Gall (1989) dalam Silalahi (2017) menyatakan bahwa ”The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets its behaviorally defined objectives”. Selanjutnya, Borg & Gall (1989) dalam Silalahi (2017) menjelaskan empat karakteristik utama dalam penelitian dan pengembangan, yaitu: a. Studying research findings pertinent to the product to be develop
6
Artinya, melakukan studi atau penelitian awal untuk mencari temuan-temuan penelitian terkait dengan produk yang akan dikembangkan. b. Developing the product base on this findings Artinya, mengembangkan produk berdasarkan temuan penelitian tersebut. c. Field testing it in the setting where it will be used eventually Artinya, dilakukannya uji lapangan dalam seting atau situasi senyatanya di mana produk tersebut nantinya digunakan d.
Revising it to correct the deficiencies found in the field-testing stage. Artinya, melakukan revisi untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam tahap-tahap uji lapangan.
3. Langkah-langkah pengembangan buku teks Borg and Gall Reseach and Information collecting
Operational field testing
FInal product revision
Planning
Operational product revision
Disemination and implementation
Develop primary forms of product
Main field testing
Preminilary filed
Math product Revision
Gambar 2.1 Langkah-langkah penelitian pengembangan menurut Borg and Gall
Menurut Borg dan Gall (1989) dalam Silalahi (2017), pendekatan research and development (R&D) dalam pendidikan meliputi sepuluh langkah, yaitu sebagai berikut: a. Research and information collection (melakukan penelitian dan pengumpulan informasi)
7
Tahap ini merupakan penelitian awal terkait dengan produk pendidikan yang akan dikembangkan, termasuk dalam langkah ini antara lain studi literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, pengukuran kebutuhan, penelitian dalam skala kecil, dan persiapan untuk merumuskan kerangka kerja penelitian; b. Planning (membuat perencanaan): Termasuk dalam langkah ini menyusun rencana penelitian yang meliputi merumuskan kecakapan dan keahlian yang berkaitan dengan permasalahan, menentukan tujuan yang akan dicapai pada setiap tahapan, desain atau langkahlangkah penelitian dan jika mungkin/diperlukan melaksanakan studi kelayakan secara terbatas. c. Develop Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk awal produk) Mengembangkan
bentuk
awal
produk
yang
dimaksud
yaitu
mengembangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan, termasuk dalam langkah ini persiapan komponen pendukung, menyiapkan pedoman dan buku petunjuk, dan melakukan evaluasi terhadap kelayakan alat-alat pendukung (misalnya
pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan
instrumen evaluasi) d. Preliminary Field Testing (melakukan uji lapangan awal) Uji lapangan awal yaitu melakukan uji coba lapangan awal dalam skala terbatas, dengan melibatkan 1 sampai dengan 3 sekolah, dengan jumlah 6-12 subyek, pada langkah ini pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, atau angket; e. Main Product Revision (melakukan revisi produk utama) Revisi produk utama yaitu melakukan perbaikan terhadap produk awal yang dihasilkan uji coba awal, perbaikan ini sangat mungkin dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan hasil yang ditunjukkan dalam uji coba terbatas sampai diperoleh draft produk utama yang siap diuji coba lebih luas; f. Main Field Testing (melakukan uji lapangan untuk produk utama) Uji lapangan produk utama biasanya disebut uji coba utama yang melibatkan khalayak lebih luas, yaitu 5 sampai 15 sekolah, dengan jumlah subyek 30 sampai dengan 100 orang, pengumpulan data dilakukan sebelum dan sesudah
8
penerapan uji coba, hasil yang diperoleh dari uji coba ini adalah sebagai hasil evaluasi terhadap pencapaian hasil uji coba produk yang dibandingkan terhadap pencapaian kelompok control, dengan demikian pada umumnya langkah ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen g. Operational Product Revision (melakukan revisi produk operasional) Pada tahap ini dilakukan perbaikan/penyempurnaan terhadap hasil uji coba lebih luas, sehingga produk yang dikembangkan sudah merupakan desain model operasional yang siap divalidasi. h. Operational Field Testing (melakukan uji lapangan terhadap produk) Operational Field Testing yaitu langkah uji validasi terhadap model operasional yang telah dihasilkan, dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah, melibatkan 40 sampai dengan 200 subyek, pengujian ini dilakukan melalui angket, wawancara, observasi dan analisis hasilnya, tujuan langkah ini adalah untuk menentukan apakah desain model yang dikembangkan sudah dapat dipakai di sekolah
