Makalah Metode Tugas Besar.docx

  • Uploaded by: Made Yoga Pradnyana
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Metode Tugas Besar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,730
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam alam, mahluk hidup akan bersuksesi dalam ekosistimnya dan berupaya mencapai kondisi yang stabil hingga klimaks. Kondisi stabil dan klimaks terjadi bila hubungan timbal balik antara mahluk hidup dan lingkungannya berjalan dengan mulus, yaitu berarti semua kebutuhan hidupnya terpenuhi. Manusia sebagai mahluk hidup juga merupakan ekosistim yang bersuksesi dan ingin hidup stabil dan mencapai klimaks. Populasi manusia meningkat dengan cepat disertai dengan kemanjuan teknologi yang meningkat pesat, maka terjadilah pemanfaatan sumber daya alam secara besar-besaran dengan teknologi yang paling ekonomis, sehingga menimbulkan dampak yang tidak semuanya bisa diterima oleh alam. Kepadatan dan pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan pangan dan lahan menjadi meningkat dan berakibat pada kerusakan alam dan hutan. Di Indonesia, menurut data dari Green Peace, setiap 1 jam kerusakan hutan mencapai seluas 300 lapangan bola, hal ini merupakan faktor utama meningkatnya laju emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Padahal hutan merupakan paru-paru bumi dengan menyerap CO2 dan diolah menjadi O2. Menyusutnya luas hutan membuat konsentrasi CO2 merupakan salah satu pemicu suhu bumi meningkat. Disamping itu, rusaknya hutan berarti semua siklus ekosistim yang tergantung pada hutan dan yang terkandung didalam tanah juga terganggu. Kepadatan penduduk dibumi juga meningkatkan industri dan transportasi yang menggunakan bahan bakar yang berasal dari sumber daya alam tak terperbarui dalam jumlah besar, yaitu energi. Industri dan transportasi mengeluarkan emisi atau gas buang dari hasil proses pembakaran energi. Emisi dalam jumlah terbesar adalah CO2 mencapai 80% dari total gas emisi pembakaran bahan bakar. Dari parahnya kerusakan hutan dan melambungnya emisi dari gas buang dari industri dan transportasi membuat konsentrasi CO2 menggantung diudara dan menebalkan lapisan atmosfer, sehingga panas matahari terperangkap dan mengganggu pelepasan panas bumi keluar atmosfer. Kondisi ini juga berakibat pada turunnya hujan yang mengandung asam yang disebut sebagai hujan asam yang membahayakan kelangsungan 1

mahluk hidup. Perbandingan suhu bumi antara th 1960-2004 dengan prediksi th 2070-2100 Sumber: Holcim Sustainable Construction Dari semua kondisi di bumi tersebut suhu permukaan bumi meningkat dan menimbulkan efek yang signifikan yaitu perubahan iklim yang drastis, dan pemanasan global. Menurut Al-Gore, semenjak revolusi industri dalam kurun waktu 20 tahun, suhu bumi meningkat 2 derajat, pada tahun 2100 diperkirakam naik sampai 58 derajat. Pemanasan global yang terjadi diperkirakan dapat mencairkan es di kutub dan naiknya permukaan air laut. Menurut Green Peace, akibat pemanasan global akan mencairkan es di kutub, yang diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 72 hektar daerah di Jakarta akan digenangi air. Tahun 2050, kemungkinan 2000 pulau di Indonesia akan tenggelam. Semua kondisi ini diawali oleh kerusakan ekosistim di alam yang sangat parah, mulai habisnya sumber daya alam yang tak terperbarui, dan rusaknya sumber daya alam lainnya. Kondisi ini merupakan suatu bencana ekologis yang akan mengancam kualitas hidup manusia karena merupakan penunjang kehidupan manusia. Pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini tidak dapat hanya dikurangi dengan upaya penggunaan energi yang efisien saja, tetapi harus ada upaya lain yang berpihak pada penggunaan sumber daya alam secara keseluruhan dengan menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Kerusakan alam yang secara ekologis sudah demikian parah, kini sudah saatnya dipikirkan dengan pendekatan dengan pengertian kearah ekologi. Manusia diharapkan menjaga dan memelihara kelestarian alam, pada setiap kegiatannya terutama yang berkaitan sumber daya alam. Upaya tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia disegala kegiatannya untuk menyelamatkan kualitas alam yang akan menjamin kualitas hidup manusia Pada setiap rancangan kegiatan manusia termasuk rancangan bangunan diharapkan juga berpihak pada keselarasan dengan alam, melalui pemahaman terhadap alam. Pemahaman terhadap alam dengan menggunakan pendekatan ekologis diharapkan mampu menjaga keseimbangan alam. Demikian pula pada rancangan bangunan secara arsitektur sangat perlu keselarasan dengan alam karena secara global bangunan diperkirakan menggunakan 50% sumber daya alam, 40% energi dan 16% air, mengeluarkan emisi CO2 sebanyak 45% dari emisi yang ada. Rancangan arsitektur juga mengubah tatanan alam menjadi tatanan buatan manusia dengan sistimsistim dan siklus-siklis rancangan manusia yang tidak akan pernah identik dengn sistimsistim dan siklus-siklus alam Pengguna energi terbesar adalah karya arsitektur Sumber : FutureArc Oleh karena itu pendekatan rancangan bangunan yang 2

