A. Pengertian Penelitian tindakan kelas adalah penelitian dari, oleh, dan untuk guru dengan tujuan untuk meningkatkan keprofesionalan guru. PTK dapat pula diartikan sebagai “penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional”. (Suyanto, 1997: 4). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat guru mengajar dengan tujuan perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses dan praktik pembelajaran. Untuk meningkatkan keahlian dalam pembelajaran bidang studi, guru diseyogyakan selalu melakukan PTK. Masalah yang diteliti adalah masalah yang memang penting, menarik perhatian, dalam jangkauan peneliti dari segi kemampuan, waktu, biaya, dan tenaga. Lingkup penelitian dapat berkisar pada kurikulum, peserta didik, guru, sarana/ prasarana, dan penilaian. Masalah pendidikan bidang studi biasanya bersegi banyak, dapat berupa salah satu atau kombinasi masalah di atas, dan untuk memecahkannya melalui penelitian masalah tersebut harus dipilah-pilah menjadi sub masalah dan diteliti satu-persatu. Masalah-masalah yang timbul dalam proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru dengan melakukan PTK.
B. Jenis Penelitian Tindakan Kelas Ada empat jenis PTK, yaitu: (1) PTK diasnogtik, (2) PTK partisipan, (3) PTK empiris, dan (4) PTK eksperimental (Chein, 1990). Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK tersebut. 1. PTK Diagnostik PTK diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosia dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas. 2. PTK Partisipan PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir penelitian.
3. PTK Empiris PTK empiris ialah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan sehari-hari. 4. PTK Eksperimental PTK eksperimental ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajarmengajar. Di dalam kaitanya dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran. C. Desain Penelitian Tindakan Kelas Perencana PTK dengan desain PTK sanagat berbeda. Rencana PTK adalah seperangkat kegiatan yang ditata secara sistematik dan runtut yang akan dilaksanakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan penelitian. Gambarannya seperti orang yang akan membangun rumah. Orang yang bersangkutan harus membuat rencana anggaran. Untuk membuat rencana anggaran ia harus tahu kegiatan apa saja yang memerlukan biaya. Kegiatan tersebut ditata secara runtut beserta biayanya. Adapun desain adalah model atau gambar bentuk yang akan diikuti di dalam pelaksanaan pembuatan rumah (Soedarsono, 1997). Pada tahap awal peneliti perlu menjajagi keadaan dan kemampuan siswa melalui observasi. Misalnya, bagaimana gambaran keadaan kelas, perilaku siswa seharihari, perhatian terhadap pelajaran yang disampaikan guru, sikap siswa terhadap mata pelajaran, dan lainlain. Jika berkenaan dengan kemampuan dan penguasaan materi ajar, peneliti perlu mengadakan tes untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan dan penguasaan siswa terhadap materi ajar. Penjajagan keadaan awal ini sangat diperlukan untuk dijadikan landasan atau kriteria guna mengukur atau mengetahui adanya perubahan dan peningkatan yang terjadi sebagai akibat dari penerapan tindakan yang dilakukan oleh peneliti bersama guru di dalam proses pembelajaran. Pada tahap berikutnya peneliti bersama guru merancang tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan, atau mengadakan perubahan keadaan sebagaimana yang dinyatakan dalam hipotesis tindakan. Sebagai contoh, guru ingin mengubah suasana belajar yang pasif, kaku, dan dingin. Dari observasi diperoleh gambaran bahwa siswa hanya akan berbicara jika disuruh guru, tangan terlipat rapi di atas meja, pandangan mengarah pada papan tulis. Jika guru bertanya atau guru menyuruh melanjutkan kata yang diucapkan, siswa menjawab secara serentak bersamasama dan hampir tidak pernah ada siswa yang bertanya kepada guru, apalagi menyela pembicaraan. Dengan keadaan demikian, guru merasa tidak berhasil di dalam proses pembelajaran dengan bukti pencapaian hasil siswa pada ulangan umum selalu berada di bawah rata-rata. Guru merasa, jika keadaan tersebut tidak diperbaiki, maka akan menyebabkan masalah lebih besar,
baik bagi siswa maupun bagi guru sendiri. Kemudian, ia mengajak peneliti bermitra melakukan PTK untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, yaitu menjadikan kelasnya menjadi kelas yang aktif, hidup, dan siswanya berani bertanya, mengemukakan pendapatnya, dan kalau perlu membantah pendapatnya. Pada prinsipnya penelitian tindakan kelas (TPK) atau classroom action research (CAR) bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Berikut desain/model yang dapat diterapkan: 1. Desain/Model Kurt Lewin Model ini merupakan dasar model PTK lain, karena beliau yang memperkenalkan untuk pertama kalinya penelitian tindakan kelas. Menurut model ini, PTK terdiri atas empat komponen atau tahap, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (action), (3) pengamatan (observing), dan (4) refleksi (reflecting). Komponen atau tahapan tersebut dapat digambarkan seperti Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Model Kurt Lewin
2. Desain/Model Kemmis dan McTaggart Model ini merupakan pengembangan model pertama, dalam model ini komponen tindakan dan pengamatan dijadikan satu, dengan alasan keduanya dalam praktik tidak dapat dipisahkan. Desain ini dapat digambarkan seperti Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Model Kemmis dan Taggart
Model ini terdiri atas untaian-untaian yang masing-masing terdiri atas kegiatan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Satu untaian yang terdiri atas empat kegiatan di atas disebut satu siklus. Penelitian tindakan umumnya terdiri atas beberapa siklus.
D. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas Sebelum peneliti melaksanakan tindakan, perlu disusun langkah-langkah yang akan diambil. Langkah-langkah yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: a. Melatih guru untuk melakukan atau memberikan informasi cara melakukan sesuai dengan rancangan. Hal ini sangat perlu, jika apa yang akan dilakukan merupakan hal baru bagi guru. b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti pada contoh di atas, yaitu di kelas perlu ada papan atau tempat menempel, perlu kertas stiker, atau kertas kecilkecil dan lem. c. Mempersiapkan contoh-contoh perintah suruhan melakukan secara jelas. d. Mempersiapkan cara mengobservasi hasil beserta alatnya. e. Membuat skenario apa yang akan dilakukan guru dan apa yang dilakukan siswa dalam melakukan tindakan yang telah direncanakan. Jika semua hal di atas telah disiapkan, scenario tindakan tersebut dilaksanakan. Kegiatan ini merupakan tindakan awal atau initial act pada siklus pertama, dan akan diikuti dengan langkah observasi dan refleksi ( Soedarsono, 1997: 18)
Hipotesis Tindakan Pada dasarnya hipotesis biasanya digunakan dalam penelitian kuantitatif yang didasarkan pada kerangka berfikir. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban masalah penelitian. Dalam penetian tindakan kelas tidak digunakan hipotesis statistik namun menggunakan hipotesis deskriptif. Contoh rumusan masalah dan hipotesis tindakan sebagaimana dalam tabel dibawah ini :. Tabel 1.1 Hipotesis Tindakan
Pengujian Hipotesis 1. Tampilkan Hipotetisyang diuji dengan pernyataan Hipotesis Nol (H0) = Tidak terdapat pengaruh X terhadap Y dan Hipotesis Alternatif (H1) = Terdapat pengaruh X terhadap Y. 2. Tentukan rumus-rumus pengukuran statistik dan pengujian hipotesis yang digunakan, misalnya statistik regresi dan korelasi sederha dan statistik regresi dan korelasi ganda. 3. Untuk penelitian sosial : tentukan jumlah responden yang menjadi sampel penelitian untuk memperoleh angka pembanding pada t Tabel/F Tabel; untuk penelitian ekonomi tentukan jumlah sampel berdasarkan data time series. 4. Pilihlah taraf kepercayaan (degree of freedom-DF) atau alpha (?) p untuk memperoleh angka pembanding pada t Tabel/F Tabel. 5. Cara uji Hipotesis dilaksanakan dengan penghitungan statistik t/F hitung yang hasilnya dibandingkan dengan angka pembanding pada t/F Tabel. 6. Pengujian Hipotesis, apabila t/F hitung dan t/F table maka H0 ditolak dan H1 diterima – artinya : Terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y; tetapi apabila t/F hitung dan
t/F table maka H0 diterima dan H1 ditolak– artinya : Tidak terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y. 7. Bila terdapat pengaruh variabel X terhadap variabel Y sama dengan terdapat hubungan kausalitas di antara variabel X yang diposisikan sebagai variabel antecedent (yang mendahului, penyebab) dengan variabel Y yang diposisikan sebagai variabel Y yang diposisikan sebagai variabel konsekuensi (akibat, masalah, fenomena yang diteliti).
Sampel Penelitian “Sampel adalah sebagian jumlah dari populasi” (Sugiyono, 2013: 124). Karena jumlah populasi yang sedikit, maka teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling. “Teknik total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau sampel (Sugiyono, 2013).
Langkah-Langkah Membuat Kesimpulan Untuk membuat kesimpulan setidaknya ada beberapa langkah yang bisa digunakan sebagai berikut : 1. Melihat kembali tujuan penelitian atau perbaikan atau pertanyaan penelitian satu persatu, sehingga mampu memahami benar apa yang dicari dalam penelitian. 2. Periksa kembali kesesuaian antara pertanyaan penelitian, uraian dan kesimpulan, sehingga yakin bahwa kesimpulan sudah dirumuskan dengan benar. 3. Setelah semua pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian disimpulkan temuanya, susu kesimpulan tersebut sesuai dengan urutan pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian. 4. Melihat kembali temuan atau deskripsi temuan (yang dibuat berdasarkan hasil analisis data). Pasangkan setiap pertanyaan penelitian atau tujuan penelitian dengan deskripsi temuan. Untuk memasangkan tujuan dengan uraian bisa menggunakan matrik sebagai berikut :
Daftar Pustaka Mu’alimi dan Arafah,Rahmat.2014.Penelitian Praktik.Pasuruan:Ganding Pustaka.
Tindakan
Kelas
Teori
dan
Mahmud dan Priatna,Tedi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Bandung : Tsabita.