tanpa
harus
dilakukan
pengarahan
atau
pendampingan
oleh
peneliti/pengembang model. i. Final Product Revision (melakukan revisi produk final) Setelah melakukan melakukan uji lapangan terhadap produk kemudian dilakukan perbaikan akhir terhadap model yang dikembangkan agar menghasilkan produk akhir. j. Disemination and Implementation (diseminasi dan implementasi) Langkah dikembangkan
terakhir kepada
yaitu
menyebarluaskan
khalayak/masyarakat
luas,
produk/model langkah
ini
yang adalah
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan produk, baik dalam bentuk seminar hasil penelitian, publikasi pada jurnal, maupun pemaparan kepada skakeholders yang terkait dengan produk tersebut. Untuk melakukan penelitain & pengembangan ini, peneliti dituntut harus mampu memilih dan mengkombinasikan berbagai metode penelitian yang relevan. Pada saat penelitian awal, mungkin peneliti akan menggunakan metode survey, studi kasus, kajian hasil penelitian sebelumnya, dan lain lain. Pada saat pengembanganpun dalam rangka uji coba, validasi, dan revisi diperlukan metode penelitian lain seperti survey, eksperimen dan lain-lain disamping evaluasi formatif
9
seperti uji lapangan yang berulang-ulang (Brog & Gall, 1983 dalam Silalahi, 2017) atau jenis evaluasi lain seperti small group evaluation, expert review, focus group discussion, dan lain-lain. 2.2.2 Model Pengembangan Dick and Carey
Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985). Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Model Dick dan Carey mencerminkan proses desain mendasar yang digunakan dalam banyak pengaturan bisnis, industri, pemerintah, dan pelatihan militer, serta pengaruh teknologi kinerja dan aplikasi komputer untuk instruksi. Ini sangat rinci dan berguna selama fase analisis dan evaluasi proyek. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dikehendaki, (3) menerangkan
langkah-langkah
yang
perlu
dilakukan
dalam
melakukan
perencanaan desain pembelajaran (Branch & Dausay, 2015). Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum
agar
dapat
melahirkan
suatu
rancangan
pembangunan (Branch & Dausay, 2015). Langkah model pengembangan dick and carey dapat dilihat pada gambar 2.2.
10
Gambar 2.2 Model Pengembangan Dick and Carey (Branch & Dausay, 2015)
Langkah model pengembangan Dick and Carey adalah sebagai berikut (Branch & Dausay, 2015). a. Identifikasi Tujuan (Identity Instructional Goals). Tahap awal model ini adalah menentukan apa yang diinginkan agar siswan dapat melakukannya ketika mereka telah menyelesaikan program pengajaran. Definisi tujuan pengajaran mungkin mengacu pada kurikulum tertentu atau mungkin juga berasal dari daftar tujuan sebagai hasil need assessment, atau dari pengalaman praktek dengan kesulitan belajar siswa di dalam kelas. b. Melakukan Analisis Instruksional (Conducting a Goal Analysis). Setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, maka akan ditentukan apa tipe belajar yang dibutuhkan siswa. Tujuan yang dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus lagi yang harus dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan carta atau diagram tentang keterampilan-keterampilan/ konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan konsep tersebut. Analisis dilakukan dengan cara: (1) mengklasifikasikan rumusan tujuan menurut jenis ranah belajar (keterampilan psikomotor, keterampilan intelektual, informasi verbal, sikap), dan (2) mengenali teknik analisis pembelajaran yang cocok untuk memeriksa secara tepat perbuatan belajar yang sebaiknya dilakukan dalam mencapai tujuan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang menjadi objek penelitian, tujuan difokuskan pada pencapaian keterampilan intelektual. c. Mengidentifikasi Tingkah Laku Awal/Karakteristik Siswa (Identity Entry Behaviours, Characteristic). Ketika melakukan analisis terhadap keterampilan-keterampilan yang perlu dilatihkan dan tahapan prosedur yang perlu dilewati, juga harus dipertimbangkan 11
keterampilan apa yang telah dimiliki siswa saat mulai mengikuti pengajaran. Penting juga untuk diidentifikasi adalah karakteristik khusus siswa yang mungkin ada hubungannya dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran. d. Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives). Berdasarkan analisis instruksional dan pernyataan tentang tingkah laku awal siswa, selanjutnya akan dirumuskan pernyataan khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah menyelesaikan pembelajaran. e. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Developing Criterian-Referenced Test Items). Pengembangan Tes Acuan Patokan didasarkan pada tujuan yang telah dirumuskan, pengembangan butir assesmen untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang diperkirakan dalam tujuan. f. Pengembangan Strategi Pengajaran (Develop Instructional Strategy). Informasi