ekologis, yaitu memahami dan selaras dengan perilaku alam diharapkan dapat memberi kontribusi yang berarti bagi perlindungan alam dan sumber daya didalamnya sehingga mampu membantu mengurangi dampak pemanasan global.

1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan pada pengerjaan makalah ini yaitu sebagai berikut : 1.2.1 Apa itu metode perancangan menurut Booth? 1.2.2 Apa itu pendekatan ekologi? 1.2.3 Bagaimana pengaplikasian menggunakan metode perancangan Booth dan pendekatan ekologi?

1.3 Tujuan Berdasarkan latar belakang serta rumusan masalah, maka ditentukan tujuan dari pengerjaan makalah ini yaitu sebagai berikut : 1.3.1 Untuk mengetahui metode perancangan menurut Booth 1.3.2 Untuk mengetahui apa itu pendekatan ekologi beserta cakupannya 1.3.3 Untuk memahami pengaplikasian metode perancangan Booth dan pendekatan ekologi

1.4 Manfaat Manfaat yang didapat baik bagi penulis maupun pembaca yaitu untuk dapat mengenali metode perancangan Booth dan pendekatan ekologi sehingga dapat diterapkan pada sebuah rancangan.

3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Metode Perancangan Menurut Booth 2.1.1 Pengertian Metode Perancangan Metode desain terdiri dari 2 kata yaitu metode dan desain. Menurut KBBI, Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu dan desain merupakan suatu perencanaan dalam pembuatan suatu objek sesuai dengan yang telah ditetapkan . Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode desain adalah suatu cara yang dilakukan oleh desainer untuk menghasilkan suatu karya desain. Proses perancangan harus memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien (Booth, 1983) Metode perancangan menurut Booth berlandaskan pemikiran yang logis dan mengedepankan kerja tim, dan didalam tahapannya terdapat pengelolaan (maintenance) terhadap hasil perancangan yang dimana masih dianggap perlu untuk dapat mengawasi performa terhadap suatu bangunan yang tidak terdapat pada sebagian besar metode perancangan menurut para ahli yang lain, sehingga dapat dijadikan alasan untuk menggunakan metode tersebut. Adapun tujuan penggunaan metode perancangan ini yaitu untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan solusi yang tepat guna dan mempermudah perancangan suatu bangunan.

2.1.2 Tahapan Metode Perancangan Tahapan Perancangan menurut Booth (1983) sebagai berikut: 1. Penerimaan proyek (Project acceptance), merupakan tahapan penerimaan proyek dengan persetujuan kontrak dengan klien. 4

2. Riset dan Analisis (Research and analysis), merupakan tahap pengumpulan data berupa persiapan peta dasar, inventarisasi dan analisis, wawancara dengan klien, dan pengembangan program. a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis c. Wawancara dengan klien d. Pengembagan program 3. Desain/perancangan (Design), merupakan tahap perancangan yang terbagi atas a. Diagram fungsi b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan d. Studi bentuk perancangan e. Preliminary design f. Schematic plan g. Master plan h. Design development 4. Gambar-gambar Konstruksi (Construction Drawings), merupakan tahap pembuatan gambar-gambar konstruksi dengan pembagian a. Layout plan b. Grading plan c. Planting plan d. Construction details 5. Pelaksanaan (Implementation), merupakan tahap pelaksanaan dalam sebuah proyek. 6. Evaluasi Setelah Konstruksi (Post-Contruction Evaluation Maintenance), merupakan tahap evaluasi setelah konstruksi 7. Pengelolaan (Maintenance), merupakan tahap pengelolaan untuk hasil proyek yang sudah ditetapkan