dari
lima
tahap
sebelumnya,
maka
selanjutnya
akan
mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian informasi, praktek dan balikan, testing, yang dilakukan lewat aktivitas. g. Pengembangan atau Memilih Pengajaran (Develop And Select Instructional Materials). Tahap ini akan digunakan strategi pengajaran untuk menghasilkan pengajaran yang meliputi petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes dan panduan guru. h. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif (Design And Conduct Formative Evaluation). Evaluasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan pengajaran. i. Menulis Perangkat (Design And Conduct Summative Evaluation). Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas. j. Revisi Pengajaran (Instructional Revitions).
12
Tahap ini mengulangi siklus pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterpretasikan untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Begitu pula masukan dari hasil implementasi dari pakar/validator. Model Dick and Carey merupakan tahapan prosedural, artinya harus dilewati tiap langkah, kecuali pada langkah ke-2 dan ke-3, yaitu analisis langkah pembelajaran dan analisis mengenai karakteristik awal siswa. Selain itu dapat diperhatikan bahwa model ini sangat memperhatikan efektifitas desain. Dari tahapan prosedural semacam ini dapat dilihat beberapa kelebihan yaitu (Supriyatna & Mulyadi, 2009). 1. Setiap langkah jelas dan mudah diikuti. Tahapan-tahapan model ini merupakan tahapan logis sederhana, artinya desain ini merupakan arah dan cara berpikir dari kebanyakan orang untuk mencapai suatu tujuan atau program. 2. Teratur, efektif, dan efisien. Langkah-langkah yang dijelaskan tiap tahap akan menghindarkan desainer dari multitafsir, sehingga setiap desainer akan melewati urutan yang sama. Bandingkan dengan model sirkular, yang memungkinkan desainer memilih langkah yang mungkin. Selain itu, karena telah terperinci urutannya, model ini menjadi satu arah, jelas, dan efektif. 3. Walaupun secara tahapan, merupakan tahapan prosedur, akan tetapi pada model ini masih menyediakan ruang perbaikan yaitu pada langkah ke-9. Adanya revisi pada analisis pembelajaran, memungkinkan perbaikan apabila terjadi kesalahan dan dapat segera dapat dilakukan perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya. Walaupun model pembelajaran Dick and Carey ini terlihat sangat sistematis, logis, dan sederhana, akan tetapi dapat melihat beberapa kekurangan, diantaranya yaitu (Supriyatna & Mulyadi, 2009). 1. Desain ini merupakan desain prosedural, artinya desainer harus melewati tahapan-tahapan yang ditentukan, sehingga model desain pembelajaran Dick dan Carey terkesan kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
13
2. Desain Model ini merupakan desain yang matang, artinya tidak menyediakan ruang untuk uji coba dan kegiatan revisi baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif. Jika pembelajaran menggunakan basis internet dan model interaktif, dimana guru tidak bertemu langsung dengan siswa-siswanya, kecuali interaksi dengan satu atau dua orang siswa. Model ini akan mengalami kesulitan, terutama ketika harus menganalisis karakteristik siswa. 2.2.3 Model Pengembangan 4D
Model pengembangan (develoment research) dengan menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D medel) mempunyai beberapa tahapan. Model 4D dikembang oleh Thiagarajan pada tahun 1974 yang merupakan singkatan dari Define, Design, Development and Dissemination. Triono (2007) tahapan model pengembangan ini meliputi tahapan pendefenisian (define), tahapan perancangan (design), tahapan pengembangan (develop) dan tahapan penyebaran (disseminate) secara garis besar keempat tahapan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Define (Pendefinisian) Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Thiagrajan (1974) menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu: 1. Front and analysis Tahapan ini dilakukan dilakukan mendiagnosisi awal untuk meninglatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran 2. Learner analysis Tahapan ini mempelajari karakteristik peserta didik, misalnya : kemampuan, motovasi belajar, latar belakang pengalaman, dsb. 3. Task analysis Analisisi tugas ini dilakukan dengan menganalisis tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik agar peserta didik dapat mencapai kompetensi minimal. 4. Concept analysis