5

2.2 Arsitektur Ekologi 2.2.1 Pengertian Pendekatan Ekologi Ekologi berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’ dan ‘logos’. Oikos berarti rumah tangga atau cara bertempat tinggal, dan logos berarti ilmu atau bersifat ilmiah. Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya . Arsitektur berkelanjutan yang ekologis dapat dikenali dengan cara sebagai berikut: 1. Tidak menghabiskan bahan lebih cepat daripada tumbuhnya kembali bahan tersebut oleh alam. 2. Menggunakan energi terbarukan secara optimal. 3. Menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan baru. Arsitektur ekologis merncerminkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. Secara umum, arsitektur ekologis dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang lebih sedikit mengkonsumsi dan lebih banyak menghasilkan kekayaan alam. Arsitektur tidak dapat mengelak dari tindakan perusakan lingkungan. Namun demikian, arsitektur ekologis dapat digambarkan sebagai arsitektur yang hendak merusak lingkungan sesedikit mungkin. Untuk mencapai kondisi tersebut, desain diolah dengan cara memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, dan masa pakai material bangunan. Prinsip utama arsitektur ekologis adalah menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya. 6

Arsitektur ekologis menekankan pada konsep ekosistem, yaitu komponen lingkungan hidup harus dilihat secara terpadu sebagai komponen yang berkaitan dan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem. Cara ini dikenal dengan pendekatan ekosistem atau pendekatan holistik. Dalam ekosistem terjadi peredaran, yaitu suatu kondisi peralihan dari keadaan satu ke keadaan lainnya secara berulang-ulang yang seakan-akan berbentuk suatu lingkaran. Namun demikian, peredaran tersebut bersifat linier atau dengan kata lain tidak dapat diputar secara terbalik. Ekosistem terdiri dari makhluk hidup (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik. Kedua unsur tersebut masing-masing memiliki pengaruh antara satu dengan lainnya untuk memelihara kehidupan sehingga terjadi suatu keseimbangan, keselarasan, dan keserasian alam di bumi. Arsitektur ekologis bersifat holistis (berkeseluruhan). Arsitektur ekologis mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (berkaitan dengan pemanfaatan dan pengolahan energi surya), arsitektur bionic (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan pembangunan alam), serta pembangunan berkelanjutan. Sifat arsitektur ekologis yang holistis (berkeseluruhan) secara garis besar dapat dilihat pada gambar berikut :

7

ARSITEKTUR BIOLOGIS ARSITEKTUR SURYA

ARS ITEKTUR

ARSITEKTUR ALTERNATIF

EKOLOGIS BIONIC STRUKTUR ALAMIAH

BAHAN & KONSTRUKSI BERKELANJUTAN

2.2.2 Asas dan Pembangunan Ekologis Asas-asas pembangunan berkelanjutan yang ekologis dapat dibagi dua, yaitu asas yang menciptakan keadaan yang ekologis berkelanjutan, dan asas yang menjawab tantangan oleh keadaan yang ekologis tidak berkelanjutan. Empat asas pembangunan yang ekologis disusun sebagai berikut :

1.

Tabel Asas dan Prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang Ekologis Asas 1 Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat daripada alam mampu membentuk penggantinya. Prinsip-Prinsip

Meminimalkan Penggunaan Bahan Baku. Mengutamakan penggunaan bahan terbarukan dan bahan yang dapat digunakan kembali. Meningkatkan efisiensi – membuat lebih banyak dengan bahan, energi, dan sebagainya lebih sedikit.

2.

Asas 2

Menciptakan sistem yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan.

Prinsip-Prinsip

Menggunakan energi surya. Menggunakan energi dalam tahap banyak yang kecil dan bukan dalam tahap besar yang sedikit. Meminimalkan pemborosan.

8

3.

Asas 3

Mengizinkan hasil sambilan (potongan, sampah, dsb.) saja yang dapat dimakan atau yang merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain.

Prinsip-Prinsip

Meniadakan pecemaran. Menggunakan bahan organik yang dapat dikomposkan. Menggunakan kembali, mengolah kembali bahan-bahan yang digunakan.

4.

Asas 4

Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.

Prinsip-Prinsip

Memperhatikan

peredaran,

rantai bahan, dan

prinsip pencegahan. Menyediakan bahan dengan rantai bahan yang pendek dan bahan yang mengalami perubahan transformasi yang sederhana. Melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman biologis.