14
Menganalisis konsep yang akan diajarkan, menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan secara rasional 5. Specifying instructional objectives Perumusan tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar dengan kata operasional. b. Design (Perencanaan) Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Thiagarajan membagi tahap design dalam empat kegiatan, yaitu: constructing criterionreferenced test, media selection, format selection, dan initial design. Kegiatan yang dilakukan pada tahap tersebut antara lain 1. Penyusunan
tes
acuan
patokan,
merupakan
langkah
awal
yang
menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Menyusun tes kriteria, sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik, dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi kegiatan 2.
Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, dan
3. Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media pembelajaran yang digunakan. Bila guru akan menggunakan media audio visual, pada saat pembelajaran tentu saja peserta didik disuruh melihat dan mengapresiasi tayangan media audio visual tersebut. 4. Mensimulasikan penyajian materi dengan media dan langkah-langkah pembelajaran yang telah dirancang. Pada saat simulasi pembelajaran berlangsung, dilaksanakan juga penilaian dari teman sejawat. Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis
kurikulum
dan
materi.
Dalam
konteks
pengembangan
model
pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam lingkup kecil.
15
Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator. c. Develop (Tahap Pengembangan) Thiagarajan membagi tahap pengembangan dalam dua kegiatan yaitu: expert appraisal dan developmental testing. 1. Expert appraisal merupakan teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Saran-saran yang diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah disusun. 2. Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran subjek yang sesungguhnya. Pada saat uji coba ini dicari data respon, reaksi atau komentar dari sasaran pengguna model. Hasil uji coba digunakan memperbaiki produk. Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif. Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul atau buku ajar yang dikembangkan. d. Disseminate (Tahap Penyebaran) Thiagarajan membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation testing, packaging, diffusion dan adoption. 1. Validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat
16
implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan yang sama setelah produk disebarluaskan. 2. Packaging (pengemasan), diffusion and adoption. Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku
panduan
penerapan model
pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap (diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik terhadap bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu digunakan oleh sasaran yang lebih luas.
17
Gambar 2.3 Tahapan Pengembangan 4D
2.2.4 Model Pengembangan ADDIE
1. Pengertian Model Pengembangan ADDIE Desain pembelajaran model ADDIE adalah salah satu desain pembelajaran yang berorientasi sistem, yakni sebuah desain yang menghasilkan sistem pembelajaran yang mencakup seluruh komponen pembelajaran. ADDIE merupakan akronim dari Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations (Branch, 2009). Model pengembangan ADDIE merupakan model desain pembelajaran yang berlandasan pada pendekatan sistem yang efektif dan efisien serta prosesnya yang bersifat interaktif yakni hasil evaluasi setiap fase dapat membawa pengembangan
18
pembelajaran ke fase selanjutnya. Hasil akhir dari suatu fase merupakan produk awal bagi fase berikutnya. Model ini terdiri atas 5 fase atau tahap utama yaitu 1) Analyze (Analisis), 2) Design (Desain), 3) Develop (Pengembangan), 4) Implement (Implementasi), 5) Evaluate (Evaluasi) (Ibrahim, 2011). Menurut langkah-langkah pengembangan produk, model ini dapat digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar. ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam mengembangkan perangkat dan infrastruktur program pelatihan atau pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung proses pembelajaran dengan beberapa tahapan. 2. Tahap Pengembangan Model ADDIE Di bawah ini merupakan skema desain sistem pembelajaran model ADDIE.
Gambar 2.4 Skema Model ADDIE
Berikut ini adalah tabel tahapan pengembangan desain pembelajaran model ADDIE. Tabel 1. Konsep dan prosedur desain pembelajaran model ADDIE
Identifikasi penyebab terjadinya masalah dalam pembelajaran Analyse
Prosedur Umum 1. 2. 3. 4. 5. 6.
19
Validasi masalah pembelajaran Menentukan tujuan pembelajaran Mengkonfirmasi sasaran peserta didik Mengidentifikasi sumber yang dibutuhkan Menentukan pembiayaan Membuat rencana pengelolaan pembelajaran
Ringkasan Analisis
Konsep
1. 2.
5. 1. 2.
Menghasilkan konten Memilih atau mengembangkan media pendukung Mengembangkan panduan untuk siswa Mengembangkan panduan untuk guru Melakukan ujian percobaan Menyiapkan guru Menyiapkan siswa
1. 2. 3.
Menentukan kriteria evaluasi Memilih alat evaluasi Melakukan evaluasi
3.
Develop
4.
Implement
Evaluate
Persiapan lingkungan belajar, dan pelaksanaan belajar dengan melibatkan siswa
Menilai kualitas produk dan proses pembelajaran
Desain singkat
Mengembangkan dan memvalidasi sumber belajar
Sumber belajar
Menginventarisir tugas Menyusun tujuan pembelajaran Membuat pengujian metode/ strategi pembelajaran
Strategi pelaksanan
1. 2. 3.
Rencana evaluasi
Design
Verifikasi hasil atau prestasi yang diinginkan (tujuan pembelajaran) dan menentukan metode atau strategi yang tepat
Sumber: Buku Instructional Design The ADDIE Approach
Skema desain pembelajaran model ADDIE dapat kita ketahui bahwa terdapat beberapa langkah-langkah tahap pengembangan yakni: a. Analysis (Analisa) Analisis merupakan tahap pertama yang harus dilakukan oleh seorang pengembang pembelajaran. Shelton dan Saltsman menyatakan ada tiga segmen yang harus dianalisis yaitu siswa, pembelajaran, serta media untuk menyampaikan bahan ajarnya. Langkah-langkah dalam tahapan analisis ini adalah menganalisis siswa, menentukan materi ajar, menentukan standar kompetensi (goal) yang akan dicapai dan menentukan media yang akan digunakan. Langkah analisis melalui dua tahap, yaitu: 1) Analisis Kinerja Analisis Kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen. Contoh: 1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan menyebabkan rendahnya kinerja individu dalam organisasi atau perusahaan, hal ini diperlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran. 2. Rendahnya motivasi berprestasi, kejenuhan, atau kebosanan
dalam
bekerja
memerlukan
20
solusi
perbaikan
kualitas
manajemen.Misalnya pemberian insentif terhadap prestasi kerja, rotasi dan promosi, serta penyediaan fasilitas kerja yang memadai. 2) Analisis Kebutuhan Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan (Chaeruman, 2008). b. Design (desain/perancangan) Tahap desain ini dikenal dengan istilah membuat rancangan. Ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas kertas harus ada terlebih dahulu. Pertama yang dilakukan yaitu merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesific, measurable, applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Selain itu, dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blueprint yang jelas dan rinci (Chaeruman, 2008). Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah ini merupakan: 1) Inti dari langkah analisis karena mempelajari masalah kemudian menemukan alternatif solusinya yang berhasil diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan. 2) Langkah penting yang perlu dilakukan untuk menentukan pengalaman belajar yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran. 3) Langkah
yang
harus
mampu
menjawab
pertanyaan,
apakah
program pembelajaran dapat mengatasi masalah kesenjangan kemampuan siswa?