Patokan yang dapat digunakan dalam membangun bangunan atau gedung yang ekologis adalah sebagai berikut : 1. Menciptakan kawasan penghijauan di antara kawasan pembangunan sebagai paru-paru hijau 2. Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/radiasi geobiologis dan meminimalkan medan elektromagnetik buatan 3. Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah 4. Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan 5. Menghindari kelembapan tanah naik ke dalam konstruksi bangunan dan memajukan sistem bangunan kering

9

6. Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air 7. Menjamin kesinambungan pada struktur sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan dan struktur bangunan 8. Mempertimbangkan bentuk/proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal 9. Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energi sesedikit mungkin (mengutamakan energi terbarukan) 10. Menciptakan bangunan bebas hambatan sehingga gedung dapat dimanfaatkan oleh semua penghuni (termasuk anak-anak, orang tua, maupun orang cacat tubuh).

2.3 Pengaplikasian dan Objek Perancangan 2.3.1 Konsep Bentuk dan Tampilan

Alternatif ini yang dipakai dalam bangunan karena dapat mengatasi masalah pengurangan lahan hijau dimana bangunan ini memiliki 2 lantai, pada lantai 1 dibuatkan lahan untuk berkebun dan tanaman hijau, pada lantai 2 dipergunakan untuk tempat tinggal. Bangunan ini 10

menggunakan gaya modern tetapi tetap menggunakan material alami dan ramah lingkungan yang dapat didaur ulang kembali. Bentuk bangunan yang berbentuk segitiga dapat mengatasi permasalahan iklim dan penghematan energi dengan banyaknya terdapat bukaan pada bangunan.

2.3.2 Konsep Ruang Dalam Ruang tidur

Kamar Mandi

Pantry

Ruang Keluarga

Ruang tamu

Gambar Denah Bangunan Rumah Tinggal

11

Gambar Perspektif Ruang Dalam 2.3.3 Konsep Struktur

Balok

Kolom

Plat lantai Kuda-kuda

Stuktur utama sebagai kolom sekaligus kuda-kuda 12

Gambar Struktur Bangunan

Bangunan menggunakan footplat karena bangunan terdiri dari 2 lantai sehingga lebih kuat. Selain itu material yang dipakai merupakan bahan yang dapat didaur ulang yaitu material yang alami jadi memanfaatkan yang ada di tapak seperti terdapat kayu jati,bambu, sengon dan kelapa. Penggunaan bahan material bangunan tersebut juga sebagian besar adalah material bekas seperti: kayu bekas bekisting, ubin bekas, limbah kertas, limbah kayu, besi beton, tiang listrik bekas, pegangan pintu bekas, panel listrik bekas. Material ramah lingkungan juga diterapkan seperti cat dan pembersih. Ini juga merupakan strategi yang berhasil untuk Aspek efektivitas dan efisiensi biaya (cost effectiveness & efficiency). Material tersebut dimanfaatkan sebagai struktur bangunan ini agar bangunannya menarik, kuat, tahan lama selain itu ramah lingkungan. a. Pondasi Pondasi merupakan dasar pokok berdirinya suatu bangunan. Diperlukan pondasi yang kuat menahan beban bangunan. Pondasi yang digunakan sebaiknya sesuai dengan prinsip tema Arsitektur Ekologi yang peduli terhadap lingkungan dan kesederhanaan. Pada yang konstruksi dasarnya berupa pelat beton memiliki kapasitas menyimpan panas yang tinggi sehingga dapat mempengaruhi energi, iklim dan kenyamanan di dalam ruang.

13

b.

Lantai Lantai sebagai dasar suatu bangunan yang digunakan sebagai tempat beraktivitas harus memudahkan sirkulasi. Dengan menggunakan ubin bekas pada lantai, keragaman bentuk dan warna dapat muncul sehingga membentuk keunikan sendiri. Dan juga bahan tersebut dapat dipergunakan kembali dan juga efesiensi bahan baku dan biaya. Selain itu dengan penggunaan ubin menimbulkan hawa sejuk sehingga membentuk suasana ruang yang nyaman.

c.