21
4) Kesenjangan kemampuan disini adalah perbedaan kemampuan yang dimilki siswa dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa. Contoh pernyataan kesenjangan kemampuan: -
Siswa tidak mampu mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan setelah mengikuti proses pembelajaran.
-
Siswa hanya mampu mencapai tingkat kompetensi 60% dari standar kompetensi yang telah digariskan. Pada saat melakukan langkah ini perlu dibuat pertanyaan-pertanyaan kunci
diantaranya adalah sebagai berikut: -
Kemampuan dan kompetensi khusus apa yang harus dimilki oleh siswa setelah menyelesaikan program pembelajaran?
-
Indikator apa yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam mengikuti program pembelajaran?
-
Peralatan atau kondisi bagaimana yang diperlukan oleh siswa agar dapat melakukan unjuk kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap setelah mengikuti program pembelajaran?
-
Bahan ajar dan kegiatan seperti apa yang dapat digunakan dalam mendukung program pembelajaran?
c. Development (pengembangan) Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki system pembelajaran yang dikembangkan (Chaeruman, 2008). Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata lain mencakup kegiatan memilih, menentukan metode, media serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program. Dalam melakukan
22
langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai, antara lain adalah: 1) Memproduksi, membeli, atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. 2) Memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada saat melakukan langkah pengembangan, seorang perancang akan membuat pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya. Pertanyaanpertanyaan tersebut antara lain: 1) Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli untuk dapat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran? 2) Bahan ajar seperti apa yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik? 3) Bahan ajar seperti apa yang harus dibeli dan dimodifikasi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan siswa yang unik dan spesifik? 4) Bagaimana kombinasi media yang diperlukan dalam menyelenggarakan program pembelajaran? d. Implementation (implementasi/eksekusi) Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misalnya, jika memerlukan perangkat lunak tertentu maka perangkat lunak tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan dibuat tertentu dan juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal (Chaeruman, 2008). Tujuan utama dari langkah impelementasi ini antara lain: 1) Membimbing siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi. 2) Menjamin terjadinya pemecahan masalah atau solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa. 3) Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memiliki kompetensi pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang diperlukan. Pertanyaanpertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh seorang perancang
23
program pembelajaran pada saat melakukan langkah implementasi yaitu sebagai berikut: -
Metode pembelajaran seperti apa yang paling efektif utnuk digunakan dalam penyampaian bahan atau materi pembelajaran?
-
Upaya atau strategi seperti apa yang dapat dilakukan untuk menarik dan memelihara minat siswa agar tetap mampu memusatkan perhatian terhadap penyampaian materi atau substansi pembelajaran yang disampaikan?
e. Evaluation (evaluasi/umpan balik) Evaluasi yaitu proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil (Chaeruman, 2008). Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran. Evaluasi terhadap program pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu: 1) Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. 2) Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang merupakan dampak dari keikutsertaan dalam program pembelajaran. 3) Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi
siswa
setelah
mengikuti
program
pembelajaran.
Beberapa pertanyaan penting yang harus dikemukakan perancang program pembelajaran dalam melakukan langkah-langkah evaluasi, antara lain: -
Apakah siswa menyukai program pembelajaran yang mereka ikuti selama ini?
-
Seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran?
24
-
Seberapa jauh siswa dapat belajar tentang materi atau substansi pembelajaran?
-
Seberapa besar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang telah dipelajari?
-
Seberapa besar kontribusi program pembelajaran yang dilaksanakan terhadap prestasi belajar siswa? Implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE yang dilakukan
secara sistematik dan sistemik diharapkan dapat membantu seorang perancang program, guru, dan instruktur dalam menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik. 3. Kelebihan dan Kekurangan Model Desain ADDIE a. Kelebihan desain ADDIE Model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis. Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling berkaitan dan terstruktur secara sistematis yang artinya dari tahapan yang pertama sampai tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus secara sistematik, tidak bisa diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang menurut kita ingin di dahulukan. Karena kelima tahap/ langkah ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan model desain yang lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dengan sistematis maka model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik. b. Kekurangan model desain ADDIE Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu yang lama. Dalam tahap analisis ini pendesain/ pendidik diharapkan mampu menganalisis dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu analisis kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting karena akan mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.
25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Berdasarkan paparan makalah di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penelitian dan pengembangan (Research and design) adalah proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan. Hasil dari penelitian pengembangan pengembangan sebuah produk untuk menemukan pengetahuan atau jawaban atas permasalahan praktis 2. Tujuan dari penelitian dan pengembangan adalah untuk mengembangkan produk yang efektif untuk digunakan di sekolah. Tujuan penelitian pengembangan khusus dalam bidang pendidikan dibedakan berdasarkan aspek pengembangan, yakni bagian kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru didaktis. 3. Kelebihan dan kekurangan penelitian dan pengembangan. Kelebihan: mampu mengatasi kebutuhan nyata dan mendesak (real needs in the here-and-now) melalui pengembangan solusi, mampu menghasilkan suatu produk/ model yang memiliki nilai validasi tinggi, mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti, penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dan lapangan. Kekurangan: memerlukan waktu yang relatif panjang, Tidak bisa digeneralisasikan secara utuh, penelitian R&D memerlukan sumber dana dan sumber daya yang cukup besar 4. Jenis model penelitian dan pengembangan yaitu model Borg and Gall, model Dick and Carey, model 4D, model ADDIE.
3.2 Saran Saran yang dapat penulis sampaikan dari makalah ini, sebaiknya dalam proses pembelajaran di sekolah-sekolah guru lebih kreatif dalam mengembangkan desain pembelajaran sehingga proses pembelajaran tidak monoton hanya ceramah saja tetapi proses belajar lebih aktif sehingga siswa menjadi aktif dan juga kreatif.
26
DAFTAR RUJUKAN Akker J. (1999). Principles and Methods of Development Research. Dortrech: Kluwer Academic Publishers. Atwi Suparman, 1997. Desain Instruksional. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Borg, W.R. & Gall, M.D. Gall. 1983. Educational Research: An Introduction Fifth Edition. New York: Longman. Branch, R. M. 2009. Instructional Design: The ADDIE Approach. Boston: Springer US. Branch, R.M & Dousay, T.A. 2015. Survey of Instructional Design Models. USA: AECT Chaeruman. 2008. Mengembangkan Sistem Pembelajaran dengan Model ADDIE. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. Fauser, B.C.J. dan Van Heusden, A.M. 1997. Manipulation of Human Ovarian Function: Physiological Conceps and Clinical Consequences. J.Endocrine.Rev. 18: 71-106 Ibrahim, Reyzal. 2011. Model Pengembangan ADDIE. Diakses melalui http://jurnalpdf.info/pdf/model-pengembangan-addie.html. Diakses tanggal 25 Oktober 2018. Morrison, Gary R., Steven M. Ross, & Jerrold E. Kemp. 2004. Design effective instruction, (4th Ed.). New York: John Wiley & Sons. Nurmaya. 2015. Model Pembelajaran: 7 Model Pembelajaran. (https://mayalink.wordpress.com/model-pembelajaran-7-model-pembelajaran/, Diakses tanggal 25 Oktober 2018. Sagala Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Silalahi, A., Development Research (Penelitian Pengembangan) dan Research & Development (Penelitian&Pengembangan) dalam Bidang Pendidikan/Pembelajaran. Disampaikan pada Seminar & Workshop Penelitian Disertasi Program Doktoral Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. (3-4 Februari 2017). Sugiyono. 2011. Model Penelitian kualitatif kuantitatid dan R &D. Alfabeta. Supriatna, D & Mulyadi, M. 2009. Konsep Dasar Desain Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga kependidikan Taman Kanak Kanak dan Pendidikan Luar Biasa. Thiagarajan, Sivasailam. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Exceptional Children. Washinton DC: National Center for Improvement Educational System.
27