Dinding Konstruksi dinding Rumah ini menggunakan con-block (tebal 10 cm). Sedangkan, pada bagian yang menghadapi sinar matahari, digunakan lapisan batu alam setebal 20 cm. Penggunaan lapisan batu alam memperlambat radiasi panas matahari ke dalam ruangan selama 8.5 jam. Maka radiasi matahari barat pada sore hari baru mencapai bagian dalam

14

ruangan pada malam hari.17 Strategi ini dilakukan untuk memenuhi Aspek efektivitas dan efisiensi biaya.

d. Atap dan Plafond Langit – langit rumah didesain dengan banyak material bekas. Papan – papan akustik dari Vermiculit21, yang dibongkar oleh Pelatihan Industri Kayu Atas (PIKA) dari tempat lain, dimanfaatkan sebagai langit-langit pada bangunan ini. Papan bekas peti kemas digunakan untuk langit – langit selasar. Kayu – kayu bekas PIKA juga digunakan untuk membuat lubang penghawaan pada langit – langit Dapur/Pantry. Untuk atap menggunakan material genteng tanah liat. Dengan harga yang relatif murah, genteng tanah liat banyak dipakai oleh pemilik rumah karena harga menjadi salah satu alasan sebuah produk dipilih oleh konsumen. Kelebihan lainnya yaitu genteng tanah liat memiliki bobot yang ringan sehingga pemilik rumah bisa lebih berhemat dalam hal biaya untuk struktur atapnya. Selain itu, genteng tanah liat juga merupakan jenis genteng yang kuat karena proses pembuatannya sangat rapi dan manual. Terlebih jiga sudan terterpa cuaca seperti hujan dan panas, genteng tanah liat akan semakin kuat. Genteng tanah liat juga mampu membuat ruang di bawah atap tetap sejuk sehingga penghuni rumah tidak merasakan hawa panas. Dan yang genteng tanah liat lebih ramah lingkungan karena berasal dari bahan baku alami serta proses pembuatannya tanpa bahan kimia atau fosil.

15

2.3.4 Konsep Bukaan Penghematan energi juga dilakukan dengan menghemat pemakaian listrik. Hal ini dilakukan dengan desain bukaan pintu, jendela, dan ventilasi yang memungkinkan pencahayaan dan penghawaan alami. Dengan demikian, energi listrik yang dipakai dapat diminimalkan terutama pada siang hari. Solar panel juga digunakan di rumah ini sebagai penyedia listrik untuk perangkat komputer pada rumah ini.

Konsep pencahayaan alami diadopsi dengan desain bukaan pada sisi utara, selatan dan timur. Cahaya langit bisa menjangkau hampir semua bagian sehingga dapat menghemat penggunaan listrik hingga 50%.

16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Metode desain adalah suatu cara yang dilakukan oleh desainer untuk menghasilkan suatu karya desain. Metode perancangan menurut Booth berlandaskan pemikiran yang logis dan mengedepankan kerja tim, dan didalam tahapannya terdapat pengelolaan (maintenance) terhadap hasil perancangan yang dimana masih dianggap perlu untuk dapat mengawasi performa terhadap suatu bangunan yang tidak terdapat pada sebagian besar metode perancangan menurut para ahli yang lain, sehingga dapat dijadikan alasan untuk menggunakan metode tersebut. Pendekatan Arsitektur ekologis merncerminkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas dimana memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, dan masa pakai material bangunan Arsitektur ekologis menekankan pada konsep ekosistem, yaitu komponen lingkungan hidup harus dilihat secara terpadu sebagai komponen yang berkaitan dan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya dalam suatu sistem. Asas Arsitektur Ekologi: 1. Menggunakan bahan baku alam tidak lebih cepat daripada alam mampu membentuk penggantinya. 2. Menciptakan sistem yang menggunakan sebanyak mungkin energi terbarukan. 3. Mengizinkan hasil sambilan (potongan, sampah, dsb.) saja yang dapat dimakan atau yang merupakan bahan mentah untuk produksi bahan lain. 4. Meningkatkan penyesuaian fungsional dan keanekaragaman biologis.

17

3.2 Saran Metode Booth dan pendekatan arsitektur ekologi sebaiknya diterapkan setiap merancang sehingga terciptanya keselarasan antara manusia dengan lingkungan. Diharapkan kajian mengenai bangunan dengan pendekatan arsitektur ekologi ini mampu menjadi acuan terhadap perkembangan arsitektur.

18

Related Documents


More Documents from "Dewantara"

Jenis Ac.docx
December 2019 24
Profesi Arsitek Revisi.docx
November 2019 14
Sistem Pencahayaan.docx
December 2019 16
Bentang Lebar.docx
December 2019 17
Konsep Tri Hita Karana.docx
November 2019